Documents - Tips - Kerangkka Retensi Urin BPH
Documents - Tips - Kerangkka Retensi Urin BPH
Penyusun:
dr. Nur Qomaria Hasibuan
Pembimbing:
-
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Portofolio ini disusun oleh:
Nama
Nomor STR
: 1221100114154646
Asal Universitas
Judul
Kaur,
Pendamping,
Oktober 2015
Peserta,
dr.
Nur
Pendamping :
-
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Lansia
Bumil
Audit
Pos
No. RM :
sekalipun sudah mengedan dan terasa sangat sakit sekali pada perut bagian bawah.
Mual -, Muntah -.
2. Riwayat kesehatan / riwayat penyakit:
Satu tahun SMRS pasien mengaku sudah lebih sering mengedan saat kencing, pancarannya kurang deras sehingga pasien
lebih lama di kamar mandi. Pasien juga mengaku lebih sering kencing, bila siang hari bisa sampai 4-5 kali dan pada malam
hari pasien sering terbangun untuk kencing bisa 2-3 kali semalam. Pasien juga sering mengeluh nyeri saat kencing, riwayat
kencing berpasir disangkal, nyeri pinggang disangkal. Riwayat hipertensi disangkal, riwayat batu saluran kemih disangkal,
riwayat diabetes disangkal.
3. Riwayat Pengobatan :
Satu bulan lalu pasien pernah mengalami hal yang sama, sudah berobat ke dokter, oleh dokter diberi obat dan dipasang selang,
setelah 3 hari kateter dilepas, pasien mengaku sudah bisa kencing, namun tetap mengeluh kencing tidak lampias dan nyeri
namun masih bisa ditahan. Nama obat pasien lupa
4. Riwayat Keluarga : Riwayat penyakit keluarga yang sama dengan pasien disangkal.
5. Riwayat Pekerjaan : Nelayan
6. Riwayat Kebiasaan : Merokok +,
Daftar Pustaka :
1. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 1058-64.
2. Mansjoer A, Suprahaita, Wardhani. 2000. Pembesaran Prostat Jinak. Dalam: Kapita selekta Kedokteran. Media
Aesculapius, Jakarta ; 329-34
3. PDPI.2003. ASMA Pedoman Diagnosis dan Penalaksaan Di Indonesia.
http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.html#PENATALAKSANAANSERANGANAKUT Diakses pada tanggal 25
September 2015.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis BPH
Kesadaran
Vital Sign
: Compos Mentis
: TD : 130/80 mmhg
S : 36,4 C
N : 84 X / mnt
P : 22 X / mnt
Kulit
: Dbn
I. STATUS GENERALISATA
Kepala
:
Mata
: Conjunctiva anemis ( -/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga
: Sekret ( - )
Hidung
: Sekret ( - )
Mulut
: Lidah Kotor tidak ada, gigi karies +.
Leher
: dbn, deviasi trakea -, pembesaran KGB -, TVJ 1cm.
Thorax
Pulmo
: Inspeksi : Retraksi ( - ), Ketinggalan gerak nafas ( - )
Palpasi
: Ketinggalan gerak nafas ( - )
Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi ( - ), Wheezing (-/-)
Jantung
: Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi
: Ictus Cordis teraba di SIC IV
Perkusi
: Redup
Auskultasi : Regular, bising jantung ( - )
Abdomen
: Inspeksi : Simetris, tampak benjolan pada suprapubik,
Palpasi
: Hepar / lien tidak teraba. Teraba benjolan di suprapubik
Perkusi
: Pekak alih ( - )
Auskultasi : Peristaltik + normal.
Ekstremitas
: Akral hangat, Nadi kuat, oedem (-/- | -/-)
II.
STATUS LOKALISATA
Regio costo vertebra
Inspeksi: bulging (-)
Palpasi: balotemen (-)
Regio Suprapubik
Inspeksi: Bulging (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Perkusi: Redup
Regio genetalia eksterna
Inspeksi: benjolan daerah inguinal (-), benjolan di scrotum (-), OUE tak tampak kelainan
Palpasi: nyeri takan (-), masa (-)
III. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
Darah Rutin : Leukosit : 7400
Eritrosit : 4,36
Hb : 12,7
HT : 36,6
Trombosit: 214.000
Kimia Darah : kreatinin
GDS
: 172
: 110
Ureum
: 9,37
3. Assesment (Penalaran Klinis):
Penyakit pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia, BPH) merupakan kelainan yang sering dijumpai di klinik urologi
di banyak negara. Di Sub bagian urologi FKUI/RSCM, BPH menempati urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih. Setiap tahun
ditemukan antara 200 sampai 300 penderita baru dengan BPH .
Pertumbuhan kelenjar prostat tidak berhenti pada usia dewasa tetapi terus berlanjut sepanjang hidup. Pada saat lahir, berat prostat
sekitar 1 gram, pada masa pubertas kelenjar prostat tumbuh secara cepat dan mencapai berat sekitar 20 gram pada usia 20 - 30 tahun.
Adanya tanda-tanda histopatologi BPH sudah dapat dijumpai pada laki-laki berusia 60 tahun diperkirakan 50% kemungkinan untuk
ditemukannya BPH secara histologis dan kemungkinan ini meningkat menjadi sekitar 80% pada usia 80 tahun bahkan 100%
pada usia 90 tahun. Walaupun banyak pada laki-laki dapat ditemukan adanya BPH secara histologis, hanya pada setengah diantara
meraka dapat ditemukan pembesaran prostat secara makroskopis dan pada akhirnya sekitar 25% dari penderita. Penderita
ini memerlukan pembedahan untuk mengatasi adanya sumbatan saluran kemih.
Kelenjar periuretral yang mengalami hiperplasi akan mendesak jaringan prostat yang asli ke periper dan menjadi surgical capsul.
Menurut teori sel stem, faktor usia dan gangguan keseimbangan hormonal akan mempercepat proliferasi sel stem sehingga terjadi
hiperplasi kelenjar periuretral, teori reawakening mengatakan jaringan akan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat
embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya.
A. Definisi
Benign Prostat hyperplasia (BPH) adalah hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer dan menjadi simpai bedah. Ada juga yang menyatakan defenisi BPH adalah jika berat prostat 20 gram.
B. Etiologi
Ada 3 teori terjadinya kelainan patologis prostat, yaitu:
1. Teori Dihydro Testosteron (DHT).
Sejak diketemukannya sindrom defisiensi 5-reduktase dimana kelainan ini tidak dapat merubah testoteron menjadi
dehidrotestoteron (DHT), sehingga pada saat berusia dewasa kelenjar prostat tidak dapat diraba. Hal ini disimpulkan DHT
memegang peranan penting pada pertumbuhan prostat.
2. Teori Reawakening
Jaringan kembali seperti pada masa tingkat embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan
sekitarnya.
Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat pembesaran prostat
adalah International Prostate Symptom Score (IPSS). WHO dan AUA telah mengembangkan dan mensahkan prostate
symptom score yang telah distandarisasi. Skor ini berguna untuk menilai dan memantau keadaan pasien BPH. Analisis gejala
ini terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35 (lihat lampiran
kuesioner IPSS yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia). Kuesioner IPSS dibagikan kepada pasien dan diharapkan
pasien mengisi sendiri tiap-tiap pertanyaan. Keadaan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh adalah
sebagai berikut
Skor 0-7: bergejala ringan
Skor 8-19: bergejala sedang
Skor 20-35: bergejala berat.
Selain 7 pertanyaan di atas, di dalam daftar pertanyaan IPSS terdapat satu pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup
(quality of life atau QoL) yang juga terdiri atas 7 kemungkinan jawaban.
b. Pemeriksaan fisik
Colok dubur atau digital rectal examina-tion (DRE) merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, disamping
pemerik-saan fisik pada regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Dari pemeriksaan colok
dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah
satu tanda dari keganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan DRE cenderung underestimate daripada pengukuran
dengan metode lain, sehingga jika prostat teraba besar, hampir pasti bahwa ukuran sebenarnya memang besar.
Kecurigaan suatu keganasan pada pemeriksaan colok dubur, ternyata hanya 26-34% yang positif kanker prostat pada
pemeriksaan biopsi. Sensitifitas pemeriksaan ini dalam menentukan adanya karsinoma prostat sebesar 33%.
Perlu dinilai keadaan neurologis, status mental pasien secara umum dan fungsi neuromusluler ekstremitas bawah.
