PKM Sudiang
PKM Sudiang
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN KASUS
APRIL 2016
KEDOKTERAN KERJA
OLEH :
kelompok II:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembimbing :
dr. H. Muhammad Sofyan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nyeri kepala merupakan gejala umum yang pernah dialami hampir
semua orang dan lebih dari 90% populasi pernah mengalami satu jenis sakit
kepala. Setidak-tidaknya secara episodik selama hidupnya. Di Amerika
Serikat lebih dari 23 juta orang mengalami nyeri kepala, dimana 17,6%
diderita oleh wanita dan 6% pada laki-laki.
Tension headache atau nyeri kepala tipe tegang adalah manifestasi dari
reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan
atau hostilitas yang tertekan. Respon fisiologis yang terjadi meliputi refleks
pelebaran pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka
kepala, leher dan wajah.
Pada penelitian di Amerika, tension headache merupakan penyakit
nyeri kepala primer. Penyakit ini 88% dijumpai pada wanita dan 66% pada
laki-laki dan sekitar 60% serangan sakit kepala jenis ini terjadi pada usia
lebih dari 20 tahun.
Menurut data Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika (2001),
pada periode tahun 1996 1998 terdapat 4.390.000 kasus penyakit akibat
kerja yang dilaporkan, 64 % diantaranya adalah gangguan yang berhubungan
dengan faktor resiko ergonomi. OSHA (2000) menyatakan sekitar 34 % dari
total hari kerja yang hilang karena cedera dan sakit yang diakibatkan oleh
Musculoskeletal Disorders (MSDs) sehingga memerlukan biaya kompensasi
sebesar 15 sampai 20 miliar dolar US.
Hasil studi Depkes tentang profil masalah kesehatan di Indonesia tahun
2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5 % penyakit yang diderita pekerja
berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami
pekerja, menurut studi yang dilakukan tehadap 9.482 pekerja di 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif
atau kuratif terhadap penyakit yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Sebagai bagian spesifik
keilmuan dalam ilmu kesehatan,kesehatan kerja lebih memfokuskan lingkup
kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan
upaya kesehatan yang bertujuan untuk :
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja.
2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat
lingkungan kerja atau pekerjaannya.
3. Menempatkan pekerja sesuai kemampuan fisik,mental dan pendidikan
atau keterampilannya.
4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kondisi yang mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja adalah
kondisi fisik dan kondisi mental pekerja, khususnya disaat mereka sedang
menghadapi pekerjaannya.Laporan Kesehatan Dunia 2002 menempatkan
risiko kerja pada urutan kesepuluh penyebab terjadinya penyakit dan
kematian
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007,di Indonesia terdapat
106,3 juta angkatan kerja yang tersebar diberbagai lapangan kerja dengan
berbagai permasalahan yang timbul akibat pekerjaannya. Data menunjukkan
bahwa secara umum 68% bekerja disektor informal dan 32% di sektor
formal.
Kondisi setiap pekerja ini sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni :
a. Beban kerja
Setiap pekerjaan apapun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot dan/ataupun pikiran, adalah memerlukan beban bagi yang
melakukan, baik berupa beban fisik dan beban mental.
b. Beban tambahan
Disamping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja, pekerja sering
memikul beban tambahan yang berupa kondisi atau lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Beban tambahan
inilah yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja.
c. Kemampuan kerja
Kemampuan seseorang dalam melalui pekerjaan berbeda dengan orang
lain, meskipun pendidikan atau pengalamannya sama dan bekerja pada
suatu pekerjaan atau tugas yang sama.
Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda, yang
dipengaruhi oleh nilai gizi dan kesehatan, genetik, dan lingkungan.
dipicu oleh aktivitas fisik dan gejala penyertanya tidak menonjol (6,7).
Tension headache ini juga dikenal sebagai stres headache, muscle
contraction headache, psychomiogenic headache, ordinary headache, and
psikogenik headache
2. Etiologi
Etiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti,
namun diduga disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah
cahaya yang menyilaukan, stres psikososial, kecemasan, depresi, stres otot,
marah, terkejut, serta penggunaaan obat untuk tension headache yang
berlebihan.
