Disusun Oleh:
Nurazizah Fitriyani Nahri (130621011)
Asisten Pembimbing
Tania Avianda Gusman, M.Sc
Tujuan
- Tujuan dari percobaan ester ini adalah untuk mengidentifikasi secara kualitatif
-
II.
Dasar Teori
Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH dengan
gugus OR (R adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan senyawa organik yang
bersifat netral, tidak bereaksi dengan logam Na dan PCl 3. Ester termasuk salah satu
turunan asam karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan suatu asam
(karboksilat) dengan alkohol atau phenol. Rumusnya: RCOOR dimana R dan R
adalah gugus organik.
Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa rumus umum ester adalah :
Gugus OH dari gugus karboksil diganti oleh gugus OR'. Dalam ester, R dan R'
dapat sama atau berbeda. Ester juga mempunyai rumus umum CnH2nO2.
Penamaan ester hampir menyerupai dengan penamaan basa; walaupun tidak
benar-benar mempunyai kation dan anion, namun memiliki kemiripan dalam sifat
lebih elektropositif dan keelektronegatifan. Suatu ester dapat dibuat sebagai produk
dari suatu reaksi pemadatan pada suatu asam (pada umumnya suatu asam organik)
dan suatu alkohol ( atau campuran zat asam karbol), walaupun ada cara-cara lain
untuk membentuk ester. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di mana dua
molekul bekerja sama dan menghapuskan suatu molekul yang kecil, dalam hal ini dua
gugus OH yang merupakan hasil eliminasi suatu molekul air (Clark, 2002).
Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut esterifikasi.
Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan
sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari Essig-ther
Jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka
etil). (Anshory,2003)
Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol dan
suatu asam karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan kemudian
alkanoat (bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara metanol dan asam
butir menghasilkan ester metil butir C 3H7-COO-CH3 seperti halnya air. Yang paling
sederhana adalah H-COO-CH3,metil metanoat. Karena ester dari asam yang lebih
tinggi, alkana menyebut dengan - oat pada akhiran. Secara umum Ester dari asam
berbau harum meliputi benzoat seperti metil benzoat (Anonim, 1995). Reaksi
esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu
asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 1982).
Sifat sifat ester secara fisika yaitu :
1.
2.
3.
4.
R COOH
EsterAs.Alkanoat
ROH
Alkohol
Alkohol
+ R OH
Alkohol
bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat dengan
rantai panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak, lilin, dan minyak.
Senyawa ester juga termasuk dari turunan asam karboksilat, dimana atom H
pada karboksil digantikan oleh alkil dari senyawa lain. Senyawa ini terbentuk adri
reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol dengan bantuan asam sulfat. Reaksi ini
dikenal dengan reaksi esterifikasi. Senyawa ester ini sering kita temui dalam berbagai
tanaman yang dikenal dengan minyak atsiri. Senyawa ini mengeluarkan aroma harum
dan berbau sedap. (Tania, 2016)
Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembuatan ester. Ester dihasilkan apabila
asam karboksilat dipanaskan bersama alcohol dengan bantuan katalis asam.
Biasanya asam sulfat (H2SO4) pekat. Reaksinya reversible (dapat bolak-balik).
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester
asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO 2 R dengan R
dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik
(Fessenden, 1981).
Laju esterifikaasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya
mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester. (Fessenden, 1981).
Contoh :
Pembuatan etil etanoat dari asam etanoat dan etanol.
disebut saponifikasi, yang mengacu pada reaksi ester dari asam lemak rantai panjang
dengan NaOH untuk membuat sabun.
Sabun merupakan garam logam alkali (umumnya garam natrium) dan asam
lemak yang terbentuk dari proses saponifikasi. Sabun mengandung garam C 16dan
C18 dan beberapa karboksilat dengan bobot aom lebih rendah (Fessenden, 1999).
Sabun juga merupakan campuran antara garam natrium atau kalium dan asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan terhadap alkali
dengan proses saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol
dan sabun mentah (Fessenden, 1982).
Sabun terbagi menjadi dua jenis, yaitu sabun kalium dan sabun natrium.
Sabun kalium (ROOCK) terbuat dari lemak dengan KOH. Sifat sabun kalium lunak
dan umumnya digunakan untk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian, dan
perlengkapan rumah tangga. Struktur dari sabun kalium adalah C17H35-C-K(O)-O.
