HYDRAULIC BENCH
MODUL 01
Nama Praktikan
: Jeanyta Harto
NIM
: 143050039
Kelompok
: 1 (satu)
Tanggal Praktikum
: 2015
Jam
I. TEORI DASAR
Dalam aliran pipa, pipa terbagi menjadi duajenis system pipa:yaitu system
pipa yang terdiri dari hanya sebuah pipa(sepanjangya dapat dipasan berbaga
omponen),dan system pipa yang terdiri dari beberaa pipa yang tersusu secara
seri,parallel
atau
dalam
konfigurasi
jaringan
(Munson,Young
dan
Keterangan;
V=kecepatan(m/s)
A=Luas Penampang(m2)
Q=Debit(m3/s)
Rumus di atasdaopat di jelaskan bahwa percabangan dalam aliran pipa
dapat mengurangi debit air tersebut pada Q2 dan Q3.berkurangnya debit air
tersebut diesebabkan karena air dari sumber harus d bagi menjadi dua.
Hydraulic bench adalah alat yang digunakan sebagai tempat sumber air
dan pengatur aliran air agar kita tahu debit aliran tersebut. Debit yang dihitung
dalam percobaan adalah debit aktual dan biasanya hasilnya debit aktual lebih
kecil daripada debit teoritis.
Hydraulic bench dilengkapi dengan tuas yang menghubungkan beban
dengan bak penampungan debit air. Tuas tersebut dapat bergerak naik turun
berdasarkan massa beban dan debit yang mengalir, apabila tuas tersebut berada
padaa ketinggian seimbang setelah ddiberi beban, maka massa debit air tiga
kali massa beban.
Hydraulic bench juga dilengkapi dengan calm lever. Calm lever berguna
untuk menaik turunkan tuas pada saat akan membuang air yang ada dalam bak
hingga keadaan setimbang. Perhitungan yang digunakan untuk menghitung
debit air adalah :
M air =
air x V air
II. TUJUAN
III. PRINSIP
Prinsip kerja hydraulic bench yaitu menggunakan beban untuk mengukur debit
yang dihasilkan (debit aktual) dan juga memperhitungkan waktu yang
diperlukan oleh debit dari awal aliran hingga tuas pada keadaan akan terangkat.
Debit aliran fluida berbanding dengan massa jenis fluida. Dan massa debit air
sama dengan tiga kali masa beban.
IV. DATA AWAL DAN DATA AKHIR
IV.1
DATA AWAL
Massa beban : 2,5 kg
Suhu awal
: 26
Suhu akhir
: 27
0
5
10
15
20
25
30
40
50
60
70
80
90
100
3
Densitas (kg/ m
999,8
1000
999,7
999,1
998,2
997
995,7
992,2
988
983,2
977,8
971,8
965,3
958,4
26,5
26,5
26,5
26,5
26,5
IV.2
air
m beban (kg)
(kg/m3)
995,7
995,7
995,7
995,7
995,7
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
1
5,37
4,12
2,67
2,69
2,88
t (s)
2
5,95
4,28
3,42
2,35
2,16
3
5,88
4,22
3,31
2,3
2,38
DATA AKHIR
Variasi
M air
(kg)
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
t rata-rata (s)
5,7333333
3
4,2066666
7
3,1333333
3
2,4466666
7
2,4733333
3
Q aktual (m3/s)
0,001313789
0,001790584
0,002403954
0,003078633
0,00304544
V. PENGOLAHAN DATA
M air (kg) = m beban (kg) x 3 (Jumlah Beban Yang Digunakan)
t rata-rata (s) = t 1(s)+ t 2(s)+ t 3(s) /3
Q aktual (m3/s) =( M air (kg)/ air (kg/m3)) / t rata-rata (s)
VI. ANALISIS
5.1 ANALISIS (A)
1.
Mis : LB : LA = 1 : 3
MB
LA
LB
MA
Maka :
2.
Sehingga
MB = 3 MA
Dari persamaan di atas didapatkan bahwa panjang lengan dengan massa beban
berbanding terbalik. Semakin panjang lengan maka beban yang dibutuhkan
semakin kecil dan semakin pendek lengan, beban yang dibutuhkan untuk
mencapai keseimbangan, semakin besar. Oleh karena itu untuk mencapai
keseimbangan pada hydraulic bench, beban yang diletakkan pada lengan beban
yang pendek harus semakin besar yaitu sebesar tiga kali lebih besar dibandingkan
3.
Harga rapat massa ( ) dipengaruhi atau tergantung pada suhu (T) saat percobaan
terhadap suatu fluida dilakukan. Ini berkaitan dengan sifat zat (molekul zat). Pada
umumnya molekul zat akan merapat atau mengecil kereganganya (jarak antar
molekul berdekatan/rapat) jika dalam keadaan suhu yang rendah, tetapi molekul
zat tersebut akan merenggang/tidak rapat (jarak antar molekul berjauhan) jika
dalam keadaan suhu yang tinggi. Dengan demikian nilai kerapatan massa suatu
fluida berbanding terbalik dengan keadaan suhu saat dilakukannya pengamatan
pada fluida tersebut. Oleh sebab itulah, suatu nilai rapat massa suatu jenis fluida
akan berbeda-beda untuk masing-masing nilai suhu yang berbeda-beda pula. Pada
grafik hubungan nilai rapat massa dengan suhu digunakan regresi polinomial
derajat tiga untuk mendapatkan persamaan yang lebih akurat dibandingkan
dengan menggunakan regresi linier.
4.
Pada penggunaan hydraulic bench ini pastilah tidak tidak lepas dari kesalahan
pengukuran misalnya saat mengukur waktu yang dibutuhkan (ketelitian saat
penggunaan stopwatch) sehingga diperlukan beberapa kali pengukuran waktu
pada satu variasi debit yang sama yaitu sebanyak tiga kali. Diharapkan dengan
tiga kali pengukuran waktu dan mendapatkan waktu rata-rata dari ketiga
pengukuran tersebut (yang nantinya baru akan digunakan dalam menghitung
debit), hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dibandingkan hanya dengan
melakukan satu kali pengukuran waktu.
5.
Nilai debit pada data perhitungan merupakan nilai debit fluida yang keluar dari
valve yang diputar pada setiap variasi debit yang berbeda. Dengan demikian hasil
nilai debit yang keluar dari valve akan berbeda-beda tergantung banyaknya
putaran dari valve tersebut. Pada massa beban yang konstan sehingga volume air
yang diperoleh pun bernilai sama pada setiap variasi debitnya menunujukkan nilai
debit fluida yang keluar berbanding terbalik dengan waktu yang dibutuhkan untuk
terjadinya keseimbangan antara lengan yang diberikan beban dengan lengan
hydraulic bench keseluruhan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
terjadinya keseimbangan pada hydraulic bench menunjukkan debit fluida yang
keluar semakin kecil begitupun sebaliknya semakin cepat waktu yang dibutuhkan
hydraulic bench mencapai keseimbangannya maka semakin besar atau kencang
Q=
V
t ratarata
V
t
Mair
air
Erlangga.
Victor, Stereten L. 1996. Fluid Mechanics. USA: Mc Graw Hill Book
Co.