3. Faktor Resiko
Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika,
fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua
faktor yang menyebabkan terjadinya cedera otot (MSDs) akibat bekerja,
yaitu:
a. Faktor Pekerjaan
Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang
dalaminteraksinya dengan sistem kerja. Berdasarkan penelitian telah
terbukti bahwa tinjauan secara biomekanik serta data statistik
menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berkontribusi pada terjadinya
cedera otot akibat bekerja Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa
menyebabkan terjadinya cederapada otot atau jaringan tubuh :
1)Postur tubuh
Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari
posisi normal ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan
risiko terjadinya TTH.
2) Pekerjaan statis (static exertions)
Pekerjaan
yang
menuntut
seseorang
tetap
pada
posisinya,
dari
seseorang
yang
dapat
menyebabkan
terjadi
4. Klasifikasi
a. Episodic tension type headache (ETTH)
5. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dapat timbul pada tension headache adalah nyeri
kepala yang dirasakan seperti kepala berat, pegal seperti diikat tali yang
melingkari kepala, kencang dan menekan. Kadang-kadang disertai nyeri
kepala yang berdenyut. Bila berlangsung lama, pada palpasi dapat
ditemukan daerah-daerah yang membenjol, keras dan nyeri tekan. Dapat
pula disertai gejala mual, kadang-kadang muntah, vertigo, lesu, sukar tidur,
mimpi buruk, sering terbangun menjelang pagi dan sulit tidur kembali,
hiperventilasi, perut kembung, sedih, hilangnya kemauan untuk belajar
atau bekerja, anoreksia dan keluhan depresi lainnya. Bisa juga nyeri
dirasakan seperti perasaan tegang yang menjepit di kepala dan nyeri
berlokasi di daerah oksipito servikal.
Bentuk akut dikaitkan dengan keadaan stres, kegelisahan dan atau
kelelahan temporer yang biasanya berlangsung satu atau 2 hari. Tipe
kronis biasanya nyeri bersifat bilateral, tidak mereda, dapat berlangsung
siang maupun malam hari, dan berlangsung sampai berbulan-bulan atau
10
6. Diagnosis
Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis TTH. Penderita
yang mempunyai riwayat pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik
termasuk evaluasi neurological yang cermat dapat membantu menegakkan
diagnosis. Diagnosis pasti dapat ditentukan dari anamnesa, riwayat medis
dan pemeriksaan fisik.
7. Penatalaksanaan
Pada nyeri kepala tension headache penatalaksanaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Terapi psikofisiologis
Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk
mengatasi stres, serta tehnik ayap balik hayati (biofeedback). Dengan
modalitas terapi tersebut, frekuensi tension headache serta beratnya
penyakit dapat berkurang. Strategi pengelolaan stress mungkin sangat
menolong pada tension headache. Perubahan cara hidup mungkin
diperlukan untuk nyeri kepala tension headache kronik. Cara tersebut
meliputi istirahat yang cukup dan latihan, perubahan dalam pekerjaan
atau kebiasaan relaksasi ataupun perubahan yang lain
11
b. Fisioterapi
Terapi ini berupa latihan pengendoran otot-otot, misalnya
latihan relaksasi, yoga, semedi, diatermi, kompres hangat, TENS
(Transcutaneus electrical nerve stimulation) ataupun terapi akupuntur.
Terapi fisik dan teknik relaksasi ini dapat memberikan keuntungan
pada kasus-kasus khusus.
c. Farmakoterapi
Terdiri atas terapi abortif yang bertujuan untuk menghentikan
atau mengurangi serangan penyakit pada tension headache tipe
episodik, serta terapi pencegahan/preventif untuk terapi jangka
panjang yang bermanfaat pada tension headache kronik, namun dapat
juga digunakan pada tension headache tipe episodik. Obata-obatan
yang dapat digunakan pada pengobatan tension headache.
8. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan pada nyeri kepala Tension Headache ini
dapat berupa teknik relaksasi pencegahan dan penghindaran situasi stress.
