Makalah Geografi Sumberdaya
Makalah Geografi Sumberdaya
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
DWI MUSTOFA
1413034016
ENI NURAINI
14130340
M. ADI PAMUNGKAS
1413034040
SRI HARYATI
1413034064
DAVIT NOBERTON S.
14430340
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillhirobbilalamin puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan Hidayahnya
sehingga penulis dapat Menyelesaikan Makalah yang akan dipersentasikan yang
berjudul: Pengembangan Kawasan Peternakan dalam Pemanfaatan Persebaran
Padang Rumput di Indonesia.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi agung
Muhammad SAW. Yang merupakan satu-satunya Nabi yang kita nantikan syafaatnya
kelak di hari akhir.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan pada para
pembaca tentang Pengembangan Kawasan Peternakan dalam Pemanfaatan
Persebaran Padang Rumput di Indonesia khususnya bagi para mahasiswa geografi
yang sedang mengikuti mata kuliah geografi sumberdaya, serta sebagai pemenuhan
tugas kuliah geografi sumberdaya yang diampu oleh Bp.Drs.Zulkarnain M.Si.
Penulis sadar bahwa Makalah yang kami buat untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Geografi Sumberdaya banyak kekurangan dan kesalahan, disebabkan
keterbatasan pengetahuan serta kemampuan, Untuk itu kepada segenap pembaca
kiranya dapat memberikan masukan dan saran-sarannya sehingga Makalah ini akan
lebih baik dan sempurna.
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis umumnya bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Manfaat Masalah............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Padang Rumput........................................................................................3
2.1.1 Pengertian padang rumput ....................................................3
2.1.2 Ciri-ciri padang rumput .........................................................4
2.1.3 Proses terbentuknya padang rumput......................................4
2.1.4 Pembagian padang rumput ....................................................5
2.1.5 Komponen penduukung ekosistem padang rumput ..............5
2.1.6 Mahluk hidup yang ada di padang rumput............................9
2.1.7 Permasalahan yang terjadi di padang rumput .......................11
2.2 Peternakan .......................................................................7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................9
3.2 Saran........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka tersusun rumusan masalah
sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan sumberdaya tumbuhan dan hewan?
2. Apa yang dimaksud dengan padang rumput ?
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu sumberdaya hewan dan tumbuhan.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan padang rumput, bagaimana proses
tebentuknya padang rumput, mengetahui persebarannya di wilayah Indonesia,
serta bagaimana pemanfaatannya
3. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan peternakan, jenis hewan yang
diternak, hewa yang paling sering dijadikan hewan ternak.
4. Memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang pote
BAB II
PEMAHASAN
.1. Padang rumput
2.1.1 Pengertian padang rumput
Padang rumput adalah ekosistem ditandai dengan pohon-pohon yang cukup
kecil atau banyak spasi sehingga kanopi tidak menutup. Kanopi terbuka
memungkinkan cahaya yang cukup untuk mencapai tanah untuk mendukung
terputus lapisan herba terutama yang terdiri dari rumput. Beberapa klasifikasi
sistem yang jugamenyatakan savana padang rumput yang tidak ada pohon.
Padang rumput adalah dataran tanpa pohon (kecuali yang berada di dekat
sungai atau danau) yang umumnya ditumbuhi rumput pendek.
Padang rumput menjadi istilah di kehutanan yang tidak asing meski
terdapat berbagai macam kata yang berkaitan dengan hutan. Padang rumput
sendiri terletak di daerah yang memiliki musim kering yang panjang dan musim
penghujan yang pendek. Hal ini dapat dilihat di kawasan Indonesia seperti Pulau
Sumba, Nusa Tenggara Timur. Biasanya padang rumput terletak di daerah yang
memiliki ketinggian sekitar 900-4000m diatas permukaan laut.
Padang rumput ini terjadi secara alami disebabkan adanya cuaca yang
mempengaruhi rendahnya curah hujan. Curah hujan yang rendah mengakibatkan
tumbuhan kesulitan untuk menyerap air, sehingga tumbuhan yang dapat bertahan
ialah rumput. Seperti diketahui bahwa rumput dapat hidup dan beradaptasi dalam
keadaan tanah yang kering. Oleh karena itu tumbuhan rumput lebih banyak
tumbuh dibandingkan dengan tumbuhan yang lain.
Grasses.
Beberapa jenis rumput mempunyai ketinggian hingga 3,5 m.
Memiliki pohon yang khas, yaitu akasia.
Tanah pada umumnya tidak mampu menyimpan air yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat porositas tanah dan sistem penyaluran yang kurang baik
subtropika.
Padang Rumput berubah menjadi semak belukar apabila terbentuk mengarah
2.1.3.
