No.Dokumen : B/
SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1. Pengertian
/KESLING/SPO/2015
Ditetapkan Oleh
Terbitan
:1
Kepala Puskesmas
No.Revisi
:0
Tgl.Terbit
: Oktober 2015
Halaman
: 1-2
NIP.196102271982122001
Secara umum term waste ( bahan buangan ) menunjukkan sesuatu yang tidak
berguna, tidak terpakai, tidak dikehendaki atau barang-barang yang dibuang
dapat berbentuk padat, cair atau gas.
Klasifikasi sampah puskesmas :
A. Sampah medis :
Kering : tempat infus, kasa kering, Kapas, verband, pembalut dan lain-lain
bahan yang berhubungan dengan penderita, Jarum suntik dan infuse, lancet,
dak glas, objek gelas, spuit.
Basah : Sampah medis dengan kandungan air ( kapas basah, kasa basah),
handscoen
B. Sampah non medis :
sisa-sisa makanan nasi, sayur, buah, kertas bekas, puntung rokok,
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
Terkait
SPO
UPTD PKM
No.Dokumen : B/ /IGD/SPO/2015
Ditetapkan Oleh
Terbitan
:1
Kepala Puskesmas
No.Revisi
:0
Tgl.Terbit
: Oktober 2015
Halaman
: 1-3
NIP.196102271982122001
P.TEMIANG
1.Pengertian
Perawatan luka adalah perawatan pada luka yang bertujuan untuk mencegah
2.Tujuan
4. Nacl 0,9%
Bahan
a. Gunting
5. Plester
b. Pinset anatomis
c. Pinset cirurgis
7. Bengkok
d. Baskom steril
8. Penghilang perekat
e. Kasa steril
9. Kantong sampah
5.Prosedur
14. Dengan menggunakan tangan bersarung tangan atau dengan pinset angkat
balutan kasa secara hati-hati. Jaga kotoran-kotoran pada luka agar tidak terlihat
oleh klien. Peringatkan klien tentang rasa tidak nyaman yangmungkin timbul
dan angkat balutan dengan perlahan.
15. Observasi karakter, jumlah drainase pada balutan.
16. Buang balutan yang kotor ke dalam kantong sampah.
17. Lepaskan sarung tangan dengan bagian dalamnya berada di luar.Buang pada
tempat yang tepat.
18. Cuci tangan.
19. Siapkan plester baru, perban atau pengikat bila diperlukan.
20. Letakkan set balutan steril pada meja tempat tidur atau sisi pasien.Buka set
balutan steril. Balutan, gunting dan pinset harus tetap pada tempat set steril.
21. Buka botol larutan dan tuangkan ke dalam baskom steril.
22. Gunakan sarung tangan steril.
23. Inspeksi luka. Peerhatikan kondisinya, tempat drain, integritas jahitan atau
penutupan kulit dan karakter drainase.
24. Bersiehkan luka dengan larutan antiseptik yang diresepkan atau salin
normal. Jika tidak ada bisa diganti dengan larutan steril seperti air hangat.
Pegang kasa yang basah dengan pinset. Gunakan kasa lain untuk tiap usapan.
Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area yang paling
terkontaminasi. Gerakan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi
luka. Ulangi membilas luka
2-3x, sampai luka terlihat bersih.
25. Keringkan dengan menggunakan kassa.
26. Jika ada obat topikal yang sesuai dengan indikasi, maka oleskan tipis obat
topikal secara merata pada luka sesuai dengan indikasi obat. Misalnya untuk
penyakit skabies, dapat diberikan salep topikal Scabimite dengan kandungan
permethrin 5% (harus dengan resep dokter).
27. Pasang kasa langsung pada tepi luka. Bila luka dalam, kemas kasa secara
perlahan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara bertahap, masukkan
kasa sedalam luka hingga seluruh permukaan luka bersentuhan dengan kasa
basah. Berikan kasa steril kering (4x4) di atas kasa basah.
