Disusun Oleh:
Satria Anugerah Suhendra (H1D112017)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya dapat menyelesaikan makalah K3 Industri ini tepat pada waktunya
dengan judul Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium. Kami juga
berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan
proposal penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya. Rasa terima kasih ini kami
ucapkan terutama kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc (Rektor Universitas Lambung
Mangkurat), Bapak Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si (PR 1) Wakil Rektor
Bidang Akademik, Ibu Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D (PR2) Wakil Rektor
Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M.Sc (PR3)
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, dan Bapak Prof. Dr. Ir. H.
Yudi Firmanul Arifin, M.Sc Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan
Humas.
1. Dekan Fakultas Teknik Bapak Dr-Ing. Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T, dan
Bapak Meilana Dharma Putra, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia
Universitas Lambung Mangkurat.
2. Orang tua, keluarga, teman, dan sahabat kami atas semua dukungan dan untaian
doa yang telah diberikan selama ini.
3. Ibu Dr. Qomaritasu Sholihah, Amd. Hyp., ST., M. Kes sebagai dosen K3 Indsutri
di Program Studi Teknik Kimia
Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap
kami harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Banjarbaru,
April 2016
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA ...................................................... i
KATA PENGANTAR ...............................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Umum .................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Khusus ................................................................................................. 2
1.5 Batasan Masalah .............................................................................................. 3
1.6 Manfaat Makalah ............................................................................................. 3
4.1
Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Akibat dari
Kecelakaan di Laboratorium ............................................................................... 15
4.3
Pencegahan Terhadap Kelalaian Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di
Laboratorium ....................................................................................................... 22
4.4
Kesimpulan ............................................................................................... 31
5.2
Saran ......................................................................................................... 31
iii
iv
DAFTAR SINGKATAN
APD
B3
Grav
: Gravitasi
ILO
K3
Kkal
: Kilokalori
Lab
: Laboratorium
: Peraturan Pemerintah
P3K
DAFTAR LAMBANG
: Persen
: Satuan Suhu
: Sampai
:Kurang lebih
dB
: Desibel (Satuan)
Mol
: molarity
:meter
:second
: Sama dengan
DAFTAR TABEL
Nilai Ambang Batas Lingkungan Kerja Berdasarkan SNI 16-7063-2004 ...............
vi
DAFTAR GAMBAR
Diagram Proses Pembuatan Makalah ...........................................................................
vii
BAB I
PENDAHULUAN
(Widiastuti, 2011).
peningkatan kerja yang optimal dan mampu menggunakan potensi sumber daya
manusia dari karyawan untuk menciptakan tujuan organisasi, sehingga akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan organisasi. Organisasi perlu
memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan dan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mendorong terciptanya sikap dan
tindakan yang profesional dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan bidang dan
tanggung jawab masing masing (Wulan, 2011).
Lingkungan kerja yang positif dan sehat merupakan salah satu unsur pokok yang
sangat penting untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, perlu
diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi lingkungan kerja, salah satunya
adalah lingkungan kerja di laboratorium. Karena faktor-faktor lingkungan kerja
merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui penyebab akibat dari
pengaruh lingkungan kerja yang benar atau salah. Sehingga kita mengetahui cara
pecegahan agar meminimalisir kesalahan kerja di laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan kerja adalah suatu krgiatan yang ada di sekitar kerja yang
mempengaruhi pekerja dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Untuk meningkatkan produktivitasnya maka lingkungan kerja sangat mempengaruhi
kinerja karena lingkungan kerja yang baik akan menciptakan kemudahan pelaksanaan
tugas. Lingkungan kerja ini sendiri terdiri dari lingkungan kerja fisik dan non-fisik
yang melekat dengan karyawan sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha
pengembangan kinerja karyawan (Yunanda: 2013).
