Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Volume 3

Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasinya


SENTIA 2011-POLITEKNIK NEGERI MALANG

PERENCANAAN TURBIN AIR


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO
(STUDI KASUS PROYEK PLTM BULELENG 2 X 600 kW)
Asrori1, Eko Yudiyanto2
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang1,2
asrori2_polinema@yahoo.com1, eko.yudiyanto@gmail.com2

Abstrak
Proyek PLTM (Pembangkit Tenaga Listrik Mini Hidro) Buleleng 2 X 600 kW terletak di sungai
Lahunsa, desa Buleleng, kecamatan Bungku Selatan, kabupaten Morowali, propinsi Sulawesi Tengah. Data awal
sungai menunjukkan head (H)=60 m, dan debit (Q)=3,5 m3/s. Tujuan perencanaan adalah menentukan jenis dan
jumlah turbin yang digunakan, diameter runner serta letak suction head (Hs). Perencanaan berdasarkan
perhitungan dari studi literatur dan katalog standar pabrikan. Hasil perencanaan diperoleh: turbin Francis poros
horisontal spiral casing sebanyak 2 unit dengan kapasitas 600 kW. Adapun spesifikasi turbin adalah: putaran
kerja turbin diambil 1000 rpm, sedangkan kecepatan spesifik dimensional ns= 170,91 (metric) atau ns = 146,686
(SI) dan kecepatan spesifik dimensionless nqe = 0,884 rad, diameter runner turbin francis adalah Do = 0,443 m
dan diameter outlet Ds = 0,406 m. Sedangkan batas limit tinggi pusat turbin terhadap tail race atau tinggi tekan
hisap (suction head) adalah Hs = 3,811 meter
Kata kunci : PLTM Buleleng 2 x 600 kW, Turbin francis poros horisontal, kecepatan spesifik, diameter runner,
suction head

1. Pendahuluan
Indonesia memiliki sumber daya air yang
melimpah. Sungai dan air terjun menyimpan energi
yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit
listrik. Dilatar belakangi oleh krisis energi listrik dan
kebutuhan energi yang terus meningkat, maka
sumber daya yang ada dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTM) adalah salah satu pembangkit listrik tenaga
air yang menjadi pilihan dimana PLTM
memanfaatkan energi air yang memiliki kapasitas
aliran yang tidak terlalu besar.
Secara umum potensi listrik yang
bersumber dari energi terbarukan di luar Jawa cukup
besar dan belum dimanfaatkan secara optimal, salah
satunya adalah sumber energi tenaga air. Penelitian
ini mengambil studi kasus dari proyek PLTM
Buleleng 2 X 600 kW, yang terletak di sungai
Lahunsa, desa Buleleng, kecamatan Bungku Selatan,
kabupaten Morowali, propinsi Sulawesi Tengah.
Sebelum proyek pembangunan PLTM direalisasikan
tentunya perlu analisa pekerjaan mekanikal yaitu
perancangan turbin air yang akan digunakan.
Sehingga dari perancangan ini nantinya dapat
diperoleh jenis turbin yang optimal.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan data awal yang diperoleh dari
survey dilapangan diketahui tinggi jatuh/Head (H)
adalah 60 m 70 m, Debit (Q): 3,5 m3/s dan rencana
lokasi rumah pembangkit (power house): 1000 m
diatas permukaan laut. Maka rumusan masalah dari

Perencanaan Turbin Air pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro

penulisan ini adalah (a) Jenis turbin apa yang


digunakan? Bagaimana spesifikasi turbin (kecepatan
putar, kecepatan spesifik dan diameter runner) yang
direncanakan? Berapa Tinggi Tekan Hisap (Suction
Head) turbin agar tidak terjadi kavitasi?
3. Metodologi
Metodologi penelitian yang di lakukan
adalah dengan menghimpun informasi lapang
sebanyak banyaknya untuk selanjutnya dilakukan
perencanaan turbin air yang sesuai dengan kondisi di
lapangan. Kegiatan perencanaan didasarkan pada
ketersediaan material dan komponen turbin berdasar
katalog dan hasil penelitian yang telah ada
sebelumnya.
4. Tinjauan pustaka
Proses perancangan sebelumnya telah
banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Tiap
perencanaan diperoleh hasil yang berbeda
tergantung dari medan yang ditinjau. Andi Haris
Muhammad, dkk. sebelumnya telah merancang
Turbin air terapung dengan tipe helical blades.
Sinaga (2009) melakukan perancangan turbin air
untuk sistem pembangkit listrik tenaga mikro hidro:
studi kasus Desa Way Gison, Kecamatan Sekincau,
Kabupaten Lampung Barat
5. Proses Perencanaan
Pembangkit listrik mini hidro yang
direncanakan menggunakan dua (2) turbin secara
umum tampak seperti contoh pada gambar 1. Dari
data yang tersedia maka head diambil H= 60 m dan

