1. Pendahuluan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah adalah segala
sesuatu yang berada di sekitar sekolah, meliputi lingkungan hidup (biotik) seperti tumbuhtumbuhan dan hewan serta lingkungan yang tidak hidup (abiotik) seperti tanah, air, udara, iklim
dansinar matahari (Depdikbud, 1994). Sehubungan dengan hal tersebut Kimmins (1997)
menyatakan ada dua komponen penting di lingkungan organisme yaitu faktor abiotik (fisik dan
kimia) dan biotik. Lingkungan inilah dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran
biolgi.
Menurut Rifai (1992) anak didik harus diakrabkan dengan upaya-upaya nyata pelestarian
keanekaragaman hayati di lingkungan sekitarnya seperti mengadakan kunjungan ke kebun
koleksi bibit, taman kota, halaman sekolah, kebun binatang, cagar alam dan sebagainya.
Kunjungan tersebut akan menambah wawasan mereka tentang pentingnya pemanfaatan sumber
daya keanekaragaman hayati, secara bijaksana terutama dalam proses belajar. Dampak lain dari
upaya tersebut menyebab-kan siswa memahami arti penting dari keanekaragaman khususnya
keanekaragaman tumbuhan. Sulasmi (2000) menyatakan keanekaragaman tumbuhan merupakan
bentuk penampilan atau perwujudan alamiah yang berbeda-beda dari tumbuhan yang terdapat di
suatu wilayah. Perwujudan alamiah tersebut dapat berupa ciri atau sifat morfologi, anatomi,
fisiologi, genetik dan ekosistem dari tumbuan.
2.MetodePenelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas di SLTPN 10 Kotamadya Denpasar karena kendala
yang muncul dalam proses pembelajaran seperti kurangnyapemahaman konsep keanekaragaman
tumbuhan pada siswa. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu upaya perbaikan proses
pembelajaran oleh guru, sebab hanya gurulah yang paling tahu tentang keadaan kelas yang
dikelolanya. Lewin (dalam Kemmis dan McTaggart, 1988) mendeskripsikan penelitian tindakan
sebagai tindakan berkelanjutan dari langkah-langkah berbentuk spiral, setiap langkah (siklus)
berisi perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi (evaluasi) dan refleksi tindakan. Penelitian
ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru biologi kelas I SLTPN 10 Kotamadya
Denpasar. Penelitian ini berlangsung tiga siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu(1)
tahap perencanaan, meliputi: pembekalan kepada guru, penyusunan model pembelajaran,
penyiapan instrumen tes (pretes, postes), lembar observasi dan membentuk kelompok belajar
siswa, (2) tahap pelaksanaan tindakan, meliputi: pelaksanaan kegiatan dari perencanaan yang
dibuat, (3) tahap observasi, yaitu pengamatan dari pelaksanaan tindakan melalui pedoman
observasi, dan (4) tahap refleksi, yaitu menganalisis dan memberi pemaknaan dari pelaksanaan
tindakan, sehingga dapat dibuat perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan alat tes dan pedoman
observasi. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan pemahaman konsep
keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Alat tes yang digunakan terdiri atas 25 item soal pada
setiap siklus, sehinggajumlah soal dari ketiga siklus menjadi berjumlah 75 item. Agar dalam
penyusunan tes dapat mengukur aspek yang diperlukan dan sesuai dengan pokok dan sub pokok
bahasan yang diajarkan, maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi tes (Sujana, 1989). Selanjutnya
tes yang telah disusun diakukan uji coba terlebih dahulu agar tes (instrumen) dapat dipergunakan
untuk menjaring data secara akurat. Kaitannya dengan uji coba tes tersebut maka dilakukan (a)
uji validitas, (b) uji reliabilitas, (c) uji tingkat kesukaran, dan (d) uji daya beda. Selanjutnya,
setelah tes tersebut memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan tes yang baik barulah tes tersebut
digunakan menjaring data dalam penelitian, seperti mengadakan pretes dan postes pada setiap
siklus. Siswa yang dianggap tuntas belajar, bila telah mencapai nilai 6,5 ke atas atau 65%, siswa
yang mendapat nilai kurang dari 6,5 dinyatakan belum tuntas belajar. Pengadaan postes
dilaksanakan pada setiap akhir siklus sedangkan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa
digunakan pedoman observasi. Untuk mendukung hasil pengamatan, peneliti juga melakukan
perekaman kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan kamera foto.
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan rumus persentase. Selanjutnya, nilai yang
diperoleh siswa di cocokkan kedalam tabel konversi nilai dengan skala lima. Hasil analisis ini
digunakan untuk mencari ketuntasan belajar. Menurut Depdikbud (1994) ketuntasan belajar
secara klasikal sebesar 85% dari siswa memperoleh nilai 6,5 atau 65%, artinya siswa baru dapat
dikatakan tuntas bila siswa telah mendapat nilai minimal 6,5. Bila siswa memperoleh nilai
kurang dari 6,5 dianggap belum tuntas belajar, selanjutnya bagi siswa yang bersangkutan
dimasukkan kedalam satu atau dua kelompok tergantung dari jumlah siswa yang belum tuntas
bekajar.
