Anda di halaman 1dari 17

SPO PENANGANAN SAMPAH KEPERAWATAN

No.Dokumen : B/

SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1. Pengertian

/KESLING/SPO/2015

Ditetapkan Oleh

Terbitan

:1

Kepala Puskesmas

No.Revisi

:0

Tgl.Terbit

: Oktober 2015

Hermina Sitorus, SKM

Halaman

: 1-2

NIP.196102271982122001

Secara umum term waste ( bahan buangan ) menunjukkan sesuatu yang tidak
berguna, tidak terpakai, tidak dikehendaki atau barang-barang yang dibuang
dapat berbentuk padat, cair atau gas.
Klasifikasi sampah puskesmas :
A. Sampah medis :
Kering : tempat infus, kasa kering, Kapas, verband, pembalut dan lain-lain
bahan yang berhubungan dengan penderita, Jarum suntik dan infuse, lancet,
dak glas, objek gelas, spuit.
Basah : Sampah medis dengan kandungan air ( kapas basah, kasa basah),
handscoen
B. Sampah non medis :
sisa-sisa makanan nasi, sayur, buah, kertas bekas, puntung rokok,

2. Tujuan

sampah kantor dll.


Protap ini disusun sebagai acuan untuk :
o Mencegah penyebaran infeksi kepetugas klinik yang menanganinya dan
masyarakat.
o Melindungi petugas yang menangani sampah dari kecelakaan yang tidak
sengaja.
o Memberikan lingkungan yang estetik.

3. Kebijakan
4. Referensi

1.Persyaratan SMM ISO 9001 : 2000


2. Buku Standart Asuhan keperawatan (instrumen evaluasi penerapan SAK di RS.

5. Prosedur

Depkes RI Dirjen Yanmed Direktorat, RSU dan Pendidikan Th. 2005.


Sampah Medis :
1.Petugas ruangan memasukkan sampah medik dari ruangan ke dalam kantong
plastik (sampah kering kecuali botol bekas obat dan infuse set)
2.Setelah 24 jam / pergantian shift atau sesudah kantong plastik terisi sampah
medik maksimal 2/3 bagian.

3.Petugas kebersihan mengambil sampah medis tersebut dan memilah sampah


tersebut dalam sampah kering dan basah.
4.Petugas memilah lagi untuk sampah kering dengan memisahkan infuse set
tersendiri terpisah dari sampah kering yang lain.
5.Petugas kebersihan mengikat kantong dengan rapat dan mengangkut dengan
trolly khusus ke insenerator.
6. Petugas kebersihan membakar sampah kering .
7. Petugas pengambil infuse set mengambil pada petugas kebersihan
Khusus untuk botol bekas obat:
Petugas perawatan mengumpulkan botol bekas tersebut dalam wadah khusus
b.Sampah Non Medis :
1.Petugas ruangan memasukkan sampah non medik ke dalam kantong plastik.
2.petugas keperawatan menganti kantung plastik baru apabila kantong plastik terisi
sampah medik maksimal 2/3 bagian.
3.Petugas kebersihan mengambil sampah tersebut dan memilah sampah kering dan
basah
4.Petugas kebersihan membakar sampah kering langsung pada tempat sudah
disediakan
6.Unit

5.Petugas kebersihan membuang sampah basah ke TPA ( tempat pembuangan akhir)


Poli umum, KIA, KB, Imunisasi, PONED, IGD, RINAP

Terkait

SPO PERAWATAN LUKA

SPO
UPTD PKM

No.Dokumen : B/ /IGD/SPO/2015

Ditetapkan Oleh

Terbitan

:1

Kepala Puskesmas

No.Revisi

:0

Tgl.Terbit

: Oktober 2015

Hermina Sitorus, SKM

Halaman

: 1-3

NIP.196102271982122001

P.TEMIANG
1.Pengertian

Perawatan luka adalah perawatan pada luka yang bertujuan untuk mencegah

2.Tujuan

komplikasi dan meningkatkan proses penyembuhan luka


1. Meningkatkan hemostasis luka
2. Mencegah infeksi

3. Mencegah cidera jaringan yang lebih lanjut


4. Mempertahankan integritas kulit
5. Mencegah terjadinya komplikasi pada luka
6. Meningkatkan proses penyembuhan luka
7. Mendapatkan kembali fungsi normal
8. Memperoleh rasa nyaman
3.Kebijakan
4. Referensi
5.Alat dan