Faktor fisik lingkungan kerja (faktor fisik di tempat kerja) dapat berpengaruh
terhadap baik buruknya kinerja tenaga kerja, bahkan dapat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaaan fisik suatu
lingkungan atau tempat kerja, yang meliputi kebisingan, temperatur, pencahayaan,
kelembaban udara, getaran, radiasi sinar ultra violet, gelombang elektromagnetik,
warna, serta bau-bauan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan nilai ambang batas
fisik lingkungan kerja, yaitu diatur dalam KEP-51/MEN/1999 dan SNI 16-7063-2004
yang dikeluarkan oleh Badan Standar nasional (BSN) tentang Nilai Ambang Batas
(NAB) faktor fisik di tempat kerja (Widiastuti, 2011). Berikut adalah nilai ambang
batas berdasarkan SNI 16-7063-2004
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Lingkungan Kerja Berdasarkan SNI 16-7063-2004
Parameter
Nilai Intensitas
Pekerjaan Ringan
Pekerjaan Sedang
Pekerjaan Berat
Suhu (0C)
30
26,7
25
Kalori (kkal/jam)
100-200
200-350
350-500
Kebisingan (dB)
85
2
Getaran
Kondisi
lingkungan
kerja
akan
turut
berpengaruh
terhadap
kinerja
mengetahui bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik yang baik yang meliputi situasi
pencahayaan, temperatur dan kebisingan (Ramadon, 2013).
Memelihara standar kesehatan dan keselamatan yang tinggi di lingkungan
kerja mencakup pengawasan kondisi pekerjaan, termasuk tingkat kebisingan, tingkat
radiasi, temperatur, luka fisik akibat terjatuh atau terkena mesin, terluka atau
terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang digunakan di tempat berkerja.
Tingkat kesehatan dari seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
penampilan dan kapasitas kerjanya. Dengan demikian maka penekanan dalam
program kesehatan kerja tidak hanya pada mengusahakan peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial pekerja di semua lapangan pekerjaan saja, tetapi juga pada
pencapaian produktivitas kerja yang optimal. Konsep bahwa yang terkena penyakit
akibat kerja (Occupational Disease) hanya pekerja itu sendiri telah berkembang dan
mencakup pula keluarga dari pekerja yang bersangkutan serta masyarakat pada
umumnya. Seorang pekerja dapat membawa debu asbes atau beryllium ke tempat
tinggalnya sehingga dapat mempengaruhi kesehatan keluarganya. Beberapa bahan
kimia seperti timah hitam, formaldehid, pestisida golongan organoklorin, dan karbon
monoksida diduga dapat membahayakan sebuah janin yang dikandung seorang
pekerja wanita tanpa selalu harus membahayakan dirinya sendiri. Tragedi Minamata
(merkuti), Bhopal (zat beracun) dan Chernobyl (bahan radio aktif), telah
mengingatkan kita bahwa kesehatan tidak hanya mempengaruhi mereka yangbekerja
di kawasan industri saja, namun dapat pula membahayakan masyarakat umum.Dari
berbagai studi epidemiologis, disamping penyakit-penyakit akibat kerja dipelajari
pula berbagai faktor yang mengganggu kesehatan di tempat kerja yang kemudian
berkontribusi terhadap timbulnya penyakit. Penyakit-penyakit tersebut disebut
sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Occupationalrelated
Disease), dimana pada penyakit yang dimaksud, lingkungan kerja bukan sebagai
penyebab langsung, namun berperan sebagai faktor penyokong (contributing factor)
terhadap timbulnya penyakit. Gangguan psikologis, hipertensi, kardiovaskuler, tukak
lambung dan lain-lain sejenisnya merupakan contoh dari golongan penyakit tersebut
(Putra, 2011).
Perhatian terhadap tenaga kerja diuraikan dengan perlunya peningkatan upaya
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja melalui pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan,
penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan keluarganya secara menyeluruh,
pembinaan tenaga kerja untuk upaya peningkatan kesehatan kerja, serta penyusunan,
pembakuan dan pengaturan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja. Dalam
mengantisipasi kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan pekerjaan tersebut, pendekatan yang ditempuh selain perlindungan kesehatan
(health protection) seperti imunisasi, sanitasi lingkungan kerja, penyerasian manusia
dan mesin dan lain-lain juga ditempuh cara peningkatan kesehatan (health
promotion). Peningkatan kesehatan merupakan sebuah konsep yang mencakup segala
sesuatu yang dapat meningkatkan kesehatan dan kapasitas kerja dari para pekerja
seperti pencegahan penyakit menular, perbaikan gizi, perkembangan kejiwaan yang
sehat, pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan lain-lain (Arianto, 2014).
