Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

Oleh Kelompok 5 :

Ussiin (20600113017)
Muh. Idhan chaer (20600113115)
Nurhikmah (206001130)
Liwaul Alan (20600113079)
Junaidi

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah fisika
lingkungan yang berjudul Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada setiap
orang yang telah memberikan partisipasi dan waktu serta perhatiannya selama
dalam penulisan makalah ini. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
dari Mata kuliah Fisika Lingkungan dan kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun pada pendapat dan hasil
daripada makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun bagi orang lain yang membacanya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
makalah ini dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca dan dapat meningkatkan hasil Pendidikan dan meningkatkan
Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Makassar, Maret 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi dan informasi masa kini, dengan
adanya radioaktif membawa perkembangan didalam berbagai aspek
kehidupan sehari-hari. Perlu kita ketahui bahwasannya dengan
perkembangan teknologi membawa perubahan yang sangat signifikan
akan tetapi semua itu selain memberikan pengaruh yang positif juga
menimbulkan efek yang negative pula.
Limbah radioaktif adalah jenis limbah yang mengandung atau
terkontaminasi radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi
batas yang diijinkan (clearance level) yang ditetapkan oleh badan
pengawas tenaga nuklir. Definisi tersebut digunakan didalam peraturan
perundang-undangan. Limbah radioaktif merupakan zat radioaktif yang
sudah tidak dapat digunakan lagi.
Salah satu prinsip utama pengelolaan limbah radioaktif adalah
limbah radioaktif tidak boleh menjadi beban bagi generasi mendatang.
Sebagian besar limbah radioaktif yang tersimpan di PTLR (pusat teknologi
limbah radioaktif) mempunyai umur yang pendek sehingga diharapkan
untuk waktu tidak terlalu lama menjadi bahan yang tidak radioaktif, hanya
sebagian kecil mempunyai usia yang panjang dari puluhan sampai ribuan
tahun. Utuk limbah usia panjang ini, PLTR telah mengembangkan
teknologi penyimpanan akhir yaitu penyimpanan limbah dikedalaman
tertentu dibawah tanah. Teknologi penyimpanan akhir ini mirip dengan
yang sudah diaplikasikan tidak membahayakan generasi mendatang baik
menggunakan model komputasi maupun analogi kejadian alam.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari limbah radioaktif ?

2.
3.
4.
5.

Apa tujuan dari pengelolaan limbah radioaktifitas ?


Apa saja prinsip-prinsip dasar pengelolaan limbah radioaktif ?
Apa saja jenis-jenis limbah radioaktif ?
Apa sajakah kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan limbah
radioaktif ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui definisi dari limbah radioaktif
2. Mengetahui tujuan dari pengelolaan limbah radioaktif
3. Mengetahui prinsip-prinsip dasar pengelolaan limbah radioaktif
4. Mengetahui jenis-jenis limbah radioaktif
5. Mengetahui pengelolaan limbah radioaktif.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Limbah Radioaktif (nuklir)

Limbah radioaktif adalah jenis limbah yang mengandung atau


terkontaminasi radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi
batas yang diijinkan (clearance level) yang ditetapkan oleh badan
pengawas tenaga nuklir. Definisi tersebut digunakan didalam peraturan
perundang-undangan. Limbah radioaktif merupakan zat radioaktif yang
sudah tidak dapat digunakan lagi.
Limbah radioaktif merupakan hasil samping dari pemanfaatan
teknologi nuklir. Dalam limbah radioaktif terdapat unsur-unsur radioaktif
yang masih memancarkan radiasi. Limbah radioaktif tidak boleh dibuang
kelingkungan karena radiasi yang dipancarkan memberikan efek yang
tidak baik karena dapat merugikan manusia terhadap kesehatan manusia.
Bentuk limbah radioaktif bervariasi baik kondisi fisik maupun
karakteristik kimianya, misalnya konsentrasi dan waktu paruh
radionuklida.
Limbah radioaktif kemungkinan mengandung pula senyawa yang
berbahaya secara kimia maupun biologi, dan adalah sangat penting
diperhatikan resiko bahaya yang berhubungan dengan senyawa-senyawa
tersebut di dalam pengelolaan limbah radioaktif. Pendekatan keselamatan
fundamental untuk pengelolaan limbah radioaktif berdasar pada
pengalaman internasional. Di dalam publikasi Standar Keselamatan
Limbah Radioaktif (Radioactive Waste Safety Standards / RADWASS),
IAEA menyatukan pengalaman ini ke dalam suatu paket yang saling
berkaitan diantara prinsip, standar, petunjuk (guide) dan praktek untuk
mencapai pengelolaan limbah radioaktif yang memperhatikan faktor
keselamatan.