Pada beberapa orang, suatu pengobatan sehari dapat membantu, secara
khas dapat digunakan Trisiklik antidepresan, bahkan untuk orang-orang
tanpa depresi.
Pencegahan lain meliputi penggunaan bantal yang berbeda atau
mengubah posisi tidur, posisi saat membaca harus benar, saat bekerja atau
melakukan aktivitas lain yang dapat menyebabkan sakit kepala. Latihan
leher dan bahu harus sering terutama saat mengetik, menggunakan
computer atau pekerjaan lain. Selain itu juga harus cukup tidur dan
istirahat atau pemijitan otot dapat mengurangi sakit kepala. Mandi atau
berendam air panas/dingin dapat membebaskan sakit kepala untuk
sebagian orang.
Nyeri kepala Tegang Tension Headache dapat berkurang atau
membaik dengan beberapa cara antara lain.
12
C. Ergonomi
1. Defenisi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang kerja dan nomos
artinya peraturan atau hukum. Sehingga secara harfiahergonomi diartikan
sebagai peraturan tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk sikap
kerja. Selanjutnya seirama dengan perkembangan kesehatan kerja ini maka
hal hal yang mengatur antara manusia sebagai tenaga kerja dan peralatan
kerja atau mesin juga berkembang menjadi cabang ilmu tersendiri. Tujuan
dari ergonomi itu sendiri adalah bagaimana mengatur kerja agar tenaga
kerja dapat melakukan pekerjaannya denga rasa aman, selamat, efesien,
efektif dan produktif, disamping juga rasa nyaman serta terhindar dari
bahaya yang mungkin timbul ditempat kerja.
Dua misi pokok ergonomi, adalah :
a. Kondisi tenaga kerja ini bukan saja aspek fisiknya (ukuran anggota
tubuh : tangan, kaki, tinggi badan) tetapi juga kemampuan intelektual
atau berpikirnya. Cara meletakkan dan penggunaan mesin otomatik dan
komputerisasi di suatu pabrik misalnya, harus disesuaikan dengan
tenaga kerja yang akan mengoperasikan mesin tersebut, baik dari segi
tinggi badan dan kemampuannya dalam hal ini yang ingin di capai oleh
ergonomi adalah mencegah kelelahan tenaga kerja yang menggunakan
alat alat tersebut.
13
b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersbut sudah
cocok maka kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien. Hasil
suatu proses kerja yang efisien berarti memperoleh produktivitas kerja
yang tinggi. Dari uraian tersebut berarti memperoleh produktivitas kerja
yang tinggi. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan utama ergomonik adalah mencegah kecelakaan kerja dan
mencegah ketidakefisienan kerja (meningkatkan produktivitas kerja).
Disamping itu, ergomoni juga dapat mengurangi beban kerja karena
apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh
pekerja akan menjadi beban tambahan kerja.
Edukasi sikap duduk ergonomis saat bekerja :
1) Sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang
dengan bokong menyentuh belakangan kursi
2) Gulungan handuk kecil dapat digunakan untuk mempertahankan kurva
tulang belakang
3) Apabila tidak terdapat pendukung lumbal, dapat dilakukan dengan cara
duduk di ujung kursi dan membungkuk sempurna. Tubuh ditegakkan
dan lengkungan tubuh (kurva) dibuat sebisa mungkin, kemudian tahan
beberapa detik. Setelah itu posisi tersebut dilepaskan secara ringan
(sekitar 10 derajat). Keadaan ini merupakan posisi duduk terbaik.
