Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KELUARGA DENGAN PLASENTA PREVIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas 1

Disusun oleh :
Kelompok

STIKes MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya,
dan sampai kepada kita semua selaku umatnya.

Makalah ini di ajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas 1, makalah ini bertema Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
Plasenta Previa.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak sekali mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi para pembaca. Amin.

Tasikmalaya, Juni 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................

Tujuan .................................................................................................................
Ruang Lingkup Penulisan ...................................................................................
Metode Penulisan ................................................................................................
Sistematika Penulisan .........................................................................................

4
4
4
5

BAB II TINJAUAN TEORITIS


Pengertian ...........................................................................................................

Etiologi ..............................................................................................................

Insiden ...............................................................................................................
Patofisiologi .......................................................................................................
Tanda dan gejala ................................................................................................
Penatalaksanaan .................................................................................................
Komplikasi ........................................................................................................
Pencegahan ........................................................................................................

5
5
6
7
7
7

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Penyakit Athritis Gout
Pengkajian ........................................................................................................

Pengkajian Fokus .............................................................................................

15

Diagnosis Keperawatan ...................................................................................

18

Rencana Keperawatan ......................................................................................

21

BAB IV Aplikasi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. S Dengan Penyakit
Athritis Gout
Pengkajian ..........................................................................................................

23

Perencanaan Keperawatan ..................................................................................

40

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ......................................................................................................
Saran ................................................................................................................

46
46

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan plasenta previa
makin dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan

kesehatan.

Pergeseran pendidikan pada dunia keperawatan di indonesia menuju era profesional


menjadikan asuhan keperawatan

pada pola asuhan per sistem. Perkembangan asuhan

keperawatan sistem maternitas sendiri sejak lama tidak lepas dari pembedahan, suatu
disiplin ilmu dari bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas

oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya peranan yang cukup besar
dari ahli dukun beranak (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien berobat ke ahli
dukun beranak tanpa memnadang derajat sosial dan pendidikan dan umumnya datang ke
Rumah Sakit setelah timbul penyulit atau sudah dalam stadium lanjut. Untuk
mengantisipasi masalah tersebut, salah satu fungsi dari peranan perwat adalah
mensosialisasikan pada masyarakat umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang
sebenarnya tidak perlu tejadi.
Oleh karena itu,kami menyusun makalah yang berjudul Konsep Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Plasenta Previa. Dengan harapan sebagai perawat kita mampu
memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan plasenta previa, sehingga kita pun
mampu memberi asuhan keperawatan keluarga yang tepat dan komfrehensif, yang meliputi
pengkajian perumusan diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan.
2. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah menyelesaikan seminar ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan asuhan
keperawatan keluarga denganplasenta previa.
2. Tujuan Intruksional Khusus
a. Menjelaskan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan plasenta previa
Menjelaskan diagnosa pada asuhan keperawatan dengan plasenta previa Menjelaskan
perencanaan pada asuhan keperawatan keluarga dengan plasenta previa.
3. RUANG LINGKUP PENULISAN
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah meliputi tinjauan teoritis plasenta previa,
konsep asuhan keperawatan keluarga pada plasenta previa dan aplikasi kasus asuhan
keperawatan keluarga dengan plasenta previa.
4. METODE PENULISAN
Metode penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan studi kepusatakaan.
5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.
2.
3.
4.
5.

Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penulisan
Metode penulisan
Sistematika penulisan

Bab II Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengertian
Klasifikasi
Etiologi
Menispestasi klinik
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan

Bab III Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Bab IV Aplikasi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga
Bab IV Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka

TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Placenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yaitu di
atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 0,6 % dari keseluruhan persalinan.
B. KLASIFIKASI
Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
1) Marginal placenta previa
Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang.
2) Incomplete / Parsial placenta previa
Menyiratkan penutupan tak sempurna.
3) Total / Complete placenta previa
Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya berdilatasi.

4) Implantasi rendah / low-lying implantasi


Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih rendahtapi
jauh dari tulang
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi
berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasiuterus,
kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebihrendah
merupakan sebuah teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.Selain itu,
kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaanyang lebih besar untuk
implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan
juga pembuluh darah yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai
darah pada daerah itu, faktor

predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan

berikutnya.
D. MANIFESTASI KLINIK
1) Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
2) Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan atau
menyebabkan syok hipovolemik.
3) Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu temuan yang
kebetulan pada scan ultrasonik.
4) Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah merentang dantipis, saat
sobek dan perdarahan terjadi di lokasi implantasi bawah.
5) Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran mulai atau
hingga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan berlebih-lebih pada total
previa. Perdarahan yang merah terang mungkin terjadi secara intermitten, saat
pancaran, atau lebih jarang, mungkin juga berlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita
sedang istirahat atau di tengah-tengah aktifitas. Kebetulan kejadian ini tidak pernah
terjadi kecuali jika dilakukan pengkajian vaginal atau rektal memulai perdarahan
dengan kasar sebelum atau selama awal kehamilan.
6) Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit. Bagaimanapun jika
perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan kelahiran, wanita mungkin
mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi uterus.
7) Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus biasanya
lebih besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya karena placenta previa
menghalangi turunnya bagian-bagian janin.
8) Manuver leopod mungkin menampakkan

fetus

pada

posisi

miring

atau

melintangkarena abnormalitas lokasi implantasi placenta.


9) Seperti kaidah, fetal distress atau kematian janin terjadi hanya jika bagian penting
placenta previa terlepas dari desidua basilis atau jika ibu menderita syok hipovolemik.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah placentamelapisi
cervik tidak biasa diungkapkan.
2) Sinar X

Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagiantubuh


janin.
3) Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya didalam
batas normal.
4) Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesudah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure).
Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukandi ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5) Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6) Amniocentesis
Jika 3536 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] ataukehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan
jika paru-paru fetal sudah mature.
F. PENATALAKSANAAN
1) Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasiendirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upayadiagnosis
dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat pemberian terapi ekspektatif :
a) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b) Belum ada tanda-tanda in partus.
c) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
d)Janin masih hidup.
Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usiakehamilan,
profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
Nifedipin 3 x 20 mg/hari
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar

ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinankeadaan gawat

darurat.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama, pasien
dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien diluar kota dan
jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segerakembali ke RS

apabila terjadi perdarahan ulang.2.


2) Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan,


setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
Kehamilan 37 minggu (BB 2500 gram) dan in partu
Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal :
anensefali).
Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5atau 3/5
pada palpasi luar).

Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :


1) Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,sehingga
walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan initetap

dilakukan.
Tujuan SC antara lain :
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksidan
menghentikan perdarahan.
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika janin

dilahirkan pervaginam
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehinggacervik
uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selainitu, bekas
tempat implantasi placenta sering menjadi sumber perdarahankarena adanya

perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.


Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan,infeksi,

dan keseimbangan cairan dan elektrolit.


2) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut

dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :


Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan
> 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placentakan mengikuti
segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jikakontraksi uterus belum ada

atau masih lemah akselerasi dengan infusoksitosin.


Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade placenta
dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin

yang masih hidup.


Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi bebansecukupnya
sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placenta
dan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya
dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PLASENTA PREVIA
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus tentang keluarga yang di binanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (yang digunakan
setiap hari), lugas, dan sederhana.
Pada kegiatan pengkajian ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
1. Membina hubungan baik. Hubungan yang baik antara perawat-klien (keluarga)
merupakan modal utama pelaksanaan asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat
dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapeutik yang merupakan strategi perawat
untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Beberapa hal yang perlu dilakukan.
a. Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.
b. Menjelaskan tujuan kunjungan.
c. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.
d. Menjelaskan lugs kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan.
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan perawat.
2. Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan.
3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua). Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk
memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang
berorientasi pada pengkajian awal. Perawat perlu mengungkap keadaan keluarga
hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara,
observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan

menggunakan data sekunder.


Data yang perlu diperoleh dari pengkajian
1. Berkaitan dengan keluarga
a. Data demografi dan sosiokultural
b. Data lingkungan
c. Struktur dan fungsi keluarga
d. Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga
e. Perkembangan keluarga

2. Berkaitan dengan individu sebagai anggota, keluarga,


a. Fisik
b. Mental
c. Emosi
d. Sosial
e. Spiritual
(contoh, hasil laboratorium, hasil foto rontgen, rekam kesehatan unit pelayanan kesehatan,
catatan lain yang dapat dipercaya keakuratannya, clan sebagainya). Dalam pengumpulan data
yang perlu dikaji adalah:
Data umum
Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan telepon, pekerjaan KK, pendidikan KK,
dan komposisi keluarga. Selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya.
No Nama

JK

Hub.
Kel.
KK

Umur

Pendidikan

Ket.