Asrori & Eko Yudianto

Prosiding Volume 3
Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasinya
SENTIA 2011-POLITEKNIK NEGERI MALANG

debit yang masuk ke masing-masing turbin adalah Q


= 3,5/2 = 1,75 m3/s , dan Daya rencana untuk
masing-masing turbin adalah Pr = 1200 kW/ 2 = 600
kW.

Turbin

Penstok

aman dari jenis turbin francis dengan daya turbin


sekitar 800 kW. Dengan demikian dapat ditentukan
untuk daya rencana turbin 600 kW dapat diterima
dalam perencanaan turbin ini.

H = 60 m
Q = 1,75
m3/s

Generator
Pipa hisap
Gambar 1 Skema rumah pembangkit
dengan 2 turbin (sumber: Standards/
Manuals/Guidelines For Small Hydro Development,
Alternate Hydro Energy Centre, Indian
Institute Of Technology, Roorkee)
5.1 Daya Hidrolis (Gross Power)
Daya hidrolis adalah daya yang mampu
dihasilkan oleh energi air berdasarkan tinggi jatuh
(head) dan debit dari aliran air tersebut. Daya
hidrolis dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut:
Ph = Qd. Hgross
(1)
Dengan notasi
Ph : Daya hidrolis (Watt)
: Berat Jenis air (N/m3) = 9810 N/m3
Qd : Debit rencana (m3/s)
Hg : Tinggi jatuh kotor (Gross Head)
Dari data diperoleh Qd = 3,5 m3/s dan Hg = 60 m,
dengan demikian Daya hidrolis dapat diperoleh
sebesar,
Ph = 9810 (N/m3) x 3,5 (m3/s) x 60 (m)
= 2060100 Watt = 2,06 MW
5.2 Penentuan Jenis Turbin
Untuk menentukan jenis turbin yang akan
digunakan dalam dapat merujuk beberapa grafik
empiris yang telah ada, seperti gambar 2,
menunjukan daerah penggunaan untuk beberapa
jenis turbin berdasarkan Debit vs Head yang
divariasi dengan daya keluaran turbin dengan asumsi
tingkat efisiensi turbin t = 0,8 (sumber: Sulzer
Hydro Ltd., of Zurich).
Dari gambar 2 dapat diketahui dengan debit
yang masuk setiap turbin adalah Q=1,75 m3/s dan H
= 60 m, dengan menarik garis di sumbu x (debit) dan
y (head) ditunjukan garis merah putus-putus akan
ketemu titik perpotongan (biru) yang merupakan
wilayah turbin Standard Francis dan daya keluaran
di bawah 1 MW.
Berdasarkan gambar 2 dan gambar 3, maka
dengan debit Q = 1,75 m3/s dan H = 60 m, akan
ketemu di titik (warna biru) yang berada diwilayah
Perencanaan Turbin Air pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro

Gambar 2. Grafik daerah penggunaan untuk


beberapa jenis turbin berdasarkan Q Vs H (sumber:
Dixon, S. L. (1998)

Gambar 3. Grafik pemilihan turbin berdasarkan


Q Vs H (sumber: Layman's guidebooks ,1998)
Dalam penentuan posisi poros dari turbin
francis secara empiris untuk kapasitas turbin kecil
(umumnya dibawah 10 MW) biasanya dirancang
dengan tipe poros horisontal.
5.3 Kecepatan Spesifik (ns, nqe)
a. Pengaruh dari kecepatan spesifik
Kecepatan spesifik (ns,nqe), menunjukkan
bentuk dari turbin itu dan tidak berhubungan dengan
ukurannya. Kecepatan spesifik dari sebuah turbin
juga dapat diartikan sebagai kecepatan ideal,
persamaan geometris turbin, yang menghasilkan satu
satuan daya tiap satu satuan head. Kecepatan
spesifik turbin diberikan oleh perusahaan (dengan
penilaian yang lainnya) dan selalu dapat diartikan
sebagai titik efisiensi maksimum. Perhitungan tepat
ini menghasilkan performa turbin dalam jangkauan
head dan debit tertentu.
Asrori & Eko Yudianto

Prosiding Volume 3
Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasinya
SENTIA 2011-POLITEKNIK NEGERI MALANG

