: Kesehatan Reproduksi
Dosen Pembimbing
Disusun Oleh:
KELOMPOK 11
KELAS A3/2013
NAMA KELOMPOK
1. REZKY AMALIAH
2. SABRIANA
NH0113236
NH0113261
3.
4.
5.
6.
7.
8.
RUFIANA
SARKINA
SRI INDRI RAMADANI
PUTU PURNAWATI
RAHMAYUNI
YELLIKA A. MUKUDSEY
NH0113259
NH0113267
NH0113278
NH0113222
NH0113226
NH0113318
DEFENISI
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau
turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis. (Wiknjosastro, 2008).
Pripsip terjadinya prolaps uteri adalah terjadinya Defek pada dasar pelvik yang
disebabkan oleh proses melahirkan akibat regangan dan robekan fasia endopelvik,
muskulus levator serta perineal body. Neuropati perineal dan parsial pudenda juga
terlibat dalam proses persalinan. Sehingga, wanita multipara sangat rentan
terhadap faktor resiko terjadi nya prolaps uteri (Prawirohardjo, 2005).
Prolapsus uteri adalah suatu keadaan yang terjadi akibat otot penyangga
uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser ke bawah dan
dapat menonjol keluar dari vagina. Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke
puncak vagina dan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui
orifisium vagina dan berada di luar vagina. (Marmi, 2011)
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal yang
mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan ( Bobak
LM; 2002; 1270)
Prolapse uteri adalah kondisi rahim runtuh, jatuh, atau perpindahan ke
bawah dari uterus dengan kaitannya dengan vagina. Hal ini juga didefinisikan
sebagai menggembung rahim ke dalam vagina.
B.
ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya prolapsus uteri antara lain:
1.
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk prolaps
yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan
belum lengkap. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nulipara, faktor
penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang
uterus (Wiknjosastro, 2007).
2.
C.
antara
ahli
ginekologi.
Friedman
dan
Little
(1961)
2.
3.
4.
5.
Prolapsus uteri tingkat I, uterus turun dengan serviks uteri turun paling
rendah sampai introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat II, uterus untuk
sebagian keluar dari vagina; prolapsus uteri tingkat III, atau prosidensia
uteri, uterus keluar seluruhnya dari vagina, disertai dengan inversio vagina.
Menurut beratnya, prolapsus dibagi menjadi :
1. Prolapsus tingkat I : prolapsus uteri dimana serviks uteri turun sampai
introitus vagina
2. Prolapsus tingkat II : prolapsus uteri dimana serviks menonjol keluar
dari introitus vagina
3. Prolapsus tingkat III : prolapsus totalis (prosidensia uteri, dimana
seluruh uterus keluar dari vagina). (Marmi, 2011)
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang kala
penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai
keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai
banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1.
2.
3.
b.
c.
4.
5.
a.
b.
Baru dapat defeksi, setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina.
6.
b.
c.
G.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Prolapsus
uteri
vagina.Maka,jika
biasanya
dilakukan
disertai
dengan
prolapsus
untuk
prolapsus
pembedahan
Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
b)
Histeraktomi vaginal
c)
d)
Operasi-operasi
lainnya
:Ventrofiksasi/hlsteropeksi,
Interposisi
Jika Prolaps uteri terjadi pada wanita muda yang masih ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya cara yang terbaik adalah
dengan :
H.
a)
Pemasangan pesarium
b)
KOMPLIKASI
a. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
b. Dekubitus
c. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli
d. Gangguan miksi dan stress inkontinensia
e. Infeksi saluran kencing
f. Infertilitas
g. Gangguan partus
h. Hemoroid
i. Inkarserasi usus
Data Subyektif
a.
Biodata
Prolapsus uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua dan wanita yang bekerja berat. (Wiknjosastro,
2007)
b.
Keluhan utama
2)
c.
Riwayat kebidanan
1)
Haid
Awal menstruasi (menarche) pada usia 11 tahun atau lebih
muda. Siklus haid tidak teratur, nyeri haid luar biasa, nyeri
panggul setelah haid atau senggama (Wiknjosastro, 2010:346).
