Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH GEOGRAFI SUMBERDAYA

Pengembangan Kawasan Peternakan dalam Pemanfaatan Persebaran Padang


Rumput di Indonesia

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
DWI MUSTOFA

1413034016

ENI NURAINI

14130340

M. ADI PAMUNGKAS

1413034040

SRI HARYATI

1413034064

DAVIT NOBERTON S.

14430340

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillhirobbilalamin puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan Hidayahnya
sehingga penulis dapat Menyelesaikan Makalah yang akan dipersentasikan yang
berjudul: Pengembangan Kawasan Peternakan dalam Pemanfaatan Persebaran
Padang Rumput di Indonesia.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi agung
Muhammad SAW. Yang merupakan satu-satunya Nabi yang kita nantikan syafaatnya
kelak di hari akhir.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan pada para
pembaca tentang Pengembangan Kawasan Peternakan dalam Pemanfaatan
Persebaran Padang Rumput di Indonesia khususnya bagi para mahasiswa geografi
yang sedang mengikuti mata kuliah geografi sumberdaya, serta sebagai pemenuhan
tugas kuliah geografi sumberdaya yang diampu oleh Bp.Drs.Zulkarnain M.Si.
Penulis sadar bahwa Makalah yang kami buat untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Geografi Sumberdaya banyak kekurangan dan kesalahan, disebabkan
keterbatasan pengetahuan serta kemampuan, Untuk itu kepada segenap pembaca
kiranya dapat memberikan masukan dan saran-sarannya sehingga Makalah ini akan
lebih baik dan sempurna.
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis umumnya bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Manfaat Masalah............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Padang Rumput........................................................................................3
2.1.1 Pengertian padang rumput ....................................................3
2.1.2 Ciri-ciri padang rumput .........................................................4
2.1.3 Proses terbentuknya padang rumput......................................4
2.1.4 Pembagian padang rumput ....................................................5
2.1.5 Komponen penduukung ekosistem padang rumput ..............5
2.1.6 Mahluk hidup yang ada di padang rumput............................9
2.1.7 Permasalahan yang terjadi di padang rumput .......................11
2.2 Peternakan .......................................................................7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................9
3.2 Saran........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah


Akibat letak astronomis Indonesia yang berada tepat pada garis katulis tiwa
menyebabkan Indonesia tergolong kedalam Negara yang berklim tropis, dengan
mempunyai dua musim yang saling berimbang, yaitu musim panas dan musim
hujan yang masing-masing enam bulan lamanya, hal tersebut teryata juga
berakibat pada keberanekaragaman sumberdaya yang ada di Indonesia baik dari
segi sumberdaya alam hayati maupun non hayati. Salah satu contohnya adalah
sumber daya tumbuhan dan sumber daya hewan.
Untuk mengetahui keberagaman jenis sumberdaya yang ada di Indonesia serta
persebarannya, dapat kita lakukan dengan mempelajari salah satu cabang ilmu
geografi yaitu Geografi Sumberdaya, dimana ilmu ini membahas tentang
Berdasarkan objek kajian dari geografi sumberdaya, maka dalam makalah ini
akan di bahas tentang salah satu jenis dari sumber daya yang terdapat di Indonesia
yaitu sumber daya tumbuhan dan hewan khususnya padang rumput dan
peternakan, yang didalamnya kita akan membahas mulai dari pengertian,
persebaran , pemanfaatannya dan lain sebagainya. secara lebih rinci lagi dalam
bab selanjutnya.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka tersusun rumusan masalah
sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan sumberdaya tumbuhan dan hewan?
2. Apa yang dimaksud dengan padang rumput ?

3. Bagaimana proses terjadinya padang rumput serta cirri-ciri dari padang


rumput ?
4. Dimana sajakah persebaran padang rumput di Indonesia ?
5. Bagaimana proses pemanfaatan padang rumput di Indonesia?
6. Apa yang dimaksud dengan peternakan serta jenis hewan yang sering
dijadikan sebagai hewan ternak?
1.3.

Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu sumberdaya hewan dan tumbuhan.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan padang rumput, bagaimana proses
tebentuknya padang rumput, mengetahui persebarannya di wilayah Indonesia,
serta bagaimana pemanfaatannya
3. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan peternakan, jenis hewan yang
diternak, hewa yang paling sering dijadikan hewan ternak.
4. Memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang pote

BAB II
PEMAHASAN
.1. Padang rumput
2.1.1 Pengertian padang rumput
Padang rumput adalah ekosistem ditandai dengan pohon-pohon yang cukup
kecil atau banyak spasi sehingga kanopi tidak menutup. Kanopi terbuka
memungkinkan cahaya yang cukup untuk mencapai tanah untuk mendukung
terputus lapisan herba terutama yang terdiri dari rumput. Beberapa klasifikasi
sistem yang jugamenyatakan savana padang rumput yang tidak ada pohon.
Padang rumput adalah dataran tanpa pohon (kecuali yang berada di dekat
sungai atau danau) yang umumnya ditumbuhi rumput pendek.
Padang rumput menjadi istilah di kehutanan yang tidak asing meski
terdapat berbagai macam kata yang berkaitan dengan hutan. Padang rumput
sendiri terletak di daerah yang memiliki musim kering yang panjang dan musim
penghujan yang pendek. Hal ini dapat dilihat di kawasan Indonesia seperti Pulau
Sumba, Nusa Tenggara Timur. Biasanya padang rumput terletak di daerah yang
memiliki ketinggian sekitar 900-4000m diatas permukaan laut.
Padang rumput ini terjadi secara alami disebabkan adanya cuaca yang
mempengaruhi rendahnya curah hujan. Curah hujan yang rendah mengakibatkan
tumbuhan kesulitan untuk menyerap air, sehingga tumbuhan yang dapat bertahan
ialah rumput. Seperti diketahui bahwa rumput dapat hidup dan beradaptasi dalam
keadaan tanah yang kering. Oleh karena itu tumbuhan rumput lebih banyak
tumbuh dibandingkan dengan tumbuhan yang lain.

Padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan


daerah beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika
Selatan, Australia.
2.1.2. Ciri-ciri padang rumput

Curah hujan antara 25 - 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah

hujannya dapat mencapai 100 cm/tahun.


Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan

drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.


Daerah padang rumput yang relatif basah, seperti di Amerika Utara,
rumputnya mencapai 3 m, misalnya: rumput-rumput bluestem dan India

Grasses.
Beberapa jenis rumput mempunyai ketinggian hingga 3,5 m.
Memiliki pohon yang khas, yaitu akasia.
Tanah pada umumnya tidak mampu menyimpan air yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat porositas tanah dan sistem penyaluran yang kurang baik

sehingga menyebabkan rumput-rumput tumbuh dengan subur.


Daerah padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah

subtropika.
Padang Rumput berubah menjadi semak belukar apabila terbentuk mengarah

ke daerah yang intensitas hujannya makin rendah.


Padang Rumput akan berubah menjadi hutan basah apabila mengarah ke
daerah yang intensitas hujannya makin tinggi

2.1.3.

Proses terbentuknya padang rumput


Terbentuknya padang rumput secara alami lebih banyak disebabkan
cuaca tepatnya oleh rendahnya tingkat curah hujan, yakni hanya sekitar 30
mm/ tahun. Curah hujan yang rendah menyulitkan tumbuhan untuk menyerap
air. Akibatnya, hanya jenis tumbuhan rumput yang dapat bertahan hidup dan
beradaptasi dengan lingkungan alam yang kering.

2.1.4. Pembagian Padang Rumput

Padang rumput dengan diselingi oleh pepohonan. Padang Rumput


dibedakan menjadi dua, yaitu:

Padang

penyusunnya hanya terdiri dari satu jenis tumbuhan aja


Padang Rumput campuran, yaitu Padang Rumput yang pepohonan

Rumput

murni,

yaitu

Padang

Rumput

yang

pepohonan

penyusunnya terdiri dari berbagai jenis tumbuhan


2.1.5. Komponen Pendukung Ekosistem Padang Rumput
Komponen dalam eksosistem terbagi menjadi dua bagian, yakni
komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen-komponen pembentuk
ekosistem adalah:
a. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen dalam ekosistem yang
berasal dari benda tak hidup atau benda mati. Komponen tersebut adalah
komponen fisik dan komponen kimia yang dijadikan media atau subtrat
sebagai temapt berlangsunganya hidup. Lebih tepatnya komponen abiotik
merupakan temat tinggal atau lingkungan dimana komponen biotik hidup.
Komponen abiotik sangat bervariasi dan beragam. Komponen ini
dapat berbentuk benda organik, senyawa anorganik, dan juga hal-hal yang
mempengaruhi pendistribusian organisme. Berikut adalah komponen abiotik
yang mepengaruhi ekosistem padang rumput.
1. Suhu udara
Suhu udara mempengaruhi setiap proses yang terjadi pad amakhluk hidup.
Sebagai contoh adalah penggunaan energi yang dihasilkan oleh tubuh
meregulasi suhu tubuhnya.
2. Air
Air memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan makhluk yang
ada di bumi. Tanpa adanya air semua makhluk hidup yang ada mati.
3. Garam

