Docslide - Us Makalah Blok 17 With Ainei
Docslide - Us Makalah Blok 17 With Ainei
Abstrak
Abses hati adalah merupakan penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh bakteri, parasit, jamur
dan nekrosis steril yang berpunca dari sistem gastrointestinal. Abses hati ditandai dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan yang nekrotik. Penyakit ini terbagi kepada dua yaitu
abses hati amebik dan piogenin. Terdapat beberapa perbedaan antara kedua-duanya dari aspek
penyebabnya, gejala klinis maupun penatalaksanaannya. Nyeri perut pada kuadran kanan atas
serta memburuk saat tidur terlentang dan berkurang bila kaki ditekuk adalah gejala khas daripada
abses hati.
Kata kunci : Abses hati, sistem gastrointestinal, amebik, piogenik
Abstract
Liver abscess is an infectious disease of the liver caused by bacteria , parasites , fungi and caused
by sterile necrosis of the gastrointestinal system . Liver abscess is characterized by the formation
of pus which consists of necrotic tissue . This disease divided to two , namely liver abscess
amebik and piogenin . There are some differences between both from the aspect of causes,
clinical symptoms and treatment. Abdominal pain in the right upper quadrant and worsens when
sleeping on your back and is reduced when the leg is bent are the typical symptoms of liver
abscess .
Keywords : liver abscess, gastrointestinal system, amebic, pyogenic
Pendahuluan
Hepar merupakan salah satu organ terbesar dalam badan manusia yang berfungsi dalam berbagai
metabolisme dalam badan. Organ ini jarang memberikan keluhan jika bagian yang terkena masih
di bawah 80%. Hepar letaknya intraperitoneal dan mempunyai kapsul dan ianya diperdarahi 80%
oleh vena porta dan 20% dari arteri hepatica. Antara organ lain yang berbatasan dengan hepar
adalah pancreas, gaster dan kandung empedu. Justru, gangguan pada hepar pastinya akan
memberikan beberapa gejala kepada individu dan sangat berbahaya apabila telah teriadi sirosis.
Salah satu penyakit pada hepar adalah berlakunya abses hati akibat infeksi daripada bakteri,
jamur dan parasit yang menyebabkan ada jaringan hati yang mengalami nekrotik. Terdapat
beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mengetahui penyebab daripada terjadinya
abses hati dan juga beberapa penatalaksanaan yang bisa diambil sebelum terjadinya komplikasi
yang lebih berat.
Isi Pembahasan
Anamnesis
2. Keluhan utama.1
Nyeri pada perut bagian kanan atas dibawah dada sejak 1 hari smrs.
3. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri memburuk saat tidur terlentang dan berkurang bila kaki ditekuk atau agak
membungkuk.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat pribadi
6. Riwayat keluarga
7. Riwayat sosial
8. Riwayat pengobatan/obat.
Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum.2
Menilai keadaan umum pasien: baik/buruk, yang perlu diperiksa dan dicatat adalah tandatanda vital, yaitu:
Kesadaran penderita : Kompos mentis (sadar sepenuhnya), Apatis (pasien tampak
segan, acuh tak acuh terhadap lingkunganya), Delirium (penurunan kesadaran disertai
kekacauan motorik, dan siklus tidur bangun yang terganggu),Somnolen (keadaan
mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang
berhenti, pasien akan tertidur lagi), Sopor/stupor (keadaan mengantuk yang dalam,
pasien masih dapat dibangunkan tetapi dengan rangsangan yang kuat, rangsang nyeri,
tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal
yang baik).
Kesakitan yang dialami pasien, dapat dilihat dari raut wajah pasien dan keluhan pasien
ketika datang.
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan lokal
Inspeksi
- Inspeksi kulit abdomen untuk melihat adanya parut dan striae.