2)
Riwayat kehamilan
Faktor resiko yang menyebabkan prolaps uteri jumlah
kelahiran spontan yang banyak, berat badan berlebih, riwayat
operasi pada area tersebut, batuk dalam jangka waktu lama saat
hamil.
3)
Riwayat persalinan
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus
dengan penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan
memperburuk prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain
adalah tarikan janin pada pembukaan belum lengkap. Bila
prolapsus uteri dijumpai pada nulipara, faktor penyebabnya
adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang
uterus (Wiknjosastro, 2007).
Eliminasi
Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
(a) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada
siang hari, kemudian lebih berat pada malam hari
(b) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat
dikosongkan seluruhnya
(c) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan
kencing jika batuk dan mengejan. Kadang-kadang dapat
terjadi retensio urine pada sistokel yang besar sekali
Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
a)
b)
2)
2.
Data Obyektif
a.
b.
Tanda-tanda vital
TD = 110/70-130/90 mmHg
N = 60-90x/mnt
S = 36,5-37,5
RR = 16-24x/mnt
c.
Pemeriksaan fisik
1)
Muka
Tampak pucat pertanda adanya anemia, keluar keringat dingin
bila terjadi syok.
Bila perdarahan konjungtiva tampak anemis. Pada klien yang
disertai rasa nyeri klien tampak meringis. (Manuaba, 1998 :
410).
2)
Mulut
Mukosa bibir dan mulut tampak pucat, bau kelon pada mulut
jika terjadi shock hipovolemik hebat.
3)
4)
Abdomen
Adanya benjolan pada perut bagian bawah (Sastrawinata, 1981
: 158).
Teraba adanya massa pada perut bagian bawah konsisten
keras/kenyal, tidak teratur, gerakan, tidak sakit, tetapi kadangkadang ditemui nyeri (Sastrawinata, 1981 : 160).
Pada pemeriksaan bimanual akan teraba benjolan pada perut,
bagian bawah, terletak di garis tengah maupun agak kesamping
Genetalia
Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan
pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui
orifisium vagina dan berada di luar vagina.
6)
Anus
Akan timbul haemoroid, luka dan varices pecah karena
keadaan obstipasi akibat penekanan mioma pada rectum.
7)
Ekstremitas
Oedem pada tungkai bawah oleh karena adanya tekanan pada
vena cava inferior (Sastrawinata, 1981 : 159).
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sebelum Operasi
Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin
Kecemasan
berhubungan
dengan
akan
dilakukan
tindakan
pembedahan.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
inkontenensia urin
Setelah Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin
Hasil yang diharapkan :
Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya,
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital
R/ Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
2. Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
R/ untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
3. Jelaskan penyebab rasa sakit, cars menguranginya.
R/ pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk
diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
4. Beri posisi senyaman mungkin buat pasien.
R/ Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan
pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
5. Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi = tarik nafas dalam.
Diagnosa Keperawatan 2.
Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan
pembedahan.
Hasil yang diharapkan :
Ekspresi wajah tenang.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan pasien.
R/ mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh
pasien
2. Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah,
waktu puasa, jam operasi.
R/ Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
diberikan.
3. Dengarkan keluhan pasien
R/ perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka
sehingga dapat
mendiskusikan dan menghadapinya
4. Beri kesempatan untuk bertanya.
R/ Memberikan kesempatan pasien untuk menerima informasi yang
ingin diperoleh, meningkatkan kepercayaan diri pasien
5. Jelaskan pada pasien tentang apa yang akan dilakukan di kamar
operasi dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
Diagnosa Keperawatan 3.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
inkontenensia urin
Hasil yang diharapkan :
Turgor kulit elastis.
Rencana tindakan
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
R/ Tanda vital merupakan acuhan untuk mengetahui keadaan
umum pasien
2. Timbang berat badan tiap hari.
R/ penimbangan berat badan harian yang tepat dapat mendeteksi
kehilangan cairan
3. Kalau perlu pasang infus clan NGT sesuai program dokter.
R/ Mempertahankan intake yang adekuat
Sesudah Operasi
1)
Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
Hasil yang, diharapkan :
Nyeri berkurang, secara bertahap.
Rencana tindakan :
1. Kaji intensitas nyeri pasien.
R/ untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital dan keluhan pasien.
2)
Diagnosa Keperawatan 2.
Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan
muntah setelah pembedahan.
Hasil yang diharapkan
Turgor kulit elastis, tidak kering.
3)
Diagnosa Keperawatan 3.
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
Hasil yang diharapkan
Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak. tidak ada perdarahan.
Rencana tindakan :
1. Observasi keadaan luka operasi dari tanda-tanda peradangan :
demam, merah, bengkak dan keluar cairan.
Diagnosa Keperawatan 4.
Resiko Tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pada luka
operasi.
Hasil yang diharapkan :
1. Luka operasi bersih, kering, tidak bengkak. tidak ada perdarahan.
2. Suhu dalam batas normal (36-37C)
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
R/ Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
2. Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
R/ Pemberian oabt antibiotik unuk mencegah infeksi
3. Beri kompres hangat.
5)
Diagnosa Keperawatan 5.
Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan
dengan kurang informasi.
Hasil yang diharapkan :
1. Klien/ keluarga mengerti tentang perawatan luka operasi.
2. Klien/ keluarga dapat memelihara kebersihan luka operasi clan
perawatannya.
Rencana tindakan :
1. Ajarkan kepada klien dan keluarga cara merawat luka operasi &
menjaga kebersihannya.
R/ memudahkan perawatan luka operasi secara mandiri di rumah
2. Diskusikan tentang keinginan keluarga yang ingin diketahuinya.
R/ mengurangi kecemasan dan memotivasi pasien untuk kooperatif
selama masa perawatan atau penyembuhan
3. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
R/ untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan
keluarga guna membantu perwatan mandiri pasien
4. Jelaskan tentang perawatan dirumah, balutan jangan basah & kotor.
4.
IMPLEMENTASI
Setelah menyusun perencanaan, tindakan, langkah selanjutnya
adalah implementasi atau pelaksanaan tindakan. Di dalam tahap ini
perlu mendapatkan perhatian di dalam tahap implementasi
(Depkes,1995:11) adalah
1.
2.
3. Pengendalian kepada klien/pasien sehingga secara berangsurangsur mencapai kondisi yang diharapkan.
5.
EVALUASI
a. Sebelum Operasi
1) Mendapatkan peredaan nyeri.
2) Mengalami redanya nyeri saat beristirahat.
3) Mengalami ketidaknyamanan minimal sebelum operasi dan
setelah operasi
4) Klien menyatakan kecemasan berkurang dan siap
menjalani operasi
5) Klien mendapat asupan volume cairan yang adekuat
b.
Setelah Operasi
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
Nama Suami
Usia
Alamat
Pekerjaan
Agama
Pendidikan
No. MRS
Masuk RS
: Ny. RA
: Tn. B
: 50 thn
: Jln. Perintis Kemerdekaan 8
: IRT
: Islam
: SMP
: 330 21 06
: 6 Juni 2016
2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal dan data sekunder
3. KELUHAN UTAMA
Seluruh peranakan turun sejak 8 tahun SMRS
4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
peranakan turun
sebelumnya. Hingga saat ini pasien sering mengeluh keluar darah dari
kemaluannya. Pasien berobat ke RS atas anjuran dari suaminyas.
.
5. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, batuk lama disangkal
Alergi (+) kacang dan ikan
Asma (+), minum obat napasin setiap hari, beli sendiri
6. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, Asma disangkal
7. RIWAYAT SOSIAL
Pasien seorang ibu rumah tangga, sehari sering melakukan aktivitas berat,
seperti memompa air. Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak ada
riwayat berbaganti-ganti pasangan.
8. RIWAYAT MENSTRUASI
Menstruasi pertama saat usia 14 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama lupa,
ganti pembalut lupa, tidak nyeri. Pasien sudah menopause sejak 10 tahun
yang lalu.
9. RIWAYAT MENIKAH
Pasien menikah 1x
10. RIWAYAT KEHAMILAN: P4A0
Anak pertama
: wanita, 27 tahun, lahir spontan di Sp.OG, BL 3400 gram
Anak kedua
: wanita, 26 tahun, lahir spontan di Sp.OG, BL 2700 gram
Anak ketiga
: wanita, 20 tahun, lahir spontan di Sp.OG, BL > 3000
gram
Anak keempat
11. RIWAYAT KB
KB (+) spiral 26 tahun yang lalu, selama 5 tahun.