Padang
Rumput
murni,
yaitu
Padang
Rumput
yang
pepohonan
Organisme ini adalah jenis organisme yang bisa membuat atau menyintesa
makanan sendiri mengandalkan cahaya matahari, air dan komponen udara
sekitar. Organisme autotrof pada ekosistem yang ada di padang rumput
adalah tanaman atau rumput. Rerumputan ini pun hidup beradaptasi dengan
kelembaban lingkungan yang memiliki curah hujan yang tidak teratur.
2. Organisme heterotrof
Organisme kedua ini adalah jenis organisme yang tidak bisa membuat
makanan sendiri. Karena tidak mampu menghasilkanan sendiri maka
organisme heterotof mengfungsikan organisme lain sebagai makanannya.
Dalam hal ini adalah organisme autotrof yang difungsikan sebagai
makanan bagi organisme heterotof. Organisme jenis ini adalah hewan
pemakan rumput yang ada di padang rumput. Hewan tersebut adalah
seperti zebra, rusa, kanguru, bison, dan kuda. Hidup hewan ini bergantung
pada rumput-rumput yang hidup di sekitar mereka.
Organisme heterotrof yang lain adalah hewan pemangsa yang menjadi
konsumen kedua setelah hewan pemakan rumput. Hewan yang menjadi
organisme heterotof tingkat kedua seperti singa, anjing liar, ular, dan
manusia. Hewan pemangsa yang berkeliaran di padang rumput ini
menggantungkan hidup pada hewan-hewan pemakan rumput yang menjadi
target mangsa mereka.
Tidak hanya hewan pemangsa saja yang menjadi organisme autotrof.
Manusia juga termasuk dalam organisme autotrof tingkat ke dua karena
manusia tidak mampu menghasilkan makanan sendiri. Namun manusia
mampu menggunakan akalnya untuk memanipulasi makanan.
3. Pengurai
Komponen terakhir adalah dekomposer atau pengurai. Sebenarnya
pengurai termasuk dalam organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak
bisa membuat makanan sendiri. Tugas dari organisme yang satu ini adalah
menguraikan bahan organik dari benda hidup yang sudah mati (misal:
hewan mati, daun, batang pohon, dll).
Contoh dari pengurai pada ekosistem padang rumput ini adalah jamur dan
bakteri. Mereka akan menyerap sebagian hasil penguraian dan membuang
beberapa bahan sederhana untuk digunakan kembali oleh produsen
(tanaman/rumput). Penggunaan yang dilakukan oleh produsen bermaksud
sebagai tambahan makanan yang diperlukan oleh organisme autotrof untuk
bertahan hidup.
Ekosistem padang rumput adalah bagian dari kehidupan, sudah selayaknya
kita sebagai manusia ikut menjaga keseimbangan ekosistem ini. Misalnya,
tidak sembarangan memburu hewan, baik pemakan rumput maupun hewan
pemangsa seperti singa.
Perlu dijaga kestimbangan alam yang ada agar alam tetap dapat asri dan
eksis hingga nanti. Memanfaatkan organisme atau makhluk yang ada dalam
ekosistem pada rumput juga diperbolehkan asalakan dengan catatan bahwa
hanya dimanfaatkan sewajarnya saja dan tidak mengarah pada terjadinya
kerusakan.
Hal ini hanya akan menimbulkan putusnya rantai makanan, dan akan
berakibat kacaunya ekosistem yang pasti merugikan manusia secara
perlahan.
2.1.6. Mahluk Hidup yang terdapat di Padang Rumput
a. Jenis tumbuhan (flora)
Oleh karena porosita (wilayah terbuka) dan drainase (sistem perairan) yang
cenderung tidak teratur, maka tanaman yang tumbuh di wilayah padang
rumput juga terbatas. Tumbuhan yang masuk ke dalam ekosistem padang
rumput ini didominasi rerumputan yang pendek antara lain grama, buffalo
grasees dan masih banyak lagi lainnya. Meski demikian, padang rumput juga
dihuni beberapa jenis tumbuhan, hanya saja oleh karena keberadaan rumput
yang paling dominan sehingga ia disebut Padang Rumput.
Salah satu jenis tumbuhan unik yang ditemukan di wilayah padang rumput
adalah akasia. Ia merupakan genus semak-semak dan juga pohon. Akasia
pertama kali ditemukan di wilayah Afrika. Akasia dikenal dengan durinya.
Tumbuhan akasia ini dibagi lagi ke dalam beberapa varian yang jumlahnya
mencapai 1.300 spesies dan tersebar di seluruh dunia. Akasia banyak dijumpai
tumbuh lebat di padang rumput. Ia memiliki ciri khas daun yang berukuran
kecil. Akasia ini sangat bermanfaat dan bahkan pohonnya menjadi komoditas
yang banyak dicari.
b. Jenis hewan (fauna)
Sementara itu, hewan atau fauna yang menghuni ekosistem padang rumput
cukup beragam. Biasanya mereka adalah hewan yang menjadikan rumput
sebagai makanan utama. Jenis hewan yang hidup di daerah Padang Rumput
adalah herbivora dan karnivora misalnya :
1. Herbivora
Kuda
2. Karnivora
Macan Tutul, Anjing Hutan
Zebra
Singa
2.1.7. Permasalahan yang Terjadi di Padang Rumput
Pada Padang Rumput umumnya terjadi kebakaran hutan dan ekosistem yang
muncul sebagai akibat dari ulah manusia. Sebagai contoh, penduduk asli
Amerika menciptakan Padang Rumput Pra-Columbus Amerika Utara secara
berkala pembakaran di mana-tanaman tahan api adalah spesies yang dominan.