Dalam usaha meningkatkan kapasitas produksi dari suatu perusahaan salah
satu faktor pendukung untuk meningkatkan kapasitas tersebut tidak terlepas dari
produktivitas tenaga kerja. Lingkungan kerja merupakan bagian yang cukup penting
dari sebuah perusahaan, karena lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan tenaga kerja dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Terdapat
beberapa hal yang terkait dengan lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja fisik,
lingkungan kerja kimia dan lingkungan kerja biologis. Jika lingkungan kerja fisik
dalam kondisi tidak memenuhi syarat, maka dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja di unit-unit produksi, yang pada akhirnya secara keseluruhan akan
menurunkan tingkat produktivitas perusahaan (Setyanto, 2011).
BAB III
METODOLOGI
Metodologi pengumpulan data yang diperlukan dalam makalah ini dilakukan
dengan studi literatur. Baik dari jurnal, tesis, skripsi, maupun buku panduan kerja di
laboaratorium. Data dari literatur-literatur tersebut sebagai pendukung yang ada
kaitannya tentang faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium dengan diagram alir
adalah sebagai berikut:
Start
Studi Literatur
Presentasi Pramakalah
Pembuatan Makalah
Peresentasi Hasil
Makalah
Publishing Makalah
dan Hasil Presentasi
Finish
10
12. Jurnal ITS: Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk Laboratorium
Ergonomis dan Perancangan Kerja (Wignjosoebroto, 2013).
13. Jurnal dari Universitas Brawijaya: Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang
Bagian Laboratorium Kualitas Air) (Yunanda, 2013).
14. Jurnal Media Wahana Ekonomika: Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan NonFisisk Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Tata Cabang Palembang (Hendri,
2015).
15. Jurnal ITS: Perancangan Lingkungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis
untuk Mengurangi Masalah Black Injury dan Tingkat Kecelakaan pada
Departemen Mesin Bubut (Wignjosoebroto, 2013).
Melalui beberapa kumpulan reverensi diatas maka nanti digunakan sebagai
literatur
dalam
makalah
tentang
Faktor-Faktor
Lingkungan
Kerja
Di
11
BAB IV
PEMBAHASAN
12
Simbol
Keterangan
Analisis K3 di laboratorium
K3 di laboratorium
K3 laboratorium
MIGD
II
III
IV
Contoh
Kasus
Laboratorium
Identifikasi
Bahaya
Bahan
Kimia
di
13
14
15
16
maupun karyawan dengan atasan, serta tingkat kepuasan karyawan dan semuanya
akan berjalan dengan positif jika dikendalikan dengan:
1. Pengawasan yang dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan sistem
pengawasan yang ketat.
2. Suasana kerja yang dapat memberikan dorongan dan semangat kerja yang tinggi.
3. Sistem pemberian imbalan (baik gaji maupun perangsang lain) yang menarik.
4. Perlakuan dengan baik, manusiawi, tidak disamakan dengan robot atau mesin,
kesempatan untuk mengembangkan karier semaksimal mungkin sesuai dengan
batas kemampuan masing-masing anggota.
5. Ada rasa aman dari para anggota, baik di dalam dinas maupun di luar dinas.
6. Hubungan berlangsung secara serasi, lebih bersifat informal, penuh kekeluargaan.
7. Para anggota mendapat perlakuan secara adil dan objektif.
(Hendri, 2012).
Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan
atau tidaknya pekerjaan mereka. Ada perbedaan yang penting antara perasaan ini
dengan dua unsur lainnya dari sikap pegawai. Menurut Davis dan john Strom
(1985:105) Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatif
yang berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku. Ketiga sikap itu
membantu para manajer memahami reaksi karyawan terhadap pekerjaan mereka dan
memperkirakan dampaknya pada perilaku di masa datang. Terdapat lima faktor yang
dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja, yaitu Need fulfillment (pemenuhan
kebutuhan), Discrepancies (perbedaan), Value attainment (pencapaian nilai), Equity
(keadilan), Dispositional/genetic components (komponen genetik) (Yunanda, 2013).