Menurut Layman's guidebooks, 1998 Rumus


perhitungan kecepatan spesifik terdapat dua metode
yaitu metode analitis dan metode empiris. Metode
analitis diklasifikasikan menjadi yaitu dimensionless
specific speed (nqe) dan dimensional specific speed
(ns). Sehingga dalam penggunaan rumus harus
diperhatikan secara hati-hati terutama dalam
memasukan satuan dari parameter/variabel yang ada.
1.
Metode analitis, yaitu metode yang
didasarkan dari penurunan rumus secara
matematis, terdiri dari:
a. Kecepatan spesifik (ns) yang didasarkan
basis power
n P ,
H 1,25
0,5

ns

(2)

b. Kecepatan spesifik/Dimensionless specific speed


P
n qe

(gH)

(3)

1,25

Dimana hubungan dari kedua rumus diatas


adalah jika ns menggunakan Satuan
internasional (SI) dengan daya (P) dalam
satuan kW maka ns = 166 nqe. Demikian juga
jika ns dihitung menggunakan daya (P)
dengan satuan horsepower (HP) maka
ns = 193,1 nqe.
2.

n P = 10006000,5 = = 146,686
H 1,25
601,25
Dimensionless spesifik speed (nqe) dapat dicari
dengan
ns = 166 nqe
nqe= ns/166 = 146,686/166 = 0,884 rad
Berdasarkan rumus empiris, Dimensional
spesifik speed turbin francis (persamaan 3)
0,5

ns

ns

Sudu pengarah
(guide vanes)

Aliran masuk
dari penstock

Aliran keluar
melalui draft tube
Poros
Spiral
casing

sudu jalan (Runner)

0,854

Dengan notasi ns adalah kecepatan spesifik,


(dimensional),nqe:kecepatanspesifik (dimensionless),
satuan radian (rad), n:Putaran turbin (rpm), :
kecepatan angular (rad/s), P: Daya turbin (kW), Q:
Debit (m3/s), H: Head efektif (m), : Massa jenis
air (1000 kg/m3), g: percepatan grafitasi (9,81 m/s2)

a. Konstruksi Turbin Francis


Konstruksi turbin terdiri dari dari sudu
pengarah dan sudu jalan, dan kedua sudu tersebut,
semuanya terendam di dalam aliran air. Air masuk
dari penstock ke terusan berbentuk rumah keong
(spiral casing). Perubahan energi seluruhnya terjadi
pada sudu pengarah dan sudu gerak. Aliran air
masuk ke sudu pengarah dengan kecepatan semakin
naik dengan tekanan yang semakin turun sampai
roda jalan, pada roda jalan kecapatan akan naik lagi
dan tekanan turun sampai di bawah 1 atm. Untuk
menghindari kavitasi, tekanan harus dinaikan sampai
1 atm dengan cara pemasangan pipa hisap (draft
tube). Pengaturan daya yang dihasilkan yaitu dengan
mengatur
posisi pembukaan sudu pengarah,
sehingga kapasitas air yang masuk ke roda turbin
dapat diperbesar atau diperkecil. Mekanisme kerja
dari turbin francis dengan poros horisontal dapat
dilihat pada gambar 4 berikut,

(4)

Metode empiris yaitu rumusan yang


didasarkan dari hasil pengujian di lapangan
dan biasanya berlaku khusus serta dalam
kondisi tertentu, contohnya Dimensional
spesifik speed turbin francis;
3763
(5)
n
s

menentukan dimensi utama dari jantera (runner)


turbin yang telah ditentukan. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi
dalam
perancangan
turbin
diantaranya adalah batas kavitasi (limit cavitation),
kecepatan putar (rotational speed), kecepatan
spesifik (specific speed) dan lain-lain.

Gambar 4 Prisip kerja turbin francis (sumber:


http://www.crayonpedia.org/mw/bab_21_klasifikasi
_ turbin_air_sunyoto)
b. Perhitungan dimensi Runner
Gambar runner turbin francis dapat dilihat
pada gambar 5 dibawah, sedangkan untuk
menentukan dimensi runner turbin francis ini ada 3
diameter utama seperti tampak dalam gambar 6.

3763 = 114,023
H 0,854

5.4 Perancangan Awal Turbin (Preliminary


design)
Dalam perancangan awal ini akan
dilakukan perhitungan secara matematis guna
Perencanaan Turbin Air pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro

Gambar 5 Runner pada turbin francis


Dari nilai ns yang telah dihitung dapat
diprediksi tipe sudu dari turbin francis, lihat pada
gambar 6, sehingga dengan demikian dengan ns =
Asrori & Eko Yudianto

Prosiding Volume 3
Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasinya
SENTIA 2011-POLITEKNIK NEGERI MALANG

146,686 termasuk turbin francis sudu kecepatan


normal.

