Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keratitis adalah peradangan pada kornea yang menyebabkan kornea menjadi inflamasi
dan bengkak, diserai mata merah, nyeri, dan gangguan penglihatan (AAO, 2012). Keratitis
dapat terjadi karena infeksi maupun non infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
fungi ataupun parasit. Sedangkan non infeksi dapat diakibatkan oleh abrasi atau trauma oleh
lensa kontak. Keratitis dapat disebut juga dengan istilah ulkus kornea.
Infeksi mikroorganisme pada kornea dapat menyebabkan kerusakan kornea yang
menyebabkan gangguan penglihatan. Keadaan ini merupakan kegawatan oftalmologi. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa operasi keratoplasti terhadap keratitis merupakan tindakan
terbanyak setelah operasi keratoplasti pada edema kornea.
1.2 Tujuan
Penyusunan laporan kasus ini dibuat setelah melakukan anamnesa dan prosedur klinis
agar dapat membantu penulis untuk memahami secara langsung mengenai cara mendiagnosa,
mengusulkan pemeriksaan penunjang yang sesuai dan tindakan penanganan pada pasien yang
mengalami keratitis.
1.3 Manfaat
Pengkajian kasus bedah yang disusun dalam portofolio ini diharapkan dapat
menambah wawasan ilmu dan pemahaman dalam mengenali pasien dengan keratitis,
melakukan pemeriksaan klinis maupun laboratorium dan penanganan awal maupun lanjut
yang sesuai.

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
2.1.1

Identitas pasien
1

Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan
Suku
Status
Agama
2.1.2
2.1.3

Keluhan utama
Keluhan penyerta

2.1.4

R.P.D

2.1.5

R.P.Keluarga

2.1.6

R.Pengobatan

2.1.7

R.Kebiasaan

2.1.8

R.Alergi

:
:
:
:
:
:
:
:

Ny. T
Perempuan
70 tahun
Wonocoyo
Tani
Jawa
janda
Islam

: Mata merah
: Ny.T mengeluhkan mata kirinya merah sejak 12 hari yang
lalu, nyeri, silau, nrocoh, seperti kelilipan dan pandangan
kabur. Riwayat sebelumnya, mata kiri seperti tergores
sesuatu saat bekerja di kebun.
:
- Trauma pada mata (tergores) (+)
- Penyakit yang sama disangkal
- Penyakit mata yang lain disangkal
- Hipertensi disangkal
- Diabetes melitus disangkal
:
- Penyakit yang sama disangkal
- Penyakit menular disangkal
: Telah berobat di Puskesmas dan diberikan obat tetes mata 6
kali sehari
:
- Pemakaian kaca mata dan contact lens disangkal
- Setiap hari bertani dan bekerja di kebun
: disangkal

2.2 Pemeriksaan Fisik


Status generalis
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Keadaan umum
GCS
Tanda vital
TD
ND

: Baik
: 456
: 130/80 mmHg
: Frek: 84 x/menit

RR
T

: 18 x/menit
: 37,2C

Status oftalmologis
OD

OS
6/30
N
Ortoforia

Spasme (-), Edema (-),


CI (-), PCI (-), sekret (-), corpal (-)
Infiltrat (-), edema (-), ulkus (-),
dalam, hipopion (-)
Radline, sinekia (-)

Visus
TIO
Kedudukan
Pergerakan
(GBM)

2/60
N
Ortoforia

Palpebra
Konjungtiva

Spasme (+), Edema (-),


CI (+), PCI (+), corpal (-) sekret:
mukoserous minimal
Infiltrat (+), edema (-), ulkus (-),
dalam, hipopion (-)
Radline, sinekia (-)

Kornea
COA
Iris
2

Round, RP (+), d=3mm


Jernih

Pupil
Lensa

Round, RP (+), d=3mm


Jernih

Infiltrat putih
kelabu, batas
tidak tegas, tepi
tidak teratur

2.3 Diagnosa
2.3.1 Diagnosa kerja
: Keratitis fungi
2.3.2 Diagnosa banding
a. Keratitis bakterial
b. Keratitis viral
2.4 Penatalaksanaan
2.4.1
Rencana diagnosis
a. Uji fluoresensi kornea
b. Kerokan kornea dan pengecatan Gram dan KOH 10%
c. Refraksi mata kanan dan kiri (bila sudah tenang)
2.4.2
Rencana terapi
a. Antijamur
: Natamycin 50mg/mL ED 8 gtt dd 1 OS
b. Air mata buatan : Protagent A 4 gtt dd 2 OS
c. NSAID
: Asam mefenamat 3x500 mg
d. Rujuk dokter spesialis mata
e. KIE pasien
:
- Mengenai diagnosa, pengobatan, alasan rujuk, prognosa penyakitnya
- Menggunakan tisu yang bersih dan sekali buang saat mengusap air mata
- Memberikan edukasi mengenai cara meneteskan obat tetes mata
- Kontrol obat habis
2.5 Prognosis
: ad bonam

