Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT


ATHRITIS GOUT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas 1

Disusun oleh :
Kelompok 3

STIKes MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga

terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya,
dan sampai kepada kita semua selaku umatnya.
Makalah ini di ajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas 1, makalah ini bertema Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Penyakit Athritis
Gout.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak sekali mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi para pembaca. Amin.

Tasikmalaya, Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................
Tujuan .................................................................................................................
Ruang Lingkup Penulisan ...................................................................................
Metode Penulisan ................................................................................................
Sistematika Penulisan .........................................................................................

4
4
4
4
5

BAB II TINJAUAN TEORITIS


Pengertian ...........................................................................................................

Etiologi ..............................................................................................................

Insiden ...............................................................................................................
Patofisiologi .......................................................................................................
Tanda dan gejala ................................................................................................
Penatalaksanaan .................................................................................................
Komplikasi ........................................................................................................
Pencegahan ........................................................................................................

5
5
6
7
7
7

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Penyakit Athritis Gout
Pengkajian ........................................................................................................

Pengkajian Fokus .............................................................................................

15

Diagnosis Keperawatan ...................................................................................

18

Rencana Keperawatan ......................................................................................

21

BAB IV Aplikasi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. S Dengan Penyakit
Athritis Gout
Pengkajian ..........................................................................................................

23

Perencanaan Keperawatan ..................................................................................

40

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ......................................................................................................
Saran ................................................................................................................

46
46

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan athritis gout makin
dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan kesehatan. Pergeseran
pendidikan pada dunia keperawatan di indonesia menuju era profesional menjadikan
asuhan keperawatan pada pola asuhan per sistem. Perkembangan asuhan keperawatan
sistem muskuloskeletal sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin

ilmu dari bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya peranan yang cukup besar dari
ahli urut tulang/dukun (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien berobat ke ahli
urut tulang/dukun patah tanpa memnadang derajat sosial dan pendidikan dan umumnya
datang ke Rumah Sakit setelah timbul penyulit atau sudah dalam stadium lanjut. Untuk
mengantisipasi masalah tersebut, salah satu fungsi dari peranan perwat adalah
mensosialisasikan pada masyarakat umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang
sebenarnya tidak perlu tejadi.
Oleh karena itu,kami menyusun makalah yang berjudul Konsep Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Penyakit Tahritis Gout. Dengan harapan sebagai perawat kita mampu
memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan penyakit athritis gout, sehingga kita
pun mampumemberi asuhan keperawatan keluarga yang tepat dan komfrehensif, yang
meliputi pengkajian perumusan diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan.
2. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah menyelesaikan seminar ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit athritis gout.
2. Tujuan Intruksional Khusus
a. Menjelaskan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit athritis
gout.
b. Menjelaskan diagnosa pada asuhan keperawatan dengan penyakit athritis gout.
c. Menjelaskan perencanaan pada asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit athritis
gout.
3. RUANG LINGKUP PENULISAN
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah meliputi tinjauan teoritis penyakit athritis
gout, konsep asuhan keperawatan keluarga pada penyakit athritis gout dan aplikasi kasus
asuhan keperawatan keluarga dengan athritis gout.
4. METODE PENULISAN
Metode penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan studi kepusatakaan.
5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.
2.
3.
4.
5.

Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penulisan
Metode penulisan
Sistematika penulisan

Bab II Pembahasan
1. Definisi
2. Etiologi

3.
4.
5.
6.

Menisfestasi Klinis
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Komplikasi

Bab III Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Bab IV Aplikasi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga
Bab IV Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. PENGERTIAN
Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang
nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas pergelangan dan
kaki bagian tengah ( markie, carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metaboloc yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang
menyebabkan nyeri pada sendi (moreau, david. 2005;407)
Artitris pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di
daerah persendian yang menyebutkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana
tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi ( kesimpulan kelompok).
2. ETIOLOGI

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit atau penimbunan kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme
asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat
yang kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung, seperti :

Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat

berlebihan ( hiperuicemia ), retensi asam urat, atau keduanya.


Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes melitus, hipertensi, gangguan
ginjal yang akan menyebabkan :
- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuicemia.
- Karena gangguan obat obatan yang menurunkan eksresi asam urat seperti :
aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotihat, aseta zolamid dan
etambutol.

3. INSIDEN
95% penderita gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita post
menopause usia 50 60 tahun. Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau usia di
atas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrs ofalangeal, ibu jari kaki, sendi
lutut dan pergelangan kaki.
4. PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
asam urat tinggi, dan sistem eksresi asam urat yang tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi
asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (hipeurecemia), sehingga mengakibatkan
kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan
menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
Menurunnya eksresi asam urat.
Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat
tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam garam urat yang akan berakumulasi
atau menumpuk di jaringan konectiv di seluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya
kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak
hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat meningkat tapi
tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi
karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang
sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang
paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang berlangsung cepat
tetapi cenderungh berulang dan dengan interval yang tidak teratur.

Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout.
Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah
serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan poluarticular yang tanpa kecuali
menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap
terakhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit
dengan tofi yang besar pada kartilago, membran synopial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ
internal seperti ginjal, kulit luar menglami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat
yang terdiri dari kristal asam urat.
5. TANDA GEJALA
a) Nyeri tulang sendi.
b) Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi.
c) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga.
d) Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut:
a) Nyeri hebat.
b) Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang.
c) Sakit kepala.
d) Demam.
Gangguan kronis:
a)
b)
c)
d)

Serangan akut.
Hiperurisemia yang tidak diobati.
Terdapat nyeri dan pegal.
Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan monosodium
urat dalam jaringan).

6. PENATALAKSANAAN
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang
dan pencegahan komplikasi.
1) Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg ( pemberial oral) colchicine 1,02)
3)
4)
5)
6)

3,0 mg ( dalam NaCL intravena), phenibulatazone, indomethacin.


Sendi di istirahatkan (immobilisasi pasien).
Kompres dingin.
Diet rendah purin.
Terapi farmakologi (analgesic dan antipirektik).
Colchicine (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari kristal asam urat

oleh netrofil sampai nyeri berkurang.


7) Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
8) Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah
serangan.
9) Uricosurik (probenecid dan sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekresi asam urat dan
menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal).
10) Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan probenezid
0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap
benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan allopurinol 100 mg 2
kali/hari.
7. KOMPLIKASI
1. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang
menyebabkan degenerasi sendi

2. Hipertensi dan albuminuria


3. Kerusakan tubulker ginjal yang meneyebabkan gagal ginjal kronik.
8. PENCEGAHAN
1. Pembatasan purin : hindari makanan yang mengandung purin yaitu jeroan (jantung,
hati, lidah, ginjal, usus), sarden, kerang, ikan herring. Kacang-kacangan, bayam,
udang, daun melinjo.
2. Kalori sesuai kebutuhan : jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam
urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap
meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan mengurangi
pengeluaran asam urat melalui urin
3. Tinggi karbohidrat : karbohidrat kompleks sepeti nasi, singkong, roti, dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine.
4. Rendah protein : protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru, dan limfa
5. Rendah lemak : lemak dapat menghambat eksresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi
lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
6. Tinggi cairan : selain dari minuman : selain dari minuman, cairan bisa diperoleh
melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang
disarankan adalah semangka, melon, nanas, belimbing manis dan jambu air. Selain
buah-buahan tersebut buah-buahan yang laiun juga boleh di konsumsi karena buahbuahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari
adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
7. Tanpa alkohol : berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka
mengkonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengkonsumsi
alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam
laktak ini akan menghambat pengeluaran asam urat darfi tubuh.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT ARTHRITIS
GOUT

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus tentang keluarga yang di binanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (yang idgunakan
setiap hari), lugas, dan sederhana.
Pada kegiatan pengkajian ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
1. Membina hubungan baik. Hubungan yang baik antara perawat-klien (keluarga)
merupakan modal utama pelaksanaan asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat
dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapeutik yang merupakan strategi perawat
untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Beberapa hal yang perlu dilakukan.
a. Diawali dengan perawat memperkenalkan din dengan sopan clan ramah.
b. Menjelaskan tujuan kunjungan.
c. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.
d. Menjelaskan lugs kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan.
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan perawat.
2. Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan.
3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua). Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk
memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang
berorientasi pada pengkajian awal. Perawat perlu mengungkap keadaan keluarga
hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.

Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara,


observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan
menggunakan data sekunder.
Data yang perlu diperoleh dari pengkajian
1. Berkaitan dengan keluarga
a. Data demografi dan sosiokultural
b. Data lingkungan
c. Struktur dan fungsi keluarga
d. Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga
e. Perkembangan keluarga
2. Berkaitan dengan individu sebagai anggota, keluarga,
a. Fisik
b. Mental
c. Emosi
d. Sosial
e. Spiritual
(contoh, hasil laboratorium, hasil foto rontgen, rekam kesehatan unit pelayanan kesehatan,
catatan lain yang dapat dipercaya keakuratannya, clan sebagainya). Dalam pengumpulan data
yang perlu dikaji adalah:
Data umum
Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan telepon, pekerjaan KK, pendidikan KK,
dan komposisi keluarga. Selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya.
No Nama

JK

Hub.
Kel.
KK

Umur

Pendidikan

Ket.

Status Imunisasi
BCG

Polio

DPT Hepatitis

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

Campak

Tipe keluarga, yang menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
Suku bangsa, yang mengkaji asal/suku bangsa keluarga (pasangan), dapat digunakan untuk
mengidentifikasi budaya suku keluarga yang terkait dengan kesehatan, juga dapat
mengidentifikasi Bahasa seharihari yang digunakan oleh keluarga.
Agama, yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang dapat
memengaruhi kesehatan.
Status sosial ekonomi, pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan
tindakan keluarga dalam mengatasi maslah dalam keluarga. Sebaliknya dengan tngkat
pendidikan tinggi keluarga akan mampu mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan
untuk menyelesaikan masalah.
Aktivitas rekreasi keluarga, yang dimaksud rekreasi keluarga bukan hanya bepergian ke
luar rumah secara bersama atau sendiri menuju tempat rekreasi tetapi kesempatan berkumpul
di rumah untuk menikmati hiburan radio atau televisi bersama juga bercengkerama.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh
usia anak tertua dari keluarga inti.
Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Bagian ini menjelaskan tentang
tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh keluarga. Juga dilakukan
pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan upaya yang telah
dilakukannya..
Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit,
upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kesehatan.
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atasnya), yang menjelaskan riwayat
kesehatan generasi di atas orang tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut
tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.
Pengkajian Lingkungan
Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni
keluarga meliputi lugs, ripe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan
perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan mck (mandi, cuci, dan
kakus), sarana air bersih dan minum yang digunakan.
Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang karakteristik dari

tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal, meliputi kebiasaan,
seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/kesepakatan pencluduk setempat, dan
budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.
Mobilitas geografts keluarga menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga.
Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan
sering berkunjung pada kelurga yang dibina.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
Sistem pendukung keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat clan fasilitas
keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain).
Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan), clukungan psikologis
anggota keluarga atau masyarakat, clan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat
digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
Struktur Keluarga
Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa
pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan
komunikasi. Perlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang juga mempengaruhi komunikasi
keluarga.
Struktur kekuatan keluarga menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan. Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain
untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan dan
akan timbul perasaan di hargai dalam keluarga.
Struktur peran keluarga, yang menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik dikeluarga atau masyarakat. Bila anggota keluarga dapat
menerima melaksanakan perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan
menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
Nilai atau norma keluarga, manjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku individu masing-masing anggota
keluarga yang ditempatkan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam
keluarga.
Fungsi Keluarga
Fungsi afektif, keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga
yang sakit skabies akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari
anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Fungsi sosialisasi, Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.

Fungsi perawatan kesehatan, dikaitkan dengan kemampuan keluarga di bidang


keseahatan yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidak sanggupan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, akibat, pencegahan, perawatan
dan pengobatan skabies.
2. Memutuskan tindakan yang kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarg yang
mempunyai kemampuan memutuskan dan menentukan tindakan. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan
teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya
masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.
4. Menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu
penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa disebabkan
karena tebatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang
tidak memenuhi syarat.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu
anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar
masalah teratasi.
Fungsi reproduksi, keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secar universal,
diantaranya ; seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
Fungsi ekonomi, keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
kebutuhan makan, pakaian dan tempta untuk berlindung (rumah). Dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek, adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih kurang 6 bulan.
2) Stresor jangka panjang, adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih dari 6 bulan.

3) Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor, menjelaskan bagaimana keluarga


berespons terhadap stresor yang ada.
4) Strategi koping yang digunakan, menjelaskan tentang strategi koping (mekanisme
pembelaan) terhadap stresor yang ada.
5) Disfungsi strategi adaptasi, menjelaskan tentang perilaku keluarga yang tidak adaptif
ketika mempunyai masalah.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan tidak berbeda
jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit) meliputi pengkajian kebutuhan
dasar individu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang perlu.
Pemeriksaan fisik pada athritis gout dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan
pemeriksaan setempat.