28. Pasang plester, perban atau pengikat.
29. Rapikan peralatan.
SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan
/KEP/SPO/2015
Ditetapkan Oleh
Terbitan
:1
Kepala Puskesmas
No.Revisi
:0
Tgl.Terbit
: Oktober 2015
Halaman
: 1-2
NIP.196102271982122001
4. Referensi
5.Alat dan
Bahan
4. Perlak/pengalas
5. Plester
6.Prosedur
6. Gunting
A. Sudah terpasang jalur intravena
1. Cuci tangan
2. Hentikan tetesan infus
3. Observasi kemungkinan terjadinya pembengkaan pada
area infus/IV line
4. Identifikasi pasien, jenis dan dosis obat
5. Usap area yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol
6. Injeksikan obat dalam spuit pelan pelan dan amati area
penyuntikan jika terjadi pembengkaan
7. Setelah selesai, cabut spuit dan infus diteteskan kembali
8. Observasi area injeksi
9. Bereskan alat dan cuci tangan
B. Belum terpasang jalur intravena
1. Cuci tangan
2. Tusukkan spuit ke dalam vena, jika tampak darah mengalir di dalam
jarum,injeksikan obat secara perlahan dan amati jika terjadi pembengkaan
7. Setelah selesai, lakukan fiksasi dengan plester
7. Unit Terkait
SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1.Pengertian
No.Dokumen : B/ /KEP/SPO/2015
Ditetapkan Oleh
Terbitan
:1
Kepala Puskesmas
No.Revisi
:0
Tgl.Terbit
: Oktober 2015
Halaman
: 1-2
NIP.196102271982122001
Injeksi intra muskular adalah: pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam jaringan otot menggunakan spuit injeksi dilakukan pada otot pangkal
lengan atau otot paha bagian luar (yaitu 1/3 tengah paha sebelah luar), atau otot
2.Tujuan
3.Kebijakan
bokong
Sebagai acuan dalam pemberian injeksi intramuskular
Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar
4.Referensi
5.Alat dan
Bahan
6. Prosedur
SPO
UPTD PKM
/IGD/SPO/2015
Ditetapkan Oleh
Terbitan
:1
Kepala Puskesmas
No.Revisi
:0
Tgl.Terbit
: Oktober 2015
Halaman
: 1-3
NIP.196102271982122001
P.TEMIANG
1.Pengertian
Suatu tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan
2.Tujuan
3.Kebijakan
4. Referensi
5.Alat dan
Bahan
5. Prosedur
1. Pasang sampiran/tirai
2. Posisikan klien dorsal recumbent
3. Kenakan kain pada daerah abdomen dengan posisi diamond dan paha klien
jika diperlukan dan pasang perlak diantara ke-2 paha
4. Pastikan pencahayaan daerah perineal cukup
5. Cuci tangan, gunakan sarung tangan dan bersihkan , kemudian ukur perineal
klien
6. Buka sarung tangan
7. Buka kateter kit dsn gunakan tehnik aseptic, letakkan di sisi tempat tidur
klien 8. Gunakan sarung tangan steril
9. Periksa nalon kateter dengan menggunakan WFI 5cc dan kempiskan kembali
10. Jika urinbag dan kateter belum tersambung, hubungkan urinbag dengan
kateter
11. Lumasi ujung kateter dengan lubricant dan tempatkan pada daerah steril
12. Letakkan duk berlubang steril pada daerah perineal klien
13. Lakukan insersi
SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1.Pengertian
No.Dokumen : B/ /IGD/SPO/2015
Ditetapkan Oleh
Terbitan
:1
Kepala Puskesmas
No.Revisi
:0
Tgl.Terbit
: Oktober 2015
Halaman
: 1-3
NIP.196102271982122001
2.Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah terjadinya hipoksia
3.Kebijakan
4.Referensi
5.Alat dan
Bahan
6.Prosedur
3. Vaselin / jeli
Kateter Nasal
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya
1 - 6 liter / menit. Kemudian, observasi humidifire dengan melihat air
bergelembung
4. Atur posisi dengan semi-fowler
5. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan
berikan tanda
6. Buka saluran udara dari tabung oksigen
7. Berikan minyak pelumas (vaselin / jeli)
8. Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan
9. Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan
menekan lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di
belakang uvula)
10. Fiksasi pada daerah hidung
11. Periksa kateter nasal setiap 6 - 8 jam
12. Kaji cuping, septum dan mukos hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen setiap 6 - 8 jam
13. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Kanula Nasal
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya
1 - 6 liter / menit. Kemudian observasi humidifire pada tabung dengan
adanya gelembung air
4. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan
pasien
5. Periksa kanula tiap 6 - 8 jam
6. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen tiap 6 - 8 jam
7. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Masker Oksigen
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan semi-fowler
4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,
(umumnya 6 - 10 liter / menit). Kemudian observasi humidifire pada
tabung air yang menunjukkan adanya gelembung
5. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur
pengikat untuk kenyamanan pasien
6. Periksa kecepatan aliran tiap 6 - 8 jam, catat kecepatan aliran oksigen,
rute pemberian, dan respon klien
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
6. Unit Terkait
R.INAP, PONED
SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1.Pengertian
/KEP/SPO/2015
Ditetapkan Oleh
Terbitan
:1
Kepala Puskesmas
No.Revisi
:0
Tgl.Terbit
: Oktober 2015
Halaman
:1
NIP.196102271982122001
2.Tujuan
1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler
3.Kebijakan
4.Referensi
5.Alat dan
bahan
6.Prosedur
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien (manusia coba)
4. Letakkan kedua lengan telentang disisi tubuh
5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk,