Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik I dengan judul percobaan


Penentuan Kesetimbangan Fasa Cair yang disusun oleh :
Kelompok
Anggota kelompok

: II ( Satu )
:
1; Achmad Zulkifli
2; Alfi Syahar Arrozani
3; Andi Nirwna
4; Fatmawati
5; Miftahul Djannah Abuhair
6; Ni Putu Eka Utari
7; Nurlathifah Djamaluddin

Kelas

: Pendidikan kimia

telah diperiksa dan diteliti oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan
diterima.
Makassar,
Koordinator Asisten

Juni 2015

Asisten

(Muh.Fajar Marsuki, S.Pd)

(Nur Ilmayanti)
Mengetahui,
Dosen penanggung jawab

( Jusniar, S.Pd, M.Pd )


NIP: 1972 0317 200501 2001

A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan tetapan kesetimbangan dalam fasa cair
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menetukan tetapan kesetimbangan Kc, esterifikasi asam asetat.
C. LANDASAN TEORI
Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem, yang dapat
dipisahkan secara mekanik; serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat
fisika. Jadi suatu sistem mengandung cairan dan uap masing-masing mempunyai
bagian daerah yang serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama di semua
bagian pada uap tersebut. Dalam fasa cair kerapatannya serbasama di semua bagian
pada cairan tersebut, tetapi kerapannya serbasama disemua bagian pada cairan
tersebut, tetapi kerapatannya berbeda dengan di fasa uap. Contoh lainnya adalah air
yang berisi pecahan-pecahan es merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua fasa,
yaitu fasa yang wujud padat (es) dan fasa yang berwujud cair (air)
(Rohman dan Mulyani, 2004: 155).
Untuk suatu sistem reaksi dalan fasa cair dengan persamaan reaksi umum:
aA + bB

cC + dD

Besarnya energi bebas untuk reaksi tersebut pada suhu dan tekanan tetap dirumuskan
secara matematik sebagai berikut:

dengan G adalah energi bebas reaksi, Go adalah energi bebas standar, R adalah
tetapan gas, dan T adalah suhu sistem, aA, aB, aC dan adalah masing-masing
aktivitas zat A, A, C,dan D yang dipangkatkan oleh koefisien masing-masing
spesiesnya. Dalam kesetimbangan yang berlangsung pada suhu dan tekanan tetap,
besarnya energi bebas hasil reaksi sudah sama dengan besarnya energi bebas
pereduksi (Tim Dosen Kimia Fisik, 2015: 25).

Kesetimbangan secara umum didefenisikan sebagai kondisi yang ada bila


sifat-sifat makroskopis dari suatu sistem tidak berubah dengan waktu. Misalnya,
dalam ekstraksi cair-cair, kesetimbangan tercapai bila pengocokan lebih lanjut dari
corong pemisah tidak menghasilkan penambahan hasil ekstraksi. Walaupun tidak ada
penambahan hasil ekstraksi, sifat kesetimbangan yang terjadi adalah dinamis, dimana
zat terlarut secara terus-menerus berpindah dari satu fasa ke fasa lainnya. Dalam
keadaan setimbang, laju perubahan pada kedua arah adalah sama (Soebagio, 2002: 5).
Perubahan entalpi dan perubahan entropi berhubungan dengan konstanta
kesetimbangan adsorbsi (Kc) dan perubahan energi bebas gibbs (Go). Hubungan ini
dapat dilihat dari persamaan:
ln Kc = - H + S
RT

Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu tidak ada lagi
perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terserap maupun pada fase gas atau cair
(Emelda, dkk. 2013: 168).
Kesetimbangan terkait pada proses pengamatan dan waktu. Ketidak
berubahan harga variabel-variabel termodinamika suatu sistem setimbang. Lamanya
waktu proses ekstraksi sangat berpengaruh terhadap minyak yang dihasilkan. Pada
keadaan setimbang, yang mempunyai nilai sama adalah potensial kimia dari kedua
fase, bukan konsentrasi, sehingga transfer solute menjadi terhenti
(Bangkit, dkk. 2012: 13).
Bilamana suatu reaksi kimia dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun,
dan seterusnya akan bereaksi satu sama lain memulai suatu reaksi yang kebalikannya.
Setelah beberapa lama, tercapailah kesetimbangan dinamis; yakni jumlah molekul
(atau ion) dari setiap zat yang terurai, sama banyaknya dengan jumlah yang terbentuk
dalam satu satuan waktu. Dalam beberapa hal, kesetimbangan ini terletak hampir
sama sekali berada di pihak pembentukan suatu atau beberapa zat, maka reaksi itu
nampak seakan-akan berlangsung sampai selesai. Dalam hal-hal lainnya, mungkin

