Anda di halaman 1dari 12

Tugas 01.

1. Cari contoh surat perjanjian pemborongan pekerjaan konstruksi dari manapun (internet dll).
2. Buatlah surat perjanjian pemborongan pekerjaan dibawah ini dengan data yang sudah anda miliki
dari no 1 di atas.
3. Tugas 01 dikerjakan oleh 2 orang dan berkas jawaban tugas dikirim sebelum jumat 21 Maret 2014.

SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN


NOMOR

602.4 / 82

TANGGAL

8 OKTOBER 2010

PEKERJAAN

PEMELIHARAAN RUTIN / BERKALA GEDUNG KANTOR


PERWAKILAN BALAI WILAYAH RAWAPENING, DOLOK &
TUNTANG

HARGA BORONGAN

Rp. 73.862.000,- (TUJUH PULUH TIGA DELAPAN RATUS


ENAM PULUH DUA RIBU RUPIAH)

TAHUN ANGGARAN

: 2010

DILAKSANAKAN OLEH :
CV. PUTRA MANDIRI
Jl. Panda Utara V / 12
SEMARANG

SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN


PEMELIHARAAN RUTIN/BERKALA GEDUNG KANTOR PERWAKILAN BALAI WILAYAH RAWAPENING,
DOLOK & TUNTANG
NOMOR : 602.4 / 82
TANGGAL : 8 OKTOBER 2010
Pada hari jumat tanggal Delapan bulan Oktober tahun Dua ribu sepuluh , kami yang bertanda tangan dibawah
ini :
I.

Nama

: Ir. AGUS PURWANDINI, M.Eng

Jabatan

: Kepala Balai PSDA Jragung Tuntang Selaku Pengguna Jasa

Alamat Kantor

: Jl. Madukoro Blok AA-BB No. 1C Semarang

Selaku Pejabat Pembuat Komitmen berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN RI Nomor : 602.4 / 81 tanggal 6
bulan Oktober tahun 2010, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Negara yang selanjutnya
disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

II.

Nama

: EKO MARWOTO

Jabatan

: Direktur CV. PUTRA MANDIRI Selaku Penyedia Jasa

Alamat Kantor

: Jl. Panda Utara V/12 Semarang.

Yang didirikan sesuai dengan Akte Notaris Nomor : oleh , dan


berdasarkan Akte ................ Nomor tanggal .. bulan . tahun . oleh .. yang dalam
hal ini sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasarnya, bertindak untuk dan atas nama ...............................
yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak sepakat mengadakan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin/Berkala
Gedung Kantor Perwakilan Balai Wilayah Rawapening, Dolok & Tuntang , selanjutnya disebut dengan Surat
Perjanjian, dengan ketentuan dan syarat syarat sebagaimana tercantum dalam pasal - pasal dan ayat-ayat
sebagai berikut :
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberikan tugas pekerjaan kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima tugas
tersebut, yaitu untuk melaksanakan pekerjaan : PEMELIHARAAN RUTIN/BERKALA GEDUNG KANTOR
PERWAKILAN BALAI WILAYAH RAWAPENING, DOLOK & TUNTANG sesuai Daftar Terlampir.
PASAL 2
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
2. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 jo. Keppres No. 72 tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
3. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
beserta peraturan-peraturan perubahannya;
4. DIPA Nomor : . tanggal
5. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) dengan semua perubahan sesuai dengan Berita Acara Penjelasan
pekerjaan Nomor : 24.a/Sekr. Pan/2010 tanggal 21 September 2010
6.
7.
8.
9.
10.

PERPRES RI No.54 tahun 2010, Tentang pengadaan barang/ jasa Pemerintah


PERPRES RI No.70 tahun 2012, Tentang pengadaan barang/ jasa Pemerintah
PERPRES RI No.172 tahun 2014, Tentang perubahan ketiga tentang PERPRES RI No.54 tahun
2010, Tentang pengadaan barang/ jasa Pemerintah
PERPRES RI No.4 tahun 2015, Tentang perubahan keempat tentang PERPRES RI No.54 tahun
2010, Tentang pengadaan barang/ jasa Pemerintah

Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa : Nomor : 602.4 / 80 tanggal 29 September 2010

PASAL 3
DIREKSI / PENGAWAS PEKERJAAN
1.

2.
3.

Untuk melakukan pengendalian pekerjaan yang terdiri atas pengawasan dan tindakan pengoreksian,
sehingga PIHAK KEDUA dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan
ketentuan dalam Surat Perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA menunjuk .. (pengawas) yang
beralamat di .. sebagai Pengawas Pekerjaan dan bertindak atas nama PIHAK PERTAMA,
penunjukan tersebut akan diberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA;
Apabila Badan Hukum yang ditunjuk dalam ayat ( 1 ) Pasal ini berhalangan atau tidak dapat menjalankan
kewajibannya, maka PIHAK PERTAMA akan menunjuk penggantinya yang secara tertulis akan disampaikan
kepada PIHAK KEDUA;
PIHAK KEDUA harus memenuhi segala petunjuk ( dalam hal teknis, berdasarkan RKS dan Addendum /
Berita Acara Aanwijzing) dan atau perintah dari Pengawas Pekerjaan / PIHAK PERTAMA;
PASAL 4
BAHAN - BAHAN DAN ALAT ALAT

1.
2.
3.
4.
5.