Keberadaan garam mampu mempengaruhi suatu organisme dalam proses


osmosis. Ada beberapa organisme yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan dengan kandungan garam yang tinggi.
4. Tanah dan batu
Karakteristik yang ada pada tanah mampu memberikan pengaruh terhadap
penyebaran organisme yang ada berdasarkan kandungan yang ada pada
tanah dan batu tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut
adalah pH tanah dan struktur fisik tanah serta kondisi mineral yang
dikandung oleh tanah.
5. Cahaya matahari
Tidak dapat dipungkiri bahwa sinar matahari merupakan satu-satunya energi
yang memberikan kehidupan bagi organisme yang hidup di bumi ini. Salah
satu contohnya adalah pada proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan.
Tanpa adanya fotosintesi maka tumbuhan tidak bisa hidup. Padahal
tumbuhan merupakan produsen bagi organisme lainnya yang tidak dapat
digantikan oleh yang lainnya.
6. Iklim
Iklim merupakan kondisi cuaca suatu daerah dalam jangka waktu yang
lama. Iklim menentukan tingkat toleransi kehidupan suatu organisme.
b. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen dalam ekosistem yang berupa organisme
atau makhluk hidup. Komponen biotik dalam ekosistem merupakan
komponen yang selain komponen abiotik.
Pada ekosistem ini, kita akan menemukan beberapa jenis organisme yang
mendukung terbentuknya ekosistem padang rumput. Berikut adalah
komponen biotik yang ada di ekosistem padang rumput.
1. Organisme autotrof

Organisme ini adalah jenis organisme yang bisa membuat atau menyintesa
makanan sendiri mengandalkan cahaya matahari, air dan komponen udara
sekitar. Organisme autotrof pada ekosistem yang ada di padang rumput
adalah tanaman atau rumput. Rerumputan ini pun hidup beradaptasi dengan
kelembaban lingkungan yang memiliki curah hujan yang tidak teratur.
2. Organisme heterotrof
Organisme kedua ini adalah jenis organisme yang tidak bisa membuat
makanan sendiri. Karena tidak mampu menghasilkanan sendiri maka
organisme heterotof mengfungsikan organisme lain sebagai makanannya.
Dalam hal ini adalah organisme autotrof yang difungsikan sebagai
makanan bagi organisme heterotof. Organisme jenis ini adalah hewan
pemakan rumput yang ada di padang rumput. Hewan tersebut adalah
seperti zebra, rusa, kanguru, bison, dan kuda. Hidup hewan ini bergantung
pada rumput-rumput yang hidup di sekitar mereka.
Organisme heterotrof yang lain adalah hewan pemangsa yang menjadi
konsumen kedua setelah hewan pemakan rumput. Hewan yang menjadi
organisme heterotof tingkat kedua seperti singa, anjing liar, ular, dan
manusia. Hewan pemangsa yang berkeliaran di padang rumput ini
menggantungkan hidup pada hewan-hewan pemakan rumput yang menjadi
target mangsa mereka.
Tidak hanya hewan pemangsa saja yang menjadi organisme autotrof.
Manusia juga termasuk dalam organisme autotrof tingkat ke dua karena
manusia tidak mampu menghasilkan makanan sendiri. Namun manusia
mampu menggunakan akalnya untuk memanipulasi makanan.
3. Pengurai
Komponen terakhir adalah dekomposer atau pengurai. Sebenarnya
pengurai termasuk dalam organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak
bisa membuat makanan sendiri. Tugas dari organisme yang satu ini adalah