3.Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.HasilPenelitian
Setahun sebelum penelitian yang sebenarnya dimulai terlebih dahulu peneliti bersama
guru biologi dan siswa kelas I pada tahun 1999/2000 tepatnya tanggal 9 Agustus 2000
mengadakan penanaman tumbuh-tumbuhan di halaman sekolah SLTPN 10 kotamadya
Denpasar. Tujuannya adalah untuk menambah jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan
sekolah, sehingga nantinya lingkungan sekolah sudah mendukung pelaksanaan penelitian.
Adapun jenis-jenis tumbuhan yang ditanam meliputi: pacar air, bunga mawar, bunga kembang
sepatu, bogenvil, cempaka, puring, palma dan tumbuhan paku, seperti paku suplir, paku
sarang burung dan paku tanduk rusa. Pada saat penelitian tumbuhan tersebut telah tumbuh
dengan sempurna, karena selama ini tumbuhan tersebut telah dipelihara dengan baik oleh
petugas disekolah. Pada saat penanaman tersebut siswa diberikan tugas menyusun laporan
secara berkelompok mulai dari pemilihan tanaman yang akan ditanam sampai pada
tumbuhnyatanamatersebut.
Selanjutnya, penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada siklus I dilakukan tiga kali
pertemuan, membahas tentang konsep alga, jamur dan lumut, masing-masing pertemuan
memerlukan waktu 2 x 45 menit. Pembagian waktunya 10 menit motivasi awal dari guru dan
pembagian kelompok, 30 menit kegiatan di lapangan dan 40 menit diskusi kelas serta
presentasi hasil dan 10 menit kemudian diakhiri dengan rangkuman oleh guru. Setiap siklus
diawali dengan pretes dan pada akhir siklus diadakan postes. Hasil pengamatan pada
pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut, yakni (a) guru telah memulai pembelajaran
dengan memberi motivasi pada siswa dan mengakhiri dengan membuat rangkuman, (b) pada
setiap kegiatan guru telah berusaha mendampingi siswa, (c) kerja kelompok siswa masih
kurang aktif, terutama kelompok 5, 6, dan 7 yang aktif kelompok 1, 2, 3, dan 4, (d) dari hasil
postes ada sebanyak 28 orang atau 71,79% siswa telah tuntas belajar, sedangkan 11 orang atau
28,21% siswa belum tuntas belajar. Hasil refkeksi pada siklus I adalah (a) keaktifan siswa
dalam kerja kelompok kurang, (b) siswa belum mampu membuat kesimpulan dengan benar,
(c) guru mendorong siswa berani mengajukan dan menjawab pertanyaan, dan (d) terdapat
71,79% siswa telah tuntas belajar dan 28,21% siswa belum tuntas belajar.
Dari refleksi tindakan pada siklus I disusun rencana tindakan siklus II sebagai berikut,
yakni (1) guru merubah susunan kelompok dengan memasukkan siswa yang kurang berhasil
menjadi dua kelompok (kelompok 1 dan kelompok 2), (2) memasukkan siswa yang belum
tuntas kedalam dua kelompok tadi, (3) guru harus lebih memfokuskan perhatian kepada siswa
yang belum tuntas, (4) guru menyarankan siswa bekerja lebih sistematis, dan (5) siswa
diwajibkanmembacapelajaran minimal sehari sebelumnya.
Pada siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan, konsep yang dibahas adalah tumbuhan
paku dengan rincian waktu 2 x 45 menit. Pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran secara
umum sama dengan siklus I, kecuali focus perhatian guru pada dua kelompok yang belum
tuntas. Hasil pengamatan tindakan pada siklus II sebagai berikut, yakni (a) diskusi kelompok
meningkat, (b) siswa aktif berdiskusi dan bertanya, (c) setiap kelompok mampu
menyelesaikan tugasnya, (d) dari hasil postes terdapat 33 orang atau 84,62% siswa sudah
tuntas belajar, sedangkan 6 orang atau 15,38% yang belum tuntas belajar. Refleksi
tindakannya adalah (a) siswa telah aktif dalam pembelajaran, (b) siswa aktif mengajukan dan
menjawab pertanyaan, (c) siswa lebih cepat menyelesaikan tugas dan (d) masih terdapat 15%
siswa yang belum tuntas belajar.
Dari refleksi tindakan pada siklus II, kemudian disusun rencana tindakan pada siklus III
sebagai berikut, yakni (1) guru merubah susunan kelompok, dengan memasukkan 6 orang
siswa yang belum berhasil kedalam satu kelompok yaitu kelompok 1, (2) guru lebih
memfokuskan perhatian kepada kelompok siswa yang belum tuntas, dan (3) guru membagi
model pembelajaran siklus selanjutnya pada akhir pertemuan siklus II.