Bahan-bahan, Alat-alat dan segala sesuatunya yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan
pemborongan tersebut dalam Pasal 1 perjanjian ini, harus disediakan oleh PIHAK KEDUA;
PIHAK KEDUA wajib membuat tempat atau gudang yang baik untuk menyimpan bahan-bahan dan alat-alat
tersebut guna kelancaran pekerjaannya;
PIHAK PERTAMA / Pengawas Pekerjaan berhak menolak bahan-bahan dan alat-alat yang disediakan oleh
PIHAK KEDUA, jika spesifikasi dan kualitasnya bahan maupun alat tidak memenuhi persyaratan;
Jika bahan-bahan dan alat-alat tersebut ditolak oleh PIHAK PERTAMA / Pengawas Pekerjaan, maka PIHAK
KEDUA harus menyingkirkan bahan-bahan dan alat-alat dari lokasi pekerjaan dalam waktu
2 x 24 jam,
kemudian menggantinya dengan alat maupun bahan yang memenuhi persyaratan;
Tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat, tidak dapat dijadikan alasan penyebab kelambatan pekerjaan.
PASAL 5
TENAGA KERJA DAN UPAH

1. Agar pekerjaan berjalan seperti yang ditetapkan, PIHAK KEDUA harus menyediakan tenaga kerja yang
cukup dalam jumlahnya, keahliannya dan ketrampilannya;
2. Ongkos-ongkos dan upah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut ditanggung oleh PIHAK KEDUA;
3. PIHAK KEDUA wajib menyelenggarakan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai
dengan ketentuan dalam Undang Undang No. 3 tahun 1992 juncto Peraturan Pemerintah No. 14 tahun
1993.
PASAL 6
PELAKSANA PIHAK KEDUA
1. Ditempat pekerjaan harus selalu ada wakil PIHAK KEDUA yang ditunjuk sebagai Pemimpin Pelaksana /
Tenaga Ahli, yang mempunyai wewenang / kekuasaan penuh untuk menerima / memberikan / memutuskan
segala petunjuk - petunjuk dari PIHAK PERTAMA;
2. Penunjukan Pemimpin Pelaksana / Tenaga Ahli ini harus mendapat persetujuan secara tertulis dari PIHAK
PERTAMA;
3. Apabila menurut pertimbangan PIHAK PERTAMA, Pemimpin Pelaksana / Tenaga Ahli yang digunakan oleh
PIHAK KEDUA tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan, maka PIHAK PERTAMA akan memberitahukan
secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA segera mengganti dengan Pemimpin Pelaksana /
Tenaga Ahli lain yang memenuhi persyaratan tersebut;
4. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas kerugian PIHAK PERTAMA sebagai akibat perbuatan orang-orang
yang dipekerjakan olehnya.
PASAL 7
SUB KONTRAKTOR
1. PIHAK KEDUA wajib bekerja sama dengan golongan ekonomi lemah setempat antara lain sebagai Sub
Kontraktor, Leveransir bahan dan barang;
2. Apabila suatu bagian pekerjaan akan diserahkan kepada Sub Kontraktor, maka PIHAK KEDUA harus
memberitahukan hal tersebut secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA setelah terlebih dahulu mendapat
persetujuan tertulis dari Pengawas Pekerjaan sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 surat perjanjian ini;

3. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang diserahkan kepada Sub Kontraktor dengan persetujuan PIHAK PERTAMA,
PIHAK KEDUA harus melakukan koordinasi atas pekerjaan yang dilakukan oleh Sub Kontraktor itu, serta
melakukan pengawasan bersama-sama Pengawas Pekerjaan;
4. Dalam hal ada pekerjaan yang di-Sub Kontrakkan, maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya
atas pekerjaan yang diserahkan kepada Sub Kontraktor dan segala sesuatu yang menyangkut hubungan
antara PIHAK KEDUA dengan Sub Kontraktor;
CATATAN : Pasal ini hanya dipergunakan untuk pekerjaan yang menggunakan Sub Kontraktor.
5. PIHAK KEDUA wajib membuat laporan periodik kepada PIHAK PERTAMA mengenai pelaksanaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini termasuk pelaksanaan pembayaran;
6. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) s/d (5) Pasal ini, maka
berlaku Pasal 21 Surat Perjanjian ini dan PIHAK KEDUA dikeluarkan dari Daftar Rekanan Terseleksi;
PASAL 8
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
1.
2.

3.