Sedangkan sabun natrium (RCOONa) terbuat dari lemak dengan NaOH. Sifat sabun
yang terbentuk yaitu keras dan biasanya digunakan untuk sabun cuci, dalam industri
logam dan untuk mengatur kekerasan sabung kalium. Struktur dari sabun natrium
adalah C17H35-C-Na(O)-O (Salomon and Michael, 2004).
Deterjen berbeda dengan sabun. Deterjen adalah campuran zat kimia dari
sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media,
memiliki sifat daya pembersih seperti sabun, akan tetapi tidak terbuat dari lemak atau
minyak. Struktur dari deterjen adalah R-SO 3Na dengan R=CH3(CH2)16. Molekul
deterjen dapat berupa molekul deterjen rantai lurus dan deterjen rantai bercabang.
Lemak adalah suatu golongan senyawa heterogeneus yang larut dalam pelarut
organik (Winarno, 1991). Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, tetapi larut
sempurna dalam pelarut organik. Lemak mempunyai titik lebur tinggi disebut asam
lemak jenuh, sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut minyak mengandung
asam lemak tidak jenuh (Poedjiadi, 2007).
Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi inilah yang
sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer seperti
asam hidroklorat encer. Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion
hidroksida, tetapi hasil keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam
hidrolisis dengan air atau asam encer.
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan.
Reaksi ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks
dengan sebuah asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.
Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam:
1. Hidrolisis Etil Etanoat
CH3COOCH2CH3+H2O
CH3COOH + CH3CH2OH
CH3CH2COOH +CH3OH
Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol
saja adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari hari.
Etanol adalah suatu obat rekreasi yang paling tua. Etanol banyak digunakan sebagai
pelarut sebagai bahan bahan kimia yang di tunjukan untuk konsumsi dan kegunaan
manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obatobatan.
Dalam kimia etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk
sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya ethanol telah lama di gunakan
sebagai bahan bakar. Sifat fisika dan kimia etanol sebagai berikut. Etil asetat juga
mempunyai Rumus molekul etanol C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Sifatsifat fisik Etanolantara lain :
1.
2.
3.
: 46,07 gr/mol.
: -114,1oC.
: 78,32oC.
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan
dengan gugus Hidroksil paling tidak memiliki 2 Hidrogen atom yang terikat
dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh ethanol kebanyakan pada fungsi
gugus Hidroksil.
Asam Sulfat ( H2SO4 )
Asam Sulfat ( H2SO4 ) merupakan asam mineral ( Anorganik ) yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan, asam sulfat mempunyai kegunaan dan
merupakan salah satu produk utama industri kimia. Walaupun asam sulfat yang
mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO3 pada titik didihnya dan
menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan dan
merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% pada umumnya
disebut sebagai asam sulfat pekat. Berikut adalah sifat-sifat asam sulfat.Sifat sifat
Asam Sulfat ialah :
1.
Nama sintesis
: Asam sulfat
2.
Rumus molekul
: H2SO4
3.
Massa molar
: 98,078 gr/mol
4.
Penampilan
: Bening, tidak berwarna, tidak berbau
5.
Densitas
: 1,84 gr/cm3 , cairan
6.
Titik leleh
: 10oC, 283 K, 50o F
7.
Titik didih
: 290o C, 563oK, 554oF
8.
Kelarutan dalam air : Bercampur penuh
9.
Viskositas
: 26,7 CP pada 20oC
10. Klasifikasi
: Sangat korosif
11. Titik nyala
: Tak ternyalakan
Asam Asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam
cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni ( asam asetat glasial) adalah
cairan
higroskopis
tak
berwarna,
dan
memiliki
titik
beku
16.7C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat yang larut dalam air merupakan sebuah asam lemah,
artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat
digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan
polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
IV.
Prosedur Kerja
1. Pembentukan Ester
2. Saponifikasi
3. Identifikasi Ester
4. Hidrolisis Ester
V.