B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan kesimetrisan rongga
dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Palapasi: taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: suara nafas hilang/melemah pada sisi yang sakit, biasanya didapatkan suara
ronki atau mengi.

B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan pusing karena
nyeri. Suara S1 dan S2 unggal.

B3 (brain)
Kepala dan wajah: ada sianosis.
Mata: sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis pada kasus efusi pleura hemoragi
kronis.
Leher: biasanya JVP dalam batas normal.

B4 (bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami kompliksi ke ginjal berupa
pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan perubahan
fungsi pada system ini.

B5 (bowel)
Kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau,
dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu makan,
terutama klien yang memakan obat analgesik dan antihiperurisemia.

B6 (bone). Pada pengkajian ini ditemukan:


Look. Keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang mendorong klien
mencari pertolongan (meskipun mungkin sebulumnya sendi sudah kaku dan bentuknya).

Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu terkadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan
dengan gerakan yang lain. Deformitas sendi terjadi dengan temuan salah satu sendi
pergelangan kaki secara perlahan membesar.
Feel. Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak.
Move. Hambatan gerka sendi biasanya semakin bertambah berat.
Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

2. PENGKAJIAN FOKUS
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan
pengkajian dengan menggunakan formulir yang dapat digunakan pada semua tahap
perkembangan keluarga (terlampir).
Meskipun demikian perawatan perlu melakukan pengkajian fokus pada tiap
perkembangan yang didasari oleh:
1. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda karena
ada perubahan anggota keluarga (dapat bertambah atau berkurang).
2. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan keluarga yang
harus dilakukan.
3. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda.
Keluarga yang baru menikah
Pengkajian data fokus meliputi:
Kapan pertemuan pasangan?
Bagaimana hubungan sebelum menikah?
Bagaimana pasangan ini memutuskan menikah?
Adakah halangan terhadap perkawinan mereka (sebutkan)?
Bagaimana respons anggota keluarga terhadap perkawinan?
Bagimana kehidupan di-lingkungan keluarga asal, termasuk orientasi keluarga dari kedua
orang tua?
Siapa orang lain yang tinggal serumah setelah perkawinan?
Bagimana hubungan dengan saudara ipar?
Bagaimana keadaan orang tua masing-masing clan hubungannya dengan orang tua setelah
perkawinan?
Bagaimana rencana mempunyai anak?
Berapa lama waktu berkumpul setiap hari?
Bagaimana rutinitas (secara individu: swami clan istri) setelah perkawinan?
Bagaimana pelaksanaan tugas clan fungsi keluarga?

Keluarga dengan anak baru lahir (sampai usia 30 bulan)


Pengkajian data fokus meliputi:
Bagaimana riwayat kehamilan anak ini?
Bagaimana riwayat persalinan anak?
Bagaimana perawatan anak setelah lahir sampai usia 2 minggu?
Bagaimana perawatan anak sampai usia satu tahun?
Adakah orang lain yang serumah setelah anak lahir dan apa hubungannya?
Siapakah yang mengasuh anak setiap hari?
Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan anak?
Siapa yang memberikan stimulus dan latihan kepada anak dalam rangka pemenuhan
tumbuh kembangnya?
Bagaimana perkembangan anak dan ketrampilan yang dimiliki anak dicapai pada usia
berapa?
Adakah sarana untuk stimulus tumbuh kembang anak?
Pernahkah

anak

menderita

sakit

serius,

apa

jenisnya,

kapan

waktunya, berapa lama, clan dirawat di rumah sakit atau tidak?


Bagaimana pencapaian perkembangan anak saat ini?
Kemampuan apa yang dimiliki anak saat ini.
Bagaimana harapan keluarga terhadap anak?
Bila perlu gunakan Skala DDST.
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Keluarga dengan anak prasekolah
Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama di rumah dan adakdh sarana
stimulasinya?

Sudahkah anak diikutkan kegiatan play group?


Berapa lama waktu yang dimiliki oleh orang tua untuk berkumpul dengan anak setiap
hari?
Siapakah orang yang setiap hari bersama anak?
Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini?
Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Keluarga dengan anak usia sekolah
Bagaimana karakteristik teman bermain?
Bagaimana lingkungan bermain?
Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah?
Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh-kembang anak dan adakah sarana yang dimiliki?
Bagaimana temperamen anak saat ini?
Bagaimana pola anak jika menginginkan sesuatu barang?
Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak?

Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini?


Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah?
Sudahkah memperoleh imunisasi ulangan selama di sekolah?
Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain?
Adakah penyakit yang muncul clan dialami anak selama masa ini?
Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya?
Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Keluarga dengan anak usia remaja
Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah?
Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu Luang?
Bagaimana perilaku anak selama di rumah?
Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau
bermain?
Siapa saja yang berada di rumah selama anak remaja di rumah?
Bagaimana prestasi anak di sekolah clan prestasi apa yang pernah diperoleh anak?
Apa kegiatan di luar rumah selain sekolah, berapa kali, berapa lama, dan dimana?
Apa kebiasaan anak di rumah?
Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri?
Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak?
Siapa yang menjadi figur bagi anak?
Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Keluarga dengan anak dewasa (mulai lepas)
Bagaimana karakteristik pasangan anaknya?
Bagaimana hubungan anak terhadap orang tua dan mertua setelah menikah?
Apakah anak yang telah menikah tinggal bersama atau lepas dari orang tua?
Bila tidak, anak yang telah menikah tidak tinggal serumah, dimana tinggalnya dan
berapa lama/frekuensi anak bertemu dengan orang tua?
Bagaimana hubungan antara anak yang telah menikah dengan adiknya?
Bagiamana perasaan orang tua setelah anak menikah?
Bagaimana orang tua membentuk jaringan dengan anak?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga yang dilaksanakan?
Keluarga usia pertengahan
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?
Bagaimana hubungan anak dengan orang tua?
Adakah orang lain yang tinggal serumah, bagaimana hubungan keluarga?
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah anak tidak lagi serumah?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

Keluarga lansia
Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja atau ditinggal pasangannya?
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?
Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, bagaimana frekuensi, clan berapa frekuensi
kunjungan anak?
Adakah orang yang menernam setiap hari?
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati,
terdiri dari :
1. Masalah/problem (P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang di alami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
2. Penyebab/etiologi (E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah
dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil
keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Tanda/sign (S) adalah sekumpulan data subyektif dan obyektif yang di peroleh perawat
dari keluarga secara langsung atau tidak, yang mendukung masalah dan penyebab.

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :


a. Diagnosis aktual adalah masalah kepeawatan yang sedang dialami oelh keluarga dan
memerlukan dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosis resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila
tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Diagnosa yang mungkin muncul pada keluarga dengan penyakit athrit as gout adalah :

Gangguan rasa nyaman akibat nyeri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

keluarga tentang penyakit athritis gout.


Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit athritis gout.
Apabila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu, perlu dilakukan

skoring. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya
(1978).
N

KRITERIA

O
1

Sifat masalah

SKOR

BOBOT

Aktual (Tidak/kurang sehat)

Ancaman kesehatan

Keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat diubah

Mudah

Sebagian

Tidak dapat
Potensi masalah untuk dicegah

Tinggi

Sedang

Rendah
Menonjolnya masalah

Masalah berat, harus segera ditangani

Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1

2
1

ditangani

Masalah tidak dirasakan

Berikut proses skoring untuk setiap diagnosis keperawatan :


1.
2.
3.
4.

Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang telah dibuat.


Skor dibagi denga skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5).
Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :
skor yang diperoleh
x bobot
skor tertinggi

5. Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak/kurang sehat karena perlu
tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.
6. Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tuindakan untuk menangani
masalah.
Sumber daya keluarga ; fisik, keuangan, tenaga.
Sumber daya perawat ; pengetahuan, keterampilan, waktu.
Sumber daya lingkungan ; fasilitas, organisasi, dan dukungan.
7. Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit.
Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.
Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah.
Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi
parah.
8. Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai
masalah keperawatan tersebut.
Dalam merumuskan diagnosa dalam keperawatan keluarga perlu dilakukan prioritas
masalah dan adanya kriteria prioritas masalah.
a. Prioritas masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :

1) Tidak mungkin masalah-masalah keehatan dan keperawatn yang ditemukan dalam


keluarga dapat diatasi sekaligus.
2) Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kehidupan
keluarga seperti masalah penyakit.
3) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarg terhadap asuhan
keperawatan yang akan diberikan.
4) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
5) Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan

masalah

kesehatan/keperawatan keluarga.
6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b. Kriteria prioritas masalah
Beberapa kriteria dalam penyusunan prioritas masalah menurut effendy (1998;52).
1) Sifat masalah, dikelompokan menjadi : ancaman kesehatan, keadaan sakit atau
kurang sehat dan situasi krisis.
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan
dan kesehatan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah skabies dapat dirubah adalah :
a. Pengetahuan dan tindakan untuk menangani masalah skabies.
b. Sumber daya keluarga, diantaranya adalah keuangan, tenaga, sarana dan
prasarana.
c. Sumber daya perawatan, diantaranaya adalah pengetahuan dan keterampilan
dalam penanganan masalah skabies serat waktu.
d. Potensi masalah skabies untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah
skabies yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan dan kesehatan.
4. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada
masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.
Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang bertujuan:
1. Menstimulasi kesadaran atau pencrimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara:
Memberikan informasi yang tepat.
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:
Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki clan ada di sekitar keluarga.
Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan
cara:
Mendemonstrasikan cara perawatan.
Menggunakan alat clan fasilitas yang ada di rumah.
Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat


meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara:
Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya,
dengan cara:
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan keluarga
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan:


1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan
kondisi klien.
1.

Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur clan diobservasi dengan
pancaindra perawat yang objektif.

2.

Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga
dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.

BAB IV
APLIKASI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. S DENGAN
PENYAKIT ATHRITIS GOUT
1.
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PENGKAJIAN
Data umum
Nama KK
: Tn. S
Usia
: 49 tahun
Alamat
:
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SD
Komposisi Keluarga
Ket.

Status Imunisasi
No

Nama

JK

Hub.

Kel.

Umur Pendidikan C

KK

Ny. S

Istri

46

SD

Sdr. K

An. Kandung

28

SMA

3
4
5
6
7

Sdr. P
Nn. M
Sdri. E
An. A
Ny. M

L
P
P
P
P

An. kandung
An. Kandung
Menantu
Cucu
Mertua

24
19
27
9 bl
72

SMA
SMA
SMA
-

Polio

DPT

Hepatitis

3 4

Genogram
X

Cam

pak

Keterangan:
: Laki-laki

: Klien

:Perempuan

: Menikah

: Sudah meninggal

: Garis keturunan

: Tinggal Serumah

7. Tipe keluarga
Keluarga Tn. S termasuk keluarga besar (Extended Family) yang terdiri dari kepala
keluarga, istri, nenek, 3 orang anak, 1 orang menantu, dan 1 orang cucu.
8. Suku bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku sunda, Indonesia.
9. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama islam dan mereka selalu taat beribadah dan
menjalankan perintah YME.
10. Status sosial ekonomi
Sebagian besar anggota keluarga memiliki penghasilan perbulannya, yaitu:
Kepala Keluarga : Rp. 500.000/bulan
Istri

: Rp. 250.000/bulan

Anak ke-1

: Rp. 1.700.000/bulan

Anak ke-2

: Rp. 300.000/bulan

Anak ke-3

: Rp. 450.000/bulan

Untuk pendapatan KK dengan istri, digabung atau dijadikan satu sehingga menjadi Rp.
750.000/bulan dengan rata-rata pengeluaran Rp. 500.000/bulan.sedangkan untuk anak ke-1
rata-rata pengeluaran perbulannya Rp. 1.200.000/bulan. Untuk anak ke-2 rata-rata
pengeluaran perbulannya Rp. 250.000/bulan dan anak ke-3 rata-rata pengeluarannya Rp.
300.000/bulan.
Dilihat dari penghasilan masing-masing anggota keluarga yang sudah bekerja dan harta
benda yang dimiliki dalam keluarga, keluarga tersebut mempunyai status sosial ekonomi
tinggi.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Setiap hari klien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan
biasanya menonotn TV, berkumpul keluarga, melepas lelah bersama di ruang
keluarga.untuk anak ke-1 karena bekerja di Bandung dia hanya dapat bertemu keluarga
pada hari Sabtu sore dan Minggu. Sedangkan untuk anak ke-2 dan ke-3, mereka sering
keluar main bersama teman-teman mereka baik itu pagi, siang, sore maupun malam.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. S mempunyai 3 orang anak, anak pertama laki-laki dengan umur 46 tahun,
anak kedua laki-laki umur 24 tahun, dan anak ketiga perempuan 19 tahun maka keluarga
Tn. S berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa.

Tugas yang telah dipenuhi pada tahap perkembangan keluarga Tn. S yaitu, memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu
orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua, pemantauan kembali peran
dan kegiatan rumah tangga.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tugas yang belum terpenuhi pada tahap perkembangan keluarga Tn. S yaitu, memabntu
anak untuk mandiri di masyarakat sebab, anak pertama yang telah menikah belum tinggal
sendiri atau terlepas dari KK yang dilatarbelakangi oleh keadaan materiil.
3. Riwayat keluarga inti
Dalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun. Riwayat
kesehatan msing-masing anggota keluarga adalah sebagai berikut:

Kepala Keluarga: Pada saat dilakukan pengkajian keluarga, Tn. S mengatakan


memeliki riwayat penyakit asam urat, Tn. S sering mengeluhkan nyeri pada
persendiannya. Keluarga tidak mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap Tn. S,
kecuali jika sedang terjadi serangan yang berat baru keluarganya membawanya ke

Dokter atau Rumah Sakit.