Jangka waktu pelaksanaan sampai pekerjaan selesai 100 % yang disebut dalam Pasal 1 Perjanjian ini
ditetapkan selama 60 ( Enam Puluh hari ) terhitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja ( SPK/
SPMK );
Waktu penyelesaian pekerjaan tersebut dalam ayat (1) Pasal ini tidak dapat diubah oleh PIHAK KEDUA,
kecuali adanya Keadaan memaksa ( Force Majeure ) seperti diatur dalam Pasal 9 Surat Perjanjian ini, atau
adanya perintah penambahan pekerjaan sesuai Pasal 15 Surat Perjanjian ini atau perubahan-perubahan
yang dipandang perlu oleh kedua belah pihak seperti diatur dalam Pasal 24 ayat 1 Surat Perjanjian ini;
Perubahan jangka waktu tersebut pada ayat 2 Pasal ini, harus disetujui oleh PIHAK PERTAMA secara
tertulis dan diketahui oleh Pejabat yang berwenang dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, atau Pejabat
yang ditunjuk olehnya.
PASAL 9
KEADAAN MEMAKSA ( FORCE MAJEURE)

1. Yang termasuk dalam Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) adalah peristiwa-peristiwa antara lain seperti
berikut :
- Bencana alam ( gempa bumi, tanah longsor, angintopan dan banjir );
- Kebakaran;
- Perang, huru-hara, pemogokan, pemberontakan, demonstrasi, dan epidemi atau keadaan-keadaan di
luar kekuasaan PIHAK KEDUA untuk mengatasinya, yang secara keseluruhan atau sebagian ada
hubungan langsung dengan penyelesaian pekerjaan pemborongan ini;
- Peraturan Pemerintah dibidang moneter yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan Peraturan
Pemerintah, dan kebijakan Pemerintah dibidang moneter yang secara langsung atau tidak langsung,
mempengaruhi jalannya pelaksanaan proyek;
2. Apabila terjadi Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) PIHAK KEDUA harus memberitahukan kepada
Pengawas pekerjaan / PIHAK PERTAMA secara tertulis dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak terjadinya
Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) tersebut;
3. Pemberitahuan tersebut pada ayat 2 Pasal ini harus dilengkapi dengan data-data yang dapat dipertanggung
jawabkan dan disahkan oleh pihak yang berwenang dalam jangka waktu 3 x 24 Jam;
4. Dalam pemberitahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA dapat menyetujui atau menolak secara tertulis
adanya Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) itu dalam jangka waktu 3 x 24 jam, setelah diterimanya
pemberitahuan tersebut pada ayat (2) dan (3) Pasal ini;
5. Jika dalam waktu 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dan
PIHAK PERTAMA tidak memberikan jawabannya, maka PIHAK PERTAMA dianggap menyetujui adanya
Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) tersebut.
6. Bilamana Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) itu ditolak oleh PIHAK PERTAMA, maka berlaku ketentuanketentuan Pasal 18, 19, 20, 21 dan 24 dalam perjanjian ini.
PASAL 10
MASA PEMELIHARAAN
1. Masa pemeliharaan dari hasil pekerjaan ditetapkan selama 180 ( seratus delpan puluh hari ) setelah tanggal
selesainya pekerjaan atau prestasi pekerjaan mencapai 100% yang dinyatakan dalam Berita Acara Serah
Terima Pertama Pekerjaan ( PHO )

2. Selesainya masa pemeliharaan dinyatakan dalam Berita Acara Pemeliharaan dan diterimanya pekerjaan
pemeliharaan oleh PIHAK PERTAMA dalam keadaan baik yang dinyatakan dalam Berita Acara Penyerahan
Kedua Pekerjaan ( FHO );
3. Dalam hal adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam ayat ( 1 ) Pasal ini, maka masa pemeliharaan
untuk pekerjaan perbaikan tersebut dihitung sampai dengan berakhirnya perbaikan yang dilakukan tersebut;
4. Semua biaya perbaikan yang dikeluarkan dalam masa pemeliharaan ditanggung oleh PIHAK KEDUA;
5. Selama masa pemeliharaan tersebut PIHAK KEDUA diharuskan dan bertanggung jawab atas perbaikan /
pembetulan dan penyempurnaan dari segala kekurangan - kekurangan serta cacat - cacat dari pekerjaan
seperti yang tersebut dalam Pasal 1 sehingga dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA.
PASAL 11
JAMINAN UANG MUKA / PELAKSANAAN / PEMELIHARAAN
A. Jaminan Uang Muka
Apabila PIHAK KEDUA untuk pekerjaan ini menghendaki pembayaran Uang Muka, maka PIHAK KEDUA harus
menyerahkan Jaminan Uang Muka berupa Jaminan Bank Pemerintah/Bank lain/Lembaga Keuangan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebesar 30 % dari harga borongan (HB) atau sebesar = 30
% x 73.862.000,- = Rp. 22.158.600,- ( Dua puluh dua juta seratus lima puluh delapan ribu enam ratus

1.

rupiah ).
Jaminan Uang Muka ini akan diterima kembali oleh PIHAK KEDUA setelah uang muka selesai
diperhitungkan di dalam penerimaan termyn/ angsuran.

B. Jaminan Pelaksanaan
1.

2.

3.
4.
5.
C.
1.
2.

3.
4.
5.