menguraikan bahan organik dari benda hidup yang sudah mati (misal:
hewan mati, daun, batang pohon, dll).
Contoh dari pengurai pada ekosistem padang rumput ini adalah jamur dan
bakteri. Mereka akan menyerap sebagian hasil penguraian dan membuang
beberapa bahan sederhana untuk digunakan kembali oleh produsen
(tanaman/rumput). Penggunaan yang dilakukan oleh produsen bermaksud
sebagai tambahan makanan yang diperlukan oleh organisme autotrof untuk
bertahan hidup.
Ekosistem padang rumput adalah bagian dari kehidupan, sudah selayaknya
kita sebagai manusia ikut menjaga keseimbangan ekosistem ini. Misalnya,
tidak sembarangan memburu hewan, baik pemakan rumput maupun hewan
pemangsa seperti singa.
Perlu dijaga kestimbangan alam yang ada agar alam tetap dapat asri dan
eksis hingga nanti. Memanfaatkan organisme atau makhluk yang ada dalam
ekosistem pada rumput juga diperbolehkan asalakan dengan catatan bahwa
hanya dimanfaatkan sewajarnya saja dan tidak mengarah pada terjadinya
kerusakan.
Hal ini hanya akan menimbulkan putusnya rantai makanan, dan akan
berakibat kacaunya ekosistem yang pasti merugikan manusia secara
perlahan.
2.1.6. Mahluk Hidup yang terdapat di Padang Rumput
a. Jenis tumbuhan (flora)
Oleh karena porosita (wilayah terbuka) dan drainase (sistem perairan) yang
cenderung tidak teratur, maka tanaman yang tumbuh di wilayah padang
rumput juga terbatas. Tumbuhan yang masuk ke dalam ekosistem padang
rumput ini didominasi rerumputan yang pendek antara lain grama, buffalo
grasees dan masih banyak lagi lainnya. Meski demikian, padang rumput juga

dihuni beberapa jenis tumbuhan, hanya saja oleh karena keberadaan rumput
yang paling dominan sehingga ia disebut Padang Rumput.
Salah satu jenis tumbuhan unik yang ditemukan di wilayah padang rumput
adalah akasia. Ia merupakan genus semak-semak dan juga pohon. Akasia
pertama kali ditemukan di wilayah Afrika. Akasia dikenal dengan durinya.
Tumbuhan akasia ini dibagi lagi ke dalam beberapa varian yang jumlahnya
mencapai 1.300 spesies dan tersebar di seluruh dunia. Akasia banyak dijumpai
tumbuh lebat di padang rumput. Ia memiliki ciri khas daun yang berukuran
kecil. Akasia ini sangat bermanfaat dan bahkan pohonnya menjadi komoditas
yang banyak dicari.
b. Jenis hewan (fauna)
Sementara itu, hewan atau fauna yang menghuni ekosistem padang rumput
cukup beragam. Biasanya mereka adalah hewan yang menjadikan rumput
sebagai makanan utama. Jenis hewan yang hidup di daerah Padang Rumput
adalah herbivora dan karnivora misalnya :
1. Herbivora

Kuda
2. Karnivora
Macan Tutul, Anjing Hutan

Zebra

Singa
2.1.7. Permasalahan yang Terjadi di Padang Rumput
Pada Padang Rumput umumnya terjadi kebakaran hutan dan ekosistem yang
muncul sebagai akibat dari ulah manusia. Sebagai contoh, penduduk asli
Amerika menciptakan Padang Rumput Pra-Columbus Amerika Utara secara
berkala pembakaran di mana-tanaman tahan api adalah spesies yang dominan.
Pine Barrons di lokasi yang tersebar dari New Jersey ke pantai New England
adalah sisa-sisa dari Padang Rumput . Aborigin tampaknya telah bertanggung
jawab atas terjadinya kebakaran pada luas savana di daerah tropis Australia
dan New Guinea, dan kebakaran Padang Rumput di India adalah hasil dari
ulah manusia.
Kebakaran ini biasanya terbatas pada lapisan herba dan melakukan kerusakan
jangka panjang untuk pohon dewasa. Namun, kebakaran tidak berfungsi baik
membunuh atau menekan bibit pohon, sehingga mencegah pembentukan
kanopi pohon terus menerus yang akan mencegah pertumbuhan rumput lebih
lanjut. Sebelumnya tanah aborigin Eropa menggunakan praktik penyelesaian,
termasuk kebakaran, vegetasi dipengaruhi dan mungkin telah dipelihara dan
perubahan flora di savana. Hal ini telah diusulkan oleh banyak penulis bahwa
pembakaran asli menciptakan struktural lebih teratur pada savana terbuka.
Aborigin membakar tentu menciptakan mosaik habitat yang mungkin
peningkatan keanekaragaman hayati dan mengubah struktur hutan dan

