Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

HYDRAULIC BENCH
MODUL 01

Nama Praktikan

: Jeanyta Harto

NIM

: 143050039

Kelompok

: 1 (satu)

Tanggal Praktikum

: 2015

Jam

: 08.00 - 10.00 WIB

Asisten Yang Bertugas : Genniya H. N. S

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2016

I. TEORI DASAR
Dalam aliran pipa, pipa terbagi menjadi duajenis system pipa:yaitu system
pipa yang terdiri dari hanya sebuah pipa(sepanjangya dapat dipasan berbaga
omponen),dan system pipa yang terdiri dari beberaa pipa yang tersusu secara
seri,parallel

atau

dalam

konfigurasi

jaringan

(Munson,Young

dan

Okiishi;2004). System pipa dapat didefinisikan menrut panjang bagian pipa


yang digunakan,jumlah sambungan siku (elbow),beokan dan katup-katup yang
digunakan untuk mengalirkan fluida antara lokasi-lokasi yang diingikan
(Munson,Young dan Okiishi;2004). Dalam aliran pipa tuggal air yang masuk
sebanding dengan air yang keluar dari jung pipa tersebut,karena
V1. A1=V2.A2
Q1 = Q2
Keterangan;
V = kecepatan(m/s)
A = Luas Penampang(m2)
Q = Debit(m3/s)
Dari penjelasan di atas bahwa di jelaskan bahwa debit dari air masuk akan
sebading dengan air yang keluar. Selain pipa tunggal ada juga jenis system pipa
yaiu percabangan pipa atau juga isebut majemuk pipa.dalam pipa bercabang
selai dalam perkotaan juga ada contohnya dalam tubuh kita yaitu pada system
tubuh kita salah satunya adalah paru-paru kita (diawali oleh trakea yang
berdiameter relative besar dan berakir di salran bronchi stelah beberbagai
percabgan)(mus).pipa percabangan tidak selalu diasumsikan sebagai pipa yang
bercabang banyak,tetapi juga pada aliran pipa dari luas penampang yang besar
menjadi semakin kecil atau pun semakin besar saat menuju akir pipa tersebut.
Pada aliran pipa yang bercabang sama seperti pada aliran pipa tunggal,saat air
itu masuk dengan debit A maka keluar dari ujung harus sama yaitu A. Apabila
pipa bercabang seperti yang ditunjukan dalam gambar di bawah berdasarkan
persamaa kontinuitas, debit aliran yang menuju titi cabang harus sama dengan
debit yang meninggalkan titik tersebut (triatmijo,2005)

V1. A1=V2.A2+ V3.A3


Q1=Q2+Q3

Keterangan;
V=kecepatan(m/s)
A=Luas Penampang(m2)
Q=Debit(m3/s)
Rumus di atasdaopat di jelaskan bahwa percabangan dalam aliran pipa
dapat mengurangi debit air tersebut pada Q2 dan Q3.berkurangnya debit air
tersebut diesebabkan karena air dari sumber harus d bagi menjadi dua.
Hydraulic bench adalah alat yang digunakan sebagai tempat sumber air
dan pengatur aliran air agar kita tahu debit aliran tersebut. Debit yang dihitung
dalam percobaan adalah debit aktual dan biasanya hasilnya debit aktual lebih
kecil daripada debit teoritis.
Hydraulic bench dilengkapi dengan tuas yang menghubungkan beban
dengan bak penampungan debit air. Tuas tersebut dapat bergerak naik turun
berdasarkan massa beban dan debit yang mengalir, apabila tuas tersebut berada
padaa ketinggian seimbang setelah ddiberi beban, maka massa debit air tiga
kali massa beban.
Hydraulic bench juga dilengkapi dengan calm lever. Calm lever berguna
untuk menaik turunkan tuas pada saat akan membuang air yang ada dalam bak
hingga keadaan setimbang. Perhitungan yang digunakan untuk menghitung
debit air adalah :
M air =

air x V air

V air = Q aktual x t rata-rata

II. TUJUAN

Memperkenalkan dan memahami prinsip dan cara kerja Hydraulic Bench.

Mengukur debit aktual aliran fluida dengan menggunakan prinsip kerja


Hydraulic Bench.

Memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi debit air dengan


menggunakan Hydraulic Bench.

Untuk mengetahui hubungan debit aktual dengan debit teoritis

III. PRINSIP
Prinsip kerja hydraulic bench yaitu menggunakan beban untuk mengukur debit
yang dihasilkan (debit aktual) dan juga memperhitungkan waktu yang
diperlukan oleh debit dari awal aliran hingga tuas pada keadaan akan terangkat.
Debit aliran fluida berbanding dengan massa jenis fluida. Dan massa debit air
sama dengan tiga kali masa beban.
IV. DATA AWAL DAN DATA AKHIR
IV.1
DATA AWAL
Massa beban : 2,5 kg
Suhu awal
: 26
Suhu akhir

: 27

Tabel 1.1 suhu dan densitas


Suhu (

0
5
10
15
20
25
30
40
50
60
70
80
90
100

3
Densitas (kg/ m

999,8
1000
999,7
999,1
998,2
997
995,7
992,2
988
983,2
977,8
971,8
965,3
958,4

Sumber : finnemore, 2002

Variasi T air (oC)


1
2
3
4
5

26,5
26,5
26,5
26,5
26,5

IV.2

air

m beban (kg)

(kg/m3)
995,7
995,7
995,7
995,7
995,7

2,5
2,5
2,5
2,5
2,5

1
5,37
4,12
2,67
2,69
2,88

t (s)
2
5,95
4,28
3,42
2,35
2,16

3
5,88
4,22
3,31
2,3
2,38

DATA AKHIR

Variasi

M air
(kg)

7,5

7,5

7,5

7,5

7,5

t rata-rata (s)
5,7333333
3
4,2066666
7
3,1333333
3
2,4466666
7
2,4733333
3

Q aktual (m3/s)
0,001313789
0,001790584
0,002403954
0,003078633
0,00304544

V. PENGOLAHAN DATA
M air (kg) = m beban (kg) x 3 (Jumlah Beban Yang Digunakan)
t rata-rata (s) = t 1(s)+ t 2(s)+ t 3(s) /3
Q aktual (m3/s) =( M air (kg)/ air (kg/m3)) / t rata-rata (s)
VI. ANALISIS
5.1 ANALISIS (A)
1.

Pada percobaan Hydraulic Bench ini perlu diperhatikan bahwa perbandingan


massa air dengan massa beban adalah massa air = 3x massa beban. Perbandingan
ini didapatkan dari perbandingan antara panjang lengan yang diletakkan beban
dengan panjang lengan keseluruhan. Seperti terlihat pada gambar :

Mis : LB : LA = 1 : 3

MB

LA
LB

MA
Maka :
2.

Sehingga

MB = 3 MA

Dari persamaan di atas didapatkan bahwa panjang lengan dengan massa beban
berbanding terbalik. Semakin panjang lengan maka beban yang dibutuhkan
semakin kecil dan semakin pendek lengan, beban yang dibutuhkan untuk
mencapai keseimbangan, semakin besar. Oleh karena itu untuk mencapai
keseimbangan pada hydraulic bench, beban yang diletakkan pada lengan beban
yang pendek harus semakin besar yaitu sebesar tiga kali lebih besar dibandingkan

3.

massa air yang terdapat pada lengan yang lebih panjang.

Harga rapat massa ( ) dipengaruhi atau tergantung pada suhu (T) saat percobaan
terhadap suatu fluida dilakukan. Ini berkaitan dengan sifat zat (molekul zat). Pada
umumnya molekul zat akan merapat atau mengecil kereganganya (jarak antar
molekul berdekatan/rapat) jika dalam keadaan suhu yang rendah, tetapi molekul
zat tersebut akan merenggang/tidak rapat (jarak antar molekul berjauhan) jika
dalam keadaan suhu yang tinggi. Dengan demikian nilai kerapatan massa suatu
fluida berbanding terbalik dengan keadaan suhu saat dilakukannya pengamatan
pada fluida tersebut. Oleh sebab itulah, suatu nilai rapat massa suatu jenis fluida
akan berbeda-beda untuk masing-masing nilai suhu yang berbeda-beda pula. Pada
grafik hubungan nilai rapat massa dengan suhu digunakan regresi polinomial
derajat tiga untuk mendapatkan persamaan yang lebih akurat dibandingkan
dengan menggunakan regresi linier.