1. Set balutan steril

4. Nacl 0,9%

Bahan

a. Gunting

5. Plester

b. Pinset anatomis

6. Perlak dan pengalas

c. Pinset cirurgis

7. Bengkok

d. Baskom steril

8. Penghilang perekat

e. Kasa steril

9. Kantong sampah

2. Sarung tangan steril

10. Salep obat topikal sesuai indikasi

5.Prosedur

3. Sarung tangan bersih sekali pakai


1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan klien.
4. Beritahu lamanya tindakan.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai.
6. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan.
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian
luka. Beritahu klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
8. Pasang perlak dan pengalasnya di bawah area luka. Letakkan bengkok di atas
perlak.
9. Letakkan kantong sampah pada area yang mudah dijangkau. Lipat bagian
atasnya membentuk mangkuk
10. Cuci tangan.
11. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai.
12. Lepaskan plester, balutan atau ikatan. Lepaskan plester dengan melepas
ujungnya dan menarik dengan perlahan, sejajar dengan kulit dan ke arah
balutan.
13. Observasi kulit klien untuk reaksi terhadap plester. Jika perekat masih di
kulit, dapat dibersihkan dengan penghilang perekat atau aseton.

14. Dengan menggunakan tangan bersarung tangan atau dengan pinset angkat
balutan kasa secara hati-hati. Jaga kotoran-kotoran pada luka agar tidak terlihat
oleh klien. Peringatkan klien tentang rasa tidak nyaman yangmungkin timbul
dan angkat balutan dengan perlahan.
15. Observasi karakter, jumlah drainase pada balutan.
16. Buang balutan yang kotor ke dalam kantong sampah.
17. Lepaskan sarung tangan dengan bagian dalamnya berada di luar.Buang pada
tempat yang tepat.
18. Cuci tangan.
19. Siapkan plester baru, perban atau pengikat bila diperlukan.
20. Letakkan set balutan steril pada meja tempat tidur atau sisi pasien.Buka set
balutan steril. Balutan, gunting dan pinset harus tetap pada tempat set steril.
21. Buka botol larutan dan tuangkan ke dalam baskom steril.
22. Gunakan sarung tangan steril.
23. Inspeksi luka. Peerhatikan kondisinya, tempat drain, integritas jahitan atau
penutupan kulit dan karakter drainase.
24. Bersiehkan luka dengan larutan antiseptik yang diresepkan atau salin
normal. Jika tidak ada bisa diganti dengan larutan steril seperti air hangat.
Pegang kasa yang basah dengan pinset. Gunakan kasa lain untuk tiap usapan.
Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area yang paling
terkontaminasi. Gerakan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi
luka. Ulangi membilas luka
2-3x, sampai luka terlihat bersih.
25. Keringkan dengan menggunakan kassa.
26. Jika ada obat topikal yang sesuai dengan indikasi, maka oleskan tipis obat
topikal secara merata pada luka sesuai dengan indikasi obat. Misalnya untuk
penyakit skabies, dapat diberikan salep topikal Scabimite dengan kandungan
permethrin 5% (harus dengan resep dokter).
27. Pasang kasa langsung pada tepi luka. Bila luka dalam, kemas kasa secara
perlahan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara bertahap, masukkan
kasa sedalam luka hingga seluruh permukaan luka bersentuhan dengan kasa
basah. Berikan kasa steril kering (4x4) di atas kasa basah.
28. Pasang plester, perban atau pengikat.
29. Rapikan peralatan.

30. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.


31. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
32. Cuci tangan

SPO PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA


No.Dokumen : B/

SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1.Pengertian
2.Tujuan
3.Kebijakan

/KEP/SPO/2015

Ditetapkan Oleh

Terbitan

:1

Kepala Puskesmas

No.Revisi

:0

Tgl.Terbit

: Oktober 2015

Hermina Sitorus, SKM

Halaman

: 1-2

NIP.196102271982122001

Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah vena


Sebai acuan dalam pemberian injeksi intravena
Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar

4. Referensi
5.Alat dan

Pelayanan Minimal FKTP


Perawatan dasar Depkes RI Tahun 2005
1.Kapas Alkohol

Bahan

2.Spuit yang berisi obat yang akan diberikan


3. Bak injeksi

4. Perlak/pengalas
5. Plester
6.Prosedur

6. Gunting
A. Sudah terpasang jalur intravena
1. Cuci tangan
2. Hentikan tetesan infus
3. Observasi kemungkinan terjadinya pembengkaan pada
area infus/IV line
4. Identifikasi pasien, jenis dan dosis obat
5. Usap area yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol
6. Injeksikan obat dalam spuit pelan pelan dan amati area
penyuntikan jika terjadi pembengkaan
7. Setelah selesai, cabut spuit dan infus diteteskan kembali
8. Observasi area injeksi
9. Bereskan alat dan cuci tangan
B. Belum terpasang jalur intravena
1. Cuci tangan
2. Tusukkan spuit ke dalam vena, jika tampak darah mengalir di dalam
jarum,injeksikan obat secara perlahan dan amati jika terjadi pembengkaan
7. Setelah selesai, lakukan fiksasi dengan plester

7. Unit Terkait

8. Bersihkan alat dan cuci tangan


IGD,R.INAP,PONED,POLI UMUM

SPO PEMBERIAN INJEKSI INTRA MUSKULAR

SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1.Pengertian

No.Dokumen : B/ /KEP/SPO/2015

Ditetapkan Oleh

Terbitan

:1

Kepala Puskesmas

No.Revisi

:0

Tgl.Terbit

: Oktober 2015

Hermina Sitorus, SKM

Halaman

: 1-2

NIP.196102271982122001

Injeksi intra muskular adalah: pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam jaringan otot menggunakan spuit injeksi dilakukan pada otot pangkal
lengan atau otot paha bagian luar (yaitu 1/3 tengah paha sebelah luar), atau otot

2.Tujuan
3.Kebijakan

bokong
Sebagai acuan dalam pemberian injeksi intramuskular
Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar

4.Referensi
5.Alat dan
Bahan

6. Prosedur

Pelayanan Minimal Rumah Sakit


Perawatan dasar Depkes RI Tahun 2005
Alat :
a. Bak Instrumen Steril,
b. Alat tulis
2. Bahan:
a. Kapas alkohol
b. Obat injeksi
c. Spuit injeksi
1.Petugas mencuci tangan

2. Petugas menyiapkan alat dan bahan dalam bak instrumen steril


3.Petugas memberi tahu maksud tindakan kepada pasien
4. Petugas melakukan aspirasi obat sesuai dengan dosis ke dalam spuit injeksi
5. Petugas mengatur posisi pasien
6. Petugas memilih area penusukan yang bebas dari lesi dan peradangan
7. Petugas membersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol
8.Petugas membuka tutup jarum
9. Petugas menusukkan jarum ke area penusukan dengan sudut 90 derajat, kirakira sampai jaringan otot
10. Petugas melakukan aspirasi spuit
11. Petugas mengobservasi ada atau tidak darah dalam spuit
12. Jika ada darah tarik kembali jarum dari kulit
13. Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas alkohol
14. Petugas mengganti penusukan ke tempat lain
15. Jika darah tidak ada, masukkan obat secara perlahan
16. Petugas mencabut jarum
17. Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas alkohol
18. Petugas memberitahu pasien bahwa tindakannya selesai
19. Petugas mencatat tindakan dalam rekam medik
20. Petugas merapikan alat dan bahan
7.Unit Terkait