Disamping itu, kinerja yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja. kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan. Penilaian kinerja karyawan selalu dilakukan oleh
setiap perusahaan untuk melihat sejauh mana kinerja yang dihasilkan oleh
17
karyawannya. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik dari dalam maupun luar
individu karyawan. Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal.
Faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang
yang berasal dari lingkungan kerja organisasi (Norianggono, 2014).
Faktor-faktor lingkungan kerja berpengaruh juga terhadap kerja di
laboratorium. Berdasarkan klasifikasinya, faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium terbagi menjadi:
a. Faktor Kimia
Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang
meliputi bentuk padatan, partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dari
bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan,
kabut, uap logam, dan asap ; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan
uap (Arief, 2015). Dampak lingkungan kerja yang tergolong bahaya kimia adalah
sebagai berikut:
1. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, di antaranya: silicosis, asbestosis dan
lain-lain.
2. Uap yang di antaranya menyebabkan metal fume fever , darmatitis atau
keracunan.
3. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.
4. Larutan misalnya menyebabkan dermatitis.
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan luka-luka, dan mengenai manusia dengan
berbagai cara. Beberapa zat menyebabkan kerusakan bila mengenai kulit atau bagian
yang paling sensitif dari permukaan paling luar dari tubuh manusia, mata. Zat-zat
kimia yang masuk ke dalam tubuh didistribusikan melalui aliran darah. Bila suatu
toksikan masuk ke dalam tubuh, maka harus diperhatikan organ yang mana yang akan
dirusaknya, berapa lama dia akan tinggal di dalam tubuh dan bagaimana cara
menghilangkannya. Sebagai contoh adalah penyakit kulit akibat kerja dapat berupa
dermatitis dan urtikaria. Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PAK
(Penyakit Akibat Kerja), terbanyak bersifat nonalergi atau iritasi. Dikenal dua jenis
18
19
b. Faktor Biologi
Faktor biologi merupakan bagian dari faktor lingkungan kerja yang meliputi pada
anatomi tubuh, mikroorganisme, maupun virus. Di dalam laboratorium, sering kali
faktor biologi menjadi faktor yang sangat umum, khususnya pada industri pembuatan
pangan, obat-obatan, dan minuman. Akibat jika melakukan kesalahan dalam bekerja
di laboratorium dari faktor biologi akan mengakibatkan adanya infeksi, dan
kontaminasi virus
c. Faktor Ergonomi
Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah sebagai
disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
(Wignjosoebroto, 2013). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari
keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan
produk-produk buatannya. Disamping itu, disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku
dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik yang tertulis maupun
tidak tertulis. Indikator kedisiplinan kerja adalah sebagai berikut: tujuan dan
kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat atau pengawasan, sanksi
hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan (Arianto, 2014).
Menurut Tresnianingsih (Tresnianingsih, 2015) dalam jurnalnya mengatakan
bahwa ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Permasalahan yang berkaitan dengan faktor
ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian antara pekerja dan
lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Secara khusus disiplin
ergonomi mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi
20
d. Faktor Psikososial
Faktor psikososial merupakan salah satu faktor kerja yang berhubungan dengan
dengan psikologi hubungan antara sesama karyawan atau karyawan dengan atasan.
21
faktor
lingkungan
pekerjaan,
khususnya
di
laboratorium
menurut
22
23
24
yang bersifat toxic, dan bahan kimia yang mengandung radiasi tinggi (Nigam,
2011).
d. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium (Tresnianingsih, 2015).
e. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa
(Tresnianingsih, 2015).
f. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi
(Muchtaridi, 2015).
g. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan
sesudah praktikum selesai (Muchtaridi, 2015).
2. Faktor Biologi
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
pidemilogi dan desinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam
keadaan sehat, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan
infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good
Laboratory Practice).
d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar.
f. Pengelolaan limbah yang berpotensi menyebabkan infeksi dengan benar
g. Kebersihan diri dari petugas.
(Tresnianingsih, 2015).
3. Faktor Ergonomi
a. Kenali kemampuan fisik terhadap apa yang dikerjakan, seperti penggunaan
mesin yang harus sesuai dengan standard pemakaiannya (Christofora, 2014).
