Anda di halaman 1dari 8

Konsep Umum Komunikasi

a. Pengertian komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses timbal balik yang
terjadi antara pengirim
dan penerima pesan. Proses komunikasi terdiri dari orang yang men
girim pesan, isi pesan, sertaorang yang menerima pesan. Antara
si pengirim pesan maupun si penerima pesan
salingmempengaruhi. Orang yang menerima pesan
akan menjawab atau memberi reaksi terhadap pengiriman
pesan, sehingga terjadi interaksi antara pengirim pesan dan
penerima pesan.
b. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang
diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh
alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak,
dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat
mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun
tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
c. Komponen Proses Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa
berlangsung dengan baik. komponen-komponen komunikasi adalah:
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak

lain.

Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak lain.
Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam
komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran
nada/suara.
Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang
disampaikannya.
Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan
dijalankan ("Protokol")

d. Tingkatan Komunikasi
Proses komunikasi ada beberapa tingkatan :
1.

Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication Yakni proses


komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan
informasi melalui pancaindra dan sistem syaraf.
2.
Komunikasi interpribadi yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan
secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya.

3.

Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan komunikasi yang


berlangsung di antara suatu kelompok
4.
Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi mencakup kegiatan
komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi.
5.
Komunikasi Massa adalah (ringkasan dari) komunikasi melalui media
massa (communicating with media), atau komunikasi kepada banyak
orang (massa) dengan menggunakan sarana media.
6.
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara
orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras,
etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.
e. Jenis komunikasi (komunikasi verbal dan non verbal)
Ada dua bentuk komunikasi yang lazim digunakan, yakni
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
1.Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah bentuk
komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan
dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal
menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran
atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang
non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun
pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang
disampaikan.
Prakteknya, komunikasi verbal bisa dilakukan dengan cara :
a) Berbicara dan menulis.
Umumnya untuk menyampaikan, orang cenderung lebih menyukai
speaking (berbicara) ketimbang (writing ). Selain karena praktis,
speaking dianggap lebih mudah menyentuh sasaran karena
langsung didengar komunikan. Namun bukan berarti pesan tertulis
tidak penting. Untuk menyampaikan pesan bisnis yang panjang dan
memerlukan pemahaman dan pengkajian matang, diperlukan pula
penyampaian writing. Semisal penyampaian bussines report. Sangat
tidak mungkin jika hanya disampaikan dengan berbicara.
b) Mendengarkan dan membaca.
Kenyataan menunjukkan, pelaku bisnis lebih sering mendapatkan
informasi ketimbang menyampaikan informasi. Dan aktivitas
penerimaan informasi.pesanbisnis ini dilakukan lewat proses
(listening) mendengarkan dan membaca (reading). Sayangnya,
kenyataan juga menunjukkan, masih banyak di antara kalangan
bisnis yang tidak memiliki kemampuan dan kemauan memadai
untuk melakukan proses reading dan listening ini. Sehingga pesan
penting sering hanya berlalu begitu saja, dan hanya sebagian kecil
yang tercerna dengan baik.
2. Komunikasi non verbal
Komunikais non verbal ( non verbal communicarion) menempati
porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena
komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan
baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang

bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan


tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci,
cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya
dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu
komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan
sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa
isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam,
warna dan intonasi suara.
Tujuan komunikais non verbal ;
a) Menyediakan/memberikan informasib) Mengatur alur suatu
percakapanc) Mengekspresikan suatu emosid) Memberi sifat,
melengkapi, menentang atau mengembangkankan pesan-pesan
verbal.e) Mengendalikan atau mempersuasi orang lainf)
Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya dalam mengajar
seseorang untuk melakukan serve badminton, belajar golf dan
sejenisnya.
Relevansi komunikasi non verbal dalam dunia bisnis, komunikasi
non verbal yang disampaikan dengan baik akan mampu membantu
seseorang meningkatkan kredibilitas dan potensi leadeship, selain
tentunya akan mempermudah proses penyampaian pesan inti
kepada komunikan.
f. Faktor yang mempengaruhi proses komunikasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi setiap unsur
komunikasi baik bersifat positif maupun negatif. Faktor tersebut
yaitu :
a)

Kredibilitas

Kredibiilitas terdapat dan berpengaruh pada sumber (komunukator)


dalam keberhasilan proses komunikasi , karena hal ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan sasaran terhadap pesan yang
disampaikan.
b)