Pine Barrons di lokasi yang tersebar dari New Jersey ke pantai New England
adalah sisa-sisa dari Padang Rumput . Aborigin tampaknya telah bertanggung
jawab atas terjadinya kebakaran pada luas savana di daerah tropis Australia
dan New Guinea, dan kebakaran Padang Rumput di India adalah hasil dari
ulah manusia.
Kebakaran ini biasanya terbatas pada lapisan herba dan melakukan kerusakan
jangka panjang untuk pohon dewasa. Namun, kebakaran tidak berfungsi baik
membunuh atau menekan bibit pohon, sehingga mencegah pembentukan
kanopi pohon terus menerus yang akan mencegah pertumbuhan rumput lebih
lanjut. Sebelumnya tanah aborigin Eropa menggunakan praktik penyelesaian,
termasuk kebakaran, vegetasi dipengaruhi dan mungkin telah dipelihara dan
perubahan flora di savana. Hal ini telah diusulkan oleh banyak penulis bahwa
pembakaran asli menciptakan struktural lebih teratur pada savana terbuka.
Aborigin membakar tentu menciptakan mosaik habitat yang mungkin
peningkatan keanekaragaman hayati dan mengubah struktur hutan dan
jangkauan geografis dari berbagai spesies hutan. Hal ini telah diusulkan oleh
banyak pengarang bahwa dengan pemindahan atau perubahan rezim
pembakaran Padang Rumput tradisional banyak digantikan oleh semak hutan
dan semak belukar dengan lapisan herba sedikit.
Konsumsi rumputan oleh ternak di hutan-hutan savana telah menyebabkan
penurunan jumlah bahan bakar yang tersedia untuk pembakaran dan
mengakibatkan kebakaran dan pendingin yang lebih sedikit. Pengenalan
padang rumput asing legum juga menyebabkan penurunan dalam kebutuhan
untuk membakar untuk menghasilkan tinggi pertumbuhan kacang hijau karena
mempertahankan tingkat gizi yang tinggi sepanjang tahun, dan karena
kebakaran dapat berdampak negatif terhadap populasi legum yang
menyebabkan keengganan untuk membakar
2.2. Peternakan
Peternakan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memelihara hewan
ternak. Peternakan mempunyai arti penting dalam usaha perbaikan dan
peningkatan mutu makanan. Memperbaiki dan meningkatka mutu makanan
berarti melengkapi makanan dengan zat lemak dan protein hewan. Hasil
peternakan merupakan persediaan lemak dan protein yang terpenting. Di daerah
padang rumput, aktivitas ekonomi yang utama adalah peternakan berpindahpindah (nomadic herding) dan peternakan perdagangan (commercial grazing).
Pertumbuhan merupakan salah satu subsektor yang dimasukkan dalam program
pembangunan ekonomi rakyat, seperti yang tertera dalam Propenas 2000-2006.
selain itu, hewan atau ternak merupakan sumber protein yang penting bagi
pertumbuhan
manusia.
Pembangunan
peternakan
diarahkan
untuk
Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah pemasok
ternak sapi bagi propinsi lainnya di Indonesia. Tahun 1960-1970 mampu
mengekspor sapi potong ke Hongkong dan Singapura. Permintaan sapi dari
NTB, baik untuk konsumsi lokal maupun antar pulau terus meningkat.
Berdasarkan kondisi lahan yang tersedia dan luas pemilikannya, maka sistem
beternak sapi potong di provinsi NTB digolongkan menjadi dua yaitu :
(1) Pemeliharaan secara extensif tradisional yaitu dilepas di padang
pengembala.Cara ini berkembang di Pulau Sumbawa
(2) Pemeliharaan secara dikandangkan dengan sistem pemberian pakan Cut
and Carry. Cara ini berkembang di Pulau Lombok.
Pengembangan ternak potong secara extensif/digembalakan diarahkan ke
Pulau Sumbawa karena memiliki lahan pengembalaan cukup luas. Kebiasaan
petani di Pulau Sumbawa melepas begitu saja ternak sapinya di hutan
belukar, semak-semak, padang rumput dan padang alang-alang yang cukup
luas.
Tabel umlah ternak, kuda, sapi dan kerbau di Pulau Sumbawa tahun
2003
Lombok,
pemeliharaan
kelinci
Flores,
Timor, Maluku,
terdapat
di
Jawa
dan
Tengah
Papua.
Daerah
sebagai
proyek