Status Imunisasi
BCG

Polio

DPT Hepatitis

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

Campak

Tipe keluarga, yang menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
Suku bangsa, yang mengkaji asal/suku bangsa keluarga (pasangan), dapat digunakan untuk
mengidentifikasi budaya suku keluarga yang terkait dengan kesehatan, juga dapat
mengidentifikasi Bahasa seharihari yang digunakan oleh keluarga.
Agama, yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang dapat
memengaruhi kesehatan.
Status sosial ekonomi, pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan
tindakan keluarga dalam mengatasi maslah dalam keluarga. Sebaliknya dengan tngkat
pendidikan tinggi keluarga akan mampu mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan
untuk menyelesaikan masalah.
Aktivitas rekreasi keluarga, yang dimaksud rekreasi keluarga bukan hanya bepergian ke
luar rumah secara bersama atau sendiri menuju tempat rekreasi tetapi kesempatan berkumpul
di rumah untuk menikmati hiburan radio atau televisi bersama juga bercengkerama.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh
usia anak tertua dari keluarga inti.
Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Bagian ini menjelaskan tentang
tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh keluarga. Juga dilakukan
pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan upaya yang telah
dilakukannya..
Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit,
upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kesehatan.
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atasnya), yang menjelaskan riwayat
kesehatan generasi di atas orang tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut
tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.
Pengkajian Lingkungan
Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni
keluarga meliputi lugs, ripe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, peletakan
perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan mck (mandi, cuci, dan
kakus), sarana air bersih dan minum yang digunakan.
Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang karakteristik dari

tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal, meliputi kebiasaan,
seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/kesepakatan pencluduk setempat, dan
budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.
Mobilitas geografts keluarga menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga.
Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan
sering berkunjung pada kelurga yang dibina.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
Sistem pendukung keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat clan fasilitas
keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain).
Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan), clukungan psikologis
anggota keluarga atau masyarakat, clan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat
digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
Struktur Keluarga
Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa
pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan
komunikasi. Perlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang juga mempengaruhi komunikasi
keluarga.
Struktur kekuatan keluarga menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan. Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain
untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan dan
akan timbul perasaan di hargai dalam keluarga.
Struktur peran keluarga, yang menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik dikeluarga atau masyarakat. Bila anggota keluarga dapat
menerima melaksanakan perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan
menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
Nilai atau norma keluarga, manjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku individu masing-masing anggota
keluarga yang ditempatkan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam
keluarga.
Fungsi Keluarga
Fungsi afektif, keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga
yang sakit skabies akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari
anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Fungsi sosialisasi, Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.

Fungsi perawatan kesehatan, dikaitkan dengan kemampuan keluarga di bidang


keseahatan yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidak sanggupan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, akibat, pencegahan, perawatan
dan pengobatan skabies.
2. Memutuskan tindakan yang kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarg yang
mempunyai kemampuan memutuskan dan menentukan tindakan. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan
teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya
masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.
4. Menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu
penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa disebabkan
karena tebatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang
tidak memenuhi syarat.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu
anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar
masalah teratasi.
Fungsi reproduksi, keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secar universal,
diantaranya ; seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
Fungsi ekonomi, keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
kebutuhan makan, pakaian dan tempta untuk berlindung (rumah). Dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek, adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih kurang 6 bulan.
2) Stresor jangka panjang, adalah stresor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih dari 6 bulan.

3) Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor, menjelaskan bagaimana keluarga


berespons terhadap stresor yang ada.
4) Strategi koping yang digunakan, menjelaskan tentang strategi koping (mekanisme
pembelaan) terhadap stresor yang ada.
5) Disfungsi strategi adaptasi, menjelaskan tentang perilaku keluarga yang tidak adaptif
ketika mempunyai masalah.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan tidak berbeda
jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit) meliputi pengkajian kebutuhan
dasar individu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang perlu.
Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
2. PENGKAJIAN FOKUS
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan
pengkajian dengan menggunakan formulir yang dapat digunakan pada semua tahap
perkembangan keluarga (terlampir).
Meskipun demikian perawatan perlu melakukan pengkajian fokus pada tiap
perkembangan yang didasari oleh:
1. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda karena
ada perubahan anggota keluarga (dapat bertambah atau berkurang).
2. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan keluarga yang
harus dilakukan.
3. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda.
Keluarga yang baru menikah
Pengkajian data fokus meliputi:
Kapan pertemuan pasangan?
Bagaimana hubungan sebelum menikah?
Bagaimana pasangan ini memutuskan menikah?
Adakah halangan terhadap perkawinan mereka (sebutkan)?
Bagaimana respons anggota keluarga terhadap perkawinan?
Bagimana kehidupan di-lingkungan keluarga asal, termasuk orientasi keluarga dari kedua
orang tua?
Siapa orang lain yang tinggal serumah setelah perkawinan?
Bagimana hubungan dengan saudara ipar?
Bagaimana keadaan orang tua masing-masing clan hubungannya dengan orang tua setelah
perkawinan?
Bagaimana rencana mempunyai anak?
Berapa lama waktu berkumpul setiap hari?