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Resume Kasus pada Ny.T


Ny.T datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri merah sejak 12 hari yang lalu,
nyeri, kabur, nrocoh, seperti kelilipan dan silau. Keluhan-keluhan tersebut muncul setelah
sebelumnya merasa tergores sesuatu saat bekerja di kebun. Hasil pemeriksaan menunjukkan
adanya infiltrat putih keabu-abuan dengan batas tidak tegas pada kornea disertai injeksi
konjungtiva dan silier serta sekret mukoserous yang minimal pada mata kiri.
3.2 Diagnosa Banding pada Kasus Ny.T
Penegakan diagnosa pada kasus Ny.T dilakukan dengan anamnesa dan pemeriksaan
fisik oftalmologis secara sistematis. Keluhan mata kiri (unilateral) nyeri, nrocoh, merah,
penglihatan terganggu, dan silau serta hasil pemeriksaan berupa adanya infiltrat pada kornea
3

yang mengarahkan pada keratitis. Adanya keluhan nyeri yang sangat hebat, berair, silau,
terdapat riwayat terkena dedaunan, dan hasil pemeriksaan berupa adanya infiltrat berwarna
putih kelabu dan berbatas tidak tegas maka mengarahkan pada keratitis jamur. Pada keratitis
virus biasanya terjadi bilateral tanpa kelainan konjungtiva dan gejala akut serta pada
pemeriksaan fluoresensi menunjukkan adanya infiltrat dendritik. Pada keratitis bakteri yang
biasanya infiltrat berwarna putih dan terdapat sekret yang mukopurulen.
Selain itu riwayat pengobatan pasien sebelumnya adalah menggunakan obat tetes mata
berupa Alletrol yang berisi antibiotik neomicyn, polymixin B sulfat, dan dexametasone.
Namun keluhan pasien tidak berkurang. Hal ini dapat sebagai petunjuk bahwa pengobatan
dengan antibiotik tidak sesuai dengan
3.3 Rencana Pemeriksaan Penunjang pada Ny.T
Uji fluoresein digunakan untuk mengetahui adanya defek pada kornea dan lesi
dendritik di epitel yang khas pada virus. Uji Gram, Giemsa, dan KOH 10% pada pulasan
kornea dilakukan untuk memperkuat diagnosa keratitis jamur dan menyingkirkan keratitis
bakterial.
Perlu dilakukan pemeriksaan refraksi saat mata kiri sudah tenang untuk mengoreksi
penurunan visus pada Ny.T yang terdeteksi saat pemeriksaan visus jauh.
3.4 Rencana Penatalaksanaan pada Ny.T
Penatalaksanaan farmako pada pasien tersebut dilakukan secara etiologis dan
simtomatis. Diagnosa yang mengarahkan pada keratitis jamur menjadi dasar untuk
diberikannya anti fungi berupa natamycin 50mg/mL topikal. Sedangkan untuk meredakan
nyeri dan inflamasi pasien diberikan anti inflamasi non steroid berupa asam mefenamat 3x500
mg untuk analgetik dan antiinflmasi. Untuk melindungi kornea diberikan air mata buatan
protagent A yang berisi polyvinyilpyrolidone.
3.5
Komplikasi dan prognosis pada Kasus Ny.T
Komplikasi yang dapat terjadi pada mata kiri pasien adalah terbentuknya sikatrik pada
kornea sehingga penglihatan menjadi terganggu, perforasi kornea akibat ulkus yang meluas
dan semakin dalam, iritis dan iridosiklitis akibat infeksi menyebar ke segmen yang lebih
posterior, serta descemetocele. Selain itu juga dapat terjadi endoftalmitis bila pengobatan
tidak adekuat karena faktor obat maupun faktor kepatuhan pasien.
Prognosa pada pasien dengan keratitis fungi ini tergantung pada kecepatan pengobatan
dan keparahan luka. Secara vitam prognosisnya adalah bonam, sedangkan secara functionam
dapat menjadi dubia karena telah terjadi kerusakan pada kornea akibat pengobatan yang tidak
adekuat yang dapat menjadi sikatrik. Secara sanactionam dapat dikatakan bonam karena
dengan pengobatan infeksi seharusnya bisa sembuh.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ny.T yang datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri merah, sakit, berair, silau,
pandangan kabur dan seperti kelilipan serta hasil pemeriksaan didapatkan infiltrat putih
keabuan di kornea dengan injeksi konjungtiva dan perikorneal konjunctiva mengarakan pada
keratitits bakterial. Namun masih perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui
penyebab pasti agar dalam pengobatan dapat adekuat.
4.2 Saran
Pasien perlu di KIE mengenai diagnosa, gambaran klinik, dan rencana tatalaksana
serta cara pemberian obat dan menjaga higienitas diri.

Anda mungkin juga menyukai