Isi Pesan

Pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang


bermanfaat bagi kebutuhan klien atau yang dapat memecahkan
masalah klien.
c)

Kesesuain dengan Kepentingan Sasaran

Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan


sasaran. Karena itu dalam berkomunikasi dengan klien perawat
harus memahami terlebih dahulu permasalahan klien.
d)

Kejelasan

Pesan yang tidak jelas akan membuat sasaran bingung sehingga


tidak terjadi perubahan perilaku dan klien tidak melakukan pesan
yang diberikan oleh perawat.
e)

Kesinambungan dan Konsistensi

Agar pesan yang disampaikan bisa konsisten dan brkesinambungan,


seorang perawat perlu membuat perencanaan yang matang
sebelum melakukan intervensi atau berkomunikasi dengan klien.
Disamping itu perlu adanya pemahaman yang sama antara tenaga
kesehatan yang tergabung dalam tim agar informasi yang diberikan
kepada klien sama atau konsisten agar terjadi perubahan perilaku
klien.
f)

Saluran

Saluran terdapat dan berperan pada media. Media yang digunakan


harus disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan. Pemilihan
media yang tepat dapat meningkatkan pemahaman klien sehingga
perubahan yang diharapkan dapat tercapai.
g)

Kapabilitas Sasaran

Kapabilitas sasaran terdapat pada komunikan dalam menyampaikan


pesan, komunikator harus memeperhitungkan kemampuan sasaran
dalam menerima pesan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
sosial ekonomi, sosial budaya dan sebagainya.
g. Gangguan dalam komunikasi
Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dibedakan atas
7 macam yaitu,
1.
Gangguan teknis, gangguan teknis sering terjadi dalam
komunikasi dari dulu hingga sekarang dimana alat yang
digunanakan dalam berkomunikasi mengalami kerusakan (channel
noise). Misalnya sedang berkomunikasi dengan seseorang melalui
via telepon tiba tiba terputus karena gangguan jaringan telepon
sehingga terjadinya gangguan dalam berkomunikasi.
2.
Gangguan semantik gangguan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan, bersangkutan
kekacauan penggunaan bahasa, pengertian suatu istilah atau
konsep terdapat perbedaan antar komunikator dengan komunikan.
Gangguan ini sering terjadi dalam kehidupan sehari hari misalnya
kata Bujang (sunda: sudah Sumatra : anak laki-laki) ketika antar
kedua suku ini berkomunikasi terjadilah salah komunikasi.
3.
Gangguan psikologis, hal ini terjadi karena adanya yang di
sebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu (personal).
Contoh penyakit mental ini bisa karena bawaan lahir atau karena
peristiwa tragis dan tidak bisa move on, missal di tinggal pacar.
4.
Rintangan Fisik adalah rintangan yang disebabkan karena
kondisi geografis, misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai,
tidak adanya sarana kantor pos, jalur transportasi, dll. Jika dalam
kasus komunikasi antar manusia ini dapat diartikan karena adanya

gangguan organic, yaitu tidak berfungsinya salah satu pancaindra


penerima informasi.
5.
Rintangan status, kondisi atau situasi perbedaan status antara
komunikator dengan khalayak seringkali menjadi hambatan yang
dapat mengurangi pencapaian tujuan komunikasi. Misalnya, ketika
seorang dosen muda harus memberi kuliah pasca sarjana yang
ternyata sebagian besar adalah atasannya di departemen tertentu.
6.
Rintangan Kerangka Berfikir. Komunikasi yang efektif dapat
terjadi ketika terjadi himpitankepentingan (overlapping of interest)
kesamaan persepsi anatara komunikator dengan komunikan.
Kesmaan ini dapat terwujud jita tida ada perbedaan yang mencolok
dalam kerangka berfikir komunikan dan komunikator. Contoh :
Seorang mahasisa yang sangat pintar dan pandai berbicara dikelas
(kampus) tapi saat menjadi pembicara (berdakwah) di pedesaan
masyarakat tidak mengerti dengan apa yang mahasisa ini
sampaikan karena mahasisa tersebut memakai bahasa ilmiah
(teoritis) yang biasanya digunakan di kampus, sedangkan
pendengar mayoritas ibu ibu atau bapak bapak (orang yang
sudah tua) yang tidak memahami dikarenakan tingkat pendidikan
yang berbeda dan lebih menyukai hal hal yang praktis.
7.
Rintangan Budaya. Perbedaan Budaya (nilai, Norma,
kebiasaan, adat istiadat) merupakan faktor yang sering membuat
tujuan komunikasi terhambat. Karena Budaya yang dianut oleh
sebuah masyarakat merupakan hasil internalisasi individu terhadap
nilai, norma, kebiasaan dan adat dimana ia tinggal selama
bertahun-tahun. Maka kita mengenal ada yang namanya :
Akluturisasi, asimilasi.
Komunikasi Therapeutik
a. Pengertian komunikasi therapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).
b. Pengertian dan karakteristik helping relationship
Pengertian helping relationship
A. Terry dan Capuzzi mengartikan bahwa hubungan
membantu merupakan beberapa individu bekerjasama untuk
memecahkan apa yang menjadi perhatiannya atau
masalahnya dan atau membantu perkembangan dan
pertumbuhan salah seorang dari keduanya. (Capuzzi dan EF,
1991)
George dan Christiani (1982) mengemukakan bahwa
pemberian bantuan professional merupakan proses dinamis
dan unik yang dilakukan individu untuk membantu orang lain