4) Lutut tetap dijaga setinggi/sedikit lebih tinggi dari pinggul (penyangga
kaki dapat digunakan bila perlu)
5) Tungkai tidak menyilang
6) Kaki dijaga tetap rata dengan lantai
7) Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 30 menit
8) Ketinggian kursi dan tempat kerja diatur sehingga dapat duduk dekat ke
pekerjaan
9) Siku dan lengan diistirahatkan pada kursi atau meja serta bahu dijaga
agar tetap rileks
14
2. Tempat Duduk
Kriteria tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang
bekerja dengan duduk merasa nyaman dan otot otot menjadi lebih rileks
dan tidak mengalami penekenan penekanan pada otot, saraf, fasia dan
ligamentum.Kriteria tempat duduk yang direkomendasikan adalah sebagai
berikut :
a. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk lutut
sampai ke telapak kaki dengan ukuran antara 38 48 cm.
b. Panjang alas susuk harus labih pendek dari jarak lutut sampai garis
punggung, dengan ukuran yang disarankan adalah 36 cm.
c. Sandaran punggung bagian atas tidak melebihi tepi bawah ujung tulang
belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.
3.
Meja Kerja
Tinggi permukaan atas meja kerja dibuat setinggi siku dan disesuaikan
dengan sikap tubuh pada waktu bekerja. Kriteria umum yang dianjurkan
untuk meja kerja sebagai berikut :
a. Bagi pekerjaan yang memerlukan kekuatan manual yang besar, atau
gerakan gerakan yang bebas, maka meja kerja dianjurkan setinggi
lutut.
b. Untuk sikap berdiri ukuran tinggi meja yang diusulkan pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian adalah 10 12 cm lebih tinggi dari siku.
Sedangkan pada pekerjaan yang memerlukan penekanan dangan tangan,
tinggi meja adalah 10 12 cm lebih dari tinggi siku.
c. Tinggi meja untuk sikap duduk yang diusulkan 54 58 cm dari
permukaan daun meja ke lantai, pada wanita ditambah lagi 2 4 cm
untuk menyesuaikan dengan ketinggian sepatu
d. Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan
kebebasan bergerak pada kaki
e. Permukaan meja rata dan tidak menyilaukan
15
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
-
Kepala Keluarga
: Tn. I
Nama
: Ny. S
Umur (tahun)
: 42 Tahun
Pekerjaan
: Administrasi
Alamat Rumah
B. Anamnesis
1. Keluhan
Seorang wanita datang ke poliklinik umum Puskesmas Sudiang
dengan keluhan sakit kepala. Sakit kepala ini dirasakan sejak beberapa
tahun yang lalu, keluhan sakit kepala sering hilang timbul, dan kadang
berlangsung lama. Sakit kepalanya berupa rasa berat dan kencang di
pelipis, kepala bagian belakang, leher, bahu hingga mengganggu aktifitas
sehari-hari. Nyeri tidak dirasakan bertambah dengan aktifitas fisik dan
tidak berkurang saat istirahat. Keluhan dirasakan memberat di sore dan
malam hari hingga mengganggu tidur, pasien juga mengeluh sering
16
terbangun di tengah malam dan susah untuk tidur lagi. Konsentrasi juga
sulit, tidak ada mual atau gangguan penglihatan. Nyeri tidak dirasakan
bertambah saat melihat cahaya dan mendengar suara berisik. Tidak ada
riwayat demam dan trauma kepala
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien
bekerja
sebagai
administrasi
dan
lebih
banyak
4.
Riwayat penyakit
Pasien mengaku sering berobat ke poliklinik dengan keluhan yang
sama. Pasien sering mengeluhkan nyeri kepala sejak 3 tahun yang lalu,
serangan muncul kira-kira 3 kali dalam 1 bulan dan pasien biasanya
berobat sendiri dengan membeli obat di warung. Tidak ada anggota
keluarga yang menderita nyeri kepala seperti pasien.
D. Pemeriksaan Fisik
17
Status Present
Keadaan Umum
: Tampak baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Pernapasan
: 22x/menit
Suhu
: 36,7oC
BB
: 57 Kg
TB
: 160 cm
IMT
: 19,51 kg/m2
Status Gizi
: Baik
Status Generalis
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Bentuk
: Simetris
Trakhea
: Di tengah
KGB
JVP
: Tidak meningkat
Thorax
Paru
18
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Status Lokalis
Regio Occipito Servical, dan shoulder
Inspeksi
Palpasi
19
E. Diagnosis Kerja
Tension Type Headache e.c posisi tidak ergonomis
F. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
-
G. Preventif
a. Apabila terlalu lama beraktivitas di depan komputer atau duduk terlalu
lama dengan tuntutan kerjaan, sebaiknya istirahat sejenak, hal ini berguna
untuk melemaskan otot-otot pada leher. Koreksilah posisi duduk yang baik
dan benar ketika beraktifitas.
b. Gunakan bantal yang empuk dan lembut. Dengan memakai bantal yang
empuk akan menyebarkan beban di seluruh permukaan leher serta kepala.