Sebagai jaminan pelaksanaan pekerjaan borongan, maka selambat-lambatnya, pada saat perjanjian ini
ditandatangani, PIHAK KEDUA harus menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA jaminan pelaksanaan
pekerjaan berupa Surat Jaminan Bank Pemerintah/Bank lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Republik Indonesia,
Berdasarkan Dokumen Pelelangan Umum dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) serta
Addendum Dokumen Pelelangan Umum Nomor .untuk pekerjaan tersebut di
atas, PIHAK KEDUA harus menyediakan Jaminan Pelaksanaan sebesar 5 % dari Harga Borongan (HB)
yaitu 5 % X Rp.73.862.000,- = Rp.3.693.100,- ( Tiga juta enam ratus Sembilan puluh tiga ribu seratus
rupiah )
Surat Jaminan Bank tersebut, akan diserahkan kembali oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA,
setelah pekerjaan dilaksanakan dengan baik yang dinyatakan dengan Berita Acara Serah Terima Pertama
dan diganti dengan Surat Jaminan Pemeliharaan;
Jaminan pelaksanaan tersebut pada huruf B ayat (1) Pasal ini dapat dicairkan PIHAK PERTAMA secara
langsung dan disetor ke Kas Negara apabila PIHAK KEDUA mengundurkan diri dan atau apabila terjadinya
pemutusan perjanjian;
Apabila terjadi perpanjangan jangka waktu pelaksanaan yang telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA, maka
PIHAK KEDUA wajib memperpanjang jaminan pelaksanaannya.
Jaminan Pemeliharaan
Sebagai jaminan pemeliharaan atas pekerjaan pemeliharaan pada masa pemeliharaan dimana
penyelesaian pekerjaan pemeliharaan tersebut melewati batas akhir tahun anggaran.
Jaminan Pemeliharaan ini harus diserahkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA berupa Surat
Jaminan Bank Pemerintah/Bank lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, pada
saat pengajuan angsuran terakhir pada tahun anggaran yang sama ( bilamana masa pemeliharaan berakhir
pada tahun anggaran berikutnya );
Besarnya Jaminan Pemeliharaan yang harus diserahkan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
sebesar : 5 % dari Harga Borongan (HB) yaitu 5 % X Rp.73.862.000 = Rp.3.693.100,- (tiga juta enam ratus
sembilan puluh tiga ribu seratus rupiah );
Surat Jaminan Pemeliharaan tersebut dapat dicairkan kembali oleh PIHAK KEDUA setelah masa
pemeliharaan berakhir yang ditandai dengan diterbitkannya Berita Acara Pemeliharaan dan Berita Acara
Serah Terima Pekerjaan yang ke dua (FHO );
Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan pekerjaan pemeliharaan pada masa pemeliharaan seperti diatur
dalam pasal 10 Surat Perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA dapat mencairkan Jaminan Pemeliharaan
tersebut setelah memberikan surat teguran secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA tidak
mengindahkan surat teguran dari PIHAK PERTAMA tersebut.

PASAL 12
HARGA BORONGAN PEKERJAAN
1.

2.

Jumlah harga borongan untuk pekerjaan tersebut pada Pasal 1 ( satu ) perjanjian ini termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebesar Rp.73.862.000,- ( tujuh puluh tiga juta delapan ratus enam
puluh dua ribu rupiah ) merupakan jumlah yang tetap dan pasti (lumpsum fixed price) dibebankan pada
DIPA Anggaran th
Dalam jumlah Harga Borongan tersebut diatas sudah termasuk segala pengeluaran pemborong : Jasa
Kontraktor dan iuran-iuran daerah lainnya yang harus dibayar oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku.

PASA L 13
CARA PEMBAYARAN
1.
2.

Pembayaran Harga Borongan tersebut akan dibayarkan melalui Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan
Negara ( KPPN ) di Semarang dengan anggaran DIPA Nomor : . tanggal
.MAK. ;
Pembayaran uang muka dan angsuran uang muka serta pembayaran angsuran diatur sebagai berikut :

PRESTASI

TAHAP
PEMBAYARAN

0%

Uang Muka

30 % x NK

30 % x NK

30 %

Angsuran I = 25%

(25 % x NK ) (30% x 30% x NK )

16 % x NK

65 %

Angsuran II = 60%

{(60 % - 25 %) x NK} - (35% x 30% x NK )

24,5 % x NK

100 %

Angsuran III = 95%

{(95 % - 60 %) x NK} - (35% x 30% x NK )

24,5 % x NK

Selesai Masa
Pemeliharaan

Angsuran IV = 100%

( 100 % - 95 % ) x NK

5 % x NK

3.