Dengan ns = 146,686 diperoleh nilai vos=


0,620 dan voe= 0,675 sedangkan data untuk H = 60
m dan n = 1000 rpm, sehingga diameter runner
dapat dihitung,
Do

60 v oe 2gH = 60 x 0,675 2 x9,81x60


n
3,14x1000

= 0, 443 m
Sedangkan diameter outlet (Ds) adalah
60 v os 2gH = 60 x 0,620 2 x9,81x60
Ds
n
3,14x1000
= 0,406 m

Gambar 6. Pengaruh ns terhadap bentuk sudu


turbin reaksi (sumber: Layman's handbook,1998).
Untuk dapat menghitung dari ukuran
diameter turbin dapat dilihat gambar berikut
Ds

c. Kavitasi dan peletakan turbin


Pada turbin reaksi, letak turbin harus
diperhatikan agar tidak terjadi bahaya kavitasi yang
terjadi akibat adanya tekanan absolut yang lebih
kecil dari tekanan uap air. Kavitasi dapat
menyebabkan sudu-sudu turbin menjadi korosif
(lubang-lubang kecil) dan suara yang berisik
sehingga mengurangi efisiensi turbin yang akhirnya
dapat pula merusak turbin. Untuk itu perlu ada
analisis perhitungan kavitasi terlebih dahulu. Tujuan
analisis ini adalah untuk mencari letak turbin
terhadap tail race atau ketinggian Hs (Head Suction),
nilai Hs harus positif karena bila negatif akan
menyebabkan kavitasi. Dengan kata lain turbin harus
terletak dibawah tinggi tekanan isap. Nilai Hs
dipengaruhi oleh kecepatan spesifik turbin dan
putaran turbin.

Do

Hs
v

Gambar 8 Letak head suction turbin


Gambar 7. Skema runner turbin francis, Ds =
diameter outlet dan Do = diameter runner
(sumber: Layman's handbook,1998)
Perhitungan diameter runner (Do) dan diameter
Outlet (Ds) dapat dihitung menggunakan rumus:
Laymans guidebook, (1998);
Do

Ds

60 v oe 2gH
n

60 v os 2gH
n

(6)

Peletakan dari runer turbin pada kecepatan spesifik


yang berbeda diukur berdasarkan suatu angka yang
disebut koefisien kavitasi atau koefisien thoma ().
Untuk penentuan koefisien kavitasi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1. Berdasarkan analisis rumus bernoulli (ESHA
2004)
NPSH
(8)

gH

(7)

Dengan notasi Do : diameter runner [m] , Ds :


diameter outlet [m], voe : koefisien kecepatan masuk
[m/s], vos : koefisien kecepatan keluar [m/s], n :
putaran turbin
[rpm], g : percepatan gravitasi
9,81[m/s2], H : Head bersih [m]
Perencanaan Turbin Air pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro

Dimana NPSH adalah Net Positive Suction


Head, yaitu;
P Pv v 2
(9)
NPSH atm

Hs

2
Dengan:
Patm : tekanan atmosfir
Pv : tekanan uap air [Pa]
: massa jenis air
[kg/m3]
v : kecepatan rata-rata keluar di tailrace
Asrori & Eko Yudianto

Prosiding Volume 3
Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasinya
SENTIA 2011-POLITEKNIK NEGERI MALANG

H : Heat bersih [m]


Hs : Head buang (suction head)
Sehingga dari persamaan 6 dan 7 diperoleh,
P P
v2
(10)
Hs atm v
H
g
2g
Karena Patm/g = Hatm , Pv/g = Hv dan
kehilangan energi pada kecepatan keluar di
abaikan (v2/2g = 0), maka pers. 8 menjadi,
(11)
HS H
H H
atm
v
Dengan notasi
: koefisien kavitasi (koefisien thoma)
Hatm: tinggi tekan atmosfir (m)
Hv : tinggi tekan uap air (m)
Hs : jarak antara pusat turbin terhadap titik
kritis permukaan tailwater (m)
Berdasarkan rumus empiris koefisien thoma
untuk turbin francis menurut laymans
guidebooks on how to develop a small hydro
site, adalah
1,41
(12)
7,54 x10 5 x n s
Perhitungan jarak minimum
terhadap tail race (Hs)