25
b. Olahraga dan istirahat yang cukup dan teratur, serta pergunakan waktu untuk
relaksasi di sela pekerjaan.
c. Kandungan kalori pada tubuh harus dijaga dengan cara makan makanan yang
sehat, agar kebutuhan energi tubuh dapat tercukupi (Christofora, 2014).
d. Kenali spesifikasi dan tingkatkan pengetahuan tentang alat proses yang akan
digunakan (Christofora, 2014).
e. Motivasi dan manjemen kerja perlu ditingkatkan (Potu, 2013).
f. Setiap perusahaan hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan sebab
selain mempengaruhi kesehatan fisik, juga akan mempengaruhi kesehatan
jiwa seseorang (Almustofa, 2014).
g. Mengatur tingkat intensitas cahaya, kebisingan alat, kemanan di ruang kerja,
seperti megatur bangku dan / atau tikar bantalan untuk berdiri.Desain
workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan bahu pada posisi netral,
rileks dan lengan lurus ke depan ketika bekerja.
h. Apabila ada alat laboratorium yang tidak sesuai spesifikasi segara laporkan ke
atasan atau pihak perusahhan yang mengani di bidang tesebut.
i. Mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktek
kerja yang aman.
4. Faktor Psikososial
a. Menciptakan hubungan yang sreasi dan baik dengan sesama karyawan dan
pimpinan agar produktivis kerja meningkat dan kondisi lingkungan kerja
menjadi sehat (Almustofa, 2014).
b. Menjaga hubungan atau komunikasi anggota kerja yang baik di luar jam kerja.
c. Menjaga sikap (attitude) yang baik dalam lingkungan kerja agar kepercayaan,
tanggung jawab, menghargai, dan respon yang baik dalam lingkungan kerja
(Dahlawy, 2008).
d.
Disiplin dalam bekerja sangat diperlukan agar keselarasan dan sistem dalam
lingkungan kerja mejadi lebih baik.
26
27
28
kontak dengan asam sulfat terjadi dengan cepat dan akut, tetapi meskipun benzene
dalam kuantitas sedikit dikulit tidak merupakan hal yang berbahaya, efek akumulatif
dari sifat-sifatnya dapat memicu anemia yang serius dan kematian.
Nilai Ambang Batas (NAB) dinyatakan dalam bagian per juta seberapa besar
kondisi karyawan dapat terpapar setiap hari tanpa mengalami efek yang berarti.
Tetapi, peringatan harus diberikan bahwa NAB, dalam konteks yang benar, hanya
dapat diinterpretasikan dengan benar oleh personil yang terlatih dalam higiene
laboratorium, dan tidak boleh digunakan sebagai:
a. Indeks relatif atas bahaya atau kadar racun;
b. Alat evaluasi pada gangguan polusi udara;
c. Perkiraan potensi racun pada pemaparan terus-menerus yang tidak berhenti.
Meskipun bahaya yang terditeksi sebagai bau tidak dapat diyakinkan benar, tetapi
tidak ada keraguan bahwa bau khas dari beberapa bahan kimia merupakan indikasi
yang jelas akan adanya bahan kimia tersebut, meskipun bukan konsentrasinya.
Contoh lain, bau dari klorin (Cl2) dapat dikenali dengan tercium pada konsentrasi
yang sangat kecil. Karena tidak ada efek iritasi yang nyata dalam waktu cepat, maka
tidak ada tindakan perbaikan. Konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk
klorin di udara adalah satu bagian klorin per satu juta bagian udara untuk delepan jam
pemaparan, dan konsentrasi terkecil yang dapat terditeksi oleh manusia pada
umumnya adalah tiga sampai empat bagian klorin per satu juta bagian udara. Semua
cairan akan menguap, tetapi kecepatan penguapannya tergantung pada suhu dan
tekanan dan secara umum cairan panas menguap lebih cepat daripada cairan dingin.