jangkauan geografis dari berbagai spesies hutan. Hal ini telah diusulkan oleh
banyak pengarang bahwa dengan pemindahan atau perubahan rezim
pembakaran Padang Rumput tradisional banyak digantikan oleh semak hutan
dan semak belukar dengan lapisan herba sedikit.
Konsumsi rumputan oleh ternak di hutan-hutan savana telah menyebabkan
penurunan jumlah bahan bakar yang tersedia untuk pembakaran dan
mengakibatkan kebakaran dan pendingin yang lebih sedikit. Pengenalan
padang rumput asing legum juga menyebabkan penurunan dalam kebutuhan
untuk membakar untuk menghasilkan tinggi pertumbuhan kacang hijau karena
mempertahankan tingkat gizi yang tinggi sepanjang tahun, dan karena
kebakaran dapat berdampak negatif terhadap populasi legum yang
menyebabkan keengganan untuk membakar

2.2. Peternakan
Peternakan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memelihara hewan
ternak. Peternakan mempunyai arti penting dalam usaha perbaikan dan
peningkatan mutu makanan. Memperbaiki dan meningkatka mutu makanan
berarti melengkapi makanan dengan zat lemak dan protein hewan. Hasil
peternakan merupakan persediaan lemak dan protein yang terpenting. Di daerah
padang rumput, aktivitas ekonomi yang utama adalah peternakan berpindahpindah (nomadic herding) dan peternakan perdagangan (commercial grazing).
Pertumbuhan merupakan salah satu subsektor yang dimasukkan dalam program
pembangunan ekonomi rakyat, seperti yang tertera dalam Propenas 2000-2006.
selain itu, hewan atau ternak merupakan sumber protein yang penting bagi
pertumbuhan

manusia.

Pembangunan

peternakan

diarahkan

untuk

meningkatkan kemandirian petani peternak.


Untuk meningkatkan produksi peternakan, perlu didukung oleh pembangunan
industri pakan ternak dengan harga terjangkau dan mudah diperoleh oleh
masyarakat khususnya para petani atau peternak.

Populasi ternak yang diusahakan oleh masyarakat menurut Badan Pusat


Statistik adalah sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba, dan
babi. Ternak sapi perah banyak dijumpai di Pulau Jawa, tetapi terbanyak
ditemui di Provinsi Jawa Timur.
Populasi peternakan sapi perah terbanyak di luar Pulau Jawa adalah Provinsi
Sumatra Utara. Provinsi yang tidak ada sapi perahnya, antara lain Riau,
Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara timur, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Populasi sapi potong
terbanyak adalah Jawa Timur. Kebutuhan daging ternak di provinsi DKI Jakarta
paling besar. Namun, jumlah peternak sangat sedikit dan biasanya dijumpai di
daerah pinggiran kota, seperti di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta
Barat. Di provinsi Riau dan Sulawesi Utara tidak dijumpai ternak domba,
sedangkan di provinsi DKI Jakarta tidak dijumpai di Pulau Jawa, khususnya di
Provinsi Jawa Barat. Populasi ternak babi yang terbanyak dijumpai di Provinsi
Tenggara Timur.
Jenis-jenis peternakan yang ada di diindinesia meliputi peternakan hewan besar
dan kecil.
1. Peternakan hewan besar
peternakan hewan besar adalah peternakan yang memelihara hewan yang
berukuran besar, misalnya kerbau, kuda, dan sapi. Daerah pemeliharaan
kerbau di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan
Aceh. Daerah pemeliharaan kuda terdapat di Sumba, Sumbawa, Timor,
Sumatra Utara, Tapanuli, dan Sulawesi Selatan. Daerah pemeliharaan sapi
terdapat di lembang, Cisarua, Baturaden, Ungaran, Boyolali, Madura, Grati,
Bali, Sumba, Sumbawa, Mentawai, dan Kalimantan Barat.

Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah pemasok
ternak sapi bagi propinsi lainnya di Indonesia. Tahun 1960-1970 mampu
mengekspor sapi potong ke Hongkong dan Singapura. Permintaan sapi dari
NTB, baik untuk konsumsi lokal maupun antar pulau terus meningkat.
Berdasarkan kondisi lahan yang tersedia dan luas pemilikannya, maka sistem
beternak sapi potong di provinsi NTB digolongkan menjadi dua yaitu :
(1) Pemeliharaan secara extensif tradisional yaitu dilepas di padang
pengembala.Cara ini berkembang di Pulau Sumbawa
(2) Pemeliharaan secara dikandangkan dengan sistem pemberian pakan Cut
and Carry. Cara ini berkembang di Pulau Lombok.
Pengembangan ternak potong secara extensif/digembalakan diarahkan ke
Pulau Sumbawa karena memiliki lahan pengembalaan cukup luas. Kebiasaan
petani di Pulau Sumbawa melepas begitu saja ternak sapinya di hutan
belukar, semak-semak, padang rumput dan padang alang-alang yang cukup
luas.