PEMBAYARAN

Pengaturan Pembayaran :
Pembayaran dilakukan Oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA melalui Bank Jateng dengan
Nomor Rekening : 1021-00563-7 dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pembayaran Uang Muka
Prestasi : 0 %
Tahap Pembayaran : Uang Muka akan dibayarkan sebesar 30 % (dua puluh) prosen dari Harga
Borongan atau sebesar = Rp. 22.158.600,- ( Dua puluh dua juta seratus lima puluh delapan ribu enam
ratus rupiah ).
Uang Muka tersebut akan dibayarkan dengan persyaratan sebagai berikut :
PIHAK KEDUA telah menyerahkan Jaminan Uang Muka sebesar 30% dari Harga Borongan yang
ditetapkan sebesar 30% x Rp.73.862.000,- = Rp Rp. 22.158.600,- ( Dua puluh dua juta seratus lima
puluh delapan ribu enam ratus rupiah ).
1. Uang Muka yang dibayarkan kepada PIHAK KEDUA akan dikembalikan kepada PIHAK PERTAMA
dengan cara angsuran sebagai berikut :
Tahap Pembayaran Angsuran I sebesar 30% x Rp.22.158.600,- = Rp.6.647.580 (enam juta
enam ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus delapan puluh rupiah )
Tahap Pembayaran Angsuran II sebesar 35% x Rp.22.158.600,- = Rp.7.755.510 ( tujuh juta
tujuh ratus lima puluh lima ribu lima ratus sepuluh rupiah )
Tahap Pembayaran Angsuran III sebesar 35% x Rp.22.158.600,- = Rp.7.755.510 (tujuh juta
tujuh ratus lima puluh lima ribu lima ratus sepuluh rupiah )
2. Jaminan uang muka yang dimaksud adalah jaminan yang berupa Jaminan Bank dari Bank
Pemerintah atau Lembaga Keuangan yang lain yang ditetapkan/ditunjuk oleh Pernerintah dalam hal
ini oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia.

3. Uang Muka hanya dapat dicairkan oieh PIHAK KEDUA setelah mendapat persetujuan dari PIHAK
PERTAMA dan telah dipenuhi Pasal 13 (Tiga belas) butir 3 a.1
4. Uang Muka sebagaimana tersebut di atas hanya berlaku untuk menyelesaikan pekerjaan yang
tertuang dalam Pasal 1 (satu) Perjanjian ini.`
a. Pembayaran Angsuran I (Pertama) diperhitungkan sebagai berikut :
Prestasi : 30%
Tahap Pembayaran : Angsuran pertama akan dibayarkan sebesar 25% dari Harga Borongan ( HB atau
NK) atau sebesar 25 % x Rp.73.862.000,- = Rp. 18.465.500,b. Pembayaran Angsuran II (Kedua) diperhitungkan sebagai berikut :
Prestasi : 65%
Tahap Pembayaran : Angsuran kedua akan dibayarkan sebesar 60% dari Harga Borongan atau
sebesar : 35 % X Rp.73.862.000,- = Rp. 25.851.700,c. Pembayaran Angsuran III (Ketiga) diperhitungkan sebagai berikut :
Prestasi : 100 %
Tahap Pembayaran : Angsuran ketiga akan dibayarkan sebesar 95% dari Harga Borongan atau
sebesar : 35 % X Rp.73.862.000,- = Rp. 25.851.700,d. Pembayaran Angsuran IV (Keempat) diperhitungkan sebagai berikut :
Prestasi : Masa Pemeliharaan selesai
Tahap Pembayaran Angsuran keempat akan dibayarkan sebesar 5 % dari Harga Borongan atau
sebesar : 5% X Rp.73.862.000,- = Rp.3.693.100,- , dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah
Selesainya Masa Pemeliharaan dan dinyatakan dengan Berita Acara Serah Terima Kedua ( FHO )
Pekerjaan atau dengan menyampaikan Jaminan Pemeliharaan dari Bank Pemerintah/Bank lain sebesar
5 % dari Harga Borongan atau sebesar 5 % X Rp.73.862.000,- = Rp.3.693.100,4.

5.
6.

Setiap permohonan pembayaran angsuran diserahkan atau dilampiri Berita Acara yang telah disetujui oleh
pengawas pekerjaan dan kedua belah pihak yaitu PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dengan
menyerahkan foto dokumentasi sesuai dengan kemajuan dan prestasi yang dikerjakan, sedangkan ukuran
foto dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang ada pada RKS;
Pembayaran angsuran harus mengacu dari jadwal pelaksanaan yang telah disetujui oleh pengawas
pekerjaan, dan PIHAK KEDUA wajib membuat dan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan tentang pekerjaannya secara teknis.
Sebelum mengajukan permintaan pembayarAAQan angsuran harus dilakukan pemeriksaan di lapangan
untuk menilai bahwa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA telah memenuhi prestasi pekerjaan
yang dicapai, sebagaimana yang disebutkan di atas dalam surat perjanjian ini.
PASAL 14
KENAIKAN HARGA

1.
2.

Kenaikan harga bahan - bahan, alat - alat, dan upah selama masa pelaksanaan pemborongan ini
ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA;
Pada dasarnya PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan / klaim atas kenaikan harga bahan-bahan,
alat-alat, dan upah, kecuali apabila diadakan pengaturan khusus oleh Pemerintah sehubungan dengan
terjadinya tindakan / kebijaksanaan Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang moneter, yang diumumkan
secara resmi dan diatur dalam Peraturan Pemerintah, khususnya untuk Pekerjaan Pemborongan.
PASAL 15
PEKERJAAN TAMBAH KURANG

1.
2.

3.
4.