Tekanan uap cairan dan larutan harus diperhatikan, terutama pada suhu ruang. Hal ini
sangat penting bila menyimpan drum berisi cairan berbahaya. Kebocoran dari
beberapa bahan kimia, dapat menimbulkan bahaya. Perbandingan berat jenis antara
uap/gas dengan udara menunjukkan apakah uap pada suhu normal (0C) dan tekanan
normal (76cm-Hg) lebih padat atau lebih renggang daripada udara; karena uap itu
akan naik ke atmosfir atau turun.
29
30
akan bereaksi hebat dengan klorin. Kcelakaan yang memungkinkan bergabingnya dua
bahan kimia tersebut harus dicegah. Sama halnya dengan asam nitrat yang tidak boleh
dibawa sampai kontak dengan cairan yang mudah terbakar. Bahaya sesungguhnya
dari inkompatibilitas terjadi akibat kesalahan dalam melakukan asesmen, karena
bahan kimia dibawa bersama-sama kurang hati-hati, terjadi reaksi hebat.
Kemungkinan akibat pencampuran yang tidak direncanakan harus selalu diawasi.
Beberapa bahan kimia yang tidak terbakar mampu membantu dengan baik
pembakaran saat berkombinasi dengan bahan kimia lain yang menghasilkan oksigan
dalam jumlah yang besar. Tidak hanya atmosfir dengan cepat dipenuhi oleh oksigen,
tetapi panas reaksi mungkin cukup untukj membuat pembakaran dan kebakaran dapat
terjadi.
Oksidsi adalah kombinasi oksigen bahan kimia denga bahan lain bahannya
dengan cepat dapat memberikan oksigennya ke bahan lain disebut oksidator, seperti
asam nitrat (HNO3), mangan oksida (MnO2), hidrogen peroksida (H2O2), dan asam
kromat (CrO3). Bahan yang mengambil oksigen dari senyawa dan kombinasinya
disebut reduktor, seperti hidrogen, karbon,hidrokarbon, bahan organik, dan lain-lain.
Oksidasi dan reduksi adalah proses yang berlawanan yang selalu terjadi bersamaan,
dan bahan yang inkompatibilitas seperti kalium permanganat (KmnO4), yang
merupakan oksidator kuat, bila tergabung dengan bubuk alumunium, yang
merupakan reduktor kuat, dengan cepat mengibah sifat-sifat alamiahnya dengan
memperlihatkan bahwa kedua bahan tidak boleh disimpan berdekatan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor lingkugan kerja sangat berperan penting untuk menciptakan kondisi
lingkungan kerja, khususnya di laboratorium. Adapun faktor-faktor lingkungan
kerja juga bagian dari manajemen K3 sebagai pengatur dalam aktivitas di
lingkungan kerja agar menjadi lebih baik.
2. Secara umum, faktor-faktor lingkungan kerja terbagi menjadi fisik dan non-fisik.
Sedangkan jika secara khusus untuk faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium terbagi menjadi faktor kimia, biologi, ergonomik, dan psikososial.
3. Pencegahan jika adanya kelalaian dari faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium didasarkan pada kondisi kerja, alat, bahan, dan psikologi karyawan.
Adapun untuk mengurangi kelalaian kerja tersebut adalah dengan memperhatikan
manajemen K3, meningkatkan motivasi, melatih kedisiplinan dan attitude, dan
mengkodisikan lingkungan kerja agar lebih nyaman dan baik.
4. Salah satu contoh kasus dari pencegahan faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium adalah keracunan, ledakan bahan-bahan kimia, kebocoran bahan
kimia yang melebihi ambang batas, dan kemudiahan bahan kimia untuk korosi
dan reduksi.
5.2 Saran
Faktor-faktor lingkungan kerja sangat mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik
kita, sehingga diperlukan analisis langsung untuk mengetahui seberapa besar keluhan
karyawan jika mengalami kelalaian akibat melanggar faktor-faktor tersebut.