Istri: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat inap di

rumah Sakit.
Anak ke-1: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat

inap di rumah Sakit.


Anak ke-2: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat

inap di rumah Sakit.


Anak ke-3: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat

inap di rumah Sakit.


Menantu: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat

inap di rumah Sakit.


Mertua: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat inap

di rumah Sakit.
Cucu: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat inap

di rumah Sakit.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dari keluarga Tn. S tepatnya anak ke-4 (adik KK) pernah mengidap penyakit hepatitis,
sedangkan dari keluarga Ibu. M tepatnya anak ke-3 (adik Ibu. M) pernah mengidap
penyakit demam thypoid.
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Luas tanah:

Luas rumah:

Tipe rumah: permanen dengan jumlah ruang 5 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus
keluarga, 1 dapur, kamar mandi dan WC jadi satu. Jumlah jendela 14 buah. Setiap ruangan

dimanfaatkan sebagaimana mestinya secara optimal. Peletakan perabot rumah tangga


tertata rapi. Jenis septic tank dua kotak sudah termasuk peresapan air. Jarak antara septic
tank dengan sumber air 10 meter. Sumber air minum yang digunakan adalah air isi ulang.

Denah rumah
5
2

4
3

10

11

1
Bawah

Atas

Keterangan :
1. Teras depan

7. Kamar mandi

2. Ruang tamu + keluarga


3. Kamar tidur
4. Dapur

8. Kamar tidur
9. Kamar tidur
10. Kandang ayam

5. Ruang + kamar lansia


6. Kamar tidur

11. Terns atas

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Tetangga klien yang ada sekitar rumah ramah-ramah. Klien tinggal di wilayah perkotaan
sehingga jarak rumah satiu dengan yang lain cukup dekat. Warga memiliki kebiasaan dan
tradisi mengadakan pengajian tiap malam rabu. Pengajian ini berlangsung di madrasah
yang letaknya tidak jauh dari rumah klien. Penduduk setempat juga mempunyai
kesepakatan apabila ada warga baru dan ada tamu yang menginap harap lapor pada RT/RW.
Diadakan kerja bakti setiap seminggu sekali pada hari minggu.
3. Mobilitas geografis keluarga
Sejak Tn.S menikah dengan Ibu.M, keluarga Tn.S tinggal di Giwangan dan tidak pernah
pindah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Setiap hari, baik itu siang, sore, malam klien dan keluarganya selalu meluangkan waktu
untuk berkumpul. Keluarga klien juga berinteraksi baik dengan masyarakat di sekitar.
5. Sistem pendukung keluarga
Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antar anggota keluarga saling menyayangi
satu sama lain. Keluarga klien memiliki fasilitas kesehatan meliputi: sarana MCK, tempat
tidur yang nyaman, sumber air bersih, motor sebagai sarana transportasi. Sedangkan
fasilitas sosialnya berupa mengikuti penyuluhan kesehatan misalnya: diadakannya
imunisasi misal: tetanus, campak, polio, dan lain-lain. Sedangkan dukungan psikologi dan
spiritual keluarga terpenuhi dengan baik.

D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan dengan masyarakat adalah bahasa
Sunda . Komunikasi antar keluarga lebih sering mulai sore hari, karena hampir semua
anggota keluarga pulang kerja sore hari dan untuk anak pertama bisa berkumpul dengan
keluarga setiap seminggu sekali karena kerjanya di luar kota.
2. Struktur kekuatan keluarga
Klien memberi nasehat kepada anak-anaknya bagaimana cara berperilaku yang baik, sopan
santun, tatakrama, cara menjaga hubungan baik dengan orang lain, cara berumah tangga
yang baik dan mendidik anak. Untuk kekuatan keluarga masih tetap berada pada Tn S,
namun untuk anak pertama karena sudah menikah, maka jika ada permasalahan selalu
diselesaikan dengan istrinya dan jika perlu melibatkan orang tua.
3. Struktur peran (formal clan informal)
Tn S:
Peran formal: dulu pernah menjadi pengurus keamanan lingkungan namun
sekarang hanya menjadi anggota masyarakat
Peran informal: menjadi kepala keluarga, suami, ayah kakek, mertua, dan

menantu
lbuM:
Peran formal: masih aktif sebagai anggota masyarakat dan perkumpulan ibuibu di lingkungan tempat tinggal
Peran informal: sebagai ibu rumah tangga, istri, anak, nenek, clan mertua
Sdr. K :
Peran formal: anggota TNI AU
Peran informal: menjadi kepala keluarga, anak, cucu, ayah, kakak clan suami
Sdr. P :
Peran formal: Satpam
Peran informal: anak, cucu, adik, kakak, clan adik ipar
Nn. M
Peran formal: Peran informal: anak cucu, adik, adik ipar
Sdri. E :
Peran formal:
Peran informal: istri, menantu, ibu dari Aurel, kakak ipar
Ny.M :
Peran formal:
Peran informal: ibu dari Ibu.S, nenek mertua
An.A :
Peran formal:
Peran informal: anak, cucu, keponakan, cicit

4. Nilai dan norma keluarga


Keluarga meyakini bahwa kesehatan sangat penting, sehingga mereka membiasakan
cuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan clan memperhatikan kecukupan gizi
dalam keluarga.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga klien saling memberikan perhatian dan kasih sayang. Klien selalu mendukung
apa yang dilakukannya selama dalam batas kewajaran dan tidak melanggar etika dan
sopan santun. Diterapkannya demokrasi dalam mengatasi permasalahan keluarga.