Segala penyimpangan dan atau perubahan merupakan penambahan atau pengurangan pekerjaan, yang
tidak melebihi 10 % dari harga borongan, hanya dianggap sah sesudah mendapat perintah tertulis dari
pengawas pekerjaan / PIHAK PERTAMA, dengan menyebut jenis dan rincian pekerjaan secara jelas;
Perhitungan biaya untuk pekerjaan tambah kurang diperhitungkan menurut harga satuan pekerjaan yang
dimasukkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA pada waktu pemasukan penawaran untuk
pelelangan pekerjaan ini. Untuk pekerjaan tambah kurang yang belum ada harganya ditetapkan bersama
oleh kedua belah pihak;
Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk mengubah jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan, kecuali atas persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA / Pengawas Pekerjaan;
Untuk pekerjaan tersebut diatas apabila diperlukan dapat dibuat perjanjian tambahan (Addendum).

PASAL 16
PENGAMANAN TEMPAT KERJA DAN TENAGA KERJA
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja / tenaga kerja, kebersihan bangunanbangunan, kebersihan lingkungan, alat-alat dan bahan-bahan bangunan selama pekerjaan berlangsung;
PIHAK KEDUA bertanggung jawab / wajib menyediakan sarana untuk menjaga keselamatan para tenaga
kerja, guna menghindarkan bahaya yang mungkin terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan;
Jika terjadi kecelakaan pada saat melaksanakan pekerjaan, maka PIHAK KEDUA diwajibkan memberikan
pertolongan pertama kepada korban-korban dan segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibatnya, menjadi
beban/tanggung jawab PIHAK KEDUA;
PIHAK KEDUA wajib menyediakan tempat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, sanitasi dan ketertiban,
dalam hal para pekerja tinggal sementara di lokasi pekerjaan;
Hubungan antara para pekerja dan PIHAK KEDUA sepanjang tidak diatur secara khusus, tunduk pada
peraturan-peraturan yang berlaku;
PIHAK KEDUA diwajibkan mengasuransikan tenaga kerjanya melalui Perum Jamsostek.
PASAL 17
LAPORAN

1.
2.
3.
4.

5.

PIHAK KEDUA wajib membuat laporan harian secara tertulis baik mengenai pelaksanaan secara
keseluruhan maupun pelaksanaan pekerjaan oleh Sub-Kontraktor dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam Pasal 1 surat perjanjian ini;
PIHAK KEDUA wajib membuat catatan catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah
dilaksanakan, dan jika diminta oleh PIHAK PERTAMA untuk keperluan pemeriksaan sewaktu-waktu dapat
diserahkan;
Segala laporan dan atau catatan tersebut dalam ayat (1) dan (2) Pasal ini, dibuat berbentuk buku harian
rangkap 5 (lima) diisi pada formulir yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, dan selalu berada di
tempat pekerjaan;
Dokumen Foto :
PIHAK KEDUA wajib membuat dokumen berupa foto-foto, sebelum pekerjaan dimulai dan tiap tahap
permintaan angsuran disertai keterangan lokasi, arah pengambilan dan tahap pelaksanaan pekerjaan serta
disusun secara rapi dan diterima oleh PIHAK PERTAMA.
Syarat-syarat foto dokumentasi :
a. Setiap Unit Bangunan diambil dari empat arah
b. Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah
c. Sudut pengambilan gambar dari tiap tahapan harus tetap pada sudut pengambilan tersebut pada
butir (a) ayat ini.
Gambar dimasukkan dalam album dan diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Politeknik
Negeri Semarang melalui pengawas pekerjaan rangkap 2 (dua) biaya dokumen merupakan tanggung jawab
PIHAK KEDUA.
PASAL 18
SANKSI DAN DENDA

1. Jika PIHAK KEDUA telah melakukan kelalaian dan mendapat peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut turut
tidak mengindahkan kewajiban-kewajiban sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat ( 3 ), Pasal 5 ayat ( 1 )
dan ( 2 ), Pasal 7, Pasal 16 ayat 2 dan 4 dan Pasal 17, maka untuk setiap kali melakukan kelalaian PIHAK
KEDUA wajib membayar denda kelalaian sebesar 1 0/00 (satu permil) dari Harga Borongan untuk setiap kali
melakukan kelalaian;
2. JIka PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan pemborongan sesuai dengan jangka waktu yang
tercantum dalam Pasal 8 perjanjian ini, maka untuk setiap hari keterlambatan, PIHAK KEDUA harus
membayar denda kelambatan sebesar 1 0/00 (satu permil) dari Harga Borongan untuk setiap hari kelambatan
sampai sebanyak banyaknya sebesar 5 % (lima prosen) dari Harga Borongan;
3. Denda denda tersebut dalam ayat (1) dan (2) pasal ini, akan diperhitungkan dengan kewajiban pembayaran
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
Disamping itu kepada PIHAK KEDUA dibebankan pula biaya pengawasan lapangan dan / atau biaya Direksi
Pekerjaan perhari kelambatan sebesar Rp 150.000,- (Seratus lima puluh ribu rupiah) akibat keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan yang ditimbulkan sebagai akibat kesalahan PIHAK KEDUA.
PASAL 19

