PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
2.1.1
Identitas pasien
1
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan
Suku
Status
Agama
2.1.2
2.1.3
Keluhan utama
Keluhan penyerta
2.1.4
R.P.D
2.1.5
R.P.Keluarga
2.1.6
R.Pengobatan
2.1.7
R.Kebiasaan
2.1.8
R.Alergi
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. T
Perempuan
70 tahun
Wonocoyo
Tani
Jawa
janda
Islam
: Mata merah
: Ny.T mengeluhkan mata kirinya merah sejak 12 hari yang
lalu, nyeri, silau, nrocoh, seperti kelilipan dan pandangan
kabur. Riwayat sebelumnya, mata kiri seperti tergores
sesuatu saat bekerja di kebun.
:
- Trauma pada mata (tergores) (+)
- Penyakit yang sama disangkal
- Penyakit mata yang lain disangkal
- Hipertensi disangkal
- Diabetes melitus disangkal
:
- Penyakit yang sama disangkal
- Penyakit menular disangkal
: Telah berobat di Puskesmas dan diberikan obat tetes mata 6
kali sehari
:
- Pemakaian kaca mata dan contact lens disangkal
- Setiap hari bertani dan bekerja di kebun
: disangkal
Keadaan umum
GCS
Tanda vital
TD
ND
: Baik
: 456
: 130/80 mmHg
: Frek: 84 x/menit
RR
T
: 18 x/menit
: 37,2C
Status oftalmologis
OD
OS
6/30
N
Ortoforia
Visus
TIO
Kedudukan
Pergerakan
(GBM)
2/60
N
Ortoforia
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
COA
Iris
2
Pupil
Lensa
Infiltrat putih
kelabu, batas
tidak tegas, tepi
tidak teratur
2.3 Diagnosa
2.3.1 Diagnosa kerja
: Keratitis fungi
2.3.2 Diagnosa banding
a. Keratitis bakterial
b. Keratitis viral
2.4 Penatalaksanaan
2.4.1
Rencana diagnosis
a. Uji fluoresensi kornea
b. Kerokan kornea dan pengecatan Gram dan KOH 10%
c. Refraksi mata kanan dan kiri (bila sudah tenang)
2.4.2
Rencana terapi
a. Antijamur
: Natamycin 50mg/mL ED 8 gtt dd 1 OS
b. Air mata buatan : Protagent A 4 gtt dd 2 OS
c. NSAID
: Asam mefenamat 3x500 mg
d. Rujuk dokter spesialis mata
e. KIE pasien
:
- Mengenai diagnosa, pengobatan, alasan rujuk, prognosa penyakitnya
- Menggunakan tisu yang bersih dan sekali buang saat mengusap air mata
- Memberikan edukasi mengenai cara meneteskan obat tetes mata
- Kontrol obat habis
2.5 Prognosis
: ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
yang mengarahkan pada keratitis. Adanya keluhan nyeri yang sangat hebat, berair, silau,
terdapat riwayat terkena dedaunan, dan hasil pemeriksaan berupa adanya infiltrat berwarna
putih kelabu dan berbatas tidak tegas maka mengarahkan pada keratitis jamur. Pada keratitis
virus biasanya terjadi bilateral tanpa kelainan konjungtiva dan gejala akut serta pada
pemeriksaan fluoresensi menunjukkan adanya infiltrat dendritik. Pada keratitis bakteri yang
biasanya infiltrat berwarna putih dan terdapat sekret yang mukopurulen.
Selain itu riwayat pengobatan pasien sebelumnya adalah menggunakan obat tetes mata
berupa Alletrol yang berisi antibiotik neomicyn, polymixin B sulfat, dan dexametasone.
Namun keluhan pasien tidak berkurang. Hal ini dapat sebagai petunjuk bahwa pengobatan
dengan antibiotik tidak sesuai dengan
3.3 Rencana Pemeriksaan Penunjang pada Ny.T
Uji fluoresein digunakan untuk mengetahui adanya defek pada kornea dan lesi
dendritik di epitel yang khas pada virus. Uji Gram, Giemsa, dan KOH 10% pada pulasan
kornea dilakukan untuk memperkuat diagnosa keratitis jamur dan menyingkirkan keratitis
bakterial.
Perlu dilakukan pemeriksaan refraksi saat mata kiri sudah tenang untuk mengoreksi
penurunan visus pada Ny.T yang terdeteksi saat pemeriksaan visus jauh.
3.4 Rencana Penatalaksanaan pada Ny.T
Penatalaksanaan farmako pada pasien tersebut dilakukan secara etiologis dan
simtomatis. Diagnosa yang mengarahkan pada keratitis jamur menjadi dasar untuk
diberikannya anti fungi berupa natamycin 50mg/mL topikal. Sedangkan untuk meredakan
nyeri dan inflamasi pasien diberikan anti inflamasi non steroid berupa asam mefenamat 3x500
mg untuk analgetik dan antiinflmasi. Untuk melindungi kornea diberikan air mata buatan
protagent A yang berisi polyvinyilpyrolidone.
3.5
Komplikasi dan prognosis pada Kasus Ny.T
Komplikasi yang dapat terjadi pada mata kiri pasien adalah terbentuknya sikatrik pada
kornea sehingga penglihatan menjadi terganggu, perforasi kornea akibat ulkus yang meluas
dan semakin dalam, iritis dan iridosiklitis akibat infeksi menyebar ke segmen yang lebih
posterior, serta descemetocele. Selain itu juga dapat terjadi endoftalmitis bila pengobatan
tidak adekuat karena faktor obat maupun faktor kepatuhan pasien.
Prognosa pada pasien dengan keratitis fungi ini tergantung pada kecepatan pengobatan
dan keparahan luka. Secara vitam prognosisnya adalah bonam, sedangkan secara functionam
dapat menjadi dubia karena telah terjadi kerusakan pada kornea akibat pengobatan yang tidak
adekuat yang dapat menjadi sikatrik. Secara sanactionam dapat dikatakan bonam karena
dengan pengobatan infeksi seharusnya bisa sembuh.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ny.T yang datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri merah, sakit, berair, silau,
pandangan kabur dan seperti kelilipan serta hasil pemeriksaan didapatkan infiltrat putih
keabuan di kornea dengan injeksi konjungtiva dan perikorneal konjunctiva mengarakan pada
keratitits bakterial. Namun masih perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui
penyebab pasti agar dalam pengobatan dapat adekuat.
4.2 Saran
Pasien perlu di KIE mengenai diagnosa, gambaran klinik, dan rencana tatalaksana
serta cara pemberian obat dan menjaga higienitas diri.