membuat eksperimenlah yang harus berusaha untuk menciptakan kondisi-kondisi


pada mana reaksi, yang seyogyanya akan mencapai kesetimbangan, dapat menjadi
selesai. Inilah yang sering terjadi dalam analisis kuantitatif (Svehla, 1985: 1.13).
Tetapan kesetimbangan K ditentukan secara termodinamika. Berdasarkan
konsep itu, untuk suatu sistem homogen, pada suatu temperatur tertentu, harga K
sama dengan nisbah antara suatu sistem himogen, pada konsentrasi semua spesi
produk pangkat koefisien masing-masing dengan pereaksi pangkat koefisien masingmasing pada saat reaksi setimbang. Dalam praktek, terkadang ini bisa memerlukan
waktu yang relatif lana. Reaksi kesetimbangan dapat juga dipelajari secara kinetika
untuk beberapa alasan, cara ini lebih menguntungkan. Meski secara termodinamika
suatu reaksi pembentukan produk industri merupakan reaksi eksotermis, proses tetap
dilakukan pada temperatur tinggi karena (pertimbangan kinetika), walau hasilnya
relatif lebih sedikit, waktu yang diperlukan jauh lebih singkat. Konsrp termodinamika
hanya mengatakan bahwa jika konsentrasi salah satu pereaksi dilebihkan maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah priduk tetapi, konsep kinetika menyatakan
pereaksi mana yang sebaiknya dilebihkan (Patiha, 2013: 23).
Konstanta kesetimbangan bersumber dari ilmu termodinamika, akan
dibahas. Namun demikian, kita dapat memperoleh sedikit gambaran tentang K
dengan mempelajari kinetika reaksi kimia. Kita asumsikan reaksi reversibel ini
berlangsung lewat mekanisme suatu tahap elementer baik pada arah maju maupun
balik:
A+2B
Laju reaksi majunya adalah
Laju f = ( Kf [A] [B]2)
dan laju reaksi sebaliknya adalah
Laju r = Kr [AB2]

AB2

dimana Kf dan Kr masing-masing adalah konstanta laju untuk arah maju dan arah
balik. Pada kesetimbangan, apabila tidak ada perubahan bersih yang terjadi, kedua
laju tadi sama besar:
Laju f = Laju r
atau
Kf [A] [B]2 = Kr [AB2]
Kf
Kr

= [AB2]
[A] [B]2

Karena Kf dan Kr adalah konstanta pada suhu tertentu, maja pebandingan juga ada
suatu konstanta, yang sama dengan konstanta kesetimbangan Kc
Kf
Kr

= Kc = [AB2]
[A] [B]2

Jadi, Kc adalah suatu konstanta, berapa pun konsentrasinya dari spesi-spesi yang
bereaksi, karena konstanta ini selalu sama dengan Kf / Kr, hasil bagi dari dua
kuantitatif yang masing-masing memang konstan pada suhu tertentu (Chang, 2010:
68).
Semakin kecil Kc mala semakin sedikit pereaksi yang membentuk produk
pereaksi. Posiai kesetimbangan berada disebelah kiri. Sebaliknya, semakin besar Kc
maka semakin banyak pula produk reaksi yang terbentuk atau reaksi berlangsung
hampir runtas. Posisi kesetimbangan ada disebelah kanan. Secara umum, kisaran Kc
berikut dapat digunakan untuk memperkirakan seberapa jauh reaksi telah
berlangsung. Berikut nilai Kc dan seberapa jauh reaksi yang telah berlangsung:
1. Kc sangat kecil, (<10-3) : reaksi hanya membentuk sedikit sekali produk reaksi.
Proses kesetimbangan berada disebelah kiri.
2. Kc sangat besar ( > 103) : reaksi berlangsung hampir tuntas. Posisi lesetimbangan
berada disebelah kanan.
3. Kc=1 : reaksi berimbang, posisi kesetimbangan kurang lebih berada di tengah.