R E S I K O
1. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah dengan cara apapun sebelum
diserahkan kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
kerugian yang timbul kecuali jika PIHAK PERTAMA telah lalai untuk menerima pekerjaan tersebut;
2. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah atau hancur akibat Keadaaan
memaksa sebagaimana tersebut dalam pasal 9 sebelum pekerjaan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA
dan PIHAK PERTAMA tidak lalai untuk menerima/menyetujui hasil pekerjaan tersebut, maka kerugian yang
timbul akibat keadaan itu, akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak secara musyawarah dan
mufakat;
3. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya rusak disebabkan oleh suatu cacat-cacat
tersembunyi dalam pelaksananaan strukturnya, maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab selama
10 (sepuluh) tahun, terhitung sejak tanggal penyerahan hasil pekerjaan kepada PIHAK PERTAMA
(KUH. Perdata bagian ke-enam pasal 1609 tentang Pemborongan Pekerjaan);
4. Jika pada waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang diakibatkan tidak masuknya atau
tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat karena semata-mata kesalahan PIHAK KEDUA, maka segala
resiko akibat kemacetan pekerjaan tersebut pada dasarnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA;
5. Segala persoalan dan tuntutan para tenaga kerja menjadi beban dan tanggung jawab sepenuhnya dari
PIHAK KEDUA, atau dengan kata lain bahwa PIHAK KEDUA membebaskan PIHAK PERTAMA dari segala
tuntutan para tenaga kerja yang berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian ini baik didalam maupun diluar
pengadilan;
6. Bilamana selama PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan pemborongan ini menimbulkan kerugian bagi
PIHAK KETIGA (orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dalam perjanjian ini) maka kerugian
sepenuhnya ditanggung oleh PIHAK KEDUA.
PASAL 20
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka akan diselesaikan secara musyawarah;
2. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan diselesaikan oleh suatu
Panitia Pendamai/ Dewan Arbitrace yang dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak, yang terdiri dari :
2.1 Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota
2.2 Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota
2.3 Seorang PIHAK KETIGA, sebagai Ketua, yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Keputusan Panitia Pendamai ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya penyelesaian yang dikeluarkan
akan dipikul secara bersama;
4. Jika keputusan sebagaimana dimaksud ayat ( 3 ) Pasal ini tidak dapat diterima oleh salah satu atau kedua
belah pihak maka perselisihan akan diteruskan ke Pengadilan Negeri Setempat (sesuai judul gb.pek)
PASAL 21
PEMUTUSAN PERJANJIAN
1. PIHAK PERTAMA berhak memutuskan perjanjian ini secara sepihak, dengan pemberitahuan tertulis
7 (tujuh) hari sebelumnya setelah melakukan peringatan/teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut turut kepada
PIHAK KEDUA apabila :
a. Dalam satu bulan terhitung tanggal Surat Perjanjian ini tidak atau belum memulai melaksanakan
pekerjaan pemborongan sebagaimana diatur dalam Pasal 1
b. Dalam waktu satu bulan berturut-turut tidak melanjutkan pekerjaan borongan yang telah dimulainya
secara langsung atau tidak langsung dengan sengaja memperlambat penyelesaian pekerjaan
pemborongan ini
c. Memberikan keterangan tidak benar atau dapat merugikan PIHAK PERTAMA, sehubungan dengan
pekerjaan pemborongan ini
d. Jika pekerjaan pemborongan ini dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA tidak sesuai dengan jadual waktu
(Time Schedule) yang dibuat oleh PIHAK KEDUA dan telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA dan atau
pengawas pekerjaan dan kelambatan yang diatur dalam Pasal 18 ayat 2 Surat Perjanjian ini telah
melampaui batas maksimum sebesar 5 % dari harga borongan
e. Terpenuhinya ketentuan pasal 7 ayat ( 7 ) surat perjanjian ini
2. Jika terjadi pemutusan perjanjian ini secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) Pasal ini, maka :
a. PIHAK PERTAMA dapat menunjuk pemborong lain atas kehendak dan berdasarkan pilihannya
sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan pemborongan tersebut

b. PIHAK KEDUA harus menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA segala arsip, gambar-gambar,
perhitungan-perhitungan dan keterangan-keterangan lainnya yang berhubungan dengan Surat
Perjanjian tersebut
c. PIHAK KEDUA harus membuat Berita Acara perhitungan prestasi hasil pekerjaan yang telah
dilakukan
3. Jika terjadi pemutusan perjanjian ini secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) Pasal ini, maka Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Surat Perjanjian ini menjadi
milik Negara, sedangkan Jaminan Uang Muka akan dicairkan PIHAK PERTAMA dan diperhitungkan dengan
prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan PIHAK KEDUA
P A S A L 22
BEA METERAI DAN PAJAK
1.
2.

