ASFIKSIA NEONATORUM
Oleh:
Asmaul Husna, S. Ked
PEMBIMBING :
dr. M. Yusuf, M. Ked (OG) Sp.OG
DAFTAR ISI
Daftar isi
Daftar Istilah
Daftar Gambar
Daftar Table
Kata Pengantar
Bab I. Pendahuluan
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
10
2.5 Diagnosis
13
2.6 Penatalaksanaan
15
2.7 Pencegahan
21
2.8 Komplikasi
28
2.9 Prognosis
29
DAFTAR PUSTAKA
31
DAFTAR ISTILAH
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis
Apnea berasal dari bahasa Yunani a-(tidak ada) dan -pnea (pernapasan atau
udara), yang berarti tidak adanya pernapasan
DAFTAR GAMBAR
17
18
19
rangsangan taktil
20
21
25
DAFTAR TABEL
14
27
29
KATA PENGANTAR
serta shalawat selalu teriringi kepada Nabi Muhammad SAW atas bimbingan yang
diberikan kepada pengikut-pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan referat ini dapat
terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan serta arahan dari banyak
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan yang berharga sampai
akhir penulisan referat ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekanrekan dokter muda yang telah memberi dukungan dan semangat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak kekurangannya, meskipun demikian penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dalam mengerjakannya. Segala kritik dan saran yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga
presentasi kasus ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun orang lain
yang memerlukan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uteris dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Faktor tersebut
diantaranya dalah adanya (1) penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti
hipertensi, gangguan atau penyakit paru, dan gangguan kontraksi uterus, (2)
pada ibu yang kehamilannya beresiko, (3) faktor plasenta, seperti janin
dengan solusio plasenta, (4) faktor janin itu sendiri, seperti terjadi kelainan
pada tali pusat antara janin dan jalan lahir, serta (5) faktor persalinan seperti
partus lama atau partus dengan tindakan tertentu.
Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan
ensefalopati hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik. Bayi yang
mengalami episode hipoksia-iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko
disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan
utama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan
tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Definisi
yang lain Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir
gagal bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir oleh hipoksi janin
dalam rahim.
2.2 Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di
seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir
mati yang lebih besar. Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6,
yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah
pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur. Diperkirakan
1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup
dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan
gangguan belajar. Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga
penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan
pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis
neonatorum (12.0%).
2.3 Etiologi
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat
bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan
pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal
maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.
Perubahan pertukaran gas dan transport oksigen selama kehamilan dan
persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya
dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi sel ini dapat
aliran
darah
pada
uterus
akan
menyebabkan
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lainlain.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan :
tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar
janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal, yaitu : (a) Pemakaian obat anestesia/analgetika yang
berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat
pernafasan janin. (b) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya
perdarahan intrakranial.(c) Kelainan konginental pada bayi, misalnya
hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru
dan lain-lain.
2.4 Patofisiologi
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau
jalan untuk mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di
dalam paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2)
parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui
paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan
melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus
kemudian masuk ke aorta.
10
11
pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh
darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan
frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme
dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat
pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris
respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh
terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada
tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung
akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
12
2.5 Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan gangguan/ kesulitan bernapas waktu lahir
dan lahir tidak bernafas/menangis. Pada anamnesis juga diarahkan untuk
mencari faktor resiko.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis, skor apgar dipakai untuk menentukan derajat
berat ringannya asfiksia
Klinis
Warna Kulit
Biru Pucat
Tubuh merah,
Merah seluruh
(Appearance)
Frekuensi Jantung
Tidak Ada
ekstremitas biru
<100x/ menit
tubuh
>100x/menit
(Pulse)
Rangsangan Refleks
Tidak Ada
Gerakan sedikit
Batuk/ Bersin
(Grimace)
Tonus Otot
Lunglai
Fleksi ekstremitas
Gerakan aktif
(Activity)
Pernafasan
Tidak Ada
Menangis lemah/
Menangis kuat
(Respiratory)
terdengar seperti
meringis atau
13
mendengkur
2.6
pH < 7,30
Penatalaksanaan
Tujuan utama mengatasi asfiksia adalah mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul
dikemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi, lazim disebut
resusitasi bayi baru lahir.