Disamping itu pada DRE diperhatikan pula tonus sfingter ani dan refleks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan
pada kecuri-gaan adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine, dan kalau terdapat kecurigaan
adanya karsinoma buli-buli perlu dilakukan pemeriksaan sitologi urine. Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi
urine dan telah memakai kateter, peme-riksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada
leukosituria maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter.
- Pemeriksaan fungsi ginjal
- Catatan harian miksi (voiding diaries)
- Uroflometri
- Pemeriksaan residual urin
- Pencitraan traktus urinarius
- Pemeriksaan urodinamika
- Uretrosistoskopi
Pemeriksaan yang tidak direkomendasikan pada pasien BPH
Berbagai pemeriksaan saat ini tidak direkomendasikan sebagai piranti untuk diagnosis pada pasien BPH, kecuali untuk
tujuan penelitian, di antaranya adalah:
1. IVU, kecuali jika pada pemeriksaan awal didapatkan adanya: hematuria, infeksi saluran kemih berulang, riwayat
pernah menderita urolitiasis, dan pernah menjalani operasi saluran kemih.
2. Uretrografi retrograd, kecuali pada pemeriksaan awal sudah dicurigai adanya striktura uretra.
3. Urethral pressure profilometry (UPP)
4. Voiding cystourethrography (VCU)
5. External urethral sphincter electromyography
6. Filling cystometrography.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Secara klinis BPH dibagi menjadi 4 grade yaitu:
1. Grade I belum memerlukan tindakan operatif, pengobatan secara konservatif.
2. Grade II sudah ada indikasi operasi TURP
3. Grade III dapat dilakukan open prostatektomi
4. Bila sudah terjadi retensi total maka dipasang kateter terlebih dahulu atau dilakukan schistostomi setelah itu baru
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosa kemudian dilakukan terapi definitif, dapat berupa TURP
ataupun open prostatektomi.
Indikasi absolut lainnya untuk terapi bedah adalah hematuria, tanda penurunan fungsi ginjal, ISK berulang, tanda obstruksi
berat seperti divertikel, hidroureter, hidronefrosis dan ada batu saluran kemih.
Pengobatan BPH melalui jalan pembedahan, bertujuan mengangkat keseluruhan kelenjar prostat yang dianggap sebagai
sebab segala keluhan dan gejala yang terjadi.
Operasi terbuka dapat ditempuh melalui beberapa cara, yaitu:
1. Route transvesikal, yaitu dengan membuka vesika dan prostat dinukleasi dari dalam vesika. Keuntungannya dapat sekaligus
untuk mengangkat batu vesika atau diverkulektomi apabila ada divertikel yang cukup besar. Kerugiannya harus membuka
vesika sehingga perlu memakai kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesika sembuh.
2. Route retropubik menurut Terence Millin, yaitu dengan membuka kapsel prostat tanpa membuka vesika kemudian prostat
dienukleasi dari retropubik. Keunggulannya tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak usah selama bila
membuka vesika. Kerugiannya tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam vesika.
Cara bedah terbuka umumnya memerlukan masa perawatan di RS yang lama, beberapa komplikasinya antara lain :
perdarahan, infeksi, fistula kekulit/rektum, inkontinensia, striktur, impotensi.
TURP (Transurethral Resection of the Prostate) masih merupakan standar emas. Indikasi TURP adalah gejala-gejala
sedang sampai berat, volume prostat
kurang dari 90 gram dan pasien cukup sehat untuk dioperasi. Komplikasi jangka
pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensi karena bekuan darah. Komplikasi jangka panjang adalah striktur
uretra, ejakulasi retrograde atau impotensi.
prazosin (short acting): 2 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat.
doxazosin (long acting): 4 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat.
alfuzosin (short acting): 7,5 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat.
terazosin (long acting): 5 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat.
tamsulosin (long acting): 0,4 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat.
c. fitoterapi: Pengobatan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostat. Substansinya misalnya Pygeum
africanum, Saw palmetto, Serenoa repeus. Efeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1 - 2 bulan.
3. terapi invasive minimal
a. Transuretral microwave thermotherapy (TUMT). Hanya dapat dilakukan di rumah sakit besar. Dilakukan pemanasan
prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui suatu tranducer yang diletakkan di uretra
pars prostatica.
b. Dilatasi balon transuretral (TUBD)
Pemasangan kateter Fr 16
Observasi 6 jam