B. Tujuan Pengelolaan Limbah Radioaktif


Tujuan pengelolaan limbah radioaktif adalah menangani limbah
radioaktif dengan suatu cara sehingga melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan untuk generasi sekarang dan yang akan datang tanpa
membebani masalah bagi generasi yang akan datang.

C. Prinsip-prinsip dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif


Pengelolaan limbah radioaktif yang bertanggungjawab
memerlukan implementasi dan pengukuran yang menghasilkan
perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan, karena pengelolaan
limbah radioaktif yang tak sesuai dapat menghasilkan efek yang
merugikan bagi kesehatan manusia atau lingkungan baik sekarang maupun
yang akan datang.
Perundang-undangan nasional yang efektif serta infrastruktur
organisasi yang terkait dengannya menghasilkan dasar-dasar untuk
pengelolaan limbah radioaktif secara benar. Tiap tahapan dalam
pengelolaan limbah radioaktif sangat mungkin tergantung satu sama lain,
sehingga memerlukan koordinasi untuk pelaksanaannya. Dengan
memperhatikan saling ketergantungan tersebut akan membantu memahami
faktor keselamatan dalam seluruh tahapan pengelolaan limbah radioaktif.
Pengamatan terhadap prinsip-prinsip pengelolaan limbah radioaktif
diharapkan akan menjamin bahwa pertimbang-pertimbangan di atas akan
dilaksanakan, sehingga memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan
pengelolaan limbah radioaktif.
Prinsip-prinsip tersebut serta tambahan penjelasan harus dilihat
sebagai satu kesatuan dan dijelaskan berikut ini :
1. Prinsip 1: Perlindungan Kesehatan Manusia
Limbah Radioaktif harus dikelola sedemikian rupa sehingga
diperoleh level yang dapat diterima oleh kesehatan manusia. Beberapa
resiko bahaya yang terkait dengan limbah radioaktif mirip dengan yang
terkait limbah beracun, misalnya terhadap kendali operasi
pertambangan dan kimia. Namun sifat alami limbah radioaktif
mempunyai resiko bahaya lainnya, yaitu kemungkinan paparan radiasi
pengion. Sehingga berbeda dengan limbah lainnya maka tingkat/level
yang dapat diterima untuk perlindungan manusia dan lingkungan harus
ada.
2. Prinsip 2: Proteksi Lingkungan

Limbah radioaktif harus dikelola dengan suatu cara sehingga


menghasilkan suatu tingkatan/level yang dapat diterima untuk
melindungi lingkungan.
3. Prinisp 3: Proteksi melewati batas Negara
Limbah radioaktif harus dikelola untuk meyakinkan bahwa
kemungkinan dampak yang diterima oleh manusia dan lingkungan
melewati negara yang bersangkutan diperhitungkan.
4. Prinsip 4: Proteksi untuk generasi yang akan datang
Limbah radioaktif harus dikelola sehingga dampak yang diprediksi
untuk generasi yang akan datang tidak lebih besar daripada tingkat
berdampak yang bisa diterima hari ini. Prinsip ini berasal dari tanggung
jawab etika dalam rangka kesehatan generasi yang akan datang.
5. Prinsip 5: Beban bagi generasi yang akan datang
Limbah radioaktif harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak
membebani generasi yang akan datang. Pertimbangan terhadap generasi
yang akan datang merupakan dasar yang sangat penting dalam
pengelolaan limbah radioaktif. Prinsip ini berdasar pada pertimbangan
etika dimana generasi yang memanfaatkan dan mendapat keuntungan
dari suatu kegiatan harus menanggung beban tanggungjawab untuk
mengelola limbah yang ditimbulkannya. Sangat penting memperhatikan
berkesinambungnya kendali institusi, bila diperlukan, untuk fasilitas
pembuangan akhir.
6. Prinsip 6: Kerangka kerja legalitas nasional
Limbah radioaktif harus dikelola dibawah kerangka kerja legalitas
nasional termasuk pemisahan tanggung jawab yang jelas serta
dibentuknya fungsi pengaturan yang mandiri.
7. Prinisp 7: Kendali terhadap timbulnya limbah radioaktif
Timbulnya limbah radioaktif harus diupayakan seminimal
mungkin. Timbulnya limbah radioaktif harus diupayakan seminimal
mungkin, dalam arti aktivitas dan volume, dengan melakukan desain,
operasi serta dekomisioningan sebaikbaiknya. Termasuk di dalamnya
adalah kegiatan pemilihan dan kendali bahan, penggunaan kembali atau
daur ulang bahan-bahan, serta pelaksanaan operasi harus sesuai
prosedur. Harus ditekankan mengenai pemisahan limbah dan material

