Anda di halaman 1dari 8

BAB III

STRATIGRAFI

Pada bab stratigrafi akan dijelaskan mengenai urutan batuan yang


terbentuk, baik secara regional maupun urutan terbentuknya satuan batuan di
daerah penelitian. Urutan pembahasannya meliputi unsur-unsur stratigrafi, yaitu
pemerian litologi, penamaan batuan, unsur perlapisan, struktur sedimen, hubungan
antara batuan yang satu dengan yang lain, penyebarannya secara vertikal dan
lateral, serta dinamika pengendapan dan lingkungan pengendapannya.
3.1. Stratigrafi Regional
Daerah pemetaantermasuk ke dalam zona Pegunungan Selatan Bagian
Barat yang pada umumnya tersusun oleh batuan sedimen volkaniklastik dan
batuan

karbonat.

Batuan

volkaniklastik

sebagian

besar

terbentuk

oleh

pengendapan gaya berat (gravity depositional processes) yang menghasilkan


endapan kurang lebih setebal 4000 meter. Hampir keseluruhan batuan sedimen
tersebut mempunyai kemiringan ke arah selatan. Urutan stratigrafi penyusun
Pegunungan Selatan Bagian Barat dari tua ke muda adalah :
1. Formasi Kebo
Formasi ini terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir tufaan, serpih
dan lanau. Di beberapa tempat dijumpai adanya lava bantal dan intrusi diorit.
Ketebalan formasi ini sekitar 800 meter dan diendapkan di lingkungan laut,
dan pada umumnya memperlihatkan endapan aliran gravitasi (gravity-flow
deposits).
20

21

2. Formasi Butak
lokasi tipe formasi ini terdapat di Gunung Butak yang terletak di Subzona Baturagung. Formasi ini tersusun oleh litologi breksi, batupasir tufaan,
konglomerat batuapung, batulempung dan serpih yang memperlihatkan
perselingan, dan menunjukkan ciri endapan aliran gravitasi di lingkungan
laut. Formasi ini berumur Oligosen. Ciri Formasi Kebo dan Formasi Butak di
beberapa tempat tidak begitu nyata sehingga, pada umumnya beberapa
peneliti menyebutnya sebagai Formasi Kebo-Butak yang berumur Oligosen
Atas (N1-N3).
3. Formasi Mandalika.
Tipe lokasi formasi ini terdapat di Desa Mandalika. Formasi ini memiliki
ketebalan antara 80-200 m. Formasi ini tersusun oleh lava andesitik-basaltik,
porfiri, petite, rhyolite dan dasit; dasit, lava andesitik, tuff dasit dengan
dioritik dyke; lava andesitic basaltic trachytik dasitik dan breksia andesitic
yang ter-prophyliti-kan; andesite, dasit, breksia vulkanik, gamping kristalin;
breksia, lava, tuff, dengan interkalasi dari batupasir dan batulanau yang
memperlihatkan ciri endapan darat. Satuan ini beda fasies menjari dengan
Anggota Tuff dari Formasi Kebobutak.
4. Formasi Semilir.

22

Formasi ini tersingkap baik di Gunung Semilir di sekitar Baturagung,


terdiri dari perselingan tufa, tufa lapili, batupasir tufaan, batulempung, serpih
dan batulanau dengan sisipan breksi, sebagai endapan aliran gravitasi di
lingkungan laut dalam. Formasi ini berumur Oligosen Awal (N1-N2).
5. Formasi Nglanggran.
Lokasi tipenya adalah di Desa Nglanggran. Formasi ini terdiri dari breksi
dengan sisipan batupasir tufaan, yang memperlihatkan sebagai endapan aliran
gravitasi pada lingkungan laut. Formasi ini berumur Oligosen Akhir (N3).
Formasi Nglanggran, pada umumnya selaras di atas Formasi Semilir, akan
tetapi di tempat-tempat lainnya, kedua formasi tersebut saling bersilang jari
(Surono, 1989).
6. Formasi Sambipitu.
Lokasi tipe nya terdapat di Desa Sambipitu. Formasi ini tersusun oleh
perselingan

antara

batupasir

tufaan,

serpih

dan

batulanau,

yang

memperlihatkan ciri endapan turbidit. Di bagian atas sering dijumpai adanya


struktur slump skala besar. Satuan ini selaras di atas Formasi Nglanggran, dan
merupakan endapan lingkungan laut pada Miosen Awal bagian tengah
Miosen awal bagian akhir (N6 - N8).
7. Formasi Oyo.
Formasi ini tersingkap baik di Kali Oyo sebagai lokasi tipe nya, terdiri dari
perselinga batu gamping bioklastik, kalkarenit, batu gamping pasiran dan
napal dengan sisipan konglomerat batugamping. Satuan ini diendapkan pada
lingkungan paparan dangkal pada Miosen Tengah (N10-N12).

