Boy
Ibu
Boy
Pak Guru
Boy
: Aku kenyang
Mondy
: O,ya sudah
Boy
Alex
Boy
Boy
: Seandainya saya lulus tanpa tes, orang tua saya pasti senang.
Penjelasan
Lokusi
1. Menginformasikan bahwa porsi nasi goring yang diberikan ibu sangat
banyak.
2. Menginformasikan bahwa uang saya tinggal dua ribu rupiah
3. Menginformasikan bahwa Boy sudah kenyang
Illokusi
1. Boy tidak sanggup menghabiskan nasi goring Karen porsinya banyak
2. Boy tidak sanggup membayar uang buku sekarang
3. Boy menolak tawaran Mondy untuk makan di kantin
Perlokusi
1. Ibu memaklumi anaknya yang tidak sanggup menghabiskan nasi goring
tersebut sehingga ia menyuruh makan secukupnya
2. Pak guru memaklumi Boy belum bisa membayar uang buku sekarang
sehingga ia memberikan waktu lagi untuk melunasinya
3. Mondy memaklumi Boy tidak lapar sehingga ia tida memberikan tawaran
lagi dan tidak memaksa Boy untuk makan
Implikatur
Alex
:Ayo nonton
Boy
Dialog Alex isnya mengajak Boy untuk nonton, ujaran Boy menolak ajakan
temannya.
Deiksis
Alex
Boy
Penggunaan kata saya pada kalimat pertama adalah kata ganti dari Alex,
sedangkan kedua adalah kata ganti dari Boy. Kata saya memiliki referen yang
berpindah-pindah sesuai konteks pembicaraan.
Presuposisi
Mondy
Boy
: Seandainya saya lulus tanpa tes, orang tua saya pasti senang.
Tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat
sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya.
Contoh: Ani: Ibu sedang memasak di dapur
Kalimat tersebut memiliki informasi bahwa ibu dari si Ani sedang memasak di
dapur.
Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan
dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu
dilakukan,dan lain sebagainya. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan beberapa
fungsi dalam pikiran pembicara.
Contoh: Ayah: Ujian sudah dekat
Jika sang Ayah bicara pada anaknya, maka yang timbul di pikiran anak mungkin
saja bisa berupa teguran dari sang Ayah agar dia lebih rajin belajar karena ujian
sudah dekat.
Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi mitra tutur. Tindak tutur perlokusi memiliki akibat tuturan (hal yg
dilakukan pendengar akibat ilokusi). Tindak tutur perlokusi terjadi bila lawan
tutur melakukan sesuatu setelah adanya lokusi dan ilokusi. Dari contoh 2 maka
perlokusinya adalah anak belajar dengan rajin karena ujian sudah dekat.
1. A : Pembayaran terakhir buku bacaan Bahasa Indonesia adalah hari ini. Kapan
kamu akan bayar nak?
B : Uang saya tinggal Dua Ribu Rupiah bu.
(Ilokusi)
A : Yasudah. Lain waktu saja bayarnya.
(Perlokusi)
Konteks : Terjadi dialog antara ibu guru dan murid
Tempat : di kelas
A : Ibu guru
B : Murid
Lokusi : Menginformasikan bahwa uang saya tinggal Dua Ribu Rupiah.
Ilokusi : Bahwa tidak hanya sekedar menyampaikan informasi namun ada maksud
lain yaitu ia tidak sanggup membayar bukunya sekarang.
Perlokusi : Ibu Guru emahami dan memaklumi alasan murid yang tidak bisa
membayar saat itu sehingga ia memberikan beberapa waktu lagi untuk
melunasinya.
DEIKSIS
deiksis adalah bentuk bahasa baik berupa kata maupun lainnya yang berfungsi
sebagai penunjuk hal atau fungsi tertentu di luar bahasa. Dengan kata lain, sebuah
bentuk bahasa bisa dikatakan bersifat deiksis apabila acuan/ rujukan/ referennya
berpindah-pindah atau berganti-ganti pada siapa yang menjadi si pembicara dan
bergantung pula pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Jadi, deiksis
merupakan kata-kata yang tidak memiliki referen yang tetap. Seperti contoh
dialog berikut ini:
Kata Saya di atas sebagai kata ganti dari dua orang. Kata pertama adalah kata
ganti dari Ani. Sedangkan kedua adalah kata ganti Ali. Dari contoh di atas, tampak
kata saya memiliki referen yang berpindah-pindah sesuai dengan konteks
pembicaraan serta situasi berbahasa.
PRESUPOSISI
Presuposisi atau sering juga disebut praanggapan. Sebuah tuturan dapat dikatakan
mempresuposisikan atau mempraanggapkan tuturan lainnya, apabila
ketidakbenaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan kebenaran atau
ketidakbenaran tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali.
Contoh : Mahasiswi terpandai dikelas itu cantik sekali.