Untuk suatu set nilai konsentrasi zat-zat pereaksi dan produk reaksi, kita dapat
meramalkan apakah reaksi telah mencapai kesetimbangan atau belum. Hal ini
dilakukan dengan membandingkan kuotion reaksi (Q) dan tetapan kesetimbangan
(Kc) (Safrizal, 2012: 1).
Kondisi kesetimbangan untuk sembarang sistem yaitu bahwa potensial
kimia dari tiap konstituen pada seluruh sistem harus sama. Bila asa beberapa fase dari
tiap konstituen, maka potensial kimia setiap konstituen pada tiap fase harus
mempunyai nilai yang sama. Misalnya bila temperatur dan tekanan atmosfer
sembarang larutan air berada dalan kesetimbangan dengan uap air dan es padat
(Dogra, 1990: 446).
Untuk mengetahui tetapan kesetimbangan, maka berdasarkan teori
termidinamika dikatakan bahwa tetapan kesetumbangan berhubungan dengan
kecepatan gerak molekul untuk bereaksi kimia disebut dengan energi Gibbs (G).
Besarnya energi Gibbs menunjukkan besarnya gerakan molekul untuk bereaksi
semaki besar energi gibbs maka reaksi kimia membutuhkan energi tambahan karena
gerak molekul yang lambat adalah kurang dari atau sama dengan nol (Wibowo dan
Abdillah, 2014: 37).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas ukur 250 ml

1 buah

b. Gelas ukur 50 ml

1 buah

c. Gelas ukur 10 ml

1 buah

d. Corong pisah 250 ml

1 buah

e. Gelas kimia 600 ml

1 buah

f. Corong biasa

2 buah

g. Batang pengaduk

2 buah

h. Piknometer 50 ml

1 buah

i. Piknometer 100 ml

1 buah

j. Tabung reaksi

1 buah

k. Penutup

1 buah

l. Pipet tetes

2 buah

m. Botol semprot

1 buah

n. Hot plate

1 buah

o. Oven

1 buah

p. Klem kayu

1 buah

q. Eksikator

1 buah

r. Neraca analitik

1 buah

s. Lap kasar dan lap halus

1 buah

t. Statif dan klem

1 buah

u. Labu erlenmeyer 250 ml

2 buah

2. Bahan
a. Etanol 96%

(C2H5OH)

b. Asam asetat glasial (CH3COOH)


c. Natrium karbonat (Na2CO3)
d. Asam sulfat pekat (H2SO4)
e. Kristal CuSO4 anhidrat (Tembaga (II) sulfat)
f. Aquadest

(H2O)

g. Kertas saring
h. Tissue
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan massa jenis
a. Piknoneter dicuci dan dikeringkan di dalam oven
b. Piknometer dimasukkan dalam eksikator dan ditimbang berat kosongnya.

c. Piknometer diisi dengan etanol hingga tanda batat dan ditimbang lagi berat
piknometer akhir.
d. Prosedur a, b, dan c diulang untuk larutan asam asetat glasial
e. Massa jenis etanol dan asam asetat glasial di hitung dari data yang diperoleh
2. Penentuan tetapan kesetimbangan
a. Dua sendok kristal CuSO4 anhidrat dimasukkan kedalam 200 ml etanol, larutan di
aduk dan di saring.
b. Dua kristal CuSO4 anhidrat dimasukkan kedalam 250 ml asam asetat glasial pada
gelas kimia lain, larutan yang sudah dibuat ditimbang dan disaring.
c. Kedua larutan yang telah dibuat dicampurkan dalam gelas kimia dan ditambahkan
asam sulfat pekat
d. Gelas kimia dipanaskan hingga diperoleh kesetimbangan ditandai dengan mulai
timbul gelembung kemudian larutan didinginkan.
e. Corong pisah diisi dengan 50 ml larutan campuran
f. Ditambahkan larutan Na2CO3 terus menerus hingga jumlah lapisan tidak terbentuk
lagi
g. kedua fasa dipisahkan dengan menggunakan corong pisah.
h. volume etil asetat diukur pada lapisan atas untuk corong pisah tersebut
i. volume rata-rata etil asetat dihitung
k. massa etil asetat dihitung dari massa jenis dan volumenya.
F. HASIL PENGAMATAN
Nama bahan
Etanol
Asam asetat glasial