23

8. FormasiWonosari.
Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya,
membentuk morfologi karts, terdiri dari batugamping terumbu, batugamping
bioklastik berlapis dan napal. Satuan batuan ini merupakan endapan karbonat
paparan (carbonate plateform) pada Miosen Tengah hingga Miosen Akhir
(N9-N18). Formasi Wonosari ini mempunyai hubungan selaras di atas
Formasi Oyo, akan tetapi di beberapa tempat, bagian bawah formasi ini saling
berhubungan silang jari dengan Formasi Oyo.
9. FormasiKepek.
Lokasi tipe nya terdapat di Kali Kepek, tersusun oleh batu gamping dan
napal dengan ketebalan mencapai 200 m. Litologi satuan ini menunjukkan
ciri endapan paparan laut dangkal dan merupakan bagian dari system endapan
karbonat paparan pada umur Miosen Akhir (N15-N18). Formasi ini
mempunyai hubungan silang jari dengan satuan batugamping terumbu
Formasi Wonosari. Di atas batuan karbonat tersebut, secara tidak selaras
terdapat satuan batulempung hitam, dengan ketebalan 10 meter. Satuan ini
menunjukkan ciri sebagai endapan danau di daerah Batu retno pada waktu
Plistosen. Selainitu,daerah setempat terdapat laterit berwarna merah sampai
coklat kemerahan sebagai endapan terrarosa, yang pada umumnya menempati uvala
pada morfologi karst.

24

Di lokasi lainnya, hubungan antara sedimen volkanoklastik dan sedimen


karbonat tersebut berubah secara berangsur (Surono et al., 1989)

Gambar7.Stratigrafi Pegunungan Selatan, Jawa Tengah (Surono, et al. 1992) dan


penarikan umur absolute menurut peneliti terdahulu

25

3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian


Pada daerah penelitian penamaan dan pengelompokan satuan batuan
mengikuti kaidah penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi yang bersendikan
ciri litologi, meliputi kombinasi jenis batuan, sifat fisik batuan, kandungan fosil,
keseragaman gejala atau genesa, dan kenampakan khas pada tubuh batuan di
lapangan yang dipetakan pada skala 1 : 12.500.
Satuan litostratigrafi daerah penelitian didasarkan pada pengamatan fisik
litologi di lapangan, analisis petrografi untuk penentuan nama batuan, analisis
paleontologi untuk menentukan umur dan lingkungan pengendapannya, serta studi
pustaka regional daerah penelitian. Urutan stratigrafi daerah penelitian disusun
secara sistematis berdasarkan data pengukuran di lapangan dan analisis dalam
peta geologi, meliputi jenis dan urutan perlapisan, ketebalan, hubungan stratigrafi,
umur dan lingkungan pengendapannya.
Berdasarkan uraian di atas dan setelah melalui berbagai pekerjaan
lapangan serta analisis data lapangan, maka daerah penelitian dapat dibagi
menjadi 4 satuan litostratigrafi tidak resmi. Berurutan dari satuan paling tua
sampai yang paling muda adalah: (1) Satuan Batupasir, (2) Satuan Breksi Polimik,
(3) Satuan Breksi Tuff (4) Endapan campuran.
3.2.1

Satuan Batupasir

26

Satuan batupasir dengan warna relatif cerah abu-abu hingga gelap pada
atas dengan struktur gradasi normal,laminasi perlapisan,masif hingga
silang siur, diendapkan dengan mekanisme turbidit berdasarkan sekuen
bouma bagian dari model Ta, Tb, Tc, dengan dominasi ukuran butir
menghalus keatas (Fining Upward). Pada satuan ini terdapat sisipan breksi
andesit berdasarkan analisis purba di dapatkan arah pengendapan dari
U TL dan B BL.
3.2.2

Satuan Breksi Polimik


Satuan breksi polimik dengan warna abu-abu gelap hitam, struktur
masif, sortasi dominan buruk, menyudut tanggung, kemas terbuka,
diendapkan dengan mekanisme Ta serta dengan sisipan perselingan
batupasir-lempung dengan struktur laminasi dengan mekanisme Tb.
(Bouma, 1962).

3.2.3

Satuan Breksi Tuff


Satuan breksi tuff dengan warna dominan abu-abu cerah putih terdiri
dari anggota litologi batupasir dengan matriks pasir sedang, abu kasar
dengan sedikit kerikil, serta perselingan batulanau dan batulempung,
struktur laminasi gradasi terbalik, silang siur dengan mekanisme turbidit
unit Tc, Td, Ta (Bouma, 1962). Berdasarkan analisi arus purba pada
litologi breksi tuff didapatkan arah paleo current dengan arah BD Tatau
TL - T.

27

3.2.4

Endapan Campuran
Endapan campuran terdiri dari material hasil rombakan batuan sekitar,
endapan sungai serta merapi muda dengan ukuran lempung kerikil.

Anda mungkin juga menyukai