pusat

turbin

Untuk memperhitungkan jarak minimum Hs


agar aman dari adanya kavitasi selain diketahui
koefisien kavitasi juga diperlukan ada data-data
dukung, antara lain: Tinggi tekanan atmosfir satuan
mka (meter kolom air) yaitu posisi dimana turbin
dipasang yang diukur dari permukaan air laut (Hatm)
dan Tinggi tekan uap air dalam satuan meter dimana
besarnya tergantung oleh temperatur air yang
melewati turbin (Hv ). Dengan demikian apabila
rumah pembangkit/turbin dipasang pada ketinggian
1000 m diatas permukaan air laut maka berdasarkan
Standards/Manuals/Guidelines For Small Hydro
Development Indian Institute Of Technology, pada
nilai Hatm= 9,180 m, sedangkan temperatur air
diasumsikan adalah 20 oC maka diperoleh Hv =
0,239 m. Putaran spesifik yang diambil adalah ns=
146,686 (SI) dan nqe = 0,884 rad, Head bersih = 60
m. Maka koefisien kavitasi () adalah
1,41
7,54 x10 5 x n s = 0,085
Sedangkan tinggi Hs adalah
Hs=Hatm-Hv-H=9,180-0,239(0,085x60)
=3, 811 meter
6. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan perencanaan yang
dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
a. Dari perhitungan daya hidrolis rencana
pembangunan pembangkit listrik tenaga mini
hidro dengan kapasitas 1,2 MW bisa dilakukan
karena nilainya masih dibawah dari potensi
daya dari aliran sungai (daya hidrolis) yang ada
2,06 MW.
b. Berdasarkan analisa tersebut di atas maka
rekomendasi awal untuk pemilihan jenis turbin
Perencanaan Turbin Air pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro

c.

d.

yaitu menggunakan turbin francis poros


horisontal [m]
spiral casing. Dengan spesifikasi
putaran turbin diambil 1000 rpm, sedangkan
kecepatan spesifik dimensional ns= 170,91
(metric) atau ns=146,686 (SI) dan nqe= 0,884 rad
Dari perhitungan diperoleh diameter runner
turbin francis adalah Do = 0,443 m dan
diameter outlet Ds = 0,406 m
Dari perhitungan diperoleh batas limit dari
tinggi pusat turbin dengan tail race adalah Hs =
3,811 meter

6. Saran
Dalam proses perencanaan sebaiknya perlu
diperhitungkan ketersediaan komponen dan material
turbin sehingga kedepan dalam proses pelaksaan
pembuatan tidak akan mengalami persoalan ketidak
tersediaan bahan.
Selanjutnya
untuk
menghasilkan
perencanaan yang matang perlu dilakukan survay
lapangan yang lengkap untuk memvalidasi
perhitungan yang benar-benar sesuai dengan kondisi
di lapangan.
7. Daftar pustaka
Andi Haris, Muhammad, Abdul Latief Hadi, Wayan
Terti, 2009, Studi Eksprimental Perancangan
Turbin Air Terapung Tipe Helical Blades,
Jurnal Penelitian Enjiniring, Vol 12, No 2
(2009)
Barrows, S.B., 1943. Water Power Engineering,
Third Edition, Fourth Impression, McGrawHill Book Company, Inc., New York and
London.
Dixon,S.L.1998, Fluid Mechanics, Thermodynamics
of turbomachinery, Fourth Edition, in WMetric
units , Pergamon Press Ltd, USA.
European Small Hydropower Association(ESHA
2004). Guide on How to Develop a Small
Hydropower Plant
Hydropower Eqiupment and Generation Stations,
Version 2 CE IIT, Kharagpur, India
Jorfri B. Sinaga (2009): Perancangan turbin air
untuk sistem pembangkit listrik tenaga mikro
hidro: studi kasus Desa Way Gison, Kecamatan
Sekincau, Kabupaten Lampung Barat Jurnal
sains dan inovasi Penerbit : Lembaga
Penelitian Universitas Sang Bumi Ruwa:
Volume : 5 No : 1 Halaman : 57-64
Layman's guidebooks, 1998 .on how to develop a
small hydro site second edition
Standar Nasional Indonesia SNI05 -3030 -1992.
Istilah Penamaan Turbin Air Skala Kecil
Standards/Manuals/Guidelines For Small Hydro
Development, Alternate Hydro Energy Centre,
Indian Institute Of Technology, Roorkee
William P. Creager and Joel D. Justin, 1950,
Hydroelectric Handbook Second Edition, John
Wiley & Sons, Inc., New York

Asrori & Eko Yudianto

Anda mungkin juga menyukai