ARTIKEL
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN
PREEKLAMPSIA
(Studi penelitian di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Tahun 2014)
Oleh:
YOWANTY HADJIKO
NIM: 841410162. Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan
Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahraagaan
Yowanty Hadjiko, 841410162, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, Dr. Sunarto Kadir, Drs, M.Kes,
Andi Mursyidah, S.Kep, Ns, M.Kes
Kehamilan adalah suatu proses alami yang terjadi dalam rahim wanita.
Diawali dengan pertemuan sel telur dan sperma. Kemudian tumbuh dan
berkembang organ demi organ lengkap dengan segala fungsi masing-masing, dan
siap dilahirkan pada minggu ke-40. Kehamilan merupakan suatu hal yang
menakjubkan. Namun, akan beresiko tinggi bila diiiringi dengan faktor-faktor
penyulit. Yang salah satu contoh kehamilan beresiko adalah preeklampsia
(Solihah, 2005).
Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia merupakan
salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Keadaan ini biasa
membahayakan Ibu hamil, karena pada beberapa kasus preeklampsia dengan
komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada Ibu hamil (Lalega, 2013).
Menurut Maryanti (2009) kematian Ibu adalah kematian pada Ibu yang
terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh
komplikasi/penyulit kehamilan. Penyebab kematian Ibu yaitu karena sebab
obstetrik langsung (direct obstetric death) seperti eklampsia/preeklampsia,
perdarahan, infeksi, emboli ketuban. Dan faktor yang mempengaruhi kematian
Ibu yaitu faktor penderita, usia, paritas, reproduksi/komplikasi obstetrik, sosial
ekonomi, pendidikan (Purnawaningsi, 2010).
Data profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 menyebutkan
bahwa preeklampsia merupakan penyebab ke dua kematian Ibu di Sulawesi
Selatan (dalam Nuryani, dkk, 2011).
Pada penelitian yang dilakukan Hernawati (2011) di RSUD Kota
Semarang angka kejadian Ibu hamil dengan preeklampsia sebesar 14 orang
(24,6%) dari total kehamilan sebanyak 569 orang selama periode Desember 2009Februari 2010. Perkiraan jumlah kematian Ibu menurut penyebabnya di Indonesia
tahun 2010 adalah perdarahan sebanyak 3.114 (27%), preeklampsia dan eklampsia
sebanyak 2.653 (23%) dan infeksi sebanyak 1.268 (11%) (dalam Langelo dkk,
2012).
Dari hasil penelitian Ika (2009) didapatkan bahwa banyak faktor yang
menyebabkan meningkatnya insiden preeklampsia pada Ibu hamil. Faktor risiko
yang dapat meningkatkan insiden preeklampsia antara lain molahidatidosa,
nulipara, usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, janin lebih dari satu,
multipara, hipertensi kronis, diabetes mellitus atau penyakit ginjal.
Preeklampsia/eklampsia dipengaruhi juga oleh paritas, genetik dan faktor
lingkungan.
Serupa dengan penelitian Asrianti yang dikutip oleh Nuryani dkk, (2011)
umur ibu hamil <20 tahun atau >35 tahun berisiko 3,144 kali dan primigravida
berisiko 2,147 kali mengalami preeklampsia. Begitu juga menurut penelitian yang
dilakukan oleh Agudelo dan Belizan yang dikutip oleh Fibriana (2007), jarak
kehamilan yang terlalu panjang dan terlalu dekat (<2 tahun dan 5 tahun) akan
meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia dan eklampsia.
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki
oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap persalinan
dikarenakan Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan
selama masa kehamilannya terlebih pada Ibu yang pertama kali mengalami masa
kehamilan (Langelo, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merviell (2008) yang
dikutip oleh Langelo (2012), menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko
terhadap kejadian preeklampsia. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh
Rozikhan (2007) menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap
kejadian preeklampsia.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dengan
wawancara pada Ibu dengan riwayat preeklampsia di RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe (2013) didapatkan Ibu dengan riwayat preeklampsia yang berumur <20
tahun dan lebih dari 35 tahun, dan didapatkan jarak kehamilan yang terlalu jauh
atau terlalu dekat <2 tahun dan >5 tahun. Dan juga dari hasil wawancara
didapatkan banyaknya jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang Ibu atau
disebut dengan paritas dalam hal ini ibu yang mempunyai paritas 1 dan paritas >3.
Berdasarkan Buku Laporan Ruang G1 Kebidanan di RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo bahwa jumlah kasus preeklampsia semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah Ibu hamil dengan kasus
preeklampsia sebanyak 45 orang, dan pada tahun 2012 jumlah kasus preeklampsia
sebanyak 27 orang, sedangkan pada periode tanggal 1 Januari-agustus 2013,
didapatkan Ibu dengan riwayat preeklampsia sebanyak 39 orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan formulasi judul
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Preeklampsia.
I. METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Desain
penelitian cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan
antara faktor resiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana
melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu
yang sama. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang datang berkunjung
di RSUD Prof. Dr. H. Aloei saboe Kota Gorontalo. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik accidental sampling. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 33 orang. Instrument penelitian menggunakan kuesioner, analisis yang
digunakan adalah Univariat dan Bivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan
Uji Alternatif Fisher Exact.
Preeklampsia
N
P
Value
Total
Riwayat
Preeklampsia
N
<20 tahun
2
6.1
5
15.1
7
21.2
0.040
20-35 tahun
0
0
12
36.4
12
36.4
>35 tahun
0
0
14
42.4
14
42.4
Total
2
6.1
31
93.9
33
100
Data Primer ; 2014
Dari Tabel 4.7 menunjukkan hasil analisis hubungan usia ibu hamil
dengan kejadian preeklampsia. Dari tabel di atas diketahui bahwa dari usia ibu
hamil dengan umur <20 tahun dengan kejadian preeklampsia terdapat 2 (6.1%)
responden dan 5 (15.1%) responden, sedangkan umur 20-35 tahun terdapat 12
(36.4%) responden yang mengalami preeklampisia, serta umur >35 tahun terdapat
14 (42.4%) responden dengan kejadian preeklampsia.
Hasil uji statistik dengan uji Fisher Exact didapatkan nilai P = 0.040 (P <
0,05). Secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan
antara umur ibu dengan kejadian preeklampsia, sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara
karakteristik ibu hamil dengan kejadian preeklampsia berdasarkan umur.
Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Karakteristik Responden Dengan Kejadian
Preeklampsia Berdasarkan Paritas di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kota Gorontalo
Kejadian Preeklampsia
P
Riwayat
Total
Value
Paritas
Preeklampsia
Preeklampsia
N
%
N
%
N
%
Paritas 1
2
6.1
5
15.1
7
21.2
0.040
Paritas 2-3
0
0
15
45.5
15
45.5
Paritas >3
0
0
11
33.3
11
33.3
Total
2
6.1
31
93.9
33
100
Data Primer ; 2014
Dari Tabel 4.8 menunjukkan hasil analisis hubungan karakteristik
responden dengan kejadian preeklampsia berdasarkan paritas. Dari tabel di atas
diketahui bahwa dari paritas 1 dengan kejadian preeklampsia memiliki nilai yaitu
7 (21.2%) responden, dan untuk paritas 2-3 dengan kejadian preeklampsia
terdapat 15 responden (45.5%), kemudian untuk paritas >3 dengan kejadian
preeklampsia terdapat 11 responden (33.3%).
Hasil uji statistik dengan uji Fisher Exact didapatkan nilai p = 0.040 (p <
0.05). Secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan
2013) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan yang memperoleh proporsi
ibu yang melahirkan bayi pada kelompok umur 20-35 tahun karena pada
kelompok umur tersebut yang tergolong aman untuk melahirkan.
Sedangkan pada umur >35 tahun sebanyak 42.4% responden mengalami
preeklampsia. Menurut asumsi peneliti bahwa hal ini disebabkan karena pada usia
ini ibu sudah beresiko untuk hamil yang dapat menyebabkan terjadinya
preeklampsia, terkait dengan kemunduran fungsi alat kandungan dan penurunan
daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa usia ini. Menurut
Nadesul (2001) bahwa hamil setelah berumur 35 tahun juga tidak sehat. Alat
kandungan sudah mulai lemah, dan ini dapat merugikan Ibu maupun anak yang
dikandungnya.
Menurut BKKBN (2007) yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil
diatas usia 35 tahun kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem
tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan reproduksi mulai menurun (dalam
Asniar, 2014).
Hal ini serupa dengan pendapat Mc Cathy yang dikutip oleh Madhona
bahwa ibu pada umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memiliki
resiko untuk tejadinya komplikasi persalinan seperti preeklampsia, eklampsia,
dan perdarahan (dalam Gafur, 2012).