1. Resusitasi
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4
pertanyaan:
a. apakah bayi cukup bulan?
b. apakah air ketuban jernih?
c. apakah bayi bernapas atau menangis?
d. apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
15
merekomendasikan
pemberian
teknik
16
mekoneum
saat
proses
persalinan
dapat
pemasangan
laringoskop
dan
selang
3) Kompresi dada
Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari
60x/menit setelah dilakukan ventilasi tekanan positif selama 30
detik. Tindakan kompresi dada (cardiac massage) terdiri dari
kompresi yang teratur pada tulang dada, yaitu menekan jantung ke
arah tulang belakang, meningkatkan tekanan intratorakal, dan
memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital tubuh. Kompresi
dada hanya bermakna jika paru-paru diberi oksigen, sehingga
diperlukan 2 orang untuk melakukan kompresi dada yang efektif
satu orang menekan dada dan yang lainnya melanjutkan ventilasi.
Orang kedua juga bisa melakukan pemantauan frekuensi jantung,
20
21
dan
tidak
ada
respon
dengan
resusitasi,
22
sebagai
pecandu
obat
narkotika,
sebab
akan
23
2.7 Pencegahan
Pencegahan secara Umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan
atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita,
khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan
melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak
mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya
derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan,
pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya.
Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling
terkait.4
Pencegahan saat persalinan
Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus adalah
penting, juga kerja sama yang baik dengan Bagian Ilmu Kesehatan Anak. 7
Yang harus diperhatikan:
1. Hindari forceps tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, serta
pemberian pituitarin dalam dosis tinggi.7
2. Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan O2
dan darah segar.7
3. Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan
menunggu lama pada kala II.
25
2.8. Komplikasi
Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan berbagai macam gangguan
organ.
Sistem
Sistem Saraf Pusat
Pengaruh
Ensefalopati hipoksik-iskemik, infark,
perdarahan intrakranial, kejang-kejang, edema
Kardiovaskular
Pulmonal
hipotensi
Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru,
Ginjal
Adrenal
Saluran Cerna
Metabolik
Kulit
Hematologi
Komplikasi yang
mungkin terjadi
26
Otak
Apnu
Pemantauan apnu
Kejang
Paru-paru
Kardiovaskuler
Hipertensi Pulmoner
kejang
Pertahankan ventilasi dan
Pneumonia
oksigenasi
Pneumotoraks
Takipnu transien
Pertimbangkan antibiotika
Foto toraks bila sesak napas
Sindrom aspirasi
mekonium Defisiensi
surfaktan
Pertimbangkan pemberian
Hipotensi
surfaktan
Pemantauan tekanan darah dan
frekuensi jantung
Pertimbangkan inotropik
(misal dopamin) dan / atau
cairan penambah volume
Ginjal
darah
Pemantauan produksi urin
Batasi masukan cairan bila ada
oliguria dan volume vaskuler
adekuat
Gastrointestinal
Ileus
Enterokolitis
Nekrotikans
Pertimbangkan nutrisi
parenteral
Metabolik/ hematologik
Hipoglikemia
Hipokalsemia
Pemantauan elektrolit
27
Hiponatremia
Pemantauan hematokrit
Anemia
Pemantauan trombosit
Trombositopenia
Tabel 3. Komplikasi yang mungkin terjadi dan perawatan pasca resusitasi
yang dilakukan
2.9 Prognosis
Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada apakah komplikasi
metabolik dan kardiopulmonalnya (hipoksia, hipoglikemia, syok) dapat
diobati, pada umur kehamilan bayi (hasil akhir paling jelek jika bayi preterm),
dan pada tingkat keparahan ensefalopati hipoksik-iskemik.
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam
otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan
kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada
masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
29
13. Casey BM, McIntire DD, Leveno KJ. The Continuing Value of the Apgar
Score for the Assessment of Newborn Infants. The New England Journal of
Medicine, 2001
14. Manuaba, dkk, (2008). Gawat Darurat Obstretri Ginekologi dan Obstretri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan , Jakarta : EGC.
15. Nursalam. (2001). Proses & dokumentasi keperawatan. salemba medika:
Jakarta
16. Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. salemba medika:
Jakarta
17. Santosa, Budi. (2005). Panduan Dignosa Keperawatan Nanda 2005-2006.
Prima Medika : Jakarta.
18. Wilkinson, judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta
19. World Health Organization, (1999). Basic Newborn Resuscitation: A
Practical Guide-Revision. Geneva: World Health Organization.:
20. www.who.int/reproductivehealth/publications/newborn_resus_citation/index
.html.
21. World Health Organization, (2005). The World Health Report 2005: make
every mother and child count. Geneva: WHO. Akses tanggal 24 februari
2013
22. Depkes RI (2008). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007
23. IDAI (2004). Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. (level of evidence IV).Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
30
31