Disusun oleh :
Kelompok 3
STIKes MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya,
dan sampai kepada kita semua selaku umatnya.
Makalah ini di ajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas 1, makalah ini bertema Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Penyakit Athritis
Gout.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak sekali mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi para pembaca. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................
Tujuan .................................................................................................................
Ruang Lingkup Penulisan ...................................................................................
Metode Penulisan ................................................................................................
Sistematika Penulisan .........................................................................................
4
4
4
4
5
Etiologi ..............................................................................................................
Insiden ...............................................................................................................
Patofisiologi .......................................................................................................
Tanda dan gejala ................................................................................................
Penatalaksanaan .................................................................................................
Komplikasi ........................................................................................................
Pencegahan ........................................................................................................
5
5
6
7
7
7
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Penyakit Athritis Gout
Pengkajian ........................................................................................................
15
18
21
BAB IV Aplikasi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. S Dengan Penyakit
Athritis Gout
Pengkajian ..........................................................................................................
23
40
46
46
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan athritis gout makin
dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan kesehatan. Pergeseran
pendidikan pada dunia keperawatan di indonesia menuju era profesional menjadikan
asuhan keperawatan pada pola asuhan per sistem. Perkembangan asuhan keperawatan
sistem muskuloskeletal sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin
ilmu dari bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya peranan yang cukup besar dari
ahli urut tulang/dukun (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien berobat ke ahli
urut tulang/dukun patah tanpa memnadang derajat sosial dan pendidikan dan umumnya
datang ke Rumah Sakit setelah timbul penyulit atau sudah dalam stadium lanjut. Untuk
mengantisipasi masalah tersebut, salah satu fungsi dari peranan perwat adalah
mensosialisasikan pada masyarakat umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang
sebenarnya tidak perlu tejadi.
Oleh karena itu,kami menyusun makalah yang berjudul Konsep Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Penyakit Tahritis Gout. Dengan harapan sebagai perawat kita mampu
memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan penyakit athritis gout, sehingga kita
pun mampumemberi asuhan keperawatan keluarga yang tepat dan komfrehensif, yang
meliputi pengkajian perumusan diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan.
2. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah menyelesaikan seminar ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit athritis gout.
2. Tujuan Intruksional Khusus
a. Menjelaskan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit athritis
gout.
b. Menjelaskan diagnosa pada asuhan keperawatan dengan penyakit athritis gout.
c. Menjelaskan perencanaan pada asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit athritis
gout.
3. RUANG LINGKUP PENULISAN
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah meliputi tinjauan teoritis penyakit athritis
gout, konsep asuhan keperawatan keluarga pada penyakit athritis gout dan aplikasi kasus
asuhan keperawatan keluarga dengan athritis gout.
4. METODE PENULISAN
Metode penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan studi kepusatakaan.
5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.
2.
3.
4.
5.
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penulisan
Metode penulisan
Sistematika penulisan
Bab II Pembahasan
1. Definisi
2. Etiologi
3.
4.
5.
6.
Menisfestasi Klinis
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Komplikasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. PENGERTIAN
Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang
nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas pergelangan dan
kaki bagian tengah ( markie, carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metaboloc yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang
menyebabkan nyeri pada sendi (moreau, david. 2005;407)
Artitris pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di
daerah persendian yang menyebutkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana
tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi ( kesimpulan kelompok).
2. ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit atau penimbunan kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme
asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat
yang kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung, seperti :
Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
3. INSIDEN
95% penderita gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita post
menopause usia 50 60 tahun. Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau usia di
atas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrs ofalangeal, ibu jari kaki, sendi
lutut dan pergelangan kaki.
4. PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
asam urat tinggi, dan sistem eksresi asam urat yang tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi
asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (hipeurecemia), sehingga mengakibatkan
kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan
menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
Menurunnya eksresi asam urat.
Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat
tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam garam urat yang akan berakumulasi
atau menumpuk di jaringan konectiv di seluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya
kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak
hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat meningkat tapi
tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi
karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang
sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang
paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang berlangsung cepat
tetapi cenderungh berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout.
Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah
serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan poluarticular yang tanpa kecuali
menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap
terakhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit
dengan tofi yang besar pada kartilago, membran synopial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ
internal seperti ginjal, kulit luar menglami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat
yang terdiri dari kristal asam urat.
5. TANDA GEJALA
a) Nyeri tulang sendi.
b) Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi.
c) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga.
d) Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut:
a) Nyeri hebat.
b) Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang.
c) Sakit kepala.
d) Demam.