Data Pengamatan
1. Pembentukan Ester
Asam Asetat +
Alkohol
+ Dituangkan
+ 15 tetes H2SO4
+ Dipanaskan
kedalam 20 mL air
panas
Setelah penambahan
Setelah ditambahkan
Setelah dipanaskan
Setelah dituangkan
H2SO4 larutan
balon
menyengat, dan
larutan tidak
dibakar
berwarna
Setelah penambahan 2 mL
Setelah ditambahkan
H2SO4 larutan
Setelah pemanasan
Setelah dituangkan
terlalu menyengat,
larutan tidak
berwarna
Setelah ditambahkan
Setelah dipanaskan
Setelah dituangkan
H2SO4 larutan
warna larutan
berubah menjadi
mL warna larutan
larutan berubah
menyengat
balon
Setelah ditambahkan
2. Saponifikasi
10 tetes Metil
+ Dipanaskan +
Didinginkan + HCl 6M
Lakmus
Setelah ditambahkan 5
mL NaOH terdapat
sabun
basa
Salisilat + 5 mL
NaOH 6 M
bersifat basa
3. Identifikasi Ester
Asam Benzoat
+ H2SO4 +
+ Dipanaskan +
+ Alkohol
Didinginkan
Didinginkan
Setelah
Setelah ditambahkan
Setelah dipanaskan
Setelah
penambahan
ditambahkan
methanol tidak
bau menyengat
melarut dengan
Setelah didinginkan
(balsem). Setelah
sempurna, setelah
tidak terjadi
didinginkan tidak
larutan bening
didiamkan larut
perubahan
terjadi perubahan
Setelah
Setelah ditambahkan
Setelah dipanaskan
Setelah
ditambahkan etanol
H2SO4 terdapat
ditambahkan
+ NaHCO3
endapan putih.
NaHCO3 tidak
menyengat
Setelah didinginkan
menyengat (balon).
terjadi perubahan
endapan larut
Setelah didinginkan
tidak terjadi perubahan
Setelah
Setelah ditambahkan
Setelah
ditambahkan
H2SO4 terdapat
ditambahkan
isopropyl alkohol
NaHCO3 terdapat
tercium bau
2 lapisan, bagian
menyengat
didinginkan tidak
didinginkan gumpalan
terjadi perubahan
bagian bawah
larut
cokelat pekat ,
tercium bau balon
4. Hidrolisis Ester
H2SO4 + As. Asetat
terdapat gas
terdapat gas
Reaksi :
1) Pembentukan Ester
- Asam asetat + Etanol
CH3COOCH(CH3)2 + H2O
2) Saponifikasi
C8H8O3 + 2 NaOH
metil salisilat
natrim hidroksida
C7H4O3Na2 + CH3OH
dinatrium heptanoat
metanol
3) Identifikasi Ester
- Asam benzoate + Metanol
4) Hidrolisis Ester
Tidak terjadi reaksi karena percobaan gagal, seharusnya memakai sampel
berupa ester bukan asam karboksilat.
VI.
Pembahasan
Senyawa ester juga termasuk dari turunan asam karboksilat, dimana atom H
pada karboksil digantikan oleh alkil dari senyawa lain. Senyawa ini terbentuk adri
reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol dengan bantuan asam sulfat. Reaksi ini
dikenal dengan reaksi esterifikasi. Senyawa ester ini sering kita temui dalam berbagai
tanaman yang dikenal dengan minyak atsiri. Senyawa ini mengeluarkan aroma harum
dan berbau sedap. (Tania, 2016)
Ketika sebuah ester mengalami hidrolisis dengan basa kuat seperti NaOH atau
KOH, produk adalah garam karboksilat dan alkohol yang sesuai. Basis hidrolisis
juga disebut saponifikasi, yang mengacu pada reaksi ester dari asam lemak rantai
panjang dengan NaOH untuk membuat sabun.
Ketika ester dipanaskan dengan air dengan adanya asam kuat, biasanya H2SO4
atau HCl, hidrolisis terjadi. Dalam hidrolisis, air bereaksi dengan ester untuk
membentuk asam karboksilat dan alkohol. Oleh karena itu, hidrolisis adalah
kebalikan dari reaksi esterifikasi. Selama hidrolisis asam, molekul air menyediakan
kelompok OH untuk mengubah gugus karbonil dari ester untuk kelompok
karboksil. Sebuah jumlah besar air digunakan untuk mendukung pembentukan asam
Laporan Praktikum Ester (Kimia Organik II)| 14
karboksilat dan alkohol produk. Ketika hidrolisis ester biologis terjadi dalam sel,
enzim menggantikan asam sebagai katalis.