21. Petugas cuci tangan


Poli umum, KIA,KB, Imunisasi, PONED, IGD, R.INAP

SPO PEMASANGAN KATETER URINE


No.Dokumen : B/

SPO
UPTD PKM

/IGD/SPO/2015

Ditetapkan Oleh

Terbitan

:1

Kepala Puskesmas

No.Revisi

:0

Tgl.Terbit

: Oktober 2015

Hermina Sitorus, SKM

Halaman

: 1-3

NIP.196102271982122001

P.TEMIANG
1.Pengertian

Suatu tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan

2.Tujuan

kedalam kandung kemih


1. Menghilangkan distensi kandung kemih
2. Penatalaksanaan kandung kemih inkopeten
3. Mendapatkan urine steril
4. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap

3.Kebijakan
4. Referensi
5.Alat dan
Bahan

1. Bak instrument steril berisis ( Pinset anatomis, Kassa)


2. Kateter sesuai ukuran
3. Urine bag
4. Sarung tangan steril
5. Desinfektan ( alcohol/ betadine)
6. Spuit 10 cc
7. Jelly

8. Plaster dan gunting


9. Perlak, pengalas dan Selimut.
10. Bengkok

5. Prosedur
1. Pasang sampiran/tirai
2. Posisikan klien dorsal recumbent
3. Kenakan kain pada daerah abdomen dengan posisi diamond dan paha klien
jika diperlukan dan pasang perlak diantara ke-2 paha
4. Pastikan pencahayaan daerah perineal cukup
5. Cuci tangan, gunakan sarung tangan dan bersihkan , kemudian ukur perineal
klien
6. Buka sarung tangan
7. Buka kateter kit dsn gunakan tehnik aseptic, letakkan di sisi tempat tidur
klien 8. Gunakan sarung tangan steril
9. Periksa nalon kateter dengan menggunakan WFI 5cc dan kempiskan kembali
10. Jika urinbag dan kateter belum tersambung, hubungkan urinbag dengan
kateter
11. Lumasi ujung kateter dengan lubricant dan tempatkan pada daerah steril
12. Letakkan duk berlubang steril pada daerah perineal klien
13. Lakukan insersi

a. Klien laki-laki Arahkan penis ke atas Masukkan kateter perlahan lahan


sedalam 15-23cm atau hingga urine keluar
b. Klien perempuan Regangkan labia minora dengan tangan non dominan
dan amati ostium urethra eksterna Pegang labia dengan tangan non dominan,
gunakan pinset untk mengambil deppers yang telah dibasahi antiseptic,
bersihkan labia mayora, labia minora serta perineum. Satu kassa deppers untuk
satu kali usap, dari atas ke bawah. Pegang kateter dengan tangan non
dominan, masukkan ke ostium urethra eksterna hingga urine dapat keluar dari
vesica urinaria dan masuk ke urobag 5-7,5cm (2-3 inchi)
Jika urine belum masuk urinbag, berarti kateter belum masuk ke vesica urinaria,
masukkan kateter lebih dalam lagi (1-3 inchi) Pegang kateter ketika vesica
urinaria kosong, hindari memajukan dan menarik kateter meskipun hanya
sedikit. 14. Pompa balon ketika kateter sudah masuk vesica urinaria, jika kateter
dimaksudkan untuk penggunaan dalam beberapa waktu
15. Injeksikan WFI ke dalam balon pelan-pelan, bila klien merasa nyeri, hisap
kembali dan lanjutkan insersi kateter, setelahnya injeksikan kembali sebanyak
10 cc
16. Keluarkan cairan jika klien merasa nyeri dan tidak nyaman
17. Tarik perlahan kateter setelah balon diisi
18. Jika kateter tidak digunakan untuk penggunaan selanjutnya, tarik kateter
perlahan kurang lebih 1 cm tiap kali tarikan sampai urine habis menetes dan
kemudian jepit kateter sambil menarik ujung kateter
19. Rekatkan kateter pada paha klien di bawah perineum dengan plester
20. Letakkan urobag pada posisi yang laebih rendah dari vesica urinaria, jangan
biarkan di lantai.
21. Rapikan peralatan dan buang peralatan yang tidak terpakai

22. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan


23. Bantu klien dalam posisi nyaman
6. Unit terkait
R.INAP, PONED

SPO PEMBERIAN OKSIGEN

SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1.Pengertian

No.Dokumen : B/ /IGD/SPO/2015

Ditetapkan Oleh

Terbitan

:1

Kepala Puskesmas

No.Revisi

:0

Tgl.Terbit

: Oktober 2015

Hermina Sitorus, SKM

Halaman

: 1-3

NIP.196102271982122001

Pemberian oksigen merupakan pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui


saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen pada klien dapat melalui tiga cara, yaitu melalui kateter nasal, kanula
nasal, dan masker oksigen.

2.Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah terjadinya hipoksia
3.Kebijakan
4.Referensi

5.Alat dan
Bahan

1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifire


2. Kateter nasal, kanula nasal atau masker

6.Prosedur

3. Vaselin / jeli
Kateter Nasal
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya
1 - 6 liter / menit. Kemudian, observasi humidifire dengan melihat air
bergelembung
4. Atur posisi dengan semi-fowler
5. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan
berikan tanda
6. Buka saluran udara dari tabung oksigen
7. Berikan minyak pelumas (vaselin / jeli)
8. Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan
9. Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan
menekan lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di
belakang uvula)
10. Fiksasi pada daerah hidung
11. Periksa kateter nasal setiap 6 - 8 jam
12. Kaji cuping, septum dan mukos hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen setiap 6 - 8 jam

13. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Kanula Nasal
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya
1 - 6 liter / menit. Kemudian observasi humidifire pada tabung dengan
adanya gelembung air
4. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan
pasien
5. Periksa kanula tiap 6 - 8 jam
6. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen tiap 6 - 8 jam
7. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Masker Oksigen
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan semi-fowler
4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,
(umumnya 6 - 10 liter / menit). Kemudian observasi humidifire pada
tabung air yang menunjukkan adanya gelembung

5. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur
pengikat untuk kenyamanan pasien
6. Periksa kecepatan aliran tiap 6 - 8 jam, catat kecepatan aliran oksigen,
rute pemberian, dan respon klien
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
6. Unit Terkait

R.INAP, PONED

SPO PEMERIKSAAN DENYUT NADI


No.Dokumen : B/

SPO
UPTD PKM
P.TEMIANG
1.Pengertian

/KEP/SPO/2015

Ditetapkan Oleh

Terbitan

:1

Kepala Puskesmas

No.Revisi

:0

Tgl.Terbit

: Oktober 2015

Hermina Sitorus, SKM

Halaman

:1

NIP.196102271982122001

Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler.


Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi).
Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada
pergelangan tangan, arteri brakhialis pada siku bagian dalam, arteri karotis pada
leher, arteri temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan pada arteri
frontalis pada bayi.

2.Tujuan
1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler
3.Kebijakan
4.Referensi
5.Alat dan
bahan

1. Arloji (jam tangan) atau Stop-Watch


2. Buku catatan keperawatan
3. Pena

6.Prosedur
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien (manusia coba)
4. Letakkan kedua lengan telentang disisi tubuh
5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk,

jari tangah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya permenit dan


keteraturan irama dan kekuatan denyutan
7. Catat hasil
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Anda mungkin juga menyukai