Pada siklus III dilaksanakan tiga kali pertemuan, masing-masing 2 x 45 menit, konsep
yang dibahas adalah tumbuhan biji (Spermatophyta) meliputi: tumbuhan biji terbuka
(Gymnospermae), tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pembagian waktu dan teknik
pelaksanaannya secara umum sama dengan siklus I dan siklus II. Hasil pengamatan tindakan
pada siklus III adalah sebagai berikut, yakni (a) guru melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, (b) kerja kelompok siswa berjalan baik, (c) siswa aktif berdiskusi dan
mengajukan pertanyaan, (d) aktivitas kelompok yang menjadi focus penelitian berjalan
dengan baik dan aktif, (e) dari hasil postes terdapat 94,87% (37 orang) yang telah tuntas
belajar, sedangkan 5,13% (2 orang) belum tuntas belajar dari 39 orang siswa yang menjadi
subjek penelitian. Refleksi tindakan pada siklus III sebagai berikut: (a) kerja sama kelompok
dan keaktifan berjalan dengan baik, (b) Kelompok yang menjadi fokus penelitian mampu
meningkatkan pemahaman konsepnya, (c) tingkat ketuntasan belajar secara klasikal mencapai
94,87% atau sebanyak 37 orang berarti sudah berada di atas 85%, dan (d) pelaksanaan siklus
berikutnya tidak diperlukan kagi.
Dari ketiga siklus tersebut diperoleh hasil secara berturut-turut, yaitu (a) 71,79% pada
siklus I, (b) 84,62% pada siklus II, dan (c) 94,87% pada siklus III. Artinya ada peningkatan
pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan yang dikuasai oleh siswa kelas IB SLTPN 10
kotamadya Denpasar dalam proses pembelajaran biologi. Dengan demikian, hipotesis yang
diajukan berbunyi pemanfaatan lingkungan sekolah secara optimal dapat meningkatkan
pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas IB SLTPN 10 Kotamadya
Denpasar dapat diterima, karena telah terbukti kebenarannya.
2. Pembahasan
Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan
pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Hal ini telah terbukti dari hasil
pelaksanaan tindakan pada setiap siklus seperti diuraikan dalam bab IV yaitu pada hasil
penelitian. Dari data tersebut terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa yang sangat
meyakinkan, artinya lingkungan sekolah sangat mendukung bila dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran karena dapat mempercepat pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan
pada siswa kelas IB SLTPN 10 Kotamadya Denpasar. Temuan ini sesuai dengan pendapat
Arief (1996) yang menyatakan penggunaan media dalam bentuk asli akan lebih bermakna
bagi anak didik dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan biologi dibandingkan media
bentuk model, gambar dan sketsa. Temuan ini juga didukung oleh penelitian Lisowski dan
Disinger (1984) yang mengemukakan bahwa konsepsi siswa mengenai konsep ekologi dan
pengaruh strategi pengajaran lapangan dapat meningkatkan pemahaman mereka dan retensi
pada konsep ini. Senada dengan temuan tersebut Yount dan Horton (1992) mengemukakan
bahwa siswa yang memiliki sikap terhadap lingkungan yang lebih baik akan dapat mengambil
keputusan yang lebih baik pula dalam upaya pelestarian lingkungan sekitarnya.
Bila dibandingkan dengan temuan peneliti lain yang dirujuk, maka penelitian ini
mempunyai karakteristik tersendiri yaitu pemanfaatan tumbuhan yang ada di lingkungan
sekolah dalam upaya mempercepat pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada
siswa. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa, seperti(1) siswa memiliki keterampilan
untuk mendapatkan ilmu yang berupa keterampilan proses atau metode ilmiah, (2) gairah
belajar siswa meningkat, tercermin dari keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan di
lapangan dan di kelas, dan (3) belajar menjadi bermakna, karena setelah konsepnya dipahami
maka konsep tersebut lebih lama dapat diingat. Temuan ini didukung oleh pendapat Arikunto
(1990) bahwa lingkungan sekolah merupakan sesuatu yang dekat dengan dunia siswa dan
mudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari, serta lingkungan sekolah merupakan tempat
yang menunjang sebagian dari kebutuhan siswa.
Penelitian ini juga berguna bagi guru, karena (1) guru dapat memperdalam pendekatan
dan metode yang digunakan, (2) guru menjadi lebih profesional, karena meningkatnya
pengetahuan dan pemahaman tentang PTK. Temuan ini didukung oleh Susilo (2000)
menyatakan bahwa guru yang terampil melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah
guru yang selalu mau meningkatkan proses pembelajaran yang dikelolanya.
Implikasi penelitian ini bagi sekolah adalah sekolah memiliki guru yang profesional dan
sekolah dapat menambah koleksi tumbuhan yang berguna dalam proses pembelajaran,
keindahan, kesejukan, dan pelestarian lingkungan. Tidak kalah penting artinya temuan ini
bagi peneliti karena (1) dapat meningkatkan pengetahuan tentang PTK, (2) mengenal lebih
dalam pembelajaran biologi di SLTP, dan (3) dapat merintis kerja sama kemiteraan dengan
4. Penutup
1) Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief, A. 1996. Menciptakan Situasi Belajar Mengajar yang Dinamis. Jurnal Chimera 1
(1)/96:5 21.
2. Arikunto, S. 1990. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar di Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikti
P2Tk. Depdikbud.