Gangguan kronis:
a)
b)
c)
d)
Serangan akut.
Hiperurisemia yang tidak diobati.
Terdapat nyeri dan pegal.
Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan monosodium
urat dalam jaringan).
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang
dan pencegahan komplikasi.
1) Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg ( pemberial oral) colchicine 1,02)
3)
4)
5)
6)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT ARTHRITIS
GOUT
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus tentang keluarga yang di binanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (yang idgunakan
setiap hari), lugas, dan sederhana.
Pada kegiatan pengkajian ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
1. Membina hubungan baik. Hubungan yang baik antara perawat-klien (keluarga)
merupakan modal utama pelaksanaan asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat
dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapeutik yang merupakan strategi perawat
untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Beberapa hal yang perlu dilakukan.
a. Diawali dengan perawat memperkenalkan din dengan sopan clan ramah.
b. Menjelaskan tujuan kunjungan.
c. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.
d. Menjelaskan lugs kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan.
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan perawat.
2. Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan.
3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua). Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk
memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang
berorientasi pada pengkajian awal. Perawat perlu mengungkap keadaan keluarga
hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
JK
Hub.
Kel.
KK
Umur
Pendidikan
Ket.
Status Imunisasi
BCG
Polio
DPT Hepatitis
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Campak
Tipe keluarga, yang menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
Suku bangsa, yang mengkaji asal/suku bangsa keluarga (pasangan), dapat digunakan untuk
mengidentifikasi budaya suku keluarga yang terkait dengan kesehatan, juga dapat
mengidentifikasi Bahasa seharihari yang digunakan oleh keluarga.
Agama, yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang dapat
memengaruhi kesehatan.
Status sosial ekonomi, pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan
tindakan keluarga dalam mengatasi maslah dalam keluarga. Sebaliknya dengan tngkat
pendidikan tinggi keluarga akan mampu mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan
untuk menyelesaikan masalah.
Aktivitas rekreasi keluarga, yang dimaksud rekreasi keluarga bukan hanya bepergian ke
luar rumah secara bersama atau sendiri menuju tempat rekreasi tetapi kesempatan berkumpul
di rumah untuk menikmati hiburan radio atau televisi bersama juga bercengkerama.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh
usia anak tertua dari keluarga inti.
Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Bagian ini menjelaskan tentang
tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh keluarga. Juga dilakukan
pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan upaya yang telah
dilakukannya..
Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit,
upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kesehatan.
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atasnya), yang menjelaskan riwayat
kesehatan generasi di atas orang tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut
tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.
Pengkajian Lingkungan
Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni
keluarga meliputi lugs, ripe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan
perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan mck (mandi, cuci, dan
kakus), sarana air bersih dan minum yang digunakan.
Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang karakteristik dari
tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal, meliputi kebiasaan,
seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/kesepakatan pencluduk setempat, dan
budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.
Mobilitas geografts keluarga menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga.
Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan
sering berkunjung pada kelurga yang dibina.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
Sistem pendukung keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat clan fasilitas
keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain).
Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan), clukungan psikologis
anggota keluarga atau masyarakat, clan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat
digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
Struktur Keluarga
Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa
pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan
komunikasi. Perlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang juga mempengaruhi komunikasi
keluarga.
Struktur kekuatan keluarga menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan. Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain
untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan dan
akan timbul perasaan di hargai dalam keluarga.
Struktur peran keluarga, yang menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik dikeluarga atau masyarakat. Bila anggota keluarga dapat
menerima melaksanakan perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan
menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
Nilai atau norma keluarga, manjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku individu masing-masing anggota
keluarga yang ditempatkan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam
keluarga.
Fungsi Keluarga
Fungsi afektif, keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga
yang sakit skabies akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari
anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Fungsi sosialisasi, Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.
B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan kesimetrisan rongga
dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Palapasi: taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: suara nafas hilang/melemah pada sisi yang sakit, biasanya didapatkan suara
ronki atau mengi.
B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan pusing karena
nyeri. Suara S1 dan S2 unggal.
B3 (brain)
Kepala dan wajah: ada sianosis.
Mata: sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis pada kasus efusi pleura hemoragi
kronis.
Leher: biasanya JVP dalam batas normal.
B4 (bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami kompliksi ke ginjal berupa
pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan perubahan
fungsi pada system ini.
B5 (bowel)
Kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau,
dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu makan,
terutama klien yang memakan obat analgesik dan antihiperurisemia.
Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu terkadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan
dengan gerakan yang lain. Deformitas sendi terjadi dengan temuan salah satu sendi
pergelangan kaki secara perlahan membesar.
