Disusun Oleh :
Silvia Rane
0910313249
Preseptor:
dr. Gustina Lubis, Sp.A(K)
dr Rahmi Lestari, Sp.A.
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Demam dengue merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan
mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui
perantara gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti (Stegomiya aegypti) atau Aedes
albopictus (Stegomiya albopictus). Demam berdarah dengue (DBD) merupakan
bentuk klinis yang lebih berat dari demam dengue dengan adanya demam tinggi,
nyeri kepala, nyeri pada mata, sendi dan bercak kemerahan pada kulit dan dapat
berlanjut ke kondisi syok. Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan syok
hipovolemik yang terjadi pada DBD yang diakibatkan peningkatan permeabilitas
kapiler yang disertai perembesan plasma. Syok dengue pada umumnya terjadi di
sekitar penurunan suhu tubuh (fase kritis), yaitu pada hari sakit ke 4-5 (rentang
6,7,8
hari ke 3-7), dan sering kali didahului oleh tanda bahaya (warning signs).
Syok dalam proses terjadinya terdapat beberapa istilah, yaitu: (1) Profound
shock, merupakan syok tidak terkompensasi, pada kondisi ini nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak terukur, sianosis makin jelas terlihat. (2) Prolonged shock,
yaitu syok yang tidak berhasil diatasi walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan
sebanyak tiga kali, tekanan nadi sempit, asidosis, oliguri, organ disfunction.
Prolonged shock juga diartikan sebagai keadaan syok yang tidak mengalami
perbaikan setelah mendapat 60 mL/kgBB cairan intavena atau pasien masih
dalam keadaan syok setelah 6 jam pemberian cairan intravena. (3) Recurrent
shock, merupakan syok yang terjadi kembali setelah sebelumnya telah dapat
6
diatasi.
1.2 Epidemiologi
Dengue merupakan penyakit infeksi virus mosquito-borne yang tersebar
paling cepat di dunia. Dalam 50 tahun terakhir kejadiannya meningkat 30 kali
lipat dengan penyebaran yang meluas ke berbagai negara baru dengan
9
dengan baik. Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat
penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang dan 641
diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang
dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.
1.3 Etiologi
Etiologi penyakit demam berdarah dengue adalah virus dengue, termasuk
famili Flaviviridae, genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara gigitan vektor nyamuk Aedes
aegypti (Stegomiya aegypti) atau Aedes albopictus (Stegomiya albopictus).
Indonesia memiliki keempat serotipe virus dengue ini. Virus dengue termasuk
dalam kelompok virus yang relatif labil terhadap suhu dan faktor kimiawi lain
serta memiliki masa viremia yang pendek. Virion virus dengue tersusun oleh
genom RNA yang dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung dari
lipid yang mengandung dua protein yaitu selubung protein E dan protein
membran M.
10
Jika seseorang terinfeksi pertama kali (primer) dengan satu serotipe maka
orang tersebut akan mendapatkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe
tersebut, tetapi pada infeksi sekunder dengan serotipe virus yang berbeda
(secondary heterologous infection) pada umumnya memberikan manifestasi klinis
yang lebih berat dibandingkan dengan infeksi primer.
11
Status nutrisi
12
Pada pasien dengan obesitas akan terjadi reaksi antigen dan antibodi yang
berlebihan dan menyebabkan infeksi dengue lebih berat. Hal ini berhubungan
dengan pelepasan sitokin pro-inflamasi oleh sel adiposit jaringan lemak pada
pasien obesitas. Sel adiposit jaringan lemak mensekresikan dan melepaskan
sitokin pro-inflamasi yaitu TNF (tumour necrosis factor ) dan beberapa
interleukin (IL) yaitu IL-1, IL-6, dan IL-8. Pada obesitas terjadi peningkatan
ekspresi TNF dan IL-6. Salah satu efek TNF adalah meningkatkan
permeabilitas kapiler sedangkan pada DSS juga terjadi produksi TNF , IL-1, IL13
6 dan IL-8.
DBD,
(p<0,05).
1.5 Klasifikasi
WHO mengklasifikasikan infeksi dengue menjadi 3 besar yaitu demam
yang tidak terklasifikasikan, demam dengue, dan demam berdarah dengue (DBD).
DBD memiliki 4 derajat menurut keparahan penyakitnya, derajat 3 dan 4
merupakan dengue shock syndrome (DSS).
14
II
III
IV
Gejala
Demam, dengan dua atau lebih
gejala; nyeri kepala, nyeri retroorbita, myalgia/arthralgia.
Ditambah dengan tes tourniquet
positif.
Demam, dengan dua atau lebih
gejala; nyeri kepala, nyeri retroorbita, myalgia/arthralgia.
Ditambah dengan perdarahan
spontan.
Laboratoris
Trombositopenia < 100.000
Peningkatan hematokrit 20%
2011 SEARO
(South
East Asia
Regional Office)
menambahkan adanya kriteria expand karena pada beberapa penyakit tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam kriteria WHO 2009, SEARO juga memperbaharui
dalam mengklasifikasikan infeksi dengue, klasifikasi tersebut berupa demam yang
tidak terklasifikasikan, demam dengue tanpa manifestasi perdarahan, demam
dengue dengan manifestasi perdarahan, demam berdarah dengue dengan
kebocoran plasma, demam berdarah dengue tanpa adanya tanda-tanda syok,
demam berdarah dengue diikuti syok, demam dengue dengan perluasan dari
15,16,17
sindroma dengue.
1.6 Patofisiologi
1.6.1 Volume Plasma
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan
membedakan antara demam dengue (DD) dengan demam berdarah dengue (DBD)
ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, penurunan volume
plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia, disertai diathesis hemoragik.
Plasma akan merembes selama perjalanan penyakit mulai dari awal masa demam
dan mencapai puncak pada masa syok. Pada kasus berat, syok terjadi secara akut,
19
1.6.2 Trombositopenia
Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai
terendah pada masa syok. Trombositopenia diduga disebabkan oleh depresi fungsi
megakariosit dan peningkatan destruksi trombosit. Peningkatan destruksi
trombosit disebabkan oleh virus dengue, komponen aktif sistem komplemen,
kerusakan sel endotel dan aktivasi sistem pembekuan darah secara bersamaan atau
secara terpisah. Lebih lanjut fungsi trombosit pada DBD terbukti menurun
mungkin disebabkan proses imunologis terbukti ditemui kompleks imun dalam
peredaran darah. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap
19
19
1.7 Patogenesis
Patogenesis demam berdarah dengue (DBD) dan dengue shock syndrome
(DSS) masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak
dianut adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection)
dan hipotesis immune enhancement. Halstead menyatakan mengenai hipotesis
secondary heterologous infection. Pasien yang mengalami infeksi berulang dengan
serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar
untuk menderita DBD atau DSS. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya
akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan membentuk kompleks
antigen antibodi kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel
leukosit terutama makrofag. Sifat antibodi yang heterolog menyebabkan virus
tidak dinetralisirkan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam
8,19
8,19
wabah.
8,19
dan koagulasi intravaskular diseminata (KID). Manifestasi syok pada anak terdiri
19
atas:
1. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan
hidung sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi yang
insufisien yang menyebabkan peninggian aktivitas simpatikus secara reflek.
2. Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya
menurun menjadi apatis, stupor dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan
sirkulasi serebral.
3. Perubahan nadi, nadi menjadi cepat dan lembut sampai tidak dapat diraba
oleh karena kolaps sirkulasi.
4. Tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang
5. Tekanan sistolik pada anak menurun menjadi 80mmHg atau kurang
6. Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri
renalis.
1.8.1 Syok Terkompensasi
Tanda dan gejala syok terkompensasi :
1. Takikardi
2. Takipnea
3. Tekanan nadi < 20 mmHg
4. CRT > 2 detik
5. Kulit dingin
6. Produksi urin menurun < 1 mL/kgBB/jam
7. Anak gelisah
1.8.2 Syok Dekompensasi
Tanda dan gejala syok dekompensasi :
1. Takikardi
2. Hipotensi
3. Nadi cepat dan kecil
4. Pernafasan kusmaull
5. Sianosis
6. Kulit lembab dan dingin
7. Profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
1.9 Diagnosis
Kriteria Diagnosis Dengue Shock Syndrome (DSS)
Penegakan diagnosis DSS terdiri dari 2 kriteria, yaitu memenuhi kriteria
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan adanya ditemukan tanda dan gejala syok
hipovolemik baik yang terkompensasi maupun yang dekompensasi.
Trombositopenia <100.000/mm
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti
perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis
DBD.
Uji Torniquette yang biasa disebut juga uji Rumple Leed atau uji
bendungan lengan atas dilakukan dengan cara menentukan tekanan darah pasien
dan diikuti mencari angka tengahnya (sistol + diastol lalu dibagi 2). Kembangkan
manset dan pertahankan tekanan manset pada angka tengah selama 5 menit.
Setelah 5 menit manset dilepas, ditunggu 2 menit, kemudian hitung jumlah
2
petekie di volar tangan dengan luas 1 inci (sama dengan lingkaran berdiamete 2,8
cm). Uji ini positif jika jumlah petekie 10.
1.11 Tatalaksana
Prinsip utama tatalaksana DSS adalah pemberian cairan yang cepat dengan
jumlah yang adekuat. Diagnosis dini syok terkompensasi disertai dengan
pengobatan yang cepat dan tepat mempunyai prognosis yang jauh lebih baik
dibanding apabila pasien sudah jatuh ke dalam fase syok dekompensasi. Selain itu
bila ditemukan faktor ko-morbid dan penyulit seperti hipoglikemia dan gangguan
asam basa, gangguan elektrolit harus segera diobati.
1,6
Bila syok teratasi, berikan cairan dengan dosis 10 mL/kgBB/jam selama 12 jam.
Bila syok tidak teratasi, periksa analisi gas darah, hematokrit, kalsium, dan
gula darah untuk menilai kemungkinan adanya A-B-C-S (A=asidosis,
B=bleeding/perdarahan, C=calcium, S=sugar/gula darah) yang dapat
memperberat syok hipovolemik. Apabila salah satu atau beberapa
kelaianan tersebut ditemukan, segera lakukan koreksi.
B Bleeding
Hematokrit
C Calcium
Elektrolit, Ca++
S Blood sugar
Gula darah,
dextrostix
1,5
1.12 Pencegahan
Pencegahan DSS dapat dilakukan dengan cara memperhatikan tanda
bahaya (warning signs) yang dapat terjadi.
6
Tidak tampak distress pernafasan yang disebabkan efusi pleura atau asites
DSS.
BAB 2
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Anak C
Umur
: 5 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Berat badan
: 12kg
Tinggi badan
: 102 cm
Agama
: Islam
Alamat
: Padang
MRS
: 02 Februari 2016
ANAMNESIS
Telah dirawat seorang anak perempuan berusia 5 Tahun pada tanggal 2 Februari 2016
pukul 23.00 WIB di ruang Rawat Semiintensif RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan:
Keluhan Utama: Kaki dan tangan teraba dingin sejak 4 jam sebelum masuk Rumah Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
-
Demam sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, hilang timbul,
tidak menggigil, tidak berkeringat dan tidak disertai kejang. Anak demam semakin
tinggi sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus menerus, tidak
menggigil, tidak berkeringat, tidak disertai kejang.
Batuk sejak 4 hari yang lalu berdahak dan tidak disertai pilek.
Sakit kepala ada
Sakit dibelakang bola mata ada
Nyeri sendi ada.
Mual sejak 4 hari yang lalu dan tidak disertai muntah.
Nyeri perut sejak 4 hari yang lalu terutama dirasakan pada ulu hati.
Sesak nafas tidak ada, kebiruan tidak ada.
Perdarahan kulit, gusi, hidung dan saluran cerna tidak ada.
Nafsu makan agak menurun selama sakit,biasanya anak makan dengan menu
makanan biasa, frekuensi 3x sehari menghabiskan 1/3-1/2 porsi orang dewasa.Selama
sakit anak kurang mau makan anak hanya makan 1-2x sehari menghabiskan 2 sendok
makan.
Buang air kecil jumlah berkurang dan warna biasa.
Buang air besar teratur warna dan konsistensi biasa.
Pasien sebelumnya telah dibawa berobat ke spesialis anak dan kemudian dirujuk ke
RSUP DR.M.Djamil padang dengan keterangan observasi demam lama (thypoid
fever) + gizi kurang + intake sulit.
Anak sudah mendapatkan tatalaksana syok di IGD RSUP DR.M.Djamil padang
kemudian setelah syok teratasi anak di rawat di rung rawat semiintensif.
Tidak ada keluarga dan tetangga sekitar yang menderita demam berdarah.
Riwayat Kehamilan
-
GPA
: G1P1A 0
Masa kehamilan
: Aterm
Partus
: Spontan
Penolong
: Bidan
Berat badan lahir : 2000 gr
Panjang badan lahir : 46 cm
Keadaan saat lahir : Langsung menangis
Riwayat demam ()
Riwayat ketuban kental hijau dan bau ()
Riwayat Makanan
-
ASI
Bubur susu
Nasi tim
Nasi biasa
: 0 2 bulan
: 6 bulan 1 tahun
: 1 tahun 1 tahun 6 bulan
: 1 tahun 6 bulan sekarang
.1.
Riwayat Vaksinasi
- BCG
: (+)
- Polio
: (+) 1,2,3
- DPT
: (+) 1,2,3
- Hepatitis B : (+) 1,2,3
- Campak
: (+)
Kesan : imunisasi dasar lengkap
Keadaan Umum
Kesadaran
: Somnolen
Berat badan
: 12 kg
Tinggi badan
: 102 cm
Tekanan Darah
: tidak terukur
Nadi
: filiformis
Denyut Jantung
: 136 x/menit
Pernapasan
: 30 x/menit
Suhu
: 38,9 0C
Anemis
: tidak ada
Sianosis
: tidak ada
Ikterus
: tidak ada
Edema umum
: tidak ada
Keadaan gizi
BB/U = 66,7 %
TB/U = 95,3 %
BB/TB = 75 %
Kesan: gizi kurang
Keadaan Spesifik
Kulit
ptechiae spontan (-), anemis (-)
Kepala
Kesan kepala
: Normocephali
Rambut
Mata
: Kelopak mata normal, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) refleks
cahaya +/+ normal, pupil bulat, isokor, diameter 2 mm/2 mm
Hidung
Telinga
: Sekret (-)
Mulut
: Stomatitis angularis (-), atrofi papil lidah (-), mukosa bibir dan mulut
kering (+), sianosis sirkum oral (-), typhoid tongue (-)
Tenggorokan
Leher
: Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tekanan vena jugularis
tidak meningkat
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
:-
Perkusi
: Sonor.
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: datar
Palpasi
: Lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien sulit di nilai
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Akral dingin (+/+), edema (-), sianosis (-), ptechiae spontan (-), CRT < 2 detik
Kelenjar Getah Bening
Tidak ada pembesaran
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah (Tanggal 2 Februari 2016)
Hb
: 17,6 g/dl
Ht
: 52 vol %
Leukosit
: 10.940/mm3
LED
: 2 mm/jam
Trombosit
: 62.000/mm3
Hitung jenis
: 0/0/7/40/46/6
Kalsium
: 97 mmol/l
Retikulosit
: 1,8 %
Kesan : Trombositopenia
Diagnosa Kerja :
Dengue Shock Syndrom
Tatalaksana :
Oksigen nasal 1-2 L/menit
IVFD RL 20cc/kgBB/30 menit 240cc/ 30menit
Cek IgM dan IgG
Balance cairan
ML 1100 kkal
Vital sign per30jam
BAB 3
ANALISIS KASUS
Seorang anak perempuan datang ke RSUP DR.M.Djamil Padang dengan keluhan utama kaki dan
tangan dingin. Dari anamnesis didapatkan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit penderita
mengeluh demam tinggi, yang artinya penderita mendapat infeksi, bisa berupa infeksi bakteri
(infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, dsb), infeksi virus (demam dengue, DHF, dsb), atau
infeksi parasit (misal malaria). Demam timbul mendadak, terus-menerus, dan ditambah tidak ada
riwayat berpergian ke luar daerah dan riwayat sakit malaria tidak ada, maka untuk sementara
kemungkinan sakit malaria dapat disingkirkan. Tidak adanya batuk, pilek, dan sesak napas
mengurangi kemungkinan adanya infeksi di saluran napas, sedangkan BAK biasa, tidak ada
nyeri dapat menyingkirkan infeksi di saluran kemih. Penderita mengeluhkan nyeri perut, ada
sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sakit belakang bola mata ada, bintik-bintik merah di kulit tidak
ada, mimisan tidak ada, perdarahan gusi tidak ada, sehingga kemungkinan demam dengue/DHF
belum dapat disingkirkan.
Dari anamnesis lebih lanjut didapatkan sejak 4 jam SMRS, kaki dan tangan penderita terasa
dingin. Penderita tampak lesu dan lemas. BAK berkurang ada. Hal ini menunjukkan
kemungkinan penderita mengalami syok yang kemungkinan besar disebabkan oleh demam
dengue atau DHF
Dari pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran penderita somnolen dengan tekanan darah
tidak terukur, nadi filiformis, pernapasan 30x/menit, dan suhu 36,00C menunjukkan penderita
memang berada dalam kondisi syok. Pada ekstremitas didapatkan dingin yang semakin
mengarahkan diagnosis kepada DSS.
Pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan leukositosis dan tidak ada peningkatan
LED, sehingga kemungkinan syok akibat sepsis dapat disingkirkan dan semakin memperbesar
kemungkinan syok akibat DHF. Akhirnya terpenuhilah tiga kriteria WHO untuk menegakkan
diagnosis DHF, yaitu:
Demam/riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie, ekimosis, atau
purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena.
Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin.
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai
hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, hiponatremia.
Dan berdasarkan derajatnya, pasien ini tergolong pada derajat III (Dengue Shock Syndrome)
karena didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20
mmHg atau kurang) atau hipotensi, kulit dingin dan lembab, serta tampak gelisah.
Prognosis pada pasien ini, quo ad vitam-nya dubia ad bonam karena case fatality rate
kasus DHF sekitar 1,5 % jadi asalkan pasien ini mendapatkan penatalaksanaan sesuai protokol
yang ada tidak akan menyebabkan kematian. Sedangkan untuk quo ad functionam-nya bonam.