sesuai dengan jenisnya untuk mereduksi volume limbah radioaktif serta


memudahkan pengelolaannya.
8. Prinsip 8: Timbulnya limbah dan saling ketergantungan dalam
pengelolaan.
Harus dipertimbangkan saling ketergantungan diantara langkahlangkah pada saat timbulnya maupun saat pengelolaan limbah radioaktif.
Tahapan-tahapan dasar dalam pengelolaan limbah radioaktif, tergantung
dari jenis limbahnya, adalah pra-olah, pengolahan, conditioning,
penyimpanan dan pembuangan akhir (disposal). Terdapat saling
ketergantungan diantara tahapantahapan tersebut.
9. Prinsip 9: Keselamatan fasilitas
Keselamatan fasilitas pengelolaan limbah radioaktif harus dijamin
sebaik-baiknya selama waktu hidup fasilitas tersebut. Selama pencarian
lokasi, desain, pembangunan, commissioning, operasi, dan
dekomisioning fasilitas atau penutupan tempat penyimpanan, maka
prioritas harus diberikan pada keselamatan termasuk pencegahan
kecelakaan, dan minimalisasi dampak kecelakaan apabila hal itu terjadi.
Seluruh proses tersebut merupakan isu public (bagian dari topik di
masyarakat). Penetapan lokasi harus mempertimbangkan hal penting
yang mempengaruhi keselamatan fasilitas atau dipengaruhi oleh
fasilitas.
D. Jenis-jenis Limbah Radioaktif
Jenis-jenis limbah radioaktif antara lain :
a. dari segi besarnya aktifitas dibagi tiga yaitu limbah radioaktif tingkat
tinggi, limbah radioaktif tingkat sedang dan limbah radioaktif tingkat
rendah.
1. Limbah radioaktif tingkat tinggi (High Level Waste)
Limbah Radioaktif Tingkat Tinggi (HWL) jika limbah radioaktif
tersebut mempunyai radioaktivitas dan kalor yang dihasilkan yang
melewati nilai batas yang telah ditetapkan.
Limbah Radioaktif Tingkat Tinggi (HLW) dihasilkan dari
pemisahan uranium dan plutonium dari bahan bakar bekas pada fasilitas

olah ulang. Sebagian besar radionuklida limbah radioaktif tingkat tinggi


berasal dari unsur hasil belahan yang diperoleh dari proses ekstraksi
uranium dan plutonium hasil penguraian bahan bakar bekas. Limbah ini
disebut limbah radioaktif cair tingkat tinggi yang akan distabilkan dengan
cara vitrifikasi (blok gelas) sebagai limbah radioaktif tingkat tinggi
(HLW). Pilihan "one through" pada proses olah ulang tidak dilakukan pada
bahan bakar bekas.
2. Limbah tingkat sedang
Limbah tingkat sedang adalah limbah radioaktif dengan aktivitas
diatas tingkat rendah tetapi dibawah tingkat tinggi yang tidak memerlukan
pendingin dan memerlukan penahan radiasi selama penanganan dalam
keadaan normal dan pengangkutan.
3. Limbah tingkat rendah (Low Level Waste).
a.) Limbah PLTN
Limbah PLTN adalah limbah yang dihasilkan dari proses dismantling
dan pengoperasian PLTN, terutama nuklida yang memancarkan beta
dan gamma dengan waktu sangat pendek. Limbah jenis ini akan
disimpan pada fasiltas penyimpanan tanah dangkal seperti yang ada di
Rokkashomura-Jepang. Pada limbah ini terdapat rentang tingkat
radioaktivitas yang lebar dan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu tinggi (pemancar beta-gamma), sedang dan rendah.
b.) Limbah Uranium
Limbah Uranium dihasilkan dari proses konversi dan fabrikasi bahan
bakar serta dari mesin sentrifugal pada saat proses pengayaan. Jenis
limbah ini mempunyai waktu paro yang sangat panjang walaupun
aktivitas radiasinya rendah dan tidak dapat disimpan pada fasilitas
penyimpanan tanah dangkal.
c.) Limbah yang berasal dari fasilitas radioisotop dan laboratorium
Aplikasi radioisotop mencakup bidang yang sangat luas, misalnya
dalam bidang kedokteran (diagnostik dan terapi), farmasi (sebagai
perunut), serta industri. Dari kegiatan tersebut dihasilkan limbah