4.

Pada penggunaan hydraulic bench ini pastilah tidak tidak lepas dari kesalahan
pengukuran misalnya saat mengukur waktu yang dibutuhkan (ketelitian saat
penggunaan stopwatch) sehingga diperlukan beberapa kali pengukuran waktu
pada satu variasi debit yang sama yaitu sebanyak tiga kali. Diharapkan dengan
tiga kali pengukuran waktu dan mendapatkan waktu rata-rata dari ketiga
pengukuran tersebut (yang nantinya baru akan digunakan dalam menghitung
debit), hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dibandingkan hanya dengan
melakukan satu kali pengukuran waktu.

5.

Nilai debit pada data perhitungan merupakan nilai debit fluida yang keluar dari
valve yang diputar pada setiap variasi debit yang berbeda. Dengan demikian hasil
nilai debit yang keluar dari valve akan berbeda-beda tergantung banyaknya
putaran dari valve tersebut. Pada massa beban yang konstan sehingga volume air
yang diperoleh pun bernilai sama pada setiap variasi debitnya menunujukkan nilai
debit fluida yang keluar berbanding terbalik dengan waktu yang dibutuhkan untuk
terjadinya keseimbangan antara lengan yang diberikan beban dengan lengan
hydraulic bench keseluruhan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
terjadinya keseimbangan pada hydraulic bench menunjukkan debit fluida yang
keluar semakin kecil begitupun sebaliknya semakin cepat waktu yang dibutuhkan
hydraulic bench mencapai keseimbangannya maka semakin besar atau kencang

debit yang keluar. Sesuai dengan persamaan

Q=

V
t ratarata

akan terlihat bahwa

nilai debit berbanding terbalik dengan nilai rata-rata waktu.


5.2 ANALISA (B)
Penerapan aplikasi pada bidang TL menggunakan metode
hydraulic bench.
Hydraulic Bench merupakan alat untuk skala laboratorium.
Hidraulic bench biasanya digunakan sebagai alat pengukur debit
sederhana. Biasanya dihubungkan langsung ke alat-alat fluida lainnya
seperti venturi meter, orificemeter, rotameter, dll. Untuk pengukuran
kecepatan maupun debit secara teoritis.
Dalam dunia teknik lingkungan khususnya pengolahan limbah,
Hidraulic Bench merupakan alat pembanding seberapa telitinya debit
limbah yang dialirkan dari suatu aliran secara aktual bila
dibandingkan dengan hasil perhitungan secara teoritis. Jadi, Hydraulic
bench mendasari seberapa akuratnya antara yang ditemui di lapangan
dengan hasil yang kita perhitungkan secara teoritis atau dapat
dikatakan juga alat penguji yang sederhana.
Hydraulic Bench juga dapat digunakan dalam mendesain alat ukur
debit PDAM agar dapat diketahui debit maksimum dan minimumnya

dan dengan begitu dapat diketahui berapa banyak pasokan yang


digunakan konsumen agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hydraulic bench ini digunakan pada reservoir.
VII. KESIMPULAN
Hydraulic bench merupakan alat sederhana yang digunakan untuk
menghitung debit secara aktual (pasti) dengan menggunakan sistem
kesetimbangan / torsi di saluaran terbuka dengan perbandingan berat air di
tanki = 3 x berat beban yang diletakkan.
Untuk mendapatkan debit aktual (Qaktual) dengan membandingkan Volume

dengan waktu rata-rata, Qaktual =

V
t

Mair
air

, dan Volume diperoleh dari, V =

Temperatur secara tidak langsung mempengaruhi besarnya debit karena

hubungannya terhadap massa jenis (

) sehingga harus diselesaikan dengan

data atau diregresikan secara polynomial tingkat 3 terlebih dahulu.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Djojodhardjo,Harijono.1983. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga
Giles, Ranald V. 1977. Mekanila Fluida dan Hidraulika. Guildford:

Erlangga.
Victor, Stereten L. 1996. Fluid Mechanics. USA: Mc Graw Hill Book
Co.

Anda mungkin juga menyukai