Massa Erlenmeyer (gram)


Kosong
Isi
48,4848
128,4245
29,6897
81,5258

Densitas

Massa eter (gram)

0,7994 g/ml
1,0367 g/ml

0,1848
0,0987

A; ANALISIS DATA
1; Penentuan massa jenis etanol dan asam asetat glacial
a; Massa jenis asam asetat glacial

Diket : massa piknometer kosong : 28,4107


Massa piknometer + isi : 80,6451
Volume piknometer
: 50 mL
Dit : ..????
Penyelesaian :

b; Massa jenis etanol

Diket : massa piknometer kosong : 48,4848 gram


Massa piknometer + isi : 128,4245 gram
Volume Piknometer
:50 mL
Dit : ..????
Penyelesaian :

2; Penentuan Kc

Diket:
V CH3COOH = 250 mL

V CH3COOH = 200 mL
Mr CH3COOH = 60 gram/mol
Mr
= 46 gram/mol
Dik: Kc..???
Penyelsaian :

a; Massa asam asetat glacial dan etanol


-

Massa CH3COOH :
= 1,0767 gram /mL X 250 mL
= 259,1790 gram

b; Jumlah mol asam asetat glacial dan etanol

Berdasarkan hasil pengamatan


-

Berdasarkan teori
c;

CH3COOH
Mula
4,3195 mol
Reaksi 0,0144 mol
Sisa
4,3051 mmol

C2H5OH
3,4756 mol
0,0144 mol
3,4612 mol

CH3COOC2H5 +
0,00144 mol
0,0144 mol

H2O
0,0144 mol
0,0543 mol

d; Kc ( tetapan kesetimbangan )

H. PEMBAHASAN
1. Penentuan Massa Jenis
Penentuan massa jenis larutan yaitu CH 3COOH dan C2H5OH. Alat yang
digunakan untuk mengukur massa jenis dari kedua larutan tersebut adalah
piknometer. Alat yang digunakan adalah piknometer, piknometer digunakan karena
memiliki skala nonius yang kecil sehingga hasil yang diperoleh akan lebih akurat dan
teliti. Piknometer ini terlebih dahulu dicuci tujuannya agar keadaan piknometer
bersih dan steril dari larutan-larutan atau benda lain yang dapat mempengaruhi massa
jenis zat yang akan dihitung. Kemudian piknometer dikeringkan dalam oven untuk
menghilangkan sisa-sisa air yang dapat mempengaruhi berat piknometer sehingga
diperoleh berat yang konstan. Oven digunakan agar kita mengetahui suhu pemanasan
dengan tepat karena H2O akan menguap pada suhu 100 0C. Selanjutnya untuk
memaksimalkan pengeringan. Selanjutnya piknometer dimasukkan kedalam eksikator
agar dapat mendinginkan piknometer dengan cara silika gel yang ada dalam eksikator
yang berfungsi mengikat panas dari piknometer. Apabila sudah benar-benar kering
dan kosong, piknometer kemudian ditimbang dan diisi dengan larutan CH3COOH dan
C2H5OH.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh massa jenis asam asetat
glasial yaitu 1,0367 gram/ml dan massa jenis etanol yaitu 0,7994. Perebedaannya