Selain untuk menghindari tertekuknya posisi leher, dengan kondisi bantal
yang empuk juga bisa membuat peredaran darah menjdai lebih lancar.
Selain itu juga cobalah tidur menggunakan 1 bantal saja, hindari memakai 2
atau 3 bantal selama keluhan nyeri tengkuk dan leher masih ada.
H. Edukasi
1. Hindari stress
2. Cukup tidur dan istirahat
3. Memperbaiki posisi duduk saat bekerja, membaca, dan kativitas lain,
yaitu sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat sedikit
4.
5.
6.
7.
membungkuk.
Melakukan olahraga secara teratur /jalan kaki
Relaksasi/streching dan Pijatan pada otot yang tegang
Kompres dingin dan hangat
Gerakan terapetik
I. Prognosis
20
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
BAB V
PEMBAHASAN
21
22
Langkahnya cukup dengan mengkompres hangay pada bagian leher yang sakit,
hal ini juga bisa meresakan ketegangan otot pada bagian leher. Mandi
menggunakan air hangat juga dapat mengurangi terjadinya ketengan otot.
-
Pijat ringan
Dengan dilakukan pemijatan akan melancarkan aliran darah ke bagian area
yang dipijdisini pasien dapat melakukan pijatan sendiri atau meminta orang
lain untuk melakukan pijatan mulai dari kepala bagian belakang, leher hingga
ke bahu.
Streching
Untuk mengurangi rasa sakit pada TTH, dapat dilakukan streching atau
peregangan. Dengan melakukan langkah ini dapat mengembalikan elastisitas
otot, dengan demikian rasa sakit akan bisa berkurang. Perlu diperhatikan
lakukan streching dengan perlahan guna menghindari cedera.
Gerakan terapetik
Setelah melakukan streching, sebaiknya dilanjutkan dengan gerakan kepala,
jika dilakukan dengan benar maka akan cepat penyembuhan problema nyeri
pada leher. Caranya :
1. Lakukan gerakan kepala keatas dan kebawah, dagu ke atas ke arah langitlangit selanjutnya turun tempelkan pada dagu didinding dada. Lakukan
secara berulang.
2. Ketika menunduk, gerakan kepala ke atas kesisi kanan dan kiri. Gerakan ini
akan bisa meregangkan otot bagian belakang leher. Selanjutnya
tengadahkan kepala dan gerakan ke samping kanan dan kiri, hal ini
dimasudkan untu meregangkan otot bagian depan.
3. Putar posis kepala dari kiri dan ke kanan dan begitu sebaliknya.
Lakukanlah gerakan-gerakan tersebut secara perlahan-lahan.
23
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Tension type headache pada kasus ini disebabkan oleh ketegangan otot
akibat posisi duduk yang tidak ergonomis yang terjadi selama beberapa
tahun dan diperberat oleh faktor usia.
2. Penyakit akibat kerja pada pasien ini terjadi akibat posisi duduk yang sama
dalam melakukan pekerjaan tanpa diselingi istirahat yang cukup.
B. Saran
1. Memperbaiki posisi duduk, yaitu sikap duduk yang tegak yang diselingi
istirahat dan relaksasi yang cukup.
2. Melakukan pendataan terhadap pekerja yang mengalami keluhan nyeri
kepala tipe tegang otot secara berkala agar dapat dilakukan upaya
pencegahan untuk mengurangi angka kesakitan.
24
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Singh,
Manish
K.
Muscle
Contraction
Tension
Headache.
9.
25
26