radioaktif. Sedangkan limbah yang berasal dari laboratorium (pusat


riset, universitas, swasta) yang berhubungan dengan penelitian seperti
penggunaan sumber radiasi, bahan bakar reaktor, fasilitas pengolahan
bahan bakar, disebut sebagai limbah laboratorium. Limbah tersebut
akan disimpan dalam sistem penyimpanan sederhana pada fasilitas
tanah dangkal.
b. Dari segi umur dibagi dua yaitu :
1. limbah umur paruh panjang
2. limbah umur paruh pendek.
c. Dari bentuk fisiknya dibagi tiga yaitu limbah gas, cair dan padat.
1. gas, misalnya ventilasi exhaust dari fasilitas yang menangani bahan
radioaktif
2. cairan, misalnya cairan sintilasi dari fasilitas riset sampai dengan
limbah cair aktivitas tinggi dari proses olah ulang bahan bakar
bekas.
3. padat, mulai dari alat gelas dan sampah yang tercemar dari rumah
sakit, fasilitas riset pengobatan dan laboratorium radiofarmasi
sampai dengan limbah proses olah ulang yang divitrifikasi atau
bahan-bakar bekas dari reaktor daya (bila dianggap sebagai limbah
aktivitas tinggi).
Limbah di atas cakupannya luas, dimulai yang keradioaktifannya
rendah, seperti yang dihasilkan dari prosedur diagnostik dalam dunia
pengobatan, sampai yang sangat radioaktif, seperti limbah dari proses
olah ulang yang divitrifikasi atau sumber radiasi bekas dari penggunaan
di radiografi, radioterapi atau aplikasi lainnya. Limbah radioaktif
kemungkinan mempunyai volume yang sangat kecil, misalnya sumber
radiasi tertutup bekas, atau volume sangat besar dan tersebar, seperti
tailing hasil penambangan dan penggilingan bijih uranium, serta limbah
dari restorasi lingkungan. Prinsip dasar pengelolaan limbah radioaktif
telah dikembangkan meskipun terdapat banyak perbedaan yang besar
baik asal maupun karakteristik limbah radioaktif, misalnya, konsentrasi,

volume, waktu paruh, dan radiotoksisitasnya. Meskipun prinsip tersebut


secara umum bisa diterapkan namun implementasinya bervariasi
tergantung pada jenis limbah radioaktif dan fasilitas yang digunakan.
Limbah Radioaktif, sebagai sumber radiasi pengion, telah lama dikenal
memiliki potensi resiko bahaya bagi kesehatan manusia. Regulasi
nasional serta standar dan petunjuk (guideline) dari rekomendasi
internasional yang berhubungan dengan proteksi radiasi dan
pengelolaan limbah radioaktif telah dikembangkan, hal ini berdasar
pada kumpulan pengetahuan yang bersifat sain. Sudah merupakan sifat
utama dari pengelolaan limbah radioaktif bahwasanya perhatian khusus
diberikan untuk perlindungan generasi yang akan datang. Pertimbangan
terhadap generasi yang akan datang termasuk potensial paparan radiasi,
konsekuensi ekonomi, dan kemungkinan kebutuhan akan pengawasan
atau pemeliharaan.
E. Pengelolaan Limbah Radioaktif
Kegiatan nuklir di Indonesia sudah dimulai sejak 1965 melalui
pengoperasian reaktor training research and isotope production by general
atomic (Triga) di Pusat Penelitian Teknik Nuklir (PPTN) Bandung. Yang
menjadi permasalahan adalah limbah nuklir dari kegiatan tersebut. Pro
kontra itu berpeluang diminimalisasi bila pengelolaan limbah nuklir
dilakukan secara benar. Tujuan akhir adalah melindungi lingkungan dan
masyarakat dari potensi dampak radiologi limbah radioaktif, salah satunya
adalah melalui operasi teknik kimia.
Program pengolahan limbah radioaktif itu ditunjukkan untuk
menjamin agar tidak seorang pun akan menerima radiasi melebihi nilai
batas maksimal yang diizinkan. Terdapat hal-hal yang menguntungkan
dalam rangka pengolahan limbah radioaktif yaitu :
1. Sifat fisika zat radioaktif yang selalu meluruh menjadi zat stabil (tidak
radioaktif lagi). Karena terjadi peluruhan, maka jumlah zat radiaktif