2. Fungsi Sosial
Interaksi antar anggota keluarga terjalin baik, masing-masing anggota keluarga masih
memperhatikan clan menerapkan etika atau sopan santun dalam berperilaku.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Kemampuan keluarga dalam mengenai masalah kesehatan
Keluarga cukup mengetahui mengenai penyakit gagal ginjal, namun pengetahuan
mengenai penanganan jika mengalami kekambuhan kurang. Terbukti saat Tn.S
merasakan penyakitnya kambuh, dia hanya menggosok dengan balsam area yang
terasa sakit. Lalu digunakan untuk istirahat sampai terasa baik.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang
tepat:
Keluarga cukup mengerti tentang kesehatan pada anggota keluarganya
Anggota keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang sakit. Namun,
kadang masalah kesehatan tersebut dianggap sepele atau tidak begitu
cliperhatikan secara lebih lanjut.
Keluarga tetap berusaha agar penyakit yang diderita tidak kambuh dan selalu
mencari solusi jika keluarga sakit.
Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara positif.
Keluarga mampu menjangkau fasilitas kesehatan yang ada karena selain tidak
terlalu jauh jarak keluarga dengan fasilitas kesehatan, keluarga juga mempunyai
sarana transportasi untuk pergi ke sana.
Keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan. Hal ini terbukti keluarga selalu
mentaati anjuran dokter dan tenaga kesehatan lain.
Keluarga kurang mendapat informasi yang tepat mengenai tindakan yang
dilakukan jika masalah kesehatan muncul dalam keluarga.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Pengetahuan keluarga mengenai penyakit terbatas terutama athritis gout,
keluarga sedikit mengerti mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan
kekambuhan dan yang perlu dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
Jika anggota keluarga ada yang sakit dan sekiranya perlu penanganan tenaga
kesehatan, maka keluarga akan mempercayakan perawatan dan penyembuhan
kepada tenaga kesehatan.Namun bila sakitnya masih tergolong ringan, keluarga
cukup menganjurkan istirahat, pemenuhan kebutuhan dan mengkonsumsi obat
generic dari toko atau warung kepada angora keluarga yang sakit.
Untuk berjaga-jaga, keluarga hanya menyediakan obat-obatan yang sering
dikonsumsi dan cocok bagi masing-masing anggota keluarga. Apabila penyakit
yang diderita dirasa parah, keluarga langsung membawa ke tenaga kesehatan.
Setiap anggota keluarga mengerti akan fungsi dan tanggung jawab masingmasing sumber keuangan yang dimiliki anggota keluarga, fasilitas-fasilitas
penunjang yang ada di rumah sudah memenuhi kriteria standar, dan hubungan
antara anggota keluarga dengan masyarakat terjalin baik. Ini terbukti jika ada
anggota masyarakat yang sakit baik di rumah atau di Rumah Sakit anggota
masyarakat yang lain menjenguk dan jika perlu diadakan iuran sebagai bentuk
tolong-menolong untuk meringankan beban keluarga yang sakit.
Keluarga memberikan perhatian, kasih sayang dan support agar dapat membantu
proses penyembuhan.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat.

Anggota keluarga mengerti potensi yang ada pada setiap angora keluarga dan
mengerti tentang sumber-sumber keluarga yang dimiliki.
Keluarga menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran berbagai jenis penyakit.
Keluarga mengerti dan menyadari tentang pentingnya hygiene sanitasi untuk
menciptakan rumah yang sehat.
Keluarga, secara bersama-sama mempertahankan kondisi kesehatan mereka
dengan cara makan teratur, memenuhi gizi seimbang, menjaga kondisi fit tubuh,
tidur teratur dan cukup, mengatur waktu antara bekerja, berkumpul bersama
keluarga, rekreasi atau berkumpul bersama teman, sanak saudara, dan
bersilaturahmi.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di masyarakat
Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada di sekitar.
Keluarga memahami dan mengerti keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika
mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan optimal.
Keluarga percaya terhadap tenaga dan fasilitas kesehatan. Hal ini terbukti dengan
Sdri. E yang selalu teratur memeriksakan anak balitanya.
Fasilitas kesehatan yang ada sangat terjangkau oleh keluarga..
Keluarga pernah mempunyai pengalaman kurang baik terhadap petugas
kesehatan yaitu sewaktu Tn.S rawat inap, mengenai kecepattanggapan perawat
dalam memenuhi panggilan klien.

4. Fungsi Reproduksi
a. jumlah anak yang dimiliki Tn.S ada 3 orang yaitu 2 laki-laki dan 1 perempuan.
b. Keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dengan menjaga jarak kelahiran
anak satu dengan anak yang lain.
c. Tn.S dan Ibu.M menggunakan metode program KB jenis IUD atau spiral sejak
tahun 1988 sampai sekarang.
5. Fungsi Ekonomi
a. Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan dari
pendapatan yang diterima perbulan serta keluarga mampu menyisihkan
pendapatannya untuk keperluan yang tidak terduga.
b. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti puskesmas,
posyandu balita, posyandu lansia, poliklinik, dan lain-lain.
F. Stres dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek
Kerusakan rumah akibat tsunami
Trauma adanya tsunami susulan.
b. Stressor jangka panjang
Kekambuhan penyakit athritis gout pada Tn. S.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau Stressor.
Untuk stres jangka pendek, keluarga mengaku sedikit cemas dan keluarga tidak dapat
berada di dalam rumah baik siang, sore, malam dengan nyaman dan tenang. Meskipun
demikian, keluarga telah berusaha memperbaiki rumahnya yang rusak dan hingga kini

cukup layak ditempati. Keluarga juga tetap waspacla dengan adanya tsunami susulan
yang datangnya kapan saja dan tidak disangka-sangka.
Untuk stressor jangka panjang keluarga (terutama Tn. S) berusaha mencegah
kekambuhan penyakitnya. Namun, kadang Tn.S tetap mengkonsumsi makanan
berlemak dan juga memakan jeroan seperti usus, hati dan jantung, sehingga sering
kambuh.
3. Strategi Koping yang Digunakan
Bila ada permasalahan dalam keluarga, sering diselesaikan dengan musyawarah tapi
untuk permasalahan masing-masing anggota keluarga diselesaikan sendiri-sendiri
selama bisa diatasi.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam terhadap anak,
mengkambinghitamkan anak, memberikan ancaman-ancaman dalam menyelesaikan
masalah.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Tn. S (kepala keluarga)
TD: 140/90 mmHg
R : 24 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : 37 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi: Rambut lurus, sedikit beruban, kulit bersih.
Mata
Inspeksi : terlihat cekung, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tekanan bola masa tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi: Hidung simetris, ada secret (+), tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi: Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada korpal.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inspeksi: Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi: Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar timid.
c. Dada
Inspeksi: bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi: Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi: Terdengar vesikuler.
d. Abdomen
Inspeksi: Tidak ada nodul, tidak acites.
Auskultasi: Suara peristaltic terdengar 25x/menit

Perkusi: Terdengar timpani pada usus, dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk: Android.
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi: Anggota gerak lengkap, Tidak ada luka, bekas jahitan, sedikit bengkak pada
persendian kaki.
Palpasi: ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
2. Ibu.S
TD: 110/80mmHg
R : 24 x/mnt
N : 76 x/mnt
S : 36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi: Rambut lurus, sedikit beruban, kulit bersih.
Mata
Inspeksi: Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu, tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inpeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar timid.
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung

Auskultasi : Terdengar vesikuler


d. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada nodul, tidak acites.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 25x/menit.
Perkusi : Terdengar timpani pada usus, dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk : Ginekoid.
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
3. Sdr. K
TD: 120/80 mmHg
R : 24 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : 36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi: Rambut lurus, sedikit beruban, kulit bersih.
Mata
Inspeksi: Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inspeksi : Tidak Aa sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar tiroid.

c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada nodul, tidak acites.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 25x/menit.
Perkusi : Terdengar timpani pada usus, dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk Android.
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
4. Sdr. P
TD : 110/80 mmHg
R : 24 x/mnt
N :80 x/mnt
S : 36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi :Rambut lurus, kulit bersih.
Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu, tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga

Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inpeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid.

c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak acites, tidak ada sikatrik.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 20x/menit terdenga
Terdengar timpani pada usus, dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk Android
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
5. Nn. M
TD: 120/70 mmH
R : 24 x/mnt
N : 80 x/mnt
S :36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi :Rambut lurus, kulit bersih.
Mata
Inspeksi :Kedua mata simetris,, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidk ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Mulut dan faring


Inspeksi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inpeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid.
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak acites, tidak ada sikatrik.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 15x/menit
Perkusi : Terdengar timpani pada usus,dan redup pada hati, dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk : Ginekoid
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter,tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi : Tidak acites, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada jari tangan
dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
2. Sdri.E
TD: 110/70 mmHg
R : 24 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : 36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi :Rambut lurus, kulit bersih.
Mata
Inspeksi :Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tekanan bola mata tidak tinggi.

Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inpeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar tiroid.
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak acites, tidak ada sikatrik.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 25x/menit
Perkusi : Terdengar timpani pada usus,dan redup pada hati, dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk : Ginekoid
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter,tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur.
3. An. A
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi : Rambut lurus, sedikit, kulit bersih.
Mata
Inspeksi :Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tekanan bola mata tidak tinggi.

Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, gigi taring telah tumbuh, tidak ada faringitis, lidah
tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inpeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar tiroid.
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak acites, tidak ada sikatrik.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 25x/menit
Perkusi : Terdengar timpani pada usus,dan redup pada hati, dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Ekstremitas
Inspeksi : anngota gerak lengkap, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
4. Ny. M
TD: 120/80 mmHg
R : 24 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : 36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi :Rambut lurus, beruban, kulit bersih.
Mata
Inspeksi :Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, ada secret (+), tidak ada korpal, tidk ada pembesaran polip.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.


Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu, gigi banyak
yang tanggal, tidak ada faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga.
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal.
Palpasi Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inspeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar timid.
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak aches, tidak ada sikatrik.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 25x/menit
Perkusi : Terdengar timpani pada usus,dan redup pada hati, dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk : Ginekoid
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter,tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
H. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat berfungsi dengan baik, mampu memberikan
pelayanan yang baik dan tepat kepada siapa saja yang membutuhkan tidak hanya pasien di
rumah Sakit tetapi juga warga masyarakat yang membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan.
jangan membeda - bedakan dalam memberikan pelayanan antara masyarakat yang miskin
dengan yang kaya.
I. Pengkajian Fokus
Hubungan anak terhadap orang tua baik, karena setiap hari Sabtu sore, anak pulang untuk
keluarga dan orang tua serta adik yang masih tinggal serumah. Hubungan anak dan orang
tua baik, namun jarak memisahkan dan kontak bertemu antara mereka sedikit dan terbatas.

Anak yang telah menikah masih tinggal serumah dengan orangtua.


Hubungan anak yang telah menikah dengan adiknya baik, tetap terjaga, komunikasi tetap
berlangsung.
Perasaan orang tua setelah anak menikah adalah senang karena anak sudah dewasa dan
mereka punya cucu.
Orang tua membentuk jaringan dengan anak dengan cara

dalam satu hari orang tua

meluangkan waktu untuk berkumpul bersama anak dan cucu, tetap memberikan kasih
sayang, perhatian kepada seluruh anggota keluarga dan tetap menjaga komunikasi.
Pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tugas dan fungsi keluarga sedikit berbeda dengan
taraf perkembangan sebelumnya. Hal ini lebih ditekankan pada anak, anak pertama tidak
hanya menjadi anak tetapi juga menjadi suami dan ayah, anak kedua tidak hanya menjadi
anak tetapi punya tugas dan tanggung jawab sebagai satpam yang harus taat pada majikan,
anak ketiga tidak hanya sebagai anak tetapi punya tugas dan tanggung jawab terhadap
atasan. Kedua orang tua memiliki tugas sebagai anak, ayah, dan kakek nenek dari cucu
mereka.
J. Analisa Data
N
O
1

DATA

PENYEBAB

MASALAH

DS :
a. Keluarga
mengatakan
belum
mengetahui apa sebenarnya itu
athritis gout.
b. Keluarga mengatakan tidak tahu
upaya yang harus dilakukan untuk
mengatasi athritis gout.
c. Keluarga mengatakan ketidaktahuan
merawat klien dengan penyakit
athritis gout.
d. Tn. S mengatakan nyeri pada
persendian kaki.
DO :
a. Klien tampak lemah, lesu
b. Tanda-tanda vital
- T : 37c
- P : 80x/mnt
- R : 24x/mnt
- S : 140/90 mmhg
c. Mata klien tampak cekung kurang
tidur.
d. Saat dikaji klien tampak kesakitan
pada persendian kakinya.

Gangguan
Kurangnya
nyaman
pengetahuan keluarga
tentang
penyakit
athritis gout.

rasa

2. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tanggal
1

No
Dx
2

Diagnosa keperawatan
3
Gangguan rasa nyaman
akibat nyeri berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
keluarga
tentang penyakit athritis
gout.
DS :
a. Keluarga mengatakan
belum
mengetahui
apa sebenarnya itu
athritis gout.
b. Keluarga mengatakan
tidak tahu upaya yang
harus dilakukan untuk
mengatasi
athritis
gout.
c. Keluarga mengatakan
ketidaktahuan
merawat klien dengan
penyakit athritis gout.
d. Tn. S mengatakan
nyeri pada persendian
kaki.
DO :

Perencanaan (Tujuan)
Jangka Panjang
Jangka Pendek
4
5
Klien tidak lagi mengeluh Setelah dilakukan 1 x 30
nyeri setelah 4-5 hari menit pertemuan keluarga
dengan kriteria, klein tidak dapat,
1. Mengenal masalah athritis
lagi mengeluh nyeri, klien
gout.
dapat tidur dengan tenang
1.1. Menyebutkan
tanpa harus merasakan
pengertian athritis gout.
rasa nyeri pada saat malam
hari.