Bagaimana rutinitas (secara individu: swami clan istri) setelah perkawinan?


Bagaimana pelaksanaan tugas clan fungsi keluarga?
Keluarga dengan anak baru lahir (sampai usia 30 bulan)
Pengkajian data fokus meliputi:
Bagaimana riwayat kehamilan anak ini?
Bagaimana riwayat persalinan anak?
Bagaimana perawatan anak setelah lahir sampai usia 2 minggu?
Bagaimana perawatan anak sampai usia satu tahun?
Adakah orang lain yang serumah setelah anak lahir dan apa hubungannya?
Siapakah yang mengasuh anak setiap hari?
Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan anak?
Siapa yang memberikan stimulus dan latihan kepada anak dalam rangka pemenuhan
tumbuh kembangnya?
Bagaimana perkembangan anak dan ketrampilan yang dimiliki anak dicapai pada usia
berapa?
Adakah sarana untuk stimulus tumbuh kembang anak?
Pernahkah

anak

menderita

sakit

serius,

apa

jenisnya,

kapan

waktunya, berapa lama, clan dirawat di rumah sakit atau tidak?


Bagaimana pencapaian perkembangan anak saat ini?
Kemampuan apa yang dimiliki anak saat ini.
Bagaimana harapan keluarga terhadap anak?
Bila perlu gunakan Skala DDST.
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Keluarga dengan anak prasekolah
Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama di rumah dan adakdh sarana
stimulasinya?

Sudahkah anak diikutkan kegiatan play group?


Berapa lama waktu yang dimiliki oleh orang tua untuk berkumpul dengan anak setiap
hari?
Siapakah orang yang setiap hari bersama anak?
Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini?
Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Keluarga dengan anak usia sekolah
Bagaimana karakteristik teman bermain?
Bagaimana lingkungan bermain?
Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah?
Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh-kembang anak dan adakah sarana yang dimiliki?
Bagaimana temperamen anak saat ini?

Bagaimana pola anak jika menginginkan sesuatu barang?


Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak?
Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini?
Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah?
Sudahkah memperoleh imunisasi ulangan selama di sekolah?
Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain?
Adakah penyakit yang muncul clan dialami anak selama masa ini?
Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya?
Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Keluarga dengan anak usia remaja
Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah?
Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu Luang?
Bagaimana perilaku anak selama di rumah?
Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau
bermain?
Siapa saja yang berada di rumah selama anak remaja di rumah?
Bagaimana prestasi anak di sekolah clan prestasi apa yang pernah diperoleh anak?
Apa kegiatan di luar rumah selain sekolah, berapa kali, berapa lama, dan dimana?
Apa kebiasaan anak di rumah?
Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri?
Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak?
Siapa yang menjadi figur bagi anak?
Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Keluarga dengan anak dewasa (mulai lepas)
Bagaimana karakteristik pasangan anaknya?
Bagaimana hubungan anak terhadap orang tua dan mertua setelah menikah?
Apakah anak yang telah menikah tinggal bersama atau lepas dari orang tua?
Bila tidak, anak yang telah menikah tidak tinggal serumah, dimana tinggalnya dan
berapa lama/frekuensi anak bertemu dengan orang tua?
Bagaimana hubungan antara anak yang telah menikah dengan adiknya?
Bagiamana perasaan orang tua setelah anak menikah?
Bagaimana orang tua membentuk jaringan dengan anak?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga yang dilaksanakan?
Keluarga usia pertengahan
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?
Bagaimana hubungan anak dengan orang tua?
Adakah orang lain yang tinggal serumah, bagaimana hubungan keluarga?

Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah anak tidak lagi serumah?


Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Keluarga lansia
Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja atau ditinggal pasangannya?
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?
Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, bagaimana frekuensi, clan berapa frekuensi
kunjungan anak?
Adakah orang yang menernam setiap hari?
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati,
terdiri dari :
1. Masalah/problem (P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang di alami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
2. Penyebab/etiologi (E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah
dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil
keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Tanda/sign (S) adalah sekumpulan data subyektif dan obyektif yang di peroleh perawat
dari keluarga secara langsung atau tidak, yang mendukung masalah dan penyebab.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Diagnosis aktual adalah masalah kepeawatan yang sedang dialami oelh keluarga dan
memerlukan dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosis resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila
tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Apabila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu, perlu dilakukan
skoring. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya
(1978).
N

KRITERIA

O
1

Sifat masalah

SKOR

Aktual (Tidak/kurang sehat)

Ancaman kesehatan

Keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat diubah

BOBOT

Mudah

Sebagian

Tidak dapat
Potensi masalah untuk dicegah

Tinggi

Sedang

Rendah
Menonjolnya masalah

Masalah berat, harus segera ditangani

Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1

2
1

ditangani
0
Masalah tidak dirasakan
Berikut proses skoring untuk setiap diagnosis keperawatan :
1.
2.
3.
4.

Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang telah dibuat.


Skor dibagi denga skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5).
Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :
skor yang diperoleh
x bobot
skor tertinggi

5. Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak/kurang sehat karena perlu
tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.
6. Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tuindakan untuk menangani
masalah.
Sumber daya keluarga ; fisik, keuangan, tenaga.
Sumber daya perawat ; pengetahuan, keterampilan, waktu.
Sumber daya lingkungan ; fasilitas, organisasi, dan dukungan.
7. Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit.
Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.
Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah.
Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi
parah.
8. Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai
masalah keperawatan tersebut.
Dalam merumuskan diagnosa dalam keperawatan keluarga perlu dilakukan prioritas
masalah dan adanya kriteria prioritas masalah.
a. Prioritas masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1) Tidak mungkin masalah-masalah keehatan dan keperawatn yang ditemukan dalam
keluarga dapat diatasi sekaligus.
2) Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kehidupan
keluarga seperti masalah penyakit.
3) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarg terhadap asuhan
keperawatan yang akan diberikan.
4) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.

5) Sumber

daya

keluarga

yang

dapat

menunjang

pemecahan

masalah

kesehatan/keperawatan keluarga.
6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b. Kriteria prioritas masalah
Beberapa kriteria dalam penyusunan prioritas masalah menurut effendy (1998;52).
1) Sifat masalah, dikelompokan menjadi : ancaman kesehatan, keadaan sakit atau
kurang sehat dan situasi krisis.
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan
dan kesehatan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah skabies dapat dirubah adalah :
a. Pengetahuan dan tindakan untuk menangani masalah skabies.
b. Sumber daya keluarga, diantaranya adalah keuangan, tenaga, sarana dan
prasarana.
c. Sumber daya perawatan, diantaranaya adalah pengetahuan dan keterampilan
dalam penanganan masalah skabies serat waktu.
d. Potensi masalah skabies untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah
skabies yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan dan kesehatan.
4. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada
masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.
Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang bertujuan:
1. Menstimulasi kesadaran atau pencrimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara:
Memberikan informasi yang tepat.
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:
Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki clan ada di sekitar keluarga.
Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan
cara:
Mendemonstrasikan cara perawatan.
Menggunakan alat clan fasilitas yang ada di rumah.
Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara:
Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya,

dengan cara:
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan keluarga
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan:
1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan
kondisi klien.
1.

Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi dengan pancaindra
perawat yang objektif.

2.

Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga
dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.

BAB IV
APLIKASI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. DENGAN
PLASENTA PREVIA
1.
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PENGKAJIAN
Data umum
Nama KK
: Tn. A
Usia
: 33 tahun
Alamat
:
Pekerjaan
: wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Komposisi Keluarga
Ket.

Status Imunisasi
No

Nama

JK

Hub.

Kel.

Umur Pendidikan C

KK

Ny. T

Istri

29

SMA

An. N

An. Kandung

10

SD

Polio
1

DPT

Hepatitis

Cam

3 4

pak

Genogram
X

Keterangan:
: Laki-laki
:Perempuan
X

: Klien
: Menikah

: Tinggal Serumah

: Sudah meninggal

: Garis keturunan

7. Tipe keluarga
Keluarga Tn. A termasuk keluarga keluarga inti, tang terdiri dari ayah, ibu dan 1 orang
anak.
8. Suku bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku Sunda, Indonesia.
9. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama islam dan mereka selalu taat beribadah dan
menjalankan perintah YME
10. Status social ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga Tn. A sebagai pedagang kerudung menurut pengakuan Ny.T
penghasilan suaminya sudah cukup untuk keperluan sehari-hari dan sedikit-sedikit
sudah bisa menyisakan penghasilannya untuk ditabung.
Penghasilan keluarga : Rp.1.500.000,-perbulan yang diperoleh dari hasil kerja Tn.A,
dengan rata-rata pengeluaran perbulannya Rp. 1.200.000,-.
11. Aktivitas rekreasi keluarga:
Kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak kadang bermain dengan teman-temannya dan
sekali-kali pergi berenang, menonton tv pada malam hari, sesekali Ny.T mengunjungi
saudara-saudaranya yang tinggal agak jauh dari rumahnya.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga Tn. S mempunyai 1 orang anak yang berumur 10 tahun Tn. A berada pada
tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
Tugas yang telah dipenuhi pada tahap perkembangan keluarga Tn. A yaitu, membantu
sosialisasi anak , tetangga, sekolah dan lingkungan, mempertahankan keintiman
pasangan, memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tn.A cukup berhasil dalam memenuhi seluruh tugas pada tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti :
Pada saat dikaji Ny.T sedang dalam keadaan
oleh Ny.T bahwa ia sering merasakan nyeri