akan selalu berkurang oleh waktu. Sifat ini sangat menguntungkan


karena cukup hanaya menyimpan secara aman, zat radioaktif akan
berkurang dengan sendirinya.
2. Sebagian besar zat radiaktif yang terbentuk dalam keras reactor nuklir
yang umumnya memiliki waktu paro yang sangat pendek, mulai ordo
beberapa detik hingga beberapa hari. Hal ini menyebabkan peluruhan
zat radioaktif yang sangat cepat yang berarti menjadi pengurangan
volume limbah yang sangat besar dalam waktu yang relative singkat.
3. Saat ini berasil dikembangkan beberapa jenis alat ukuran yang sangat
peka terhaap radiasi. Dalam ukuran ini keberadaan radioaktif sekekcil
apapun selau dapat dipantau
Pengelolaan limbah radioaktif sangat memerlukan perhatian
khusus hal ini dikarenakan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,
efek somatik dan genetic pada manusia serta efek psikologis pada
masyarakat.
Tiga unsur dasar dalam pengelolaan limbah radioaktif :
1. Pengelolaan bertujuan untuk memudahkan dalam penanganan
selanjutnya.
Limbah nuklir dipekatkan dan dipadatkan yang pelaksanaannya
dilakukan dalam wadah khusus untuk selanjutnya disimpan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Cara ini efektif untuk menangani
limbah nuklir cair yang mengandung zat radioaktif beraktivitas sedang
dan atau tinggi.
2. Penyimpanan sementara dan pembuangan atau penyimpanan akhir atau
lestari.
Limbah nuklir disimpan dan dibiarkan meluruh dalam tempat
penyimpanan khusus sampai aktivitasnya sama dengan aktivitas zat
radioaktif lingkungan. Cara ini efektif bila dipakai untuk pengelolaan
limbah nuklir cair atau padat yang beraktivitas rendah dan berwaktu
paruh pendek.
3. Pengawasan pembuangan dan monitoring lingkungan.
Limbah nuklir diencerkan dan didispersikan ke lingkungan. Cara
ini efektif dalam pengelolaan limbah nuklir cair dan gas beraktivitas

rendah
Pada dasarnya kegiatan pengelolaan limbah radioaktif meliputi
tahapan :
a. Pengangkutan limbah
Pengangkutan limbah meliputi kegiatan pemindahan limbah
radioaktif dari lokasi penghasil limbah menuju kelokasi pengelolaan
limbah. Kegiatan pengangkutan harus memenuhi syarat-syarat
keamanan dan keselamatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Perijinan pengangkutan limbah didapat dari badan pengawas tenaga
nuklir.
Sarana dan prasarana yang dipakai pada kegiatan pengangkutan
limbah antara lain :
a.) Alat angkut : truck, fork lift, crane, hand crane dan sebagainya
b.) Transfer cask/Kanister
c.) Pallet
d.) Alat monitoring
e.) Tanda bahaya radiasi dan tanda bahaya lainnya
f.) Sarana keselamatan kerja dan sarana lain yang diperlukan.
b. Pra Olah
Pra Olah adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pengolahan agar
limbah memenuhi syarat untuk dikelola pada kegiatan pengelolaan
berikutnya.
Kegiatan ini antara lain meliputi :
a.) Pengelompokkan sesuai dengan jenis dan sifatnya
b.) Preparasi dan analisis terhadap sifat kimia, fisika, serta kandungan
c.)
d.)
e.)
f.)
g.)
h.)

radiokimia.
Pewadahan dalam drum 60, 100, 200 liter atau tempat yang sesuai
Pengepakan untuk memudahkan pengangkutan dan pengolahan
Pengukuran dosis paparan radiasi
Pemberian label identifikasi dan pengisian lembar formulir isian
Pengeluaran dari hotcell
Penempatan dalam kanister sehingga memenuhi criteria
keselamatan pengangkutan.
Sarana dan prasarana yang dipakai dalam kegiatan Praolah
antara lain :
1.) Drum 60 liter/100 liter
2.) Plastik pelapis bagian dalam drum

3.)
4.)
5.)
6.)
7.)