Pada percobaan ester ini kami melakukan 4 percobaan yaitu pembentukan
ester, saponifikasi, identifikasi ester, dan hidrolisis ester.
1. Pembentukan Ester
Pada percobaan pertama yaitu pembentukan ester kami mereaksikan asam
asetat dengan methanol tercium bau balon, hal ini menandakan reaksi esterifikasi
berhasil dibentuk karena mengeluarkan aroma, setelah ditambahkan H2SO4
larutan menjadi panas dan masih tercium bau balon dan sedikit tercium bau asam,
tujuan dari penambahan H2SO4 ini adalah untuk mempercepat reaksi atau sebagai
katalis, setelah dipanaskan sedikit bau balon dan bau asam menyengat, dan
larutan tidak berwarna, setelah dituangkan kedalam air panas 20 mL dan masih
tercium bau seperti karet dibakar, jadi dapat disimpulkan proses pembentukan
ester pada asam asetat dan methanol ini berhasil dilakukan karena selama proses
berlangsung tetap tercium aroma disetiap prosesnya, adapun reaksinya yaitu
sebagai berikut:
Reaksi kedua yaitu dengan mereaksikan asam asetat dengan etanol, setelah
penambahan 2 mL ethanol tercium bau balon yang sangat menyengat, setelah
ditambahkan H2SO4 larutan menjadi panas, warna larutan seperti minyak dan
masih tercium bau balon, setelah pemanasan bau balon tidak terlalu menyengat,
larutan tidak berwarna, setelah dituangkan kedalam beaker gelas yang berisi air
panas tidak terjadi perubahan. Hal ini menandakan proses esterifikasi pada asam
asetat direaksikan dengan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat berhasil
terbentuk etil asetat, adapun reaksinya yaitu sebagai berikut:
Pada reaksi ketiga yaitu asam asetat dan isopropyl alkohol, setelah ditambahkan
Isopropil Alkohol tercium bau balon dan masih sedikit tercium bau asam asetat,
setelah ditambahkan H2SO4 larutan menjadi panas dan masih tercium bau balon,
serta warna larutan berubah menjadi pink bening, setelah dipanaskan warna
larutan berubah menjadi kuning bening, dan bau balon sangat menyengat, setelah
dituangkan kedalam air panas 20 mL warna larutan menjadi sedikit keruh dan
masih tercium bau balon. Pada reaksi asam asetat dengan isopropyl alkohol ini
sedikit berbeda dengan kedua reaksi sebelumnya Karena pada proses ini terjadi
perubahan warna, hal ini disebabkan karena isopropyl alkohol mudah teroksidasi,
oleh karena itu terjadi perubahan warna pada prosesnya, adapun reaksinya yaitu:
Laporan Praktikum Ester (Kimia Organik II)| 15
CH3CH(CH3)OH + CH3COOH
CH3COOCH(CH3)2 + H2O
2. Saponifikasi
Pada percobaan kedua yaitu saponifikasi kami meraksikan metal salisilat dan
NaOH, setelah ditambahkan 5 mL NaOH terdapat endapan putih seperti sabun,
setelah dipanaskan endapan menggumpal dan berkurang, setelah didinginkan
tercium bau seperti balon, setelah ditambahkan HCl pH = 14, bersifat basa,
setelah diuji dengan kertas lakmus, lakmus biru berwarna biru dan lakmus merah
menjadi biru, bersifat basa. Hal ini sesuai dengan teori dimana proses saponifikasi
atau proses penyabunan adalah dengan mereaksikan sebuah ester dengan basa
kuat maka akan terbentuk saponifikasi, percobaan ini dikatakan berhasil karena
muncul endapan putih seperti sabun pada saat penambahan NaOH dan tercium
aroma serta pH nya bersifat basa. Adapun reaksinya yaitu sebagai berikut:
C8H8O3 + 2 NaOH
metil salisilat
natrim hidroksida
C7H4O3Na2 + CH3OH
dinatrium heptanoat
metanol
3. Identifikasi Ester
Pada percobaan ketiga yaitu identifikasi ester, kami melakukan 3 reaksi yaitu
dengan mereksikan asam benzoate dengan methanol, asam benzoate dengan
etanol dan asam benzoate dengan isopropyl alkohol. Pada reaksi pertama yaitu