Contoh di atas mempraanggapkan atau mempresuposisikan adanya seorang
mahasiswi yang benar-benar pandai di kelas tertantu. Apabila pada kenyataannya
memang ada mahasiswi yang sangat pandai di kelas itu maka tuturan di atas dapat
dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya, apabila di kelas itu tidak ada sama sekali
mahasiswi yang sangat pandai, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau
salahnya sama sekali.
IMPLIKATUR
Kata implikatur berhubungan dengan kata implikasi yang terkandung. Dalam hal
ini implikatur percakapan berarti makna yang terkandung (Sumarsono, 2010:65).
Sebuah ujaran dapat mengimplikasikan pernyataan (proposisi) yang bukan
merupakan bagian dari ujaran itu. Misalnya,
(1) A : Ayo nonton!
B : Besok saya ujian.
Jawaban (B) tersebut tidak berkaitan dengan (A): (A) berbicara tentang
nonton tetapi (B) bicara ujian. Tetapi, ujaran (A) itu merupakan ajakan, dan
jawaban terhadap ajakan itu biasanya berupa penerimaan atau penolakan. Jawaban
(B) itu bisa kita pahami sebagai penolakan halus terhadap ajakan (A). Hal itulah
yang disebut implikatur percakapan.
Senada dengan pendapat Sumarsono, Grice (dalam Wijana, 1996:37) dalam
artikelnya yang berjudul Logic and Conversasion mengemukkan bahwa sebuah
tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari
Latar tempat digambarkan sebagai rumah yang nyaman dan santai. Malam belum
terlalu larut. Suara jangkrik menambah ketenangan. Seorang ibu sedang duduk di
sofa sambil merajut. Tak lama, anak gadisnya baru datang dan duduk di sofa
sebelah ibunya.
Ibu : Ibu bukannya mengekang kebebasan kamu, nak. Ibu hanya melindungi kamu
dari efek buruk
Gadis : Pergaulan bebas kan, Bu? Ibu pikir aku nggak bisa jaga diri? Justru kalo
Ibu overprotektif gini sama aku, aku bakal ngelakuin apa yang Ibu larang
Ibu : Gadis, cukup! [berdiri dan menjatuhkan rajutannya] Kamu nggak pernah
menghormati keputusan Ibu. Dengar, Ibu pernah muda, tapi kamu belum pernah
tua
Gadis : Nah, kalau Ibu pernah muda, biarkan aku menikmati masa mudaku seperti
Ibu menikmati masa muda Ibu dulu. Selesai. Aku nggak suka berdebat dengan
Ibu. Apalagi karena aku nggak pernah menang
Ibu : Sekarang apa mau kamu, nak? [nada mulai merendah]
Gadis : [lirih] Just let me be everything I wanna be. Aku nggak bakal ngecewain
Ibu. Aku ingin belajar berdiri di atas kakiku sendiri. Berbicara dengan lidahku
sendiri. Berpikir dengan otakku sendiri. MELIHAT dengan mataku sendiri. Aku
tidak mau jadi katak di bawah tempurung. Aku tidak ingin terkurung di tengah
dunia yang begitu luas membentang. Aku nggak mau dijadikan boneka yang bisa
seenak hati didandani dan digerak-gerakkan Ibu tanpa punya kebebasan untuk
bergerak sendiri.
Ibu : [menghela napas, perlahan duduk kembali] Gadis, kamu tahu kenapa Ibu
melakukan semua ini? Itu karena Ibu ingin menjadi seorang ibu. Ibu tidak
punya sosok ibu yang bisa diandalkan. Nenekmu tidak pernah memberikan apa
yang selalu Ibu berikan padamu. Itu jadi semacam dendam yang tidak wajar, nak.
Tapi percayalah, Ibu hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Ibu ingin
memenuhi segala hal yang tidak bisa dipenuhi nenek terhadap Ibu saat kecil dulu.
Ibu ingin memudahkan jalan hidupmu. Ibu ingin selalu dekat denganmu. Karena
Ibu sudah terlalu lama merasakan, betapa hampanya hidup ini tanpa kehadiran
sosok ibu di keseharian kita. Ibu hanya tidak ingin anak Ibu mengalami kesedihan
yang sama dengan yang Ibu alami dulu, nak.
Gadis : [luluh, kemudian berlutut di depan Ibu] Maafin Gadis, Bu. Gadis nggak
bersyukur punya ibu yang seperti Ibu.
Ibu : Ibu juga minta maaf kalau selama ini terlalu mengekangmu ya, nak. Mulai
sekarang, kita akan mendiskusikan kebutuhanmu dan keinginan Ibu bersama-sama
ya, supaya tercapai kesepakatan yang adil. [memeluk dan mencium kening
anaknya]
Lampu latar meredup. Suasana menjadi hening.