Feel. Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak.
Move. Hambatan gerka sendi biasanya semakin bertambah berat.
Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
2. PENGKAJIAN FOKUS
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan
pengkajian dengan menggunakan formulir yang dapat digunakan pada semua tahap
perkembangan keluarga (terlampir).
Meskipun demikian perawatan perlu melakukan pengkajian fokus pada tiap
perkembangan yang didasari oleh:
1. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda karena
ada perubahan anggota keluarga (dapat bertambah atau berkurang).
2. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan keluarga yang
harus dilakukan.
3. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda.
Keluarga yang baru menikah
Pengkajian data fokus meliputi:
Kapan pertemuan pasangan?
Bagaimana hubungan sebelum menikah?
Bagaimana pasangan ini memutuskan menikah?
Adakah halangan terhadap perkawinan mereka (sebutkan)?
Bagaimana respons anggota keluarga terhadap perkawinan?
Bagimana kehidupan di-lingkungan keluarga asal, termasuk orientasi keluarga dari kedua
orang tua?
Siapa orang lain yang tinggal serumah setelah perkawinan?
Bagimana hubungan dengan saudara ipar?
Bagaimana keadaan orang tua masing-masing clan hubungannya dengan orang tua setelah
perkawinan?
Bagaimana rencana mempunyai anak?
Berapa lama waktu berkumpul setiap hari?
Bagaimana rutinitas (secara individu: swami clan istri) setelah perkawinan?
Bagaimana pelaksanaan tugas clan fungsi keluarga?
anak
menderita
sakit
serius,
apa
jenisnya,
kapan
Keluarga lansia
Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja atau ditinggal pasangannya?
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?
Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, bagaimana frekuensi, clan berapa frekuensi
kunjungan anak?
Adakah orang yang menernam setiap hari?
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati,
terdiri dari :
1. Masalah/problem (P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang di alami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
2. Penyebab/etiologi (E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah
dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil
keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Tanda/sign (S) adalah sekumpulan data subyektif dan obyektif yang di peroleh perawat
dari keluarga secara langsung atau tidak, yang mendukung masalah dan penyebab.
skoring. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya
(1978).
N
KRITERIA
O
1
Sifat masalah
SKOR
BOBOT
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi
Sedang
Rendah
Menonjolnya masalah
2
1
ditangani
5. Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak/kurang sehat karena perlu
tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.
6. Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tuindakan untuk menangani
masalah.
Sumber daya keluarga ; fisik, keuangan, tenaga.
Sumber daya perawat ; pengetahuan, keterampilan, waktu.
Sumber daya lingkungan ; fasilitas, organisasi, dan dukungan.
7. Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit.
Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.
Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah.
Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi
parah.
8. Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai
masalah keperawatan tersebut.
Dalam merumuskan diagnosa dalam keperawatan keluarga perlu dilakukan prioritas
masalah dan adanya kriteria prioritas masalah.
a. Prioritas masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
masalah
kesehatan/keperawatan keluarga.
6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b. Kriteria prioritas masalah
Beberapa kriteria dalam penyusunan prioritas masalah menurut effendy (1998;52).
1) Sifat masalah, dikelompokan menjadi : ancaman kesehatan, keadaan sakit atau
kurang sehat dan situasi krisis.
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan
dan kesehatan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah skabies dapat dirubah adalah :
a. Pengetahuan dan tindakan untuk menangani masalah skabies.
b. Sumber daya keluarga, diantaranya adalah keuangan, tenaga, sarana dan
prasarana.
c. Sumber daya perawatan, diantaranaya adalah pengetahuan dan keterampilan
dalam penanganan masalah skabies serat waktu.
d. Potensi masalah skabies untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah
skabies yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan dan kesehatan.
4. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada
masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.
Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang bertujuan:
1. Menstimulasi kesadaran atau pencrimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara:
Memberikan informasi yang tepat.
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:
Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki clan ada di sekitar keluarga.
Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan
cara:
Mendemonstrasikan cara perawatan.
Menggunakan alat clan fasilitas yang ada di rumah.
Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur clan diobservasi dengan
pancaindra perawat yang objektif.
2.
Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga
dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.
BAB IV
APLIKASI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. S DENGAN
PENYAKIT ATHRITIS GOUT
1.
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENGKAJIAN
Data umum
Nama KK
: Tn. S
Usia
: 49 tahun
Alamat
:
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SD
Komposisi Keluarga
Ket.
Status Imunisasi
No
Nama
JK
Hub.