dengan menggunakan sumber-sumber dalam agar tumbuh


kedalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan
potensi-potensinya untuk sebuah kehidupan yang bermakna.
Rogers (1961) mengemukakan bahwa maksud
hubungan tersebut adalah untuk peningkatan pertumbuhan,
kematangan, fungsi, cara penanganan kehidupannya dengan
memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak yang
diberikan bantuan.
Karakteristik helping relationship
George
dan
christiani
mengemukakan
enam
karakteristuk dinamika dan keunikan hubungan konseling
dibandingkan dengan hubungan membantu yang lainnya.
Keenam karakteristik itu adalah:
a.
Afeksi
Hubungan konseling dengan klien pada dasarnya lebih
sebagai hubungan afektif daripada sebagai hubungan kognitif.
Hubungan afeksi akan tercermin sepanjang proses konseling,
termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap persepsi dan
perasaan-perasaan subjektif klien. Hubungan yang penuh
afeksi ini dapat mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan
pada klien, dan diharapkan hubungan konselor dank lien lebih
produktif.
b. Intensitas
Hubungan konseling dilakukan secara intensitas. Hubungan
konselor dank lien yang intens ini diharapkan dapat saling
terbuka terhadap persepsinya masing-masing. Tanpa adanya
hubungan yang intens hubungan konseling tidak akan
mencapai pada tingkatan yang diharapkan. Konselor biasanya
mengupayakan agar hubungannya dengan klien dapat
berlangsung secara mendalam sejalan dengan perjalanan
hubungan konseling.
c.
Pertumbuhan dan Perubahan
Hubungan konsleing bersifat dinamis. Hubungan konseling
terus berkembang sebagaimana perubahan san pertumbuhan
yang terjadi pada konselor dank klien. Hubungan tersebut
dikatakan dinamis jika dari waktu kewaktu terus terjadi
peningkatan hubungan konselor klien,pengalaman bagi klien,
dan tanggungjawabnya. Dengan demikian pada klien terjadi
pengalaman belajar untuk memahami dirinya sekaligus
bertanggungjawab untuk mengembangkan dirinya.
d. Privasi
Pada prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya
keterbukaan klien. Keterbukaan klien tersebut bersifat
konfidensial, konselor harus menjaga kerahasiaan seluruh

informasi tentang klien dan tidak dibenarkan mengemukakan


secara transparan kepada siapapun tanpa seizing klien.
Perlindungan atau jaminan hubungan ini adalah unik dan akan
meningkatkan kemauan klien membuka diri.
e.
Dorongan
Konselor dalam hubungan konseling memberikan dorongan
(supportive) kepada klien untuk meningkatkan kemampuan
dirinya dan berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam hubungan konseling, konselor juga perlu memberikan
dorongan atas keinginannya untuk perubahan perilaku dan
memperbaiki keadaannya sendiri sekaligus memberi motivasi
untuk berani mengambil resiko dari kepurtusannya.
f.
KejujuranHubungan konseling didasarkan atas saling
kejujuran dan keterbukaan, serta adanya komunikasi terarah
antara konselor dengan kliennya. Dalam hubungan ini tidak
ada sandiwara dengan jalan menutupi kelemahannya, atau
menyatakan yang bukan sejatinya. Klien maupun konselor
harus membangun hubungannya secara jujur dan terbuka.
Kejujuran menjadi prasayarat bagi keberhasilan konseling
c. Karakteristik
relationship

perawat

d. Sikap komunikasi therapeutik

dalam

melakukan

helping

Anda mungkin juga menyukai