Beberapa hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian ini, yang
menyatakan umur ibu hamil berhubungan dan merupakan salah satu faktor risiko
terhadap kejadian preeklampsia. Diantaranya, hasil studi penelitian yang
dilakukan oleh Yusniar (2001) di Makassar menyebutkan bahwa umur <20 tahun
atau >30 tahun memiliki berisiko 2,779 kali menyebabkan preeklampsia dan
eklampsia. Hasil penelitian yang sama yang dilakukan oleh Asrianti (2009)
menyimpulkan bahwa umur ibu hamil <20 tahun dan >35 tahun berisiko 3,144
kali mengalami preeklampsia, serta hasil penelitian Salim (2005) menyebutkan
usia ibu hamil < 20 tahun atau 35 tahun berisiko 3,615 kali lebih besar untuk
mengalami preeklampsia
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
Uji Fisher Exact dengan hasil semua dengan nilai P= 0.040 <0.005. Maka secara
statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik umur
dengan kejadian preeklampsia, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
2.2.3.2 Hubugan karakteristik Ibu hamil dengan kejadian preeklampsia
berdasarkan paritas
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 karakteristik ibu berdasarkan
paritas pada penelitian ini, diketahui sebagian besar dengan jumlah 45.5%
responden dengan paritas 2-3 yang mengalami riwayat preeklampsia. Menurut
asumsi peneliti bahwa paritas 2 dan 3 aman untuk hamil dan bersalin, dalam hal
ini terjadinya preeklampsia pada paritas 2 dan 3 disebabkan karena faktor ibu
tentang ketidaktahuan pengaturan kelahiran seperti jarak kehamilan yang jauh dan
dekat serta faktor kesehatan ibu. Hal ini sejalan dengan teori Manuaba (1998)
paritas yang aman untuk tidak terjadinya komplikasi pada saat persalinan yaitu
dengan jumlah melahirkan 2 dan 3 kali (dalam Fhairus, 2010).
3.2
1.
2.
3.
Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah:
Bagi masyarakat/ibu hamil
Perlu peningkatan pemahaman tentang kesehatan kehamilan dan khususnya
tentang bahaya preeklampsia, agar dapat mendeteksi secara dini apabila ibu
mengalami preeklampsia serta dapat segera mendapatkan penanganan.
Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
bagi ibu hami tentang preeklampsia, melakukan deteksi dini melalui
pemeriksaan USG pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu pada ibu hamil
dengan memberi upaya preventif terhadap faktor risiko preeklampsia seperti
penyuluhan untuk tidak memiliki anak lebih dari dua atau hindari hamil
diusia <20 tahun atau >35 tahun dan juga hindari untuk hamil dengan jarak
kehamilan yang terlalu dekat atau jauh (>2 tahun dan <5 tahun).
Bagi peneliti
Bagi penenliti selanjutnya perlu diadakan penelitian dengan variabel yang
lebih luas, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih bervariasi
mengenai preeklampsia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Peneletian. Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Asniar. 2011. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Preklampsia Di Rumah
Sakit Umum Nene Mallomosidenreng Rappang Tahun 2011.
(http://asni4r.blogspot.com/2013/08/kti-pre-eklampsia.html, diakses pada
tanggal 1 juni 2014).
Benson, Ralph. C & Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Edisi 9. Jakarta: EGC
Fhairus, Andi Gusthi, Dwi Panghestu. 2010. Hubungan pendidikan dan paritas
ibu dengan terjadinya BBLR di RSUD Datu Sanggul Rantau tahun 2010.
(http://perpustakaanhb.files.wordpress.com,diakses pada 9 Desember 2013).
Gafur, Abdul Z. 2012. Hubungan Antara Primigravida dengan Preeklampsia.
(http://jurnal.med.unismuh.ac.id , diakses pada 9 Desember 2013)
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
Analisi Data. Jakarta: Salemba Medika.
Huliana, Mellyna. 2001. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta: Puspa
Swara.
Ika, Kun N.R. 2009. Hubungan antara preeklamsia dengan bayi berat lahir
rendah (bblr). (http://lp3msht.files.wordpress.com, diakses pada tanggal 29
Desember 2013)
Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap
Persalinan dengan Tindakan. (http://eprints.undip.ac.id/15334, diakses pada
tanggal 29 Desember 2013).
Lalega, Zerina. 2013. Menghadapi Kehamilan Beresiko Tinggi.Yogyakarta: Abata
Press.
Langelo, Wahyuny, A. Arsunan Arsin, Syamsiar Russeng. 2012. Faktor risiko
kejadian preeklampsia di rskd ibu dan anak siti fatimah makassar tahun
2011-2012.
(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.p
df, diakses tanggal 29 desember).
Lestari. 2001. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan & Pasca-Melahirkan.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Leveno, Kenneth J, et al. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Ed. 21.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk . 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, SpOG, dkk. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri
untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC
Maryanti, Dwi dan Majestika Septikasari. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Teori dan Praktikum. Yogyakarta: Nuha Medika.
Maulana, Mirza. 2009. Tanya-Jawab Lengkap dan Praktis Seputar Reproduksi,
Kehamilan, dan Merawat Anak.Yogyakarta: Tunas Publishing.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nadesul, Handrawan. 2001. Cara Sehat Selama Hamil. Jakarta: Puspa Swara.
Nuryani, dkk. 2011. Hubungan Pola Makan, Sosial Ekonomi, Antenatal Care Dan
Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kasus Preeklampsia Di Kota Makassar.
(http://journal.unhas.ac.id, diakses pada 7 Desember 2013).
Oxorn, Harry & William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).