31
BAB VI
RINGKASAN
32
BAB VII
STUDI KASUS
31
32
3. Diketahui suatu pabrik kimia mengalami kebakaran, jika hal itu terjadi maka
bagaimana cara pencegahannya? (minimal 3)
Jawab:
Dalam kasus ini ada berbagai cara untuk menggulangi kebakan, salah satungya
adalah:
a. Pengendalian Setiap Bentuk Energi :
1) Melakukan identifikasi semua sumber energi yang ada di tempat kerja/
perusahaan baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja dan lingkungan
yang dapat menimbulkan timbulnya proses kebakaran (pemanasan, percikan
api, nyala api atau ledakan);
2) Melakukan penilaian dan pengendalian resiko bahaya kebakaran
berdasarkan peraturan perundangan atau standar teknis yang berlaku.
b. Penyediaan Sarana Deteksi, Alarm, Pemadam Kebakaran Dan Sarana
Evakuasi:
1) Menganalisa ruangan / tempat kerja, untuk menentukan jenis detektor,
alarm, alat pemadam dan sarana evakuasi yang sesuai dengan kondisi
ruangan/tempat kerja;
2) Melakukan perencanaan dan pemasangan peralatan;
3) Membuat prosedur pemakaian peralatan dan sarana pemadam kebakaran;
4) Membuat tanda pemasangan peralatan pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi;
5) Melakukan pelatihan penggunaan peralatan pemadam dan sarana
evakuasi;
6) Melakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala.
c. Pembentukan Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja :
1) Menghitung jumlah tenaga kerja yang berada di tempat kerja/ perusahaan.
2) Membentuk unit penanggulangan kebakaran, sesuai dengan jumlah tenaga
kerja dan tingkat resiko bahaya kebakaran, besar, sedang atau kecil. Setiap
33
34
Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat
lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau penyimpan.
Senyawa asam alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata,
merangsang kulit dan system pernafasan.
f. Bahan kimia radioaktif
Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar
radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat
membahayakan tubuh manusia.
Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau lebih dari
sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia tersebut, yang selain
mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni kehidupan.
f. Bahan kimia oksidator
Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil,
mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga dapat
menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan oksidator terdiri dari :
Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen Peroksida,
Periodat, Persulfat.
Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida, Asam Parasetat.
Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada penyimpanan pelarut
organik seperti eter, keton, ester, senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat
eksplosif.
Bahan kimia reaktif
Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya,
disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau
keracunan, atau korosi.
Sifat reaktif dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis :
Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi dengan
air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
35
Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi
dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas beracun
serta bersifat korosif.
36
Penggunaan
Gas bakar
Bahaya
Mudah
terbakar,
aspiksian
Bahan baku pupuk
Beracun
Sterilisasi
Beracun dan mudah
terbakar
Hidrogenasi,
gas Mudah terbakar dan
karier
meledak
Gas
pencuci, Aspiksian
membuat udara inert
Klorinasi
Beracun, korosif
Produksi plastic
Beracun dan mudah
terbakar
37
digunakan dalam proses produksi itu maupun yang dihasilkan selama proses
sampai akhir proses.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Hudoyono J. 2011. Penyakit Akibat Kerja Disebabkan Faktor Fisik. Jurnal
Kedokteran Meditek. Vol. 17. No. 43. Januari-April 2011. Universitas Kristen
Krida Wacana: Jakarta.
Arief, L. M. 2015. Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi. Higiene Industri.
Universitas Esa Unggul: Tangerang.
Christofora, D. K., Rina Oktaviana, Erna Yuliawati. 2014. Aplikasi Nordic Body Map
Untuk Mengurangi Musculoskeletal Disorder Pada Pengrajin Songket. Jurnal
Ilmiah Tekno. Universitas Bina Darma, Palembang.
Grahanintyas, D. Sritomo W., dan Effi L. 2012. Analisa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh
Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik POMITS. Vol.1.No.1. ITS: Surabaya.
Hendri, E. 2015. Pengaruh Lingkugan Kerja Fisik dan Non-fisik Terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan pada P.T. Asuransi Wahana Tata Cabang Palembang. Jurnal
Media Wahana Ekonomika. Vo.9 No.3, Oktober 2012. Universitas PGRI:
Palembang.
Nisa, A. Z., dan Tri Martiana. 2013. Faktor yang Memepengaruhi Keluhan Kelelahan
pada Gigi di Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health. Vol. 2.No. 1. Jan-Jun 2013: 61-66. Universitas
Airlangga: Surabaya.