12. PEMERIKSAAN FISIK
1) Status Generalis
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran
: Composmentis
c) TTV
: TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit
R :20 x/menit
S : 36.8 0C
d) Tinggi badan
: 160 cm
e) Berat Badan
: 70 kg
2) Pemeriksaan sistemis
a) Kepala
(1) Rambut
rontok
(2) Muka
serta cemas
(3) Mata
(a) Oedema : Tidak oedema
(b) Conjungtiva
(c)
Sklera
: Tidak pucat
: Berwarna Putih
(4) Hidung
(5) Telinga
(6) Mulut/gigi/gusi: Agak kotor, ada caries, tidak stomatitis dan gusi
tidak berdarah
b) Leher
(1) kelenjar gondok
gondok
(2) Tumor
: Simetris, normal
(2) Mammae
(a) Membesar : Tidak ada pembesaran
(b) Tumor
d) Abdomen
(1) Benjolan/tumor
: Ada benjolan
e) Anogenital
(1)Vulva vagina
(a)
Varices
(b)
Luka
(c)
Kemerahan
: Ada kemerahan
(d)
Nyeri
: Ada nyeri
(e)
Palpasi
: Tidak hemoroid
(2) Oedema
12.2
36.6
77.2
25.7
33.3
6.9
291
13 16 g/dl
40 48 %
82 93 fl
27 31 pg
32 36 g/dl
5 10 10^3/ l
150 400 10^3/ l
02:00
13:00
3. Kimia darah
SGOT
SGPT
Albumin
Natrium
Kalium
Klorida
Ureum
Kreatinin
Glukosa Puasa
Glukosa 2 jam PP
HbsAg
4. Urinalisis lengkap
Sedimen
Sel epitel
Leukosit penuh
Eritrosit
Silinder
Kristal
Bakteri
Berat jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Darah/Hb
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Esterase leukosit 3+
14.
15
14
4.3
139
4.25
113
24
0.8
96
118
-
+
2-3
+
1,025
6,5
2+
+
3.2
+
+
0-1 /LPB
2-6 /LPB
- /LPK
1,003 1,030
4,5 8
0.1-1.00 mol/l
-
f) Pola seksual
Tidak ditanyakan
g) Data Psikososial
Psien mengatakan saat ini merasa cemas dengan keadaan yang sedang
dialaminya
KLASIFIKASI DATA
Data Objektif
1)
2)
3)
4)
Data Subkjektif
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran
: Composmentis
TTV
: TD : 120/80 mmHg
R :20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36.8 0C
3)
4)
5)
6)
TB : 160 cm
BB :70 kg
Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah
Anogenital : Tidak terdapat luka, ada kemerahan, terdapat nyeri dan
pengeluaran pervaginam berupa perdarahan yang berwarna kemerahan
7) Pemeriksaan USG : Terdapat massa pada abdomen bagian bawah
ANALISA DATA
No Data
Etiologi
1.
Multipara/partus Nyeri
Data Subkjektif:
1) Ibu mengatakan ada benjolan pada
Problem
kemaluannya
2) Ibu mengatakan ada seseatu yang
keluar dari kemaluannya berupa darah
3) Ibu mengatakan merasakan nyeri pada
perut bagian bawah
4) Ibu mengatakan saat BAK merasakan
nyeri dan rasa tidak enak
Data Objektif:
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/menit
R :20 x/menit
S : 36.8 0C
S : 36.8 0C
4) TB : 160 cm
5) BB : 70 kg
6) Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada
abdomen bagian bawah
7) Anogenital : Tidak terdapat luka, ada
kemerahan, terdapat nyeri dan
pengeluaran pervaginam berupa
perdarahan yang berwarna kemerahan
8) Pemeriksaan USG : Terdapat massa
pada abdomen bagian bawah
berulang kali
Kelemahan
ligamen/ otot
fasia endopeptik
P
tekanan intra
abdominal
Kubah vagina
prolapses
Prolaps rahim
nyeri
DIAGNOSIS KEPERAWATAN :
Nyeri berhubungan dengan peranakan turun dan saat BAK
INTERVENSI
NO
1
DIAGNOSA
Nyeri berhubungan
dengan eliminasi
urin
TUJUAN
Hasil yang
diharapkan :
Nyeri
berkurang
sampai
hilang secara
bertahap.
