menyebar ke hampir seluruh tubuh, termasuk kulit kepala dan penis, juga pada mukosa
mulut, hidung, telinga, dan vagina.
Anamnesis
Anamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, baik
langsung kepada pasien (autonamnesis) maupun kepada orang tua atau sumber lain
(aloanamnesis) misalnya wali atau pengantar.1
Adapun hal-hal yang perlu kita tanyakan pada saat anamnesis adalah :
1. Identitas pasien : nama, umur,jenis kelamin, alamat, agama.
2. Riwayat penyakit sekarang:
Keluhan Utama : -
seperti obat-obatan?
Apakah sebelumnya pernah mengalami kejadian serupa ?
Apakah ada keluarga yang sedang mengalami kejadian ini
sekarang ?
3. Riwayat penyakit dahulu.
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Riwayat pengobatan
Anamnesis ini sangat penting dan menentukan dalam pemeriksaan klinis.1
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis ditegakkan dengan melihat lesi kulit yang khas, berupa2 :
Lesi klasik berupa air mata berbentuk oval dengan kemerahan pada kulit bagian
dasarnya.
Lesi kulit timbul pada tubuh dan wajah, dengan diawali bentolan kemerahan yang
membesar selama 12 14 hari menjadi besar, berair, berisi nanah dan kering.
Lesi biasanya terletak pada sentral tubuh atau anggota gerak bagian proksimal
stadium erupsinya).
Benjolan berair dapat timbul di mukosa (mulut, penis, vagina) membentuk luka yang
tidak dalam.
Suhu tubuh pasien akan meningkat sampai 39,5 C selama 3 - 6 hari setelah
terbentuknya lesi kulit.
2
kuning.
Pemeriksaan terhadap fungsi nafas, saraf pusat, sendi dan tulang karena
memungkinkan terjadi infeksi pada organ-organ tersebut.2
Penunjang Penunjang
Untuk pemeriksaan virus varisela zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa test yaitu2 :
1. Tzanck smear
-
Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai
dan CSF.
Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.
Test ini dapat menemukan nucleid acid dari virus varicella zoster.2
3. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya
lymphocytic infiltrate. 2
Working diagnosis
3
Differensial diagnosis
Variola
Variola adalah penyakit akut menular dengan gejala umum yang berat, yang
disebabkan oleh virus variola. Terjadi perubahan khas dikulit, selaput lendir dan organ
tubuh. Dapat pula terjadi degenerasi sel lapisan epidermis, sel-sel tersebut pecah menjadi
vesikel yang berserambi banyak. Terdapat cekungan di tengah-tengah vesikel
(umbilikasi) yang merupakan tanda khas bagi variola. Masa inkubasi biasanya 12-14 hari,
tetapi pada orang yang baru divaksinasi dapat lebih lama (sampai 21 hari). Mulamula
4
terdapat stadium prodromal dengan gejala nyeri kepala, rasa menggigil, nyeri di
punggung dan tungkai, panas tinggi. Gejala tersebut timbul mendadak. Pada anak kecil
kadang-kadang disertai kejang dan kesadaran menurun. Pada hari kedua setelah stadium
prodromal timbul kemerah-merahan pada tubuh yang sukar dibedakan dengan morbili,
"scarlet fever" dan petekia. Pada hari keempat baru timbul makula dan kemudian makula
akan berkelompok dan berpadu (konfluens). Rasa nyeri mengurang pada waktu makula
menjadi papula; suhu dapat menjadi normal kembali sampai pada fase pustula. Dalam
waktu 24 jam papula bertambah besar, kemudian timbul vesikel yang cekung ditengahnya
dan dikelilingi oleh daerah yang merah disebut areola. Daerah yang mula-mula
dihinggapi ialah bagian kulit misalnya pergelangan tangan, tulang-tulang muka yang
menonjol, kemudian bagian ekstensor ekstremitas; yang jarang terkena ialah plexor dan
ketiak. Bila penjalanan penyakit berat, biasanya daerah toraks dan abdomen juga terkena.4
Dermatitis Herpetiformis
Dermatitis herpetiformis ialah penyakit yang menahun dan residif, ruam bersifat
polimorfik terutama berupa vesikel, tersusun berkelompok dan simetrik serta disertai
rasa sangat gatal. Penyakit ini mengenai anak dan dewasa. Perbandinga pria dan wanita
( 3 : 2 ), terbanyak pada usia dekade ketiga. Awitan penyakit biasanya perlahan-lahan,
perjalanan kronik dan residif. Biasanya berlangsung seumur hidup, remisi spontan terjadi
pada 10-15% kasus. Keadaan umum penderita baik, keluhan sangat gatal. Tempat
predileksi ialah di punggung, daerah sakrum, bokong, ekstensor lengan atas, sekitar siku,
dan lutut. Ruam berupa eritema, papulo-vesikel, dan vesikel/bula yang berkelompok dan
sistemik. Kelainan yang utama ialah vesikel, oleh karena itu disebut herpetiformis yang
berarti seperti herpes zoster. Vesikel-vesikel tersebut dapat tersusun arsinar atau sirsinar.