Kel.
Umur Pendidikan C
KK
Ny. S
Istri
46
SD
Sdr. K
An. Kandung
28
SMA
3
4
5
6
7
Sdr. P
Nn. M
Sdri. E
An. A
Ny. M
L
P
P
P
P
An. kandung
An. Kandung
Menantu
Cucu
Mertua
24
19
27
9 bl
72
SMA
SMA
SMA
-
Polio
DPT
Hepatitis
3 4
Genogram
X
Cam
pak
Keterangan:
: Laki-laki
: Klien
:Perempuan
: Menikah
: Sudah meninggal
: Garis keturunan
: Tinggal Serumah
7. Tipe keluarga
Keluarga Tn. S termasuk keluarga besar (Extended Family) yang terdiri dari kepala
keluarga, istri, nenek, 3 orang anak, 1 orang menantu, dan 1 orang cucu.
8. Suku bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku sunda, Indonesia.
9. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama islam dan mereka selalu taat beribadah dan
menjalankan perintah YME.
10. Status sosial ekonomi
Sebagian besar anggota keluarga memiliki penghasilan perbulannya, yaitu:
Kepala Keluarga : Rp. 500.000/bulan
Istri
: Rp. 250.000/bulan
Anak ke-1
: Rp. 1.700.000/bulan
Anak ke-2
: Rp. 300.000/bulan
Anak ke-3
: Rp. 450.000/bulan
Untuk pendapatan KK dengan istri, digabung atau dijadikan satu sehingga menjadi Rp.
750.000/bulan dengan rata-rata pengeluaran Rp. 500.000/bulan.sedangkan untuk anak ke-1
rata-rata pengeluaran perbulannya Rp. 1.200.000/bulan. Untuk anak ke-2 rata-rata
pengeluaran perbulannya Rp. 250.000/bulan dan anak ke-3 rata-rata pengeluarannya Rp.
300.000/bulan.
Dilihat dari penghasilan masing-masing anggota keluarga yang sudah bekerja dan harta
benda yang dimiliki dalam keluarga, keluarga tersebut mempunyai status sosial ekonomi
tinggi.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Setiap hari klien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan
biasanya menonotn TV, berkumpul keluarga, melepas lelah bersama di ruang
keluarga.untuk anak ke-1 karena bekerja di Bandung dia hanya dapat bertemu keluarga
pada hari Sabtu sore dan Minggu. Sedangkan untuk anak ke-2 dan ke-3, mereka sering
keluar main bersama teman-teman mereka baik itu pagi, siang, sore maupun malam.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. S mempunyai 3 orang anak, anak pertama laki-laki dengan umur 46 tahun,
anak kedua laki-laki umur 24 tahun, dan anak ketiga perempuan 19 tahun maka keluarga
Tn. S berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa.
Tugas yang telah dipenuhi pada tahap perkembangan keluarga Tn. S yaitu, memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu
orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua, pemantauan kembali peran
dan kegiatan rumah tangga.
rumah Sakit.
Anak ke-1: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat
di rumah Sakit.
Cucu: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan rawat inap
di rumah Sakit.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dari keluarga Tn. S tepatnya anak ke-4 (adik KK) pernah mengidap penyakit hepatitis,
sedangkan dari keluarga Ibu. M tepatnya anak ke-3 (adik Ibu. M) pernah mengidap
penyakit demam thypoid.
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Luas tanah:
Luas rumah:
Tipe rumah: permanen dengan jumlah ruang 5 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus
keluarga, 1 dapur, kamar mandi dan WC jadi satu. Jumlah jendela 14 buah. Setiap ruangan
Denah rumah
5
2
4
3
10
11
1
Bawah
Atas
Keterangan :
1. Teras depan
7. Kamar mandi
8. Kamar tidur
9. Kamar tidur
10. Kandang ayam
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan dengan masyarakat adalah bahasa
Sunda . Komunikasi antar keluarga lebih sering mulai sore hari, karena hampir semua
anggota keluarga pulang kerja sore hari dan untuk anak pertama bisa berkumpul dengan
keluarga setiap seminggu sekali karena kerjanya di luar kota.
2. Struktur kekuatan keluarga
Klien memberi nasehat kepada anak-anaknya bagaimana cara berperilaku yang baik, sopan
santun, tatakrama, cara menjaga hubungan baik dengan orang lain, cara berumah tangga
yang baik dan mendidik anak. Untuk kekuatan keluarga masih tetap berada pada Tn S,
namun untuk anak pertama karena sudah menikah, maka jika ada permasalahan selalu
diselesaikan dengan istrinya dan jika perlu melibatkan orang tua.