- Inspeksi umbilikus dan kontur abdomen untuk melihat apakah simetris, adanya
Palpasi
-
Palpasi aorta
Perkusi
Perkusi abdomen untuk gambaran timpani dan pekak seluruh keempat kuadran
Auskultasi
-
Auskultasi abdomen untuk mendengar friction rub dan bruit kedua sisi
Pada pemeriksaan lokal didapatkan palpasi RUQ nyeri tekan (+), Murphy sign (-).
Pemeriksaan Penunjang
Pada laboratorium didapatkan leukositosis dengan pergeseran ke kiri, anemia, laju endap darah,
alkali fosfatase, transaminase dan serum bilirubin meningkat, konsentrasi albumin serum
4
menurun dan waktu protrombin yang memanjang. Tes serologi ameba digunakan untuk
menegakkan diagnosis AHA, sedangkan baku emas untuk AHP adalah kultur darah.
Pemeriksaan foto thoraks dan foto polos abdomen; diafragma kanan meninggi, efusi pleura,
atelektasis basiler, empiema atau abses paru. USG dan CT scan sangat membantu menegakkan
diagnosis abses hati. Pada AHA umumnya didapatkan abses soliter, sedang pada AHP abses
multiple.
Diagnosis Kerja
Abses hati
Abses hati merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara yang berkembang
seperti di Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang tinggi biasanya berhubungan dengan sanitasi
yang jelek, status ekonomi yang rendah serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi
menyebabkan bertambahnya kasus abses hati di daerah perkotaan dengan kasus abses hati
amebik lebih sering berbanding abses hati pyogenik dimana penyebab infeksi dapat disebabkan
oleh infeksi jamur, bakteri ataupun parasit. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang
disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di
dalam parenkim hati. Hampir 10% penduduk dunia terutama penduduk dunia berkembang,
pernah terinfeksi Entamoeba histolytica tetapi 10% dari yang terinfeksi dapat menunjukkan
gejala. Insidensi penyakit ini berkisar sekitar 5-15 pasien pertahun. Individu yang mudah
terinfeksi adalah penduduk di daerah endemik ataupun wisatawan yang ke daerah endemik
dimana laki-laki tersering dibanding perempuan.4
Diagnosis Banding
Hepatoma
Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa keluhan.Lebih dari 75%
tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah adakanker yang besar sampai 10
cm pun tidak merasakan apa-apa. Keluhan utama yang sering adalah keluhan sakit perut atau
rasa penuh ataupun ada rasa bengkakdi perut kanan atas dan nafsu makan berkurang, berat badan
5
menurun, dan rasalemas. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan
cairandalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam,bengkak kaki,
kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.5
Kolelithiasis
Kolelitiasis adalah suatu penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung
empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu
terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu (kolesistolitiasis). Kalau batu
kandung empedu ini berpindah ke dalam saluran empedu ekstrahepatik, disebut batu saluran
empedu sekunder atau koledokolitiasis sekunder.
Koledokolithiasis
Koledokolitiasis adalah kondisi dimana terdapat batu empedu yang terhasil dalam kandung
empedu dan dapat bergerak ke duktus sistikus dan ke duktus koledokus. Semasa batu empedu
berpindah dalam usaha untuk mengeluarkannya, batu menyebabkan tekanan intralumen menjadi
tinggi lalu menghasilkan rangsangan nyeri. Nyeri ini disebut sebagai kolik. Jika batu menjadi
besar, batu tersebut akan terperangkap biasanya di ampula Vateri. Ini akan menyebabkan ikterus
obstruktif. Obstruksi ini akan menyebabkan infeksi lalu menghasilkan kolangitis. Trias Charcot
terdapat pada penyakit ini, yaitu kolik, menggigil dan ada terdapat ikterus.