yaitu massa jenis asam asetat glasial yaitu 1,047 g/ml dan massa jenis etanol yaitu
1,48 g/ml. Perbedaan ini disebabkan karena masih adanya sisa air yang ada pada
piknometer dan pendinginan pada eksikator kurang maksimal.
2. Penentuan Tetapan Kesetimbangan
Percobaan ini bertujuan untuk mencari nilai Kc dari ester (etil asetat) yang
diperoleh dari pencampuran antara alkohol dan asam karboksilat. Prinsip dasar dari
percobaan ini adalah yaitu esterifikasi yaitu reaksi pembentukan ester dengan cara
mereaksikan suatu asam (CH3COOH) dengan alkohol (C2H5OH) membentuk etil
asetat (suatu ester). Adapun prinsip kerja percobaan yaitu pencampuran ,penguapan,
pemisahan, dan pengkristalan. Pada percobaan ini diawali dengan cara melarutkan
kristal CuSO4 anhidrat kedalam etanol dan asam asetat glasial pada gelas kimia yang
berbeda. Fungsi etanol berfungsi sebagai penyumbang gugus karboksilat serta
sebagai bahan dasar dalam percobaan. Asam asetat glasial digunaka disini karena
asam asetat glasial mempunyai kemurnian yang tinggi sedangkan alkohol yang
digunakan adalah etanol 96% hal ini menunjukkan masih ada 4% air yang terkandung
dalam alkohol tersebut. Fungsi CuSO4 yaitu untuk mengikat air yang tekandung
dalam etanol dan asam asetat glacial yang ditunjukkan dengan perubahan Kristal dari
putih menjadi biru muda. Adapun reaksinya yaitu:
C2H5OH + CH3COOH
CH3COO C2H5 + H2O
CH3COO C2H5 + 5H2O + CuSO4
CH3COO C2H5 + CuSO4.5H2O
Setelah dilarutkan kedua larutan dicampurkan namun terlebih dahulu kedua
larutan disaring untuk memisahkan etanol dan asam asetat glasial yang sudah tidak
mengikat air dengan Kristal CuSO4 yang telah mengikat air. Campuran yang
diperoleh dipanaskan dan ditambahkan H2SO4 sebagai katalis untuk mempercepat
terjadinya reaksi selain itu dipanaskan untuk menguapkan air yang merupakan hasil
samping reaksi serta memberikan suasana asam. Adapun reaksi saat penambahan
H2SO4 :
H2SO4 + CH3COOH(aq) + C2H5OH
H2SO4 +CH3COOC2H5 (aq) + H2O(l)

Larutan dipanaskan hingga terjadi kesetimbangan dengan ditandai munculnya


gelembung-gelembung pada campuran yang menandakan H2O telah lepas dan
membentuk ester. Larutan tidak boleh mendidih agar etanol tidak menguap,karena
etanol sangat mudah menguap karena jika etanol menguap maka ester tidak akan
terbentuk. Adapun reaksinya :
CH3COOH(aq) + C2H5OH
Asam asetat

CH3COOC2H5 (aq) + H2O(l)

etanol

etilasetat

air

Larutan yang telah mengalami kesetimbangan kemudian didinginkan dan


dimasukkan kedalam corong pisah dan diteteskan dengan Na 2CO3 yang berfungsi
untuk mempermudah etil asetat untuk mengalami pengendapan. Adapun reaksi yang
terjadi saat penambahan Na2CO3 adalah :
2 CH3COOC2H5 (aq) + Na2CO3
Etil asetat

2CH3COONa (s) + C2H5OH + CO2

natrium karbonat Natrium Asetat Etanol

Pada corong pisah, terdapat dua lapisan pada lapisan atas air dan lapisan bawah etil
asetat. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan massa jenis dari kedua larutan.
Dimana massa jenis etil asetat = 0,087 g/mL dan H2O = 1g/mL. Etil asetat yang
diperoleh disaring fungsinya untuk memisahkan fasa cair atau filtratnya sehingga
diperoleh endapan putih yang merupakan ester dan kemudian endapan yang dipeoleh
dikeringkan untuk menghilangkan sisa H2O yang masih terkandung srhingga didapat
Kristal yang murni. Dari hasil penimbangan diperoleh berat Kristal 0,1417 gram dan
berdasarkan analisis data diperoleh Kc= 4,3488 X 10-4 M-1 hal ini berarti Kc < 1
artinya kesetimbangan terletak di sebelah kiri atau lebih kearah reaktan. Hal ini dapat
disebabkan karena menguapnya etanol saat proses pemanasan berlangsung dan
kurangnya penambahan H2SO4 sehingga masih banyaknya etanol dan asam asetat
yang belum bereaksi.
Adapun mekanisme reaksinya:
H2SO4

2H+ + SO42-

O
CH3 - C- OH

O+
CH3 C OH

O+

OH

CH2 CH3- - OH + CH3 C OH

CH3 C OH
CH2 CH2 O H

OH
CH3 C OH

OH
H+

C2H3- - O+ - H

H+

CH3 C CH2

C2H3 O

OH
CH3 C CH2

CH3 C OH

OH
C2H3 O

O
H+

CH3 C O CH2CH3 + H+ ( H2SO4 ) + H2O

C2H3 O

etil asetat

I; KESIMPULAN DAN SARAN


1; Kesimpulan
Berdasarkan

percobaan

yang

telah

dilakukan

diperoleh

tetapan

kesetimbangan Kc esterifikasi asam asetat adalah 4,3488 X 10 -4 M-1 dengan massa


etil asetat yang diperoleh yaitu 0,1417 gram.
2; Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti lagi dalam
melakukan praktikum terutama saat penambahan Na2CO3 agar diperoleh kristal yang
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Bangkit, Tagora. Sirait, Rinaldry. Iriani. 2012. Penentuan Kondisi Kesetimbangan
Unit Leaching pada Pdoduksi Eugenol dari Daun Cengkeh. Teknik Kimia
USU. Vol. 1, No. 1.
Chang, Raymond. 2010. Kimia Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Dogra S.K dan Dogra S. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-Press.
Emelda, Lisanti. Putri, Suhardini Martiana. Ginting, Suparman. 2013. Pemanfaatan
Zeolit Alam Teraktivasi untuk Adsorpsi Logam Krom (Cr 3+). Rekayasa
Kimia dan Lingkungannya. Vol. 9, No. 4.
Patiha. 2013. Penentuan Tetapan Laju Reaksi Balik dan Tetapan Kesetimbangan
dengan Pendekatan Reaksi Searah dan Hukum Laju Reaksi Maju. Penelitian
Kimia. Vol. 9, No.2.
Rohman, Ijang dan Mulyani, Sri. 2004. Kimia Fisika I. Malang: IMSTEP.

Safrizal, Rino. 2012. Arti Tetapan Kesetimbangan. www.Jejaringkimia.com. Diakses


tanggal 07 Juni 2015.
Soebagio. Budiasih, Endang. Ibnu, Sodiq. Widarti, Hayuni Retno. Munzil. 2002.
Kimia Analitik II. Malang: IMSTEP.
Svehla. 1979. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Fisik. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar: UNM.
Wibowo, Heri Budi dan Abdillah, Luthfia Hajar. 2014. Penentuan Tetapan Kecepatan
dan Suhu Reaksi untuk Memilih Proses Pembuatan Betadien. Majalah Sains
dan Teknologi. Vol. 9, No. 1.

JAWABAN PERTANYAAN
1; Fungsi dari kristal CuSO4 adalah untuk mengikat kandungan air yang ada dalam
asam asetat glasia dan etanol.
2; Fungsi Na2CO3 jenuh adalah untuk mempercepat proses pembentukan endapan etil
asetat (ester).
3; Untuk menentukan nilai tetapan kesetimbangan reaksi tanpa melibatkan salah satu
komponen dalam kesetimbangan dapat ditentukan apabila diketahui jumlah energi
bebas gibbs (G) pada suhu tertentu dengan persamaan:
Go = -RT ln K
Ln K = Go
RT
4; Dik: V CH3COOH = 250 ml
CH3COOH = 1,02 gram/ml

Mr CH3COOH = 60 gram/mol
Dit: mol CH3COOH...?
Penye:
n CH3COOH = gram
Mr
=

XV
Mr

= 1,02 g/ml X 250 ml


60 g/mol
= 4,25 mol
5; Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tetapan kesetimbangan yaitu:
a) Suhu: Kc dapat meningkat atau berkurang dengan bertambahnya atau
berkurangnya suhu, jika suhu dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser
kearah reaksi eksoterm.
b) Konsentrasi: apabila suhu tetap, konsentrasi tidak akan mempengaruhi nilai Kc.
Jika konsentrasi reaktan dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk dan sebaliknya.
c) Volume: tidak mempengaruhi nilai Kc pada temperatur yang konstan. Jika
volume diperbesar maka kesetimbangan bergeser ke arah koefisien yang besar dan
sebaliknya.
d) Tekanan: tidak mempengaruhi nilai Kc pada temperatur yang konstan. Jika
tekanan dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah koefisien reaksi
kecil dan sebaliknya.
6. Pengaruh perubahan tekanan:
a. Jumlah mol gas sebelum dan sesudah reaksi sama maka tekanannya tetap.
b. Jumlah mol gas sebelum reaksi lebih besar dari pada setelah reaksi maka tekanan
berkurang pada awal reaksi.

c. Jumlah mol gas sebelum reaksi lebih kecil dari pada setelah reaksi berarti tekanan
diperbesar.

Anda mungkin juga menyukai