3. Struktur peran (formal clan informal)
Tn S:
Peran formal: dulu pernah menjadi pengurus keamanan lingkungan namun
sekarang hanya menjadi anggota masyarakat
Peran informal: menjadi kepala keluarga, suami, ayah kakek, mertua, dan
menantu
lbuM:
Peran formal: masih aktif sebagai anggota masyarakat dan perkumpulan ibuibu di lingkungan tempat tinggal
Peran informal: sebagai ibu rumah tangga, istri, anak, nenek, clan mertua
Sdr. K :
Peran formal: anggota TNI AU
Peran informal: menjadi kepala keluarga, anak, cucu, ayah, kakak clan suami
Sdr. P :
Peran formal: Satpam
Peran informal: anak, cucu, adik, kakak, clan adik ipar
Nn. M
Peran formal: Peran informal: anak cucu, adik, adik ipar
Sdri. E :
Peran formal:
Peran informal: istri, menantu, ibu dari Aurel, kakak ipar
Ny.M :
Peran formal:
Peran informal: ibu dari Ibu.S, nenek mertua
An.A :
Peran formal:
Peran informal: anak, cucu, keponakan, cicit
2. Fungsi Sosial
Interaksi antar anggota keluarga terjalin baik, masing-masing anggota keluarga masih
memperhatikan clan menerapkan etika atau sopan santun dalam berperilaku.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Kemampuan keluarga dalam mengenai masalah kesehatan
Keluarga cukup mengetahui mengenai penyakit gagal ginjal, namun pengetahuan
mengenai penanganan jika mengalami kekambuhan kurang. Terbukti saat Tn.S
merasakan penyakitnya kambuh, dia hanya menggosok dengan balsam area yang
terasa sakit. Lalu digunakan untuk istirahat sampai terasa baik.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang
tepat:
Keluarga cukup mengerti tentang kesehatan pada anggota keluarganya
Anggota keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang sakit. Namun,
kadang masalah kesehatan tersebut dianggap sepele atau tidak begitu
cliperhatikan secara lebih lanjut.
Keluarga tetap berusaha agar penyakit yang diderita tidak kambuh dan selalu
mencari solusi jika keluarga sakit.
Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara positif.
Keluarga mampu menjangkau fasilitas kesehatan yang ada karena selain tidak
terlalu jauh jarak keluarga dengan fasilitas kesehatan, keluarga juga mempunyai
sarana transportasi untuk pergi ke sana.
Keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan. Hal ini terbukti keluarga selalu
mentaati anjuran dokter dan tenaga kesehatan lain.
Keluarga kurang mendapat informasi yang tepat mengenai tindakan yang
dilakukan jika masalah kesehatan muncul dalam keluarga.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Pengetahuan keluarga mengenai penyakit terbatas terutama athritis gout,
keluarga sedikit mengerti mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan
kekambuhan dan yang perlu dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
Jika anggota keluarga ada yang sakit dan sekiranya perlu penanganan tenaga
kesehatan, maka keluarga akan mempercayakan perawatan dan penyembuhan
kepada tenaga kesehatan.Namun bila sakitnya masih tergolong ringan, keluarga
cukup menganjurkan istirahat, pemenuhan kebutuhan dan mengkonsumsi obat
generic dari toko atau warung kepada angora keluarga yang sakit.
Untuk berjaga-jaga, keluarga hanya menyediakan obat-obatan yang sering
dikonsumsi dan cocok bagi masing-masing anggota keluarga. Apabila penyakit
yang diderita dirasa parah, keluarga langsung membawa ke tenaga kesehatan.
Setiap anggota keluarga mengerti akan fungsi dan tanggung jawab masingmasing sumber keuangan yang dimiliki anggota keluarga, fasilitas-fasilitas
penunjang yang ada di rumah sudah memenuhi kriteria standar, dan hubungan
antara anggota keluarga dengan masyarakat terjalin baik. Ini terbukti jika ada
anggota masyarakat yang sakit baik di rumah atau di Rumah Sakit anggota
masyarakat yang lain menjenguk dan jika perlu diadakan iuran sebagai bentuk
tolong-menolong untuk meringankan beban keluarga yang sakit.
Keluarga memberikan perhatian, kasih sayang dan support agar dapat membantu
proses penyembuhan.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat.
Anggota keluarga mengerti potensi yang ada pada setiap angora keluarga dan
mengerti tentang sumber-sumber keluarga yang dimiliki.