SUTARYONO dan PARTRIDGE (2002) melaporkan bahwa ternak yang


merumput pada padang rumput akan memperoleh kenaikan berat badan
hanya sekitar 7090 kg setiap tahun, disebabkan karena rendahnya kualitas
atau kuantitas pakan selama musim kering. Rendahnya kenaikan berat badan
memberi pengaruh pada kesuburan/rendahnya angka kelahiran dan tingginya
angka kematian. Selanjutnya dikatakan bahwa padang rumput pada banyak
lokasi berada dalam keadaan terancam, sebagian besar disebabkan karena
invasi gulma berkayu. Untuk Pulau Sumbawa terutama bagian pantai utara,
tinggi rumputnya sedang, musim kemarau panas, tanah vulkanis dengan
tingkat pengembalaan ringan. Jenis ternak yang digembalakan terdiri atas
sapi, kerbau dan kuda dengan jumlah sekitar 366.352 ekor atau sekitar
221.500 STD (Setara Ternak Dewasa). Hal ini berarti bahwa stocking rate
(laju ternak) baru mencapai 1ternak (STD) per 1,7 ha padang
pengembalaan.Tiga jenis ternak di Pulau Sumbawa yang dipelihara dengan
sistem gembala yaitu kuda, sapi dan kerbau jumlahnya cukup banyak.

Sapi Potong Provinsi Nusa Tenggara

Tabel umlah ternak, kuda, sapi dan kerbau di Pulau Sumbawa tahun
2003

Sistem kandang kumpul


Pengembangan ternak sapi potong dengan sistem dikandangkan diarahkan di
Pulau Lombok dengan pertimbangan lahan pengembalaan kurang tersedia,
pertanian tanaman pangan cukup intensif, pemilikan lahan sempit, cukup
banyak tedapat kandang kumpul.Keberadaan kandang kumpul di Pulau
Lombok informasinya beragam. Ada yang mengatakan sudah ada sejak
zaman dahulu atau turun-temurun seperti informasi yang diperoleh dari
sebagian besar petani di daerah Lombok bagian selatan. Namun demikian
seperti yang dilaporkan oleh MUZANI et al., 2003 bahwa keberadaan
kandang kumpul dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu didirikan pada
masa sebelum tahun 1980, masa tahun 19802000 dan setelah tahun 2000.
Sebagian besar kandang kumpul yang ada saat ini didirikan periode masa
tahun 19802000.Tujuan didirikan kandang kumpul tidak saja karena alasan
keamanan seperti yang menjadi alasan pokok awal berdirinya kandang
kumpul, tetapi sudah lebih luas lagi tujuan dan perannya yaitu menjaga
kebersihan lingkungan, memudahkan pemeliharaan dan sebagai sumber
pupuk organik (pupuk kandang) dengan harapan dapat meningkatkan
pendapatan rumah tangga petani. DIWYANTO dan HARYANTO (2001)
dalam SOEKARDONO (2002) melaporkan bahwa sekitar 40% dari
peningkatan pendapatan petani dengan sistem integrasi tanaman ternak
berasal dari pupuk organik yang dihasilkan ternak. Adapun jumlah kandang
kumpul yang ada di Pulau Lombok belum diketahui secara pasti, namun jika

dianalogikan dengan jumlah kelompok tani ternak sapi, maka jumlahnya


sekitar 434 BUAH (DINAS PETERNAKAN PROPINSI NTB, 2001)
dengan jumlah ternak antara 18354 ekor/kandang kumpul (MUZANI et al.,
2003).

2. Peternakan hewan kecil


peternakan hewan kecil merupakan peternakan yang memelihara hewan
yang berukuran kecil, misalnya kambing, babi, kelinci, dan unggas. Daerah
pemeliharaan kambing terdapat hampir di semua tempat secara kecilkecilan. Daerah pemeliharaan babi terdapat di Karawang, Bali, Tapanuli,
Minahasa,

Lombok,

pemeliharaan

kelinci

Flores,

Timor, Maluku,

terdapat

di

Jawa

dan

Tengah

Papua.

Daerah

sebagai

proyek

pengembangan. Daerah pemeliharaan unggas terdapat di semua daerah.

Anda mungkin juga menyukai