Bea meterai surat perjanjian ini sebesar Rp 6.000,00 ( enam ribu rupiah ) untuk setiap ganda yang
diperlukan dan menjadi beban PIHAK KEDUA;
Segala pajak-pajak yang timbul akibat dari surat perjanjian ini menjadi beban PIHAK KEDUA.
PASAL 23
TEMPAT KEDUDUKAN

Segala akibat yang terjadi dari pelaksanaan perjanjian ini, kedua belah pihak telah memilih tempat kedudukan
(Domisili) yang tetap dan sah di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri (sesuai judul gb.pek)
PASAL 24
LAIN - LAIN
1.
2.

3.
4.

Hal - hal lain yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau perubahan-perubahan yang dipandang perlu
oleh kedua belah pihak, akan diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian tambahan (Addendum ) dan
merupakan Perjanjian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian ini.
Dengan ditandatanganinya surat perjanjian ini oleh kedua belah pihak, maka seluruh ketentuan yang
tercantum dalam pasal pasal surat perjanjian ini dan seluruh ketentuan tambahan serta bagian yang tidak
terpisahkan dari surat perjanjian ini, termasuk segala sanksinya, mempunyai kekuatan yang mengikat dan
berlaku sebagai undang undang bagi kedua belah pihak, berdasarkan ketentuan dalam pasal 1338 ayat
(1) Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHP);
Apabila PIHAK KEDUA tidak memenuhi kewajibannya, dengan dan karena ketentuan tersebut pada ayat (1)
dan ayat (2), maka ketentuan pada pasal 1266 K U H P tidak diperlukan lagi dalam Surat Perjanjian ini.
Surat Perjanjian dibuat dalam rangkap secukupnya dan bermeterai cukup yang sama kuatnya untuk PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selebihnya diberikan kepada pihak - pihak yang berkepentingan dan ada
hubungannya dengan pekerjaan ini.
PASAL 25
PENUTUP

1.
2.
3.

Segala sesuatu akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kesalahan-kesalahan didalam Surat Perjanjian ini;
Surat perjanjian pemborongan ini dinyatakan berlaku sejak tanggal ditanda tangani.
Demikian Surat Perjanjian ini ditanda tangani oleh kedua belah pihak di Semarang dan dinyatakan berlaku
pada hari, tanggal, bulan dan tahun seperti tersebut diatas dan diketahui oleh para pejabat yang
berwewenang, atau pejabat yang ditunjuk olehnya.

PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA
Kegiatan : Pembangunan
Pemeliharaan
Rutin
/
Berkala
Gedung
DIPA Kepala

DIREKTUR CV. PUTRA MANDIRI


Pekerjaan : Pembangunan Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung Kantor Perwakilan
Balai PSDA Jragung Tuntang
Jragung, Dolok & Tuntang
Tanggal
Lokasi

:
(EKO MARWOTO)

TA

( Ir. AGUS PURWANDINI ,M.Eng )


NIP. 195808171985032007

SURAT PERINTAH MULAI KERJA


Nomor
Tanggal

:
:

602.4 / 84
8 Oktober 2010

Yang bertanda tangan di bawah ini :


I.

Nama
: Ir. Agus Purwandini , M.Eng
Jabatan
: Kepala Balai PSDA Jragung Tuntang Selaku Pengguna Jasa
Alamat
: Jl. Madukoro Blok AA-BB No. 1c Semarang
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
Berdasarkan Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa Nomor : 602.4 / 80, dengan ini memberikan
perintah kepada :
II.

Nama
: Eko Marwoto
Jabatan
: Direktur CV. PUTRA MANDIRI
Alamat
: Jl. Panda V / 12 Semarang
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana berikut :


1. Macam Pekerjaan

2. Surat Perjanjian Pemborongan :


3. Syarat-Syarat Pekerjaan
:
4. Harga Borongan
:
5. Dibebankan pada

6.
7.
8.
9.
10.

:
:
:
:
:

Pembayaran
Waktu penyelesaian
Waktu pelaksanaan
Waktu pemeliharaan
Denda/Sanksi

PIHAK KEDUA
CV. PUTRA MANDIRI

EKO MARWOTO
DIREKTUR UTAMA

Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung Kantor Perwakilan Jragung,


Dolok & Tuntang
Nomor : 602.4 / 82
RKS, RAB, BA Aanwijzing & Jadwal waktu yang telah ditetapkan
Rp 73.862.000,-( tujuh puluh tiga juta delapan ratus enam puluh dua
ribu rupiah )
DIPA Nomor :
MAK .
Melalui Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara Semarang
60 (Sembilan puluh) hari kalender
8 Oktober 2010 sampai dengan 6 Desember 2010
90 (Sembilan puluh) hari kalender
Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut
dalam waktu yang ditentukan maka PIHAK KEDUA harus
membayar denda kepada PIHAK KESATU sebesar 1 permil (1
0
/00) setiap hari keterlambatan dan setinggi-tingginya 5 % dari
harga borongan

PIHAK PERTAMA
Kepala Balai
Pengelolaan Sumber Daya Air
Jragung Tuntang
Selaku Kuasa Pengguna Anggaran

Ir. AGUS PURWANDINI, M.Eng


NIP. 195808171985032007

Anda mungkin juga menyukai