Nuraga, W. Fatma L., L. Meily K.2008. Dermatitis Kontak Pada Pekerjaan yang
Terpajan Dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri Otomitif Kawasan
Industri Cibitung Jawa Barat. Jurnal MAKARA, Kesehatan. Vol. 12. No. 2.
Desember 2008: 63-69. Universitas Indonesia: Depok.
Putra, E. D. L. 2011. Keracunan Bahan Organik dan Gas di Lingkungan Kerja dan
Upaya Pencegahannya. Universitas Negeri Sumatera Utara: Medan.
Ramadon, S. Yanti S., dan Desi K. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik
Terhadap Produktivitas Kerja. Universitas Hassanudin:Makassar.
Setyanto, R. H., A.A. Subiyanto, dan Wiryanto. 2011. Pengaruh Faktor Lingkungan
Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan (Studi Laboratorium).
Jurnal EKOSAIN. Vol. III. No.2, Juli 2011. Universitas Sebelas Maret:
Surakarta.
Sholihah, Q., Kuncoro Wahyudi, Dan Rahmi Fauziah. 2014. Predisposition Factors
Analysis Hygienic And Healthy Behaviour Of Family Order In Lontar Pulau
Laut Barat Kotabaru, South Kalimantan, Indonesia. International Journal of
Academic Research. Januari 2014. EBSCO Information Service.
Sitepu H. K., Buchari, Mangara M. T. 2014. Identifikasi Tingkat Bahaya di
Laboratorium Perguruan Tinggi (Studi Kasus Laboratorium di Lingkungan
Departemen Teknik Industri Unversitas Sumatera Utara). Simposium Nasional
RAPI XIII. ISSN 1412-9612. Unversitas Sumatera Utara: Medan.
INDEKS
A
Analisa: 10; 32
Ambang Batas: 4; 24; 26; 27.
B
Bahaya: 5; 13; 14; 18; 19; 23; 24; 25; 26; 27; 32; 33; 34; 35; 36.
Biologi: 7; 15; 29; 30.
C
Cahaya 4; 5; 6; 25.
D
Dampak: 10; 12; 13.
Dermatitis: 13; 14.
Disiplin: 15; 21; 22; 23.
E
Ergonomi: 15; 16; 20; 30; 31.
Efisien: 1; 5; 15; 16; 18; 22.
Efektivitas: 18; 31.
F
Faktor Kerja: 16
Faktor Lingkungan Kerja: 2; 3; 8; 9; 10; 11; 13; 17; 18; 22; 29.
Fisik dan Non-Fifik: 1; 4; 6; 9; 11; 14; 16; 20; 21; 23; 26; 29; 30.
G
Gas: 17; 23; 24; 25; 33; 34; 35; 36.
H
Hipertensi: 6.
I
Intensitas: 4; 14; 21.
Industri: 2; 3; 5; 15; 23; 25; 31; 35; 36.
J
Janin: 6.
Jurnal: 3; 8; 9; 10; 11; 19.
K
Kimia: 6; 7; 10; 13; 14; 19; 20; 23; 24; 25; 26; 27; 28; 29; 30; 31; 32; 33; 34; 35;
36.
Kasus: 2; 5; 9; 27; 32.
K3: 1; 2; 3; 9; 10; 11; 18; 29; 30.
L
Laboratorium: 2; 3; 5; 8; 10; 11; 13; 15; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 29; 30;
31; 33; 36.
Lingkungan: 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 15; 17; 18; 19; 21; 22; 23;
29; 30; 31; 32; 36.
M
Motivasi: 1; 17; 21; 22; 23; 29.
N
Non-Fisik: 4; 9; 10; 12; 15; 16.
O
Organisasi: 1; 15; 19; 21.
P
Psikologi: 1; 7; 9; 11; 16; 22; 29; 30.
Psikososial: 16; 17; 19; 29; 30.
Persfektif: 23
Q
Quality Control: 33.
R
Risiko: 5; 17; 18.
S
Sehat: 7; 14; 19; 22; 24; 25; 26.
Stress: 13; 20.
T
Tenaga Kerja: 4; 5; 7; 14; 20; 26; 34.
U
Usaha: 4; 7; 14.
V
Value attainment: 16.
Virus: 19.
W
Wujud: 19
Z
Zat: 4; 6; 21.