Dinding vesikel atau bula tegang.5
Impetigo bulosa
Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Impetigo bulosa
sering juga disebut impetigo vesiko-bulosa ata cacar monyet. Penyakit ini disebabkan
oleh Staphylococcus aureus. Gejala klinisnya keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat
predileksi di aksila, dada, punggung. Sering bersama-sama malaria. Terdapat pada anak
dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula dan bula hipopoin. Kadangkadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula telah memecah sehingga yang
tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa. Jika vesikel atau bula telah pecah
dan hanya terdapat koleret dan eritema, maka mirip dermatofitosis. Pada anamnesis
5
hendaknya ditanyakan, apakah sebelumnya terdapat lepuh. Jika ada, diagnosanya ialah
impetigo bulosa.5
dikenal dengan PTKM (Penyakit Kaki, Tangan dan Mulut). Gejala awal penyakit ini hampir
sama dengan flu biasa. Penderita akan diserang demam sedang selama 2-3 hari. Penderita
juga akan merasakan badannya pegal-pegal, pilek, dan nafsu makan berkurang.
Kemudian timbul luka seperti bisul di daerah mulut, gusi, lidah, dan bisa juga menyebar
ke daerah tubuh yang lain. Pada bayi bisa timbul ulkus atau bisul di pantat menyerupai
ruam popok. Flu ini menyerang pada saat musim panas. Ada empat virus yang ditengarai
sebagai penyebab flu Singapura yaitu Coxsackie A, Coxsackie B, Echovirus dan
Enterovirus. Keempat virus tersebut termasuk dalam genus Enterovirus. Diantara
keempat virus tersebut yang paling banyak menyerang adalah coxsackie A16, namun
gejala yang ditimbulkan tergolong ringan. Sedangkan yang paling mematikan adalah
Enterovirus.6
Etiologi
Varisela disebabkan oleh herpes virus varisela atau disebut juga virus varisela-zoster
(virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini
mempunyai manifestasi klinis yg berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan
virus V-Z akan terjadi varisela, kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh,
mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian
virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat
ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela. Dapat dilihat dengan
mikroskop elektron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari
libroblas paru embrio manusia.7
Epidemiologi
Sangat mudah menular, yaitu melalui percikan ludah dan kontak. Dapat mengenai semua
golongan umur, temasuk neonatus (varisela kongenital), tetapi tersering pada masa anak.
6
Penderita dapat menularkan penyakit selama 24 jam sebelum kelainan kulit (erupsi) timbul
sampai 6 atau 7 hari kemudian. Biasanya seumur hidup, varisela hanya diderita satu kali.
Residif dapat terjadi pada penderita penyakit keganasan dan pada anak dengan pencangkokan
ginjal yang sedang diberi pengobatan imunosupresif.7
Patofisiologi
Varisela disebabkan oleh virus varisela zoster. Transmisi atau penyebaran Varisela adalah:
Virus varisela masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa traktus respiratorius bagian
atas (orofaring) kemudian mengalami multiplikasi awal dan diikuti penyebaran virus ke
pembuluh darah dan saluran limfe, keadaan ini disebut viremia primer. Viremia primer
menyebabkan virus ke sel retikuloendotelial dalam limfe dan organ lainnya, ini terjadi pada
hari ke-4 sampai hari ke-6 setelah inkubasi awal. Viremia sekunder terjadi setelah satu
minggu, meluas ke kulit dan sistem viscera menyebabkan lesi tipe vesikel. Viremia ini juga
menyebarkan virus ke sistem respirasi, CNS, dan liver. Viremia ke sistem respirasi
menyebabkan adanya transmisi virus varisela zoster pada orang yang belum terinfeksi.