hamil, keluhan yang dirasakan

keluhan itu dirasakan sejak usia

kehamilan 4 bulan itupun terjadi kalau Ny.T capek/banyak jalan dan keluhan akan
berkurang bila Ny. T banyak istirahat.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Ny.T mengatakan bahwa ibunya telah meninggal 2 tahun yang lalu akibat kanker
ovarium yang dideritanya.
C. Data Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah yang ditempati 54 m2 (lebar 6 m dan panjang 9 m),terdiri dari 2 kamar
tidur,1 kamar mandi dan WC,dapur,ruang keluarga,dan ruang tamu. Tipe bangunan
rumah adalah permanen.keadaan lantai terbuat dari kramik. Sumber air minum yang
digunakan adalah dari air sumur yang dimasak. WC yang ada memiliki septic tank.

A : Ruang Tamu
B : Kamar Tidur

C : Ruang Keluarga
D : Kamar Tidur

E : Dapur
F : Kamar Mandi

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya:.


B

Tetangga klien yang ada sekitar rumah ramah-ramah. Klien tinggal di wilayah
perkotaan sehingga jarak rumah satu dengan yang lain cukup dekat. Warga memiliki
kebiasaan dan tradisi mengadakan pengajian tiap malam rabu. Pengajian ini
berlangsung di madrasah yang letaknya tidak jauh dari rumah klien. Penduduk
setempat juga mempunyai kesepakatan apabila ada warga baru dan ada tamu yang
menginap harap lapor pada RT/RW.
3. Mobilitas geografis keluarga:
Keluarga ini tidak pearnah pindah tempat tinggal sejak menikah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
Ny.T selalu mengikuti pengajian setiap malam rabu dan anaknya juga mengikuti
pengajian di MDA yang letaknya tidak jauh dari rumah klien.
5. Sistem pendukung keluarga:
Ny.T sedikit demi sedikit sudah mulai menabung untuk persiapan persalinannya tapi
kadang-kadang terpakai oleh anak pertamanya untuk jajan atau kebutuhan sehari-hari.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Ny.T mengatakan komunikasi dilakukan secara baik antar keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
Klien memberi nasehat kepada anaknya bagaimana cara berperilaku yang baik, sopan
santun, tatakrama. Untuk kekuatan keluarga masih tetap berada pada Tn. A, Tn. A selalu
megingatkan Ny. T untuk senantiasa memeriksakan kandungannya.
3. Struktur Peran:
Ny.T tetap menjadi ibu rumah tangga yang masih bisa mengatasi anaknya, terkadang
suaminya juga ikut dilibatkan dalam mengatasi anaknya.
4. Nilai atau norma keluarga:
Nilai yang dianut keluarga Ny.T masih menyesuaikan dengan nilai agama dan norma
yang berlaku di masyarakat walaupun Ny.T merasa pusing dan cape tetapi

Ny.T

menyadari bahwa anak adalah rizki dari Tuhan YME.


E. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif
Keluarga klien saling memberikan perhatian dan kasih sayang. Klien selalu mendukung
apa yang dilakukannya selama dalam batas kewajaran dan tidak melanggar etika dan
sopan santun. Diterapkannya demokrasi dalam mengatasi permasalahan keluarga.
Fungsi Sosial
Interaksi antar anggota keluarga terjalin baik, masing-masing anggota keluarga masih
memperhatikan dan menerapkan etika atau sopan santun dalam berperilaku.
Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a) Mengenal masalah kesehatan
Ny.TT segera pergi ke bidan pada saat kehamilannya trimester I. Pada saat dikaji
Ny.TT belum mengetahui tentang kehamilan dengan gangguan plasenta previa.
b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Ny.T rutin pergi ke bidan untuk memeriksakan kandungannya.


c) Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Tn.A selalu mengantar Ny.T apabila periksa ke bidan.
d) Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat
Keluarga Ny.T sedikit tahu dalam memodifikasi lingkungan dengan cara
membuka pintu setiap pagi dan menutup segera jendela pada saat menjelang
malam, juga menciptakan suasana rumah nyaman karena Ny.T sedang hamil.
e) Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Pada saat Ny.T ada keluhan Tn. A selalu siap untuk mengantar Ny. T pergi ke
bidan untuk memeriksakan kandungannya.
12. Fungsi Reproduksi:
a. jumlah anak yang dimiliki Tn.A dan Ny. T ada 1 orang anak laki-laki.
b. Keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dengan menjaga jarak
kelahiran anak satu dengan anak yang lain.
c. Tn.S dan Ibu.M menggunakan metode program KB jenis IUD atau spiral sejak
tahun 2004 sampai sekarang.
Fungsi Ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan dari
pendapatan yang diterima perbulan serta keluarga mampu menyisihkan
pendapatannya untuk keperluan yang tidak terduga.
b. Stres dan Koping Keluarga
13. Stresor yang dimiliki:
Kadang-kadang Tn.A merasa repot dan bingung ketika menghadapi Ny.T yang
sering merasakan nyeri sehingga mengganggu aktifitasnya.
14. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor:
Kadang-kadang Ny.T suka tidak bisa mengendalikan kerepotannya karena dia
merasa kehamilan yang sekarang tidak nyaman karena mudah lelah
15. Strategi Koping yang digunakan:
Keluarga menerima kehamilan Ny.T yang sekarang walaupun merasa kerepotan
karena pada kehamilan yang sekarang Ny. T mudah lelah.
16. Strategi adaptasi disfungsional
Tn.A suka menegur istrinya kalau susah makan, dan jika Ny. T mengeluhkan
tentang masalah kehamilannya Tn. A selalu menganjurkan dan siap mengantarkan
Ny. T untuk memriksakan kehamilannya ke bidan
No.
1.

Pemfis
Kesadaran

2.

TTV

4.

5.

Tn.A
Compos

Ny.T
Compos

An.N
Compos

Mentis

Mentis

Mentis

- TD:

120/70 mmHg

90/70 mmHg

Tidak dikaji

-Nadi:

80x/mnt

86x/mnt

70x/mnt

-Respirasi:

24x/mnt

21x/mnt

22x/mnt

-Suhu:
Kepala

37C

36C

35C

-Warna Rambut

Hitam

Hitam

Hitam

-Tekstur

Agak kasar

Halus

Halus

-Kebersihan
Mata

Bersih

Bersih

Bersih

-Bentuk

Simetris

Simetris

Simetris

-Konjungtiva

Tidak Anemis

Tidak Anemis

Tidak Anemis

6.

7.

8.

9.

-Penglihatan

Normal

-Reflek Pupil
Telinga

Normal

-Bentuk

Simetris

Simetris

Simetris

-Lesi

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

-Serumen

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

-Pendengaran

Normal

Normal

Normal

-Nyeri
Mulut

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

-Bentuk

Simetris

Simetris

Simetris

-Mukosa Bibir

Lembab

Lembab

Lembab

-Kebersihan
Leher

Cukup bersih

Bersih

Bersih

-Bentuk

Simetris

Simetris

Simetris

-Pembesaran

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Normal

-Bentuk

Simetris

Simetris

Simetris

-Nyeri

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Datar

Besar

Datar

Normal

Kelenjar Tiroid
Dada

-Bunyi
10.

Normal

Napas

Tambahan
Abdomen
-bentuk

karena

sedang hamil
-fetus terletak

longitudinal
-ketinggian
fundus lebih
besar.
-nyeri

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

.
Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat berfungsi dengan baik, mampu memberikan
pelayanan yang baik dan tepat kepada siapa saja yang membutuhkan tidak hanya pasien di
rumah sakit tetapi juga warga masyarakat yang membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan.
jangan membeda - bedakan dalam memberikan pelayanan antara masyarakat yang miskin
dengan yang kaya.
N
O
1

DATA

PENYEBAB

MASALAH

DS :
Resiko perdarahan
a. Keluarga
mengatakan
belum Ketidaktahuan
mengetahui apa sebenarnya itu keluarga
tentang
plasenta previa.
plasenta previa.
b. Ny. T mengatakan mudah lelah.
DO :
a. Klien tampak lemah, lesu
b. Tanda-tanda vital