Keluarga menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran berbagai jenis penyakit.
Keluarga mengerti dan menyadari tentang pentingnya hygiene sanitasi untuk
menciptakan rumah yang sehat.
Keluarga, secara bersama-sama mempertahankan kondisi kesehatan mereka
dengan cara makan teratur, memenuhi gizi seimbang, menjaga kondisi fit tubuh,
tidur teratur dan cukup, mengatur waktu antara bekerja, berkumpul bersama
keluarga, rekreasi atau berkumpul bersama teman, sanak saudara, dan
bersilaturahmi.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di masyarakat
Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada di sekitar.
Keluarga memahami dan mengerti keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika
mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan optimal.
Keluarga percaya terhadap tenaga dan fasilitas kesehatan. Hal ini terbukti dengan
Sdri. E yang selalu teratur memeriksakan anak balitanya.
Fasilitas kesehatan yang ada sangat terjangkau oleh keluarga..
Keluarga pernah mempunyai pengalaman kurang baik terhadap petugas
kesehatan yaitu sewaktu Tn.S rawat inap, mengenai kecepattanggapan perawat
dalam memenuhi panggilan klien.
4. Fungsi Reproduksi
a. jumlah anak yang dimiliki Tn.S ada 3 orang yaitu 2 laki-laki dan 1 perempuan.
b. Keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dengan menjaga jarak kelahiran
anak satu dengan anak yang lain.
c. Tn.S dan Ibu.M menggunakan metode program KB jenis IUD atau spiral sejak
tahun 1988 sampai sekarang.
5. Fungsi Ekonomi
a. Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan dari
pendapatan yang diterima perbulan serta keluarga mampu menyisihkan
pendapatannya untuk keperluan yang tidak terduga.
b. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti puskesmas,
posyandu balita, posyandu lansia, poliklinik, dan lain-lain.
F. Stres dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek
Kerusakan rumah akibat tsunami
Trauma adanya tsunami susulan.
b. Stressor jangka panjang
Kekambuhan penyakit athritis gout pada Tn. S.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau Stressor.
Untuk stres jangka pendek, keluarga mengaku sedikit cemas dan keluarga tidak dapat
berada di dalam rumah baik siang, sore, malam dengan nyaman dan tenang. Meskipun
demikian, keluarga telah berusaha memperbaiki rumahnya yang rusak dan hingga kini
cukup layak ditempati. Keluarga juga tetap waspacla dengan adanya tsunami susulan
yang datangnya kapan saja dan tidak disangka-sangka.
Untuk stressor jangka panjang keluarga (terutama Tn. S) berusaha mencegah
kekambuhan penyakitnya. Namun, kadang Tn.S tetap mengkonsumsi makanan
berlemak dan juga memakan jeroan seperti usus, hati dan jantung, sehingga sering
kambuh.
3. Strategi Koping yang Digunakan
Bila ada permasalahan dalam keluarga, sering diselesaikan dengan musyawarah tapi
untuk permasalahan masing-masing anggota keluarga diselesaikan sendiri-sendiri
selama bisa diatasi.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam terhadap anak,
mengkambinghitamkan anak, memberikan ancaman-ancaman dalam menyelesaikan
masalah.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Tn. S (kepala keluarga)
TD: 140/90 mmHg
R : 24 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : 37 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi: Rambut lurus, sedikit beruban, kulit bersih.
Mata
Inspeksi : terlihat cekung, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tekanan bola masa tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi: Hidung simetris, ada secret (+), tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi: Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada korpal.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inspeksi: Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi: Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar timid.
c. Dada
Inspeksi: bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi: Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi: Terdengar vesikuler.
d. Abdomen
Inspeksi: Tidak ada nodul, tidak acites.
Auskultasi: Suara peristaltic terdengar 25x/menit
Perkusi: Terdengar timpani pada usus, dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk: Android.
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi: Anggota gerak lengkap, Tidak ada luka, bekas jahitan, sedikit bengkak pada
persendian kaki.
Palpasi: ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
2. Ibu.S
TD: 110/80mmHg
R : 24 x/mnt
N : 76 x/mnt
S : 36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi: Rambut lurus, sedikit beruban, kulit bersih.
Mata
Inspeksi: Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu, tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inpeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar timid.
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada nodul, tidak acites.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 25x/menit.
Perkusi : Terdengar timpani pada usus, dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk Android.
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
4. Sdr. P
TD : 110/80 mmHg
R : 24 x/mnt
N :80 x/mnt
S : 36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi :Rambut lurus, kulit bersih.
Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu, tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inpeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid.
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak acites, tidak ada sikatrik.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 20x/menit terdenga
Terdengar timpani pada usus, dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk Android
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
5. Nn. M
TD: 120/70 mmH
R : 24 x/mnt
N : 80 x/mnt
S :36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi :Rambut lurus, kulit bersih.
Mata
Inspeksi :Kedua mata simetris,, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidk ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi palsu tidak ada
faringitis, lidah tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inpeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar tiroid.
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak acites, tidak ada sikatrik.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 25x/menit
Perkusi : Terdengar timpani pada usus,dan redup pada hati, dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Panggul
Bentuk : Ginekoid
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter,tidak ada keluhan.
g. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
h. Ekstremitas
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur.
3. An. A
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi : Rambut lurus, sedikit, kulit bersih.
Mata
Inspeksi :Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada korpal, tidak ada pembesaran
polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan faring
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, gigi taring telah tumbuh, tidak ada faringitis, lidah
tidak kotor.
Palpasi : Lidah teraba lunak, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada korpal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Leher
Inpeksi : Tidak ada sikatrik, tidak ada nodul
Palpasi :Tidak ada pembesaran veva jugularis dan kelenjar tiroid.
c. Dada
Inspeksi : bentuk normochest, tidak ada nodul tidak ada sikatrik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : Terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi : Terdengar vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak acites, tidak ada sikatrik.
Auskultasi : Suara peristaltic terdengar 25x/menit
Perkusi : Terdengar timpani pada usus,dan redup pada hati, dan ginjal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran hati dan limpa.
e. Ekstremitas
Inspeksi : anngota gerak lengkap, tidak ada luka,bekas jahitan, tidak ada kelainan pada
jari tangan dan kaki.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur
4. Ny. M
TD: 120/80 mmHg
R : 24 x/mnt
N : 80 x/mnt
S : 36 C
a. Kepala
Rambut dan kulit kepala
Inspeksi :Rambut lurus, beruban, kulit bersih.
Mata
Inspeksi :Kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tekanan bola mata tidak tinggi.
Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, ada secret (+), tidak ada korpal, tidk ada pembesaran polip.
meluangkan waktu untuk berkumpul bersama anak dan cucu, tetap memberikan kasih
sayang, perhatian kepada seluruh anggota keluarga dan tetap menjaga komunikasi.
Pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tugas dan fungsi keluarga sedikit berbeda dengan
taraf perkembangan sebelumnya. Hal ini lebih ditekankan pada anak, anak pertama tidak
hanya menjadi anak tetapi juga menjadi suami dan ayah, anak kedua tidak hanya menjadi
anak tetapi punya tugas dan tanggung jawab sebagai satpam yang harus taat pada majikan,
anak ketiga tidak hanya sebagai anak tetapi punya tugas dan tanggung jawab terhadap
atasan. Kedua orang tua memiliki tugas sebagai anak, ayah, dan kakek nenek dari cucu
mereka.
J. Analisa Data
N
O
1
DATA
PENYEBAB
MASALAH
DS :
a. Keluarga
mengatakan
belum
mengetahui apa sebenarnya itu
athritis gout.
b. Keluarga mengatakan tidak tahu
upaya yang harus dilakukan untuk
mengatasi athritis gout.
c. Keluarga mengatakan ketidaktahuan
merawat klien dengan penyakit
athritis gout.
d. Tn. S mengatakan nyeri pada
persendian kaki.
DO :
a. Klien tampak lemah, lesu
b. Tanda-tanda vital
- T : 37c
- P : 80x/mnt
- R : 24x/mnt
- S : 140/90 mmhg
c. Mata klien tampak cekung kurang
tidur.
d. Saat dikaji klien tampak kesakitan
pada persendian kakinya.
Gangguan
Kurangnya
nyaman
pengetahuan keluarga
tentang
penyakit
athritis gout.
rasa
2. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tanggal
1
No
Dx
2
Diagnosa keperawatan
3
Gangguan rasa nyaman
akibat nyeri berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
keluarga
tentang penyakit athritis
gout.
DS :
a. Keluarga mengatakan
belum
mengetahui
apa sebenarnya itu
athritis gout.
b. Keluarga mengatakan
tidak tahu upaya yang
harus dilakukan untuk
mengatasi
athritis
gout.
c. Keluarga mengatakan
ketidaktahuan
merawat klien dengan
penyakit athritis gout.
d. Tn. S mengatakan
nyeri pada persendian
kaki.
DO :
Perencanaan (Tujuan)
Jangka Panjang
Jangka Pendek
4
5
Klien tidak lagi mengeluh Setelah dilakukan 1 x 30
nyeri setelah 4-5 hari menit pertemuan keluarga
dengan kriteria, klein tidak dapat,
1. Mengenal masalah athritis
lagi mengeluh nyeri, klien
gout.
dapat tidur dengan tenang
1.1. Menyebutkan
tanpa harus merasakan
pengertian athritis gout.
rasa nyeri pada saat malam
hari.
Evaluasi
Kriteria
Standar
Intervensi
Respon Verbal :
Keluarga
dapat
menyebutkan pengertian
dari athritis gout.
Kaji
pengetahuan
tentang athritis gout.
Diskusikan
keluarga
pengertian
gout.
bersama
tentang
athritis
1.1.4. Beri
reinforcement
positif bila keluarga
dapat
menjawab
sesuai tindakan
1.2. Keluarga
mampu
menyebutkan penyebab
athritis gout.
Respon Verbal :
Keluarga
dapat
menyebutkan 3 dari 5
penyebab athritis gout
1.3. Keluarga
mampu
menyebutkan tanda dan
-Tanda
dan
gejala
Respon Verbal :
gejala athritis gout.
Keluarga
dapat
penyakit athritis gout
menyebutkan 3 dari 5
:
tanda dan gejala athritis
gout.
Nyeri tulang sendi.
Kemerahan
dan
1.3.1. Kaji
pengetahuan
bengkak pada tulang
keluarga tentang tanda
sendi.
dan gejala athritis
Tofi pada ibu jari, mata
gout.
kaki
dan
pinna
telinga.
1.3.2. Diskusikan bersama
Peningkatan
suhu
keluarga tentang tanda
tubuh.
dan gejala athritis
gout.
Gangguan akut:
Nyeri hebat.
1.3.3. Evaluasi hal-hal yang
Bengkak
dan
telah didiskusikan.
berlangsung
cepat
pada
sendi
yang
terserang.
Sakit kepala.
Demam.
Gangguan kronis:
Serangan akut.
Hiperurisemia
yang
tidak diobati.
Terdapat nyeri dan
pegal.
2.
Keluarga
mampu
mengambil
keputusan
untuk merawat anggota
keluarga yang menglami
penyakit athritis gout.
2.1. Menyebutkan akibat
dan komplikasi athritis
gout.
Respon
verbal
:
Keluarga
dapat
menyebutkan 2 dari 3
akibat
lanjut
dan
komplikasi dari athritis 2.1. Akibat lanjut athritis
gout :
gout.
1. Gangguan
nyaman
rasa
2. Penderita keletihan
3. gangguan pemenuhan
istirahat tidur.
Komplikasi
gout :
athritis
menyebabkan
ginjal kronik.
3.
gagal
2. Menjaga kebersihan
3.1.1.
Respon psikomotor :
diri pasien
Keluarga
mampu
melakukan perawatan 3. Menciptakan susana
senyaman mungkin
3.2. Mendemosntrasikan pada klien dengan
untuk istirahat
cara perawatan klien athritis gout
yang
mengalami
4. membuka
jendela 3.1.2.
athritis gout
setiap pagi hari
5.
Segera
menghubungi
Apersepsi
pengetahuan
keluarga tentang
cara
perawatan
klien
dengan
athritis gout.
Diskusikan
dan
demonstrasikan
dengan
anggota
keluarga tentang
cara
perawatan
petugas kesehatan
bila sakit berlanjut.
klien
dengan
athritis gout
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi
fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan
data sekunder.
b. Diagnosa keperawatan dalam keluarga yang membedakan dengan diagnosa lain adalah dari
penyebab/etiologi (E), adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang
tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
c. Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan
tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan pada rencana keperawatan yang
telah disusun.
e. Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya.
2. SARAN
a. Dalam pengkajian pada asuhan keperawatan dengan penyakit athritis gout sebaiknya dilakukan
secara menyeluruh agar dapat menyusun diagnosa sesuai dengan keadaan keluarga tersebut.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit athritis
gout sebaiknya dibuat sesuai dengan data-data yang telah diperoleh dari pengkajian
sebelumnya, serta harus dilakukan penyusunan prioritas masalah yang sesuai dengan keadaan
klien.
c. Perencanaan pada asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit athritis gout harus disesuaikan
dengan tujuan umum yang mengacu pada masalah serta tujuan khusus yang mengacu pada
etiologi. Selain itu juga dalam perencanaan keluarga seharusnya disesuaikan dengan kriteria
dan standar yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA