Ada satu jargon yang sangat populer di kalangan pemikir Islam klasik dan
:modern, yaitu berbunyi
Artinya kurang lebih adalah: “Islam adalah agama yang cocok untuk segala
.”zaman dan tempat
Kalimat di atas menggambarkan bahwa ajaran Islam bisa diterapkan pada segala
zaman dan tempat. Islam tidak akan lekang oleh waktu dan tidak terbatas hanya
satu generasi tertentu, tetapi selalu cocok untuk segala macam generasi dari
waktu ke waktu dan bisa diterapkan di mana saja di muka bumi ini, dari ujung
.barat hingga timur dan dari ujung utara hingga ujung selatan
Terkait dengan kesesuaian Islam dengan perubahan zaman sekarang, ada satu
pertanyaan muncul dari seorang mahasiswa, jika Islam itu cocok dengan segala
situasi, zaman dan tempat, mengapa banyak konsep-konsep Islam pada masa lalu
yang sulit diterapkan pada zaman sekarang? Misalnya konsep tentang sabar,
tawakkal, tawadhu’ dan sebagainya, yang bertentangan dengan konsep-konsep
pendidikan pada saat ini. Konsep pendidikan yang berkembang pada saat ini,
menuntut para siswa harus bersikap agresif, kompetitif, optimis, merebut peluang
dan sebagainya. Konsep-konsep itu sangat bertentangan dengan konsep-konsep
.Islam tentang sabar, tawakkal, tawadhu’, wara’, zuhud dan sebagainya
Menjawab pertanyaan seorang mahasiswa yang cerdas itu, bukan pekerjaan yang
mudah bagi saya, karena memang banyak ajaran Islam yang menyuruh umat
Islam untuk menerapkan sifat sabar, tawakkal, tawadhu, wara’, zuhud dan
.sebagainya yang bertentangan dengan semangat dunia modern
Menurut saya, seluruh ajaran Islam pada dasarnya tidak ada yang bertentangan
dengan konsep-konsep dunia modern sekarang. Ajaran Islam bersifat universal
yang bisa diaplikasikan sesuai dengan situasi dan kondisi di mana manusia hidup.
Konsep tentang sabar, tawakkal, tawadhu, wara’, zuhud dan sebagainya, yang
kita baca pada saat ini, merupakan konsep-konsep yang dihasilkan oleh para
ulama klasik yang didominasi oleh nuansa kehidupan tasawuf. Ketika konsep-
konsep itu dijelaskan oleh para sufi, maka seakan-akan Islam mengajarkan suatu
tindakan yang bersifat pasif dan pesimistik. Padahal konsep-konsep tersebut
justru didahului dengan satu tindakan yang bersifat aktif dan optimis. Artinya
implementasi kesabaran, tawakkal, tawadhu dan sebagainya pada seorang
muslim, bukan berarti harus berpangku tangan tanpa usaha, tetapi justru harus
didahului dengan usaha keras dalam mencapai tujuan. Setelah usaha itu
.dilakukan, baru diikuti dengan kesabaran, tawakal dan sebagainya
Inti dari apa yang saya sampaikan di atas adalah munculnya sikap, ajaran dan
amalan yang pesimistik dalam Islam, bukan disebabkan karena ajaran Islam itu
sendiri, tetapi karena kekeliruan umat Islam dalam memahami konsep-konsep
tersebut, karena itu pemahaman kita terhadap Islam, harus senantiasa
direkonstruksi dan diperbaiki dari waktu ke waktu, sehingga pemahaman kita
terhadap Islam akan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
.Wallahu a’lam bi shawab