Pasien dapat
beradaptasi
dengan
nyerinya,
INTERVENSI
1. Observasi tanda-tanda
vital
R/ Peningkatan nyeri akan
meningkatkan tanda-tanda
vital
2. Observasi keluhan nyeri,
lokasi, jenis dan intensitas
nyeri
R/ untuk mengetahui
berapa berat nyeri yang
dialami pasien.
3. Jelaskan penyebab rasa
sakit, cars menguranginya.
R/ pemahaman pasien
tentang penyebab nyeri
yang terjadi akan
mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak
bekerjasama dalam
melakukan tindakan.
4. Beri posisi senyaman
mungkin buat pasien.
R/ Posisi yang nyaman akan
membantu memberikan
kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal
mungkin.
5. Ajarkan tehnik-tehnik
relaksasi = tarik nafas
dalam.
R/ Teknik relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien.
6. Beri obat-obat analgetik
sesuai pesanan dokter.
R/ Obat obat analgesik
dapat membantu
mengurangi nyeri pasien.
7. Ciptakan lingkungan
yang tenang.
R/ Rangasangan yang
berlebihan dari lingkungan
akan memperberat rasa
nyeri.
IMPLEMENTASI
NO TANGGAL/JAM DIAGNOSA
IMPLEMENTASI
1.
7 Juni 2016/
Nyeri
1. mengobservasi tanda-tanda
09.00
berhubungan
vital
dengan
peranakan
turun dan
saat BAK
H: TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/menit
R :20 x/menit
S : 36.8 0C
S : 36.8 0C
2. Mengobservasi keluhan nyeri,
lokasi, jenis dan intensitas nyeri
H : P : nyeri
Q : Hilang timbul
R : Abdomen bagian bawah
S : skala 5 (sedang)
T : Pada saat BAK dan saat
abdomen bagian bawah
ditekan
3. menjelaskan penyebab rasa
sakit, cara menguranginya
. H : Pasien mengerti penyebab
rasa sakit yang dirasakan dan
cara mengatasinya
4. memberi posisi senyaman
mungkin buat pasien.
H : pasien nyaman dengan posisi
semi fowler
5. Mengajarkan tehnik-tehnik
relaksasi = tarik nafas dalam.
H : Paien memahami dan
melakukan tekhnik relaksasi
nafas dalam
6. Memberi obat analgetik sesuai
resep dokter.
amp / 8 jam
7. menciptakan lingkungan yang
tenang.
H : Pengunjung pasien dibatasi
untuk kenyamanan pasien
1. mengobservasi tanda-tanda
vital
H: TD : 130/70 mmHg
N : 86 x/menit
R :20 x/menit
S : 36.8 0C
2. Mengobservasi keluhan nyeri,
lokasi, jenis dan intensitas
nyeri
H : P : nyeri
Q : Hilang timbul
R : Abdomen bagian
bawah
S : skala 4 (sedang)
T : Pada saat BAK dan saat
abdomen bagian bawah
ditekan
7 juni 2016 /
16.00
5. Mengajarkan tehnik-tehnik
relaksasi = tarik nafas dalam.
H : Paien memahami dan
1. mengobservasi tanda-tanda
vital
H: TD : 120/70 mmHg
N : 76 x/menit
R :20 x/menit
S : 36.8 0C
S : 36.7 0C
2. Mengobservasi keluhan nyeri,
lokasi, jenis dan intensitas
nyeri
H : P : nyeri
Q : Hilang timbul
R : Abdomen bagian bawah
S : skala 3 (ringan)
T : Pada saat BAK dan saat
abdomen bagian bawah
ditekan
EVALUASI
No
Diagnosa
Tanggal/Jam
Evaluasi
1.
Nyeri
7 juni 2016 /
berhubungan
09.00
dengan
peranakan
turun dan
bawah
saat BAK
16.00
S : Klien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah dan nyeri saat BAK
mulai berkurang
O : Nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah dengan skala 3 (nyri ringan)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
1. observasi tanda-tanda vital
DAFTAR PUSTAKA