fase penyembuhan luka (Bard, 2013). ROS secara patologis juga merusak
produksi cytokine lokal yang menyebabkan peningkatan platelet derivate
Growth Faktor, Interleukin 1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF-)
yang mengakibatkan fase inflamasi tidak terkontrol. Disamping itu sintesa
kolagen juga terhambat yang memperlama kontraksi luka (Singh et al,
2014). Akibat dari fase inflamasi yg tidak terkontrol dan sintesa kolagen
yang terhambat mengakibatkan memperpanjang waktu penyembuhan luka.
Kontraksi luka adalah bagian dari fase poliferasi dan merupakan
salah satu proses yang penting dalam penyembuhan luka. Penyempitan
luas area luka disebabkan oleh akumulasi fibroblast yang memberikan
sifat astringen pada daerah sekitar luka. Kontraksi luka dapat mengurangi
terjadinya kontaminasi dan infeksi pada luka, (Vermolen & OLmer, 2012)
Proses penyembuhan luka diabetes yang sangat lama mendorong
untuk di lakukannya penelitian penelitian baru mengenai perawatan luka
diabetes yang lebih efektif dan efisien, salah satunya dengan menggunakan
tanaman obat. Saat ini banyak penelitian yang dilakukan terhadap tanaman
obat terkait manfaat yang dapat di berikan terhadap penyembuhan
berbagai penyakit, termasuk penyembuhan luka. Tingginya ketertarikan
penelitian terhadap tanaman obat disebabkan asumsi bahwa tanaman obat
lebih sehat dibanding produk sintetis dan juga banyak tersedia di alam
(Paarakh, 2010). Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) merupakan
salah satu tumbuhan obat yang banyak tumbuh di Indonesia. Temulawak
diketahui memiliki banyak manfaat antara lain sebagai antihepatitis,
antikarsinogenik, antimikroba, antioksidan, antihiperlipidemia, antiviral,
antiinflamasi, dan detoksifikasi. Komponen utama yang berhasiat sebagai
obat dalam rimpang temulawak adalah kurkumin dan minyak atsiri. Zat ini
berkhasiat untuk menetralkan racun, menghilangkan nyeri sendi,
menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, sebagai antibakteri,
dan antioksidan atau penangkal senyawa senyawa radikal bebas yang
berbahaya (Susanti, 2009). Komponen senyawa yang bertindak sebagai
antioksidan dari rimpang temulawak adalah flavonoid, fenol dan kurkumin
(Jayaprakhasha, 2006 dalam Bintari dkk, 2013). Kurkumin yang
dikandung temulawak selain mengandung senyawa fenolik,juga memiliki
yang
terdiri
dari
d-kamfer,
sikloisoren,
mirsen,
tumerol,
(Curcuma
xanthorriza
Roxb.)
yang
telah
dijelaskan
olesan vaselin.
Mengetahui prosentase kontraksi luka tikus kondisi
hiperglikemi dengan perawatan luka mengunakan standar
1.3.2.3
1.3.2.4
perawatan
luka
standar
dan
1.3.2.5
dengan
dengan
perawatan
luka
standar
dan
dengan
perawatan
luka
standar
dan
1.3.2.6
1.3.2.7
sebagai
dasar
teori
untuk
mengunakan
temulawak
sebagai
terapi
hiperglikemia.
Menjadi dasar
penelitian
lebih
lanjut
untuk
bahan
pertimbangan
baru
ekstrak
temulawak
(Curcuma