Kolesistitis
Hampir semua kolesistitis akut terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu yang terjebak di
dalam kantong Hartmann. Komplikasi ini terdapat pada 5% penderita kolelitiasis. Kolesistitis
akut tanpa batu empedu disebut kolesistitis akalkulosa, dapat ditemukan pasca bedah.Pada
kolesistitis akut, factor trauma mukosa kandung empedu oleh batu dapat menyebabkan pelepasan
fosfolipase yang mengubah lesitin dalam empedu menjadi lisolesitin, yaitu senyawa toksik yang
memperberat proses peradangan. Komplikasi kolesistitis akut adalah empiema, gangrene dan
perforasi.Gambaran klinis yang utama adalah nyeri akut di perut kuadran kanan atas, yang
kadang-kadang menjalar ke belakang di daerah scapula. Biasanya ditemukan riwayat serangan
kolik di masa lalu, yang pada mulanya sulit dibedakan dengan nyeri kolik yang sekarang. Pada
6
kolesistitis, nyeri menetap dan disertai tanda rangsang peritoneal berupa nyeri tekan, nyeri lepas
dan defans muskuler otot dinding perut. Kadang-kadang empeduyang membesar dapat diraba.
Pada separuh penderita, nyeri disertai mual dan muntah. Ikterus yang ringan agak jarang
ditemukan. Suhu badan sekitar 38c. Apabila timbul demam dan menggigil, harus dicurigai
komplikasi yang lebih berat atau penyakit lain.
Kolangitis
Kolangitis akut dapat terjadi pada pasien dengan batu saluran empedu karena adanya obstruksi
dan invasi bakteri empedu. Gambaran klinis kolangitis akut yang klasik adalah trias Charcot
yang meliputi nyeri abdomen kuadran kanan atas, ikterus dan demam yang didapatkan pada 50%
kasus. Kolangitis akut supuratif adalah trias Charcot yang disertai hipotensi, oliguria dan
gangguan kesedaran.
Pancreatitis
Pankreatitis bilier akut atau pancreatitis batu empedu baru akan terjadi bila ada obstruksi transien
atau persisten di papilla Vater oleh batu empedu. Batu empedu yang terjepit dapat menyebabkan
sepsis bilier atau menambah beratnya pancreatitis. Akibat obstruksi, cairan empedu dari duktus
koledokus refluks ke duktus pankreatikus.2Antara gejala klinisnya adalah nyeri tiba-tiba, intens,
terus menerus, makin lama makin hebta, menjalar ke bagian punggung, disertai mual, muntah,
demam dan bahkan renjatan dan gangguan pernapasan. Terdapat juga nyeri tekan epigastrium
karena rangsangan peritoneum local hingga peritonitis umum. Bising usus menghilang pada ileus
paralitik, sebagian mengalami meteorismus. Suhu badan meninggi bila ada kolangitis, kolesistitis
dan abses pancreas. Kadang-kadang terdapat ikterus, asites dan efusi pleura kiri.
Etiologi
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan abses hati pyogenik.
Abses hati amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebgai parasit non patogen dalammulut
dan usus, tapi hanya Enteremoeba histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanyasebagian
individu yang terinfeksi Enteremoeba histolytica yang memberi gejala invasif, sehinggadi duga
7
ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin patogen dan non patogen. Bervariasinya virulensistrain
ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar.E.histolytica di dlam feces
dapat di temukan dalam dua bentuk vegetatif atau tropozoitdan bentuk kista yang bisa bertahan
hidup di luar tuibuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20mikron, resisten terhadap suasana
kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana kering dan asam. Trofozoit besar
sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandungprotease yaitu hialuronidase dan
mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi jaringan.6
Abses hati piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah
E.coli. Selain itu, penyebabnya juga adalah streptococcus faecalis, Proteus vulgaris,
danSalmonellla Typhi. Dapat pula bakteri anaerob seperti bakteroides, aerobakteria,
akttinomesis,dan streptococcus anaerob. Untuk penetapannya perlu dilakukan biakan darah, pus,
empedu, dan swab secara anaerob maupun aerob.