asam benzoate dengan methanol, setelah penambahan methanol tidak melarut
dengan sempurna, setelah didiamkan larut, setelah ditambahkan H2SO4, larutan
terasa panas dan tidak bau, setelah didinginkan tidak terjadi perubahan, setelah
dipanaskan tidak terjadi perubahan, bau menyengat (balsem). Setelah didinginkan
tidak terjadi perubahan, setelah ditambahkan NaHCO 3 tetap bau balsam dan
warna larutan bening. Pada percobaan in sesuai dengan teori yaitu ester bisa
teridentifikasi apabila suatu reaksi dapat mengeluarkan aroma, pada percobaan ini
setelah dipanaskan tercium aroma menandakan pada reaaksi tersebut terdapat
ester. Adapun reaksinya yaitu sebagai berikut:
Pada reaksi kedua yaitu dengan mereaksikan asam benzoate dengan etanol,
Setelah ditambahkan etanol tercium bau balon menyengat, setelah ditambahkan
H2SO4 terdapat endapan putih. setelah didinginkan endapan larut, setelah
dipanaskan endapan larut, warna larutan bening bau menyengat (balon). setelah
didinginkan tidak terjadi perubahan, setelah ditambahkan NaHCO3 tidak terjadi
Laporan Praktikum Ester (Kimia Organik II)| 16
perubahan. Pada percobaan ini terdapat perbedaan dari yang sebelumnya, yaitu
pada percobaan ini terdapat endapan putih setelah ditambahkan katalis asam
sulfat, Karena etanol tidak mudah larut dengan asam benzoate, percobaan ini
dikatakan berhasil karena tercium aroma pada saat penambahan etanol. Adapun
reaksinya yaitu sebagai berikut:
Pada reaksi ketiga yaitu dengan mereaksikan asam benzoate dengan isopropyl
alkohol, setelah ditambahkan isopropyl alkohol tercium bau menyengat, setelah
ditambahkan H2SO4 terdapat endapan putih, warna larutan kuning bening dan
panas, hal ini terjadi karena isopropyl alkohol mudah teroksidasi sehingga terjadi
perubahan warna, setelah didinginkan gumpalan larut, setelah dipanaskan bau
menyengat dan warna larutan berubah menjadi cokelat pekat, setelah didinginkan
tidak terjadi perubahan, setelah ditambahkan NaHCO3 terdapat 2 lapisan, bagian
atas bening dan bagian bawah cokelat pekat , tercium bau balon. Pada percobaan
ini ester teridentifikasi karena tercium bau setelah penambahan isopropyl alkohol.
Adapun reaksinya yaitu:
C6H5COOH + C3H7OH C10H12O2 + H2O
4. Hidrolisis Ester
Pada percobaan hidrolisis ester ini telah mengalami kegagalan karena sampel
yang digunakan salah, yang seharusnya ester pada percobaan ini sampel yang
dipakai adalah asam karboksilat, jadi percobaan ini gagal.
Tidak terjadi reaksi karena percobaan gagal, seharusnya memakai sampel berupa
ester bukan asam karboksilat.
VII.
Daftar Pustaka
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Anshory, H. Irfan. 2003. Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta.: Erlangga.
Clark, Jim, 2002 (modified 2004). The Mechanism for the Esterification Reaction.
http://www.chemguiede.co.us/organicprops/estermenu.html1#top (diakses pada 29
Mei 2016)
Fessenden, and Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Fessenden, and Fessenden. 1999. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Karen C. Timberlake. Chemistry- An Introduction to General Organic and Biological
Chemistry.
Permono, A. 2002. Membuat Deterjen Cair. Penebar Swadaya, Jakarta.
Poedjiadi, A. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia, Jakarta.
Salomon, and R. Michael. 2004. Consumer Behaviour : buying, having and being.
New Jersey: Pearson education. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Tania. 2015. Petunjuk Praktikum KIMIA ORGANIK I. Cirebon : Universitas
Muhammadiyah Cirebon.
Laporan Praktikum Ester (Kimia Organik II)| 17
Dosen Pengampu