TD : 90/70 mmHg
N :86x/mnt
R : 21x/mnt

S : 36C

2. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tanggal
1

No
Dx
2

Diagnosa keperawatan
3

Perencanaan (Tujuan)
Jangka Panjang
Jangka Pendek

Evaluasi
Kriteria

4
5
6
Resiko
pendarahan Klien tidak lagi mengeluh Setelah dilakukan 1 x 30
berhubungan
dengan mudah lelah setelah 4-5 menit pertemuan keluarga
ketidaktahuan keluarga hari dengan kriteria, klein dapat,
1. Mengenal
masalah
tentang plasenta previa.
tidak lagi mengeluh lelah,
plasenta previa.
a. Keluarga
klien dapat beraktifitas
1.1. Menyebutkan
Respon Verbal :
mengatakan
dengan tenang.
dapat
pengertian
plasenta Keluarga
belum
menyebutkan
pengertian
previa.
mengetahui apa
dari plasenta previa.
sebenarnya itu
plasenta previa.
b. Ny.
T
mengatakan
mudah lelah.
DO :
a.Klien tampak lemah,
lesu
b. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
N :86x/mnt
R : 21x/mnt

S : 36C

Standar

Intervensi

Placenta previa

1.1.1. Kaji
adalah plasenta yang
tentang
previa.
berimplantasi
pada

pengetahuan
plasenta

segmen bawah rahim 1.1.2. Diskusikan


bersama
keluarga
tentang
yaitu di atas dan dekat
pengertian
plasenta
tulang cerviks dalam
previa.
dan menutupi sebagian
atau seluruh ostium 1.1.3. Evaluasi hal-hal yang
telah didiskusikan
uteri internum.
1.1.4. Beri
reinforcement
positif bila keluarga
dapat
menjawab
sesuai tindakan

1.2. Keluarga
mampu Respon Verbal :
dapat
menyebutkan penyebab Keluarga
-Penyebab
menyebutkan
penyebab
plasenta previa.
plasenta previa
previa :

plasenta

1.2.1. Kaji
pengetahuan
keluarga
tentang
bekas luka operasi
penyebab
plasenta
uterus.
previa.
kehamilan molar.
tumor.
kehamilan multiple / 1.2.2. Diskusikan bersama
keluarga
tentang
lebih
dari
satu.
penyebab
plasenta
pembuluh darah yang
previa.
sebelumnya mengalami
perubahan.
1.2.3. Evaluasi hal-hal yang
telah didiskusikan.
1.2.4. Beri
reinforcement
positif bila keluarga
dapat
menjawab
sesuai standar.

Respon Verbal :
1.3. Keluarga
mampu Keluarga
dan
gejala
dapat -Tanda
menyebutkan tanda dan menyebutkan 3 dari 5
plasenta previa :
tanda
dan
gejala
plasenta
gejala plasenta previa.
previa.
1) Rasa tak sakit,
perdarahan
uteri
2) rasa

pengetahuan
tak 1.3.1. Kaji
keluarga tentang tanda
nyaman
dan gejala plasenta
3) ketinggian
previa.
fundus
biasanya lebih 1.3.2. Diskusikan bersama
keluarga tentang tanda
besar
fetus
dan gejala plasenta
pada
posisi
previa.
miring.
4)
syok 1.3.3. Evaluasi hal-hal yang
telah didiskusikan.
hipovolemik.

BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi
fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan
data sekunder.
b. Diagnosa keperawatan dalam keluarga yang membedakan dengan diagnosa lain adalah dari
penyebab/etiologi (E), adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang
tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
c. Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan
tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan pada rencana keperawatan yang
telah disusun.
e. Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya.
2. SARAN
a. Dalam pengkajian pada asuhan keperawatan dengan plasenta previa sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh agar dapat menyusun diagnosa sesuai dengan keadaan keluarga tersebut.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan plasenta previa
sebaiknya dibuat sesuai dengan data-data yang telah diperoleh dari pengkajian sebelumnya,
serta harus dilakukan penyusunan prioritas masalah yang sesuai dengan keadaan klien.
c. Perencanaan pada asuhan keperawatan keluarga dengan plasenta previa harus disesuaikan
dengan tujuan umum yang mengacu pada masalah serta tujuan khusus yang mengacu pada
etiologi. Selain itu juga dalam perencanaan keluarga seharusnya disesuaikan dengan kriteria
dan standar yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suprajitno, S.kp. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


2. Murwani, Arita S.Kep. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: MITRA CENDIKIA
Press.
3. http://www.scribd.com/doc/144602407/ASUHAN-KEPERAWATAN-KELUARGADENGAN-GANGGUAN-PLACENTA-PREVIA-docx
4.

Anda mungkin juga menyukai