Epidemiologi
Dahulu banyak terjadi melalui infeksi porta, sekarang lebih sering sebagai
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Menunjukkan manifestasi klinik lebih berat dari abses hati amoeba. Terutama demamyang dapat
bersifat intermitten, remitten atau kontinue yang disertai menggigil. Keluhan laindapat berupa
sakit perut, mual atau muntah, lesu, dan berat badan yang menurun. Dapat jugadisertai batuk,
sesak napas, serta nyeri pleura.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien yang septik
disertai nyeri perut kananatas dan hepatomegali dengan nyeri tekan. Kadang disertai ikterus
karena adanya penyakit bilierseperti kolangitis.7
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Abses hati Ameba
Metronidazole 3 x 750 mg per oral selama 7-10 hari atau
Tinidazole 3 x 800 mg per oral selama 5 hari, dilanjutkan dengan preparat luminal:
Paromomycin 2535 mg/kg/hari per oral terbagi dalam 3 dosis selama 7 hari atau lini
kedua Diloxanide furoate 3 x 500 mg per oral selama 10 hari .
Abses hati piogenik
Sefalosporin generasi ke-3 dan klindamisin atau metronidazole. Jika dalam waktu 48-2
jam belum ada perbaikan klinis dan laboratoris, maka antibiotika yang digunakan
diganti dengan antibiotika yang sesuai dengan hasil kultur sensitivitas aspirat abses
hati.
Pengobatan secara parenteral dapat dirubah menjadi oral setelah pengobatan parenteral
selama 10-14 hari, dan kemudian dilanjutkan kembali hingga 6 minggu kemudian .
3. Drainase perkutan
Drainase perkutan abses dilakukan dengan tuntunan USG abdomen atau CT scan abdomen.
Penyulit yang dapat terjadi : perdarahan, perforasi organ intra abdomen, infeksi, ataupun terjadi
kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase.
4. Drainase secara operasi
Tindakan ini sekarang jarang dikerjakan kecuali pada kasus tertentu seperti abses dengan
ancaman rupture atau secara teknis susah dicapai atau gagal dengan aspirasi biasa/
drainase perkutan.
5. Reseksi hati
Pada abses hati piogenik multipel kadang diperlukan reseksi hati. Indikasi spesifik jika
didapatkan abses hati dengan karbunkel (liver carbuncle) dan disertai dengan hepatolitiasis,
terutama pada lobus kiri hati.
Berdasarkan kesepakatan PEGI (Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia) dan PPHI
(Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia) di Surabaya pada tahun 1996:
Abses
Komplikasi
hati
dengan diameter
1-5
cm
terapi
medikamentosa,
bila
respon
12
Prognosis
Mortalitas abses hatipiogenik yang diobati dengan antibiotika yang sesuai bacterial penyebab
dan dilakukan drainase adalah 10-16 %. Prognosis buruk apabila terjadi keterlambatan diagnosis
dan pengobatan, jika hasil kultur darah yang memperlihatkan bacterial penyebab multiple, tidak
dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya
penyakit lain.
Kesimpulan
Abses hati merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit,
jamur yang berasal dari system gastrointestinal dan bilier yang ditandai dengan proses supurasi
dengan pembentukan pus, yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel inflamasi, dan sel darah
dalam parenkim hati.
Daftar Pustaka
1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009.h.181-5.
2. Abdurrahman N, dkk. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisik. Cetakan ke-3. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005.h.45-7.
3. Santoso M. Pemeriksaan fisik dan diagnostik. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan
Diabetes Indonesia; 2004.h.73-9.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Internal Publishing; 2009.h.718-26.
13
5. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono T, dkk. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC; 2007.h.718-20.
6. Kowalak JP. Buku pegangan uji diagnostik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.h.209-749.
7. Robbins, Stanley L. Buku saku dasar patologi penyakit. Ed.7. Jakarta: EGC; 2007.h.54449.
14