Viremia sekunder menyebabkan timbulnya demam dan malaise. Setelah terbentuk vesikel,
leukosit masuk ke daerah tersebut sehingga terbentuk pustula yang pecah dan akan
membentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1 sampai 3 minggu. Lepasnya krusta
meninggalkan bekas cekungan kemerahan yang berangsur-angsur akan hilang, terkadang
meninggalkan bercak hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Patogenesis virus ditentukan oleh interaksi sel dan virus sehingga
menentukan asal mula atau tempat masukknya virus, angka replikasi dan penyebaran virus,
cara penyebaran infeksi pada organ atau jaringan sasaran, tempat virus dikeluarkan ke dalam
lingkungan.7
Gejala Klinis
Demam yang tidak terlalu tinggi, malese, mialgia, anoreksia, sakit kepala, batuk pilek,
atau nyeri tenggorokan, ditemukan rash. Kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa
papul eritematosa yang dalam beberapa jam berubah menjadi vesikel dengan bentuk seperti
tetesan embun. Vesikel akan berubah menjadi pustule dan menjadi krusta. Penyebarannya
terutama di daerah badan, dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan
ekstremitas, selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.8
Penatalaksanaan
Terapi varisela bersifat terapi simptomatik, namun pada kondisi tertentu misalnya
pada penderita yang mengalami imunosupresi atau pada komplikasi berat sebaiknya
digunakan obat antivirus. Obat antivirus yang bisa digunakan adalah Acyclovir oral yang
digunakan dengan dosis tinggi untuk 800 mg, 4 kali sehari untuk 5-7 hari dapat
memperpendek waktu penyakit dan mengurangi sedikit nyeri pada dewasa. Acyclovir
termasuk ke dalam golongan antivirus yang disebut synthetic nucleosida analogues yang
bekerja dengan cara menghentikan penyebaran virus di dalam tubuh dan Acyclovir diberikan
sedini mungkin setelah gejala-gejala mulai muncul. Dapat pula diberikan obat-obat antivirus
V.Z.I.G (Varisela zoster immunoglobuline) untuk mencegah atau meringankan varisela,
diberikan intramuscular dalam 4 hari setelah terpajan.9
Terapi bagi penderita varisela anak-anak dianjurkan adalah simptomatik, yaitu
menggunakan antipiretik non aspirin, mandi dengan air panas yang diberi baking soda, lotion
calamine secara topikal dan Dipenhydromine sistemik/topikal untuk mendapatkan efek
penurunan demam dan rasa gatal, mencegah pembentukan vesikel dan mempercepat
penyembuhan lesi digunakan Acyclovir sistemik dalam 24 jam pertama.9
Perawatan penderita Varisela meliputi:
1) pasien diisolasi,
2) pemberian Acyclovir secara intravena pada pasien compromised, dan
3) pemberian Varicella Zoster Imunoglobin pada pasien dengan resiko tinggi.
Pasien disarankan untuk makan makanan yang bergizi dan banyak minum. Terapi varisela
zoster hanya simptomatik dalam kasus-kasus yang tidak memberikan komplikasi di kulit dan
wajah, namun pada kondisi tertentu misalnya pada penderita yang mengalami imunosupresi
atau pada komplikasi berat sebaiknya diberi obat antivirus. Pemberian antibiotik juga dapat
mengontrol dan mencegah infeksi sekunder. Meskipun Acyclovir oral dapat mengurangi
jumlah dan durasi pada lesi kulit namun keuntungannya hanya sedikit dan penggunaan rutin
tidak diindikasikan untuk varisela tanpa komplikasi, kecuali pada pasien yang mengalami
defisiensi imun.9
Komplikasi
Pneumonia varicella-zosster merupakan komplikasi cacar air dan harus mendapat
perhatian khusus terutama jika terjadi pada ibu hamil dan jika semakin memberat.Harus
segera mendapat tindakan medis. Dapat juga terjadi meningitis, hepatitis, karditis, otitis, dan
kelainan darah.8
Pencegahan
Varisela dapat dicegah dengan vaksin varisela.Vaksin ini dapat diberikan pada anak
atau orang dewasa,dan efektivitasnya sagat tinggi dalam mencegah infeksi.8
Prognosis
Penyakit varisela dapat sembuh dengan sendirinya. Anak-anak biasanya sembuh dari
cacar air tanpa masalah tetapi tidak menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat
individu mengalami penurunan daya tahan tubuh. Sedangkan pada orang dewasa maupun
penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau berakibat fatal.7
Kesimpulan
Infeksi VZV dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu varisela dan herpes zoster.
Varisela sering dijumpai pada anak-anak sedangkan herpes zoster lebih sering dijumpai pada
usia yang lebih tua. Pemberian imunisasi pasif maupun aktif pada anakanak, dapat
mencegah dan mengurangi gejala penyakit yang timbul. Penanganan yang tepat akan sangat
membantu, sehingga penderita tidak mengalami komplikasi penyakit lainnya.
9
Daftar Pustaka
1. Gleadle
Jonathan.At
Glance
Anamnesis
dan
Pemeriksaan
Fisik.Jakarta:Erlangga;2007.h.143-6
2. Mohlan H.Jelf,Robert.Major Diagnosis Fisik.Jakarta:EGC;2005.h.94.
3. Mansjoer Arif,Suprohaita,Wardhani Ika Wahyu,Setiowulan Wiwiek. Kapita Selekta
Kedokteran.Ed 3 jilid 2,FKUI.2000.hal.130-131.
4. Behrman S. Richard,Kliegman M. Robert. Nelson Esensi Pediatri.Edisi 4.
5.
6.
7.
8.
9.
EGC.Jakarta.2010.Hal.477-479.
Djuanda A.Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta:FKUI;2015.h.73.241.
Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates; 2003. hal 94-6
http://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-penyakit/178-cacar-air-varicella.html
Davey Patrick.At a Glance Medicine.Jakarta:Erlangga;2006.h.409-14
Louisa M, Setiabudy R. Antivirus. Dalam: farkamologi dan terapi edisi 5. Jakarta:
fakultas kedokteran UI; 2009.h.643
10