Evaluasi
Kriteria

Standar

Intervensi

Respon Verbal :
Keluarga
dapat
menyebutkan pengertian
dari athritis gout.

gout atau sering disebut 1.1.1.


asam urat adalah suatu
penyakit
metabolik
dimana tubuh tidak dapat
1.1.2.
mengontrol asam urat
sehingga
terjadi
penumpukan asam urat
yang menyebabkan rasa
nyeri pada tulang dan
1.1.3.
sendi.

Kaji
pengetahuan
tentang athritis gout.
Diskusikan
keluarga
pengertian
gout.

bersama
tentang
athritis

Evaluasi hal-hal yang


telah didiskusikan

1.1.4. Beri
reinforcement
positif bila keluarga
dapat
menjawab
sesuai tindakan

a. Klien tampak lemah,


lesu
b. Tanda-tanda vital
- T : 37c
- P : 80x/mnt
- R : 24x/mnt
- S : 140/90 mmhg
c. Mata klien tampak
cekung kurang tidur.
d. Saat
dikaji klien
tampak
kesakitan
pada
persendian
kakinya.

1.2. Keluarga
mampu
menyebutkan penyebab
athritis gout.

-Penyebab athritis gout :

Respon Verbal :
Keluarga
dapat
menyebutkan 3 dari 5
penyebab athritis gout

Faktor genetik seperti


gangguan metabolisme
1.2.1. Kaji
pengetahuan
purin.
keluarga
tentang
Obesitas
penyebab
penyakit
Diabetes melitus
athritis gout.
Hipertensi
Gangguan ginjal
1.2.2. Diskusikan bersama
keluarga
tentang
penyebab
penyakit
athritis gout.
1.2.3. Evaluasi hal-hal yang
telah didiskusikan.
1.2.4. Beri
reinforcement
positif bila keluarga
dapat
menjawab
sesuai standar.

1.3. Keluarga
mampu
menyebutkan tanda dan
-Tanda
dan
gejala
Respon Verbal :
gejala athritis gout.
Keluarga
dapat
penyakit athritis gout
menyebutkan 3 dari 5
:
tanda dan gejala athritis
gout.
Nyeri tulang sendi.
Kemerahan
dan
1.3.1. Kaji
pengetahuan
bengkak pada tulang
keluarga tentang tanda
sendi.
dan gejala athritis
Tofi pada ibu jari, mata
gout.
kaki
dan
pinna
telinga.
1.3.2. Diskusikan bersama
Peningkatan
suhu
keluarga tentang tanda
tubuh.
dan gejala athritis
gout.
Gangguan akut:
Nyeri hebat.
1.3.3. Evaluasi hal-hal yang
Bengkak
dan
telah didiskusikan.
berlangsung
cepat
pada
sendi
yang
terserang.
Sakit kepala.
Demam.
Gangguan kronis:
Serangan akut.

Hiperurisemia
yang
tidak diobati.
Terdapat nyeri dan
pegal.
2.

Keluarga
mampu
mengambil
keputusan
untuk merawat anggota
keluarga yang menglami
penyakit athritis gout.
2.1. Menyebutkan akibat
dan komplikasi athritis
gout.

Respon
verbal
:
Keluarga
dapat
menyebutkan 2 dari 3
akibat
lanjut
dan
komplikasi dari athritis 2.1. Akibat lanjut athritis
gout :
gout.
1. Gangguan
nyaman

rasa

2. Penderita keletihan
3. gangguan pemenuhan
istirahat tidur.
Komplikasi
gout :

athritis

1.Erosi, deformitas dan


ketidakmampuan
aktivitas
2.Hipertensi
dan
albuminuria
3.Kerusakan
tubuler
ginjal
yang

2.1.1. Persepsi pengetahuan


keluarga
tentang
akibat
serta
kompliaksi
athritis
gout.
2.1.2. Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
akibat dan komplikasi
athritis gout.
2.1.3. Beri
kesempatan
kepada keluarga untuk
menyebutkan kembali
akibat
serta
komplikasi
dari
athritis gout.

menyebabkan
ginjal kronik.

3.

Keluarga dapat merawat


anggota keluarga dengan
masalah athritis gout
3.1. Menyebutkan
cara
perawatan
klien
dengan athritis gout.

gagal

Respon Verbal : keluarga


dapat menyebutkan caracara perawatan klien
dengan athritis gout
3.1. Cara
perawatan
klien dengan athritis
gout :
1. Gizi seimbang

2. Menjaga kebersihan
3.1.1.
Respon psikomotor :
diri pasien
Keluarga
mampu
melakukan perawatan 3. Menciptakan susana
senyaman mungkin
3.2. Mendemosntrasikan pada klien dengan
untuk istirahat
cara perawatan klien athritis gout
yang
mengalami
4. membuka
jendela 3.1.2.
athritis gout
setiap pagi hari
5.

Segera
menghubungi

Apersepsi
pengetahuan
keluarga tentang
cara
perawatan
klien
dengan
athritis gout.
Diskusikan
dan
demonstrasikan
dengan
anggota
keluarga tentang
cara
perawatan

petugas kesehatan
bila sakit berlanjut.

klien
dengan
athritis gout

BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi
fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan
data sekunder.
b. Diagnosa keperawatan dalam keluarga yang membedakan dengan diagnosa lain adalah dari
penyebab/etiologi (E), adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang
tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
c. Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan
tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan pada rencana keperawatan yang
telah disusun.
e. Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya.
2. SARAN
a. Dalam pengkajian pada asuhan keperawatan dengan penyakit athritis gout sebaiknya dilakukan
secara menyeluruh agar dapat menyusun diagnosa sesuai dengan keadaan keluarga tersebut.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit athritis
gout sebaiknya dibuat sesuai dengan data-data yang telah diperoleh dari pengkajian
sebelumnya, serta harus dilakukan penyusunan prioritas masalah yang sesuai dengan keadaan
klien.
c. Perencanaan pada asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit athritis gout harus disesuaikan
dengan tujuan umum yang mengacu pada masalah serta tujuan khusus yang mengacu pada
etiologi. Selain itu juga dalam perencanaan keluarga seharusnya disesuaikan dengan kriteria
dan standar yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suprajitno, S.kp. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


2. Murwani, Arita S.Kep. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: MITRA CENDIKIA
Press.
3. http://www.scribd.com/doc/39580114/askep-ARTHRITIS-GOUT-DAN-RHEUMATOIDARTHRITIS diakses tanggal 17-05-2013

Anda mungkin juga menyukai