Lembar identifikasi dan lembar isian


Alat monitor radiasi
Alat pengepakan
Kanister
Sarana keselamatan kerja.

c. Pengolahan
Pengolahan limbah radioaktif

Pengolahan limbah radioaktif

dilakukan berdasarkan sifat dan jenis limbah: Limbah cair organik dan
limbah padat yang bisa dibakar direduksi volumenya dengan cara
insenerasi.
1. Limbah cair yang tidak bisa dibakar diolah dengan cara evaporasi
untuk

mereduksi

volumenya.

Konsentrat

hasil

evaporasi

dikungkung dalam shell beton dengan campuran semen. Bila


limbah cair bersifat korosif maka limbah diolah secara kimia
(chemical treatment) sebelum disementasi.
2. Limbah padat termampatkan, proses reduksi volumenya dilakukan
dengan cara kompaksi. Limbah padat dimasukkan dalam drum
100L untuk dikompaksi, selanjutnya dimasukkan dalam drum 200L
Setelah

pengisian

batu

koral,

hasil

kompaksi

selanjutnya

disementasi dalam drum 200L.


3. Limbah

padat

pengolahannya

tak

terbakar

dimasukkan

secara

dan

tak

langsung

termampatkan
dengan

cara

sementasi dalam shell beton 350L/950L. Proses imobilisasi atau


proses kondisioning dilakukan dengan menggunakan shell beton
350 liter, 950 liter, drum beton 200 liter dan drum 200 liter dengan
bahan matriks campuran semen basah.
4. Limbah gas, dilakukan penyaringan menggunakan filter sebelum
dibuang ke udara,

selanjutkan filter. Untuk

kegiatan proses pengolahan

menunjang

ini diperlukan suatu koordinasi

kerja
proses,

yang

terpadu

penunjang

diantara

sarana,

tenaga

keselamatan,

yang

terdiri

dari

laboratorium

dan

administrasi.
d. Penyimpanan Sementara
Penyimpanan sementara (Interim Storage) dilakukan sebelum dan
sesudah limbah diolah danmerupakan

transit sebelum dikirim ke

penyimpanan lestari. Tujuannya adalah memungkinkan peluruhan


berlangsung.
e. Penyimpanan Lestari
Penyimpanan
lestari dari limbah secara aman adalah tujuan
akhir dari pengelolaan limbah radioaktif dan banyak fihak didunia
belum dapat menemukan pembuangan lestari yang dapat diterima oleh
semua pihak. Penyimpanan lestari dapat mengambil lokasi di
samudra, sungai, danau, daratan atau dalam bumi. Pembuangan di
dalam perut bumi merupakan cara yang termurah, sekaligus memberi
perisai yang aman.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu :
1. Limbah radioaktif merupakan hasil samping dari pemanfaatan
teknologi nuklir. Dalam limbah radioaktif terdapat unsure-unsur
radioaktif yang masih memancarkan radiasi. Limbah radioaktif tidak
boleh dibuang kelingkungan karena radiasi yang dipancarkan
memberikan efek yang tidak baik karena dapat merugikan manusia
terhadap kesehatan manusia.
2. Tujuan pengelolaan limbah radioaktif adalah menangani limbah
radioaktif dengan suatu cara sehingga melindungi kesehatan manusia
dan lingkungan untuk generasi sekarang dan yang akan datang tanpa
membebani masalah bagi generasi yang akan datang.
3. Prinsip-prinsip dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif antara lain :
a. Prinsip Perlindungan kesehatan manusia
b. Prinsip Proteksi lingkungan
c. Priinsip Proteksi melewati batas Negara
d. Prinsip Proteksi untuk generasi yang akan datang
e. Prinsip Beban untuk generasi yang akan datang
f. Prinsip Kerangka kerja legalitas nasional
g. Prinsip kendali terhadap timbulnya limbah radioaktif
h. Prinsip timbulnya limbah dan saling ketergantungan dalam
pengelolaan.
i. Prinsip keselamatan fasilitas
4. Klarifikasi limbah radioaktif
a. Limbah radioaktif tingkat tinggi
b. Limbah radioaktif tingkat sedang
c. Limbah radioaktif tingkat rendah
5. Pengelolaaan limbah radioaktif :
a. Pengangkutan
b. Pra Olah
c. Pengolahan
d. Penyimpanan sementara

e. Penyimpanan lestari
B. Saran
Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://wikiplediaIndonesia.com/01/radioaktif.htmp
Santiani, 2011. Nuklir, Fisika Inti dan Politik Energi Nuklir. Malang: Intimedia
Zubaidah Alatas dkk, 2010. Buku Pintar Nuklir, Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai