Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Resiko paling tinggi yang berhubungan dengan hernia adalah apabila usus terperangkap
di dalam kantung. Kondisi ini disebut sebagai inkarserasi. Apabila dibiarkan inkarserasi,
maka usus akan menjadi edema. Tekanan yang meningkat dapat merusak aliran vena, dan
menyebabkan edema yang lebih parah, dimana hal ini dapat merusak aliran arteri ke usus dan
bisa saja sampai ke skrotum. Apabila perfusi dari usus terpengaruh, timbul hernia strangulata.
Hernia strangulata dapat menyebabkan perfusi usus, peritonitis, sepsis, hingga kematian.1
Oleh karena hal tersebut, hernia inkarserata atau strangulata termasuk kegawatdaruratan
medis. Apabila usus yang strangulasi itu dioperasi pada tahap dini, maka viabilitas dapat
dipertahankan, dan reseksi usus dapat dihindari.2
Pada perempuan, ovarium atau tuba falopi dapat masuk ke dalam kantung hernia dan
menjadi inkarserata atau strangulata. Ovarium yang inkarserata adalah masalah
kegawatdaruratan karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada ovarium dan nyeri.
Akan tetapi, ovarium yang inkarserata tidak membawa resiko perfusi dan sepsis seperti
pada perfusi usus.2
Studi menunjukan bahwa di Amerika Serikat insidennya mencapai 10-20 dari 1000
kelahiran hidup, dengan lokasi hernia lebih banyak pada sisi kanan dan 10% bilateral.
Hernia 6 kali lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita. Inkerserasi usus lebih
sering ditemukan pada wanita dibanding pria. Pada perempuan, inkerserasi ovarium atau tuba
falopi lebih sering terjadi pada usus. 3 Selain itu, insiden strangulasi usus secara keseluruhan
lebih jarang pada wanita daripada pria. Insiden patent processus vaginalis (PPV) semakin
rendahdengan semakin tuanya umur. Pada bayi baru lahir 80-94% memiliki PPV. Hernia
terjadi 20 kali lebih sering pada bayi dengan berat dibawah 1500 gram daripada populasi
umum. Selain itu, insiden strangulasi usus secara keseluruhan lebih jarang pada wanita
daripada pria.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Hernia
2.1.1 Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.1
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknnya, hernia diberi nama sesuai
dengan lokasi anatomisnya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis,
dan lain-lain.1
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluarmasuk. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hhernia
disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.1
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut. Secara klinis, istilah hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia strangulata digunakan
untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi.1
2.1.2 Anatomi
Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah dinding
anterior abomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Canalis inguinalis terletak
sejajar dan tepat di atas ligamentum inguinale. Dining canalis inguinalis di bentuk
oleh muskulus obliquus externus abdominis dan di bentuk oleh facsia abdominalis.4

Gambar 2.1 Diagram kanalis inguinalis5

Gambar 2.2 Diagram hernia inguinalis5


2.2

Hernia inguinal
2.2.1 Insidensi
Hernia dan hidrokel merupakan di antara masalah bedah anak yang paling umum.
Insidensi hernia inguinal indirek pada neonatus adalah 3,5 5 %. Bayi prematus
memiliki insidensi yang lebih tinggi yaitu sekitar 9 11 %. Hernia inguinal lebih
sering terjadi pada anak laki-laki (rasio laki-laki:perempuan 5:1 hingga 10:1). 60%
hernia terjadi pada bagian kanan, sedangkan 30% terjadi pada sebelah kiri. 10%
3

sisanya merupakan hernia bilateral. Hernia bilateral lebih sering terjadi pada bayi
prematur (45 55 %) dan pada wanita.6
2.2.2 Embriologi
Mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis akibat dari
prosesus vaginalis yang patent. Pada janin gonad mulai berkembang selama 5 minggu
kehamilan, ketika sel benih primordial berpindah dari kantung telur (yolk sac) ke rigi
gonad. Gubernakulum ligamentosa terbentuk dan turun pada salah satu sisi abdomen
pada kutub inferior gonad dan melekat pada permukaan dalam lipatan labiumskrotum. Selama perjalanan turun, gubernakulum melalui dinding anterior abdomen
pada tempat cincin inguinalis interna dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis
merupakan penonjolan di vertikulum peritoneum yang terbentuk tepat sebelah ventral
gubernakulum dan berherniasi melalui dinding abdomen dengan gubernakulum
kedalam kanalis inguinalis. Testis yang pada mulanya terletak didalam rigi urogenital
di retroperitoneum, turun ke daerah cincin dalam pada sekitar umur kehamilan 28
minggu. Penurunan testis melalui kanalis inguinalis diatur oleh hormon androgen dan
faktor mekanis (meningkatkan tekanan abdomen), testis turun kedalam skrotum pada
umur kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis inguinalis eksterna ke
prosesus vaginalis.7
Ovarium juga turun kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar dari
rongga abdomen. Bagian kranial gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum
ovarii, dan bagian inferior gubernakulum menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk
melalui cincin dalam, ke dalam labia mayor, prosesus vaginalis pada anak wanita
meluas kedalam labia mayor melalui kanalis inguinalis, yang juga dikenal sebagai
kanal nuck.7
Selama beberapa minggu terakhir kahamilan atau segera setelah, lapisan prosesus
vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk ke dalam saluran
inguinal di sekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai
anomali inguinal. Kegagalan total obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis
total. Obliterasi distal dengan bagian distal patensi akan menghasilkan hernia
inguinalis lateralis.7

Gambar 2.3 Hernia dan hidrokel7


2.2.3 Etiologi
Prosesus vaginalis aalah perpanjangan peritoneum yang menyertai testis ketika turun
ke dalam skrotum. Pada sebagian besar individu, prosesus ini berobliterasi pada bulan
ke-9 intrauterin atau segera setelah lahir. Jika saluran ini tetap terbuka, cairan
intraperitoneal akan terakumulasi secara perlahan dan membentuk suatu struktur
disebut hidrokel komunikans. Jika prosesus ini cukup lebar, intestin, ovarium, atau
omentum dapat berherniasi ke dalam kanalis inguinalis dan membentuk hernia
indirek. Jika prosesus vaginalis berobliterasi di proksimal tetapi tetap paten di distal,
ini akan membentuk hidrokel nonkomunikans. Jika prosesus berobliterasi pada
bagian proksimal dan distal tetapi tetap paten pada bagian tengah, ini dikenal dengan
hidrokel korda.6
2.2.4 Manifestasi klinis
Hernia inguinalis lateralis biasanya terlihat sebagai benjolan pada daerah inguinal dan
meluas ke depan atau ke dalam skrotum. Kadang-kadang, anak akan datang dengan
bengkak skrotum tanpa benjolan sebelumnya pada daerah inguinal. Orang tuanya
biasanya sebagai orang pertama yang melihat benjolan ini, yang mungkin muncul
hanya saat menangis atau mengejan. Selama tidur atau apabila pada keadaan istirahat
atau santai, hernia menghilang spontan tanpa adanya benjolan atau pembesaran
skrotum. Riwayat bengkak pada pangkal paha, labia, atau skrotum berulang-ulang
yang hilang secara spontan adalah tanda klasik untuk hernia inguinalis lateralis.7
Pemeriksaan fisik akan menunjukkan benjolan inguinal pada setinggi cincin
interna atau eksterna atau pembengkakan skrotum yang ukurannya dapat berkurang
atau berfluktuasi. Cara klasik memeriksa hernia inguinalis orang dewasa dengan
menempatkan jari telunjuk pada kanalis inguinalis, yang sebenarnya pada bayi tidak
5

perlu dilakukan, dan ternyata bisa menyebabkan perasaan tidak enak. Hal ini karena
cincin interna dan eksterna pada dan anak paralel. Hernia inguinalis lateralis dapat
diketahui dengan meletakkan bayi tidur telentang dengan kaki lurus dan tangan diatas
kepala. Posisi. Posisi ini dapat menyebabkan bayi menangis menangis, dan dapat
meningkatkan tekanan intra abdomen dan akan memperlihatkan benjolan di
tuberkulum pubis (cincin eksterna) atau pembengkakan di dalam skrotum. Anak yang
lebih tua dapat diperiksa dengan berdiri, yang juga akan meningkatkan tekanan intra
abdomen dan memperlihatkan hernia tersebut. Testis yang retraksi sering terjadi pada
bayi dan anak-anak daan bisa menyerupai hernia inguinalis dengan benjolan di atas
cincin eksterna. Karena itu sangat penting meraba testis sebelum meraba benjolan
inguinal. Hal ini akan memungkinkan diferensiasi antara keduanya dan menghindari
tindakan bedah yang tidak perlu.7
Pada dilema diagnosa yang sulit, pemeriksaan rektum bisa membantu
membedakan kelainan pangkal paha akut, pemeriksa awalnya memeriksa cincin
interna pada sisi yang tidak terlihat dan kemudian dapat mengusapkan jari telunjuk
atau jari kelima ke cincin interna pada daerah yang terlibat. Pada kasus dengan hernia
inguinalis lateralis organ dalam abdomen bisa di palpasi secara menyeluruh melalui
cincin interna. Cara ini sangat mebantu dalam membedakan hernia inkarserasi dengan
hidrokel tali akut atau kelainan linguinal lain seperti adenitis inguinalis.7
Kadang sulit membedakan hernia inguinalis total dengan hidrokel murni. Dua
keadaan ini biasanya dapat di bedakan dengan anamnesis yang cermat. Pada bayi
dengan hernia inguinalis total pembengkakan skrotum bervariasi selam satu hari,
biasanya cukup besar apabila bayi menangis atau mengejan, dan menghilang atau
kembali menjadi kecil selama relaksasi. Hidrokel murni tidak berubah besarnya selam
sehari tetapi bisa secara bertahap menghilang selama usia tahun pertama. Hidrokel
dan hernia inguinalis total ini keduanya tembus pandang dan mungkin sulit dibedakan
satu sama lain karena kadang-kadang hernia inguinalis total tidak dapat berkurang
secara manual karena penyempitan di dalam kanalis inguinalis kecil. Pada keadaan
ini, anamnesis sangat di perlukan untuk melakukan operasi. Pada beberapa keadaan
anak dengan hernia inguinalis, benjolan inguinal atau pembengkakan skrotum
mungkin tidak ada pada saat pemeriksaan fisik, dan satu-satunya temuan mungkin
penebalan funikulus spermatikus dengan disertai tanda sutra. Tanda sutra ini di
dapat dengan meraba funikulus spermatikus di atas tuberkulum pubis. Dua lapisan
peritoneum yang melekat satu sama lain akan terasa seperti sutra. Tanda sutra yang di
6

temukan, serta anamnesis yang baik dapat membantu mendiagnosis hernia ingunalis.
Kadang-kadang, kandung kemih yang penuh akan mengoklusi cincin inguinal
eksterna sehingga henia tidak dapat ditunjukkan. Pengosongan kandung kencing
mungkin membantu pada keadaan ini.7
Sejumlah keadaan disertai dengan kenaikan risiko terjadinya hernia inguinalis
lateralis. Meningkatnya insiden hernia inguinalis lateralis terlihat pada keluarga
dengan riwayat keluarga positif hernia inguinalis lateralis, kistik fibrosis, dislokasi
pinggul kongenital, testis tidak turun, kelamin tidak jelas.7
Bayi wanita dengan hernia inguinalis lateralis seharusnya dicurigai menderita
feminisasi testikuler, karena lebih dari 50% penderita dengan feminisasi testikuler
akan menderita hernia inguinalis. Sebaliknya, insiden feminisasi testikuler pada
wanita sulit ditentukan tetapi ada sekitar 1%. Diagnosis feminisasi testikuler dapat di
buat pada saat operasi dengan mengenali kelainan gonad dalam kantung hernia atau
dengan melakukan pemeriksaan rektum, dengan meraba uterus. Pada bayi wanita
normal, uterus dengan mudah diraba sebagai struktur linea mediana yang terpisah di
bawa simfisis pubis pada pemeriksaan rectum.7
2.2.5 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi medis yang efektif untuk hernia atau hidrokel komunikan. Aspirasi
dan injeksi dari scleroting agents telah direkomendasikan untuk terapi hidrokel
nonkomunikan pada orang dewasa namun terapi ini kontraindikasi pada anak-anak. 8
Oleh karena sebagian besar hernia dan hidrokel pada anak-anak berhubungan dengan
PPV, scleroting agent dapat merusak isi intraabdominal dan tidak terlalu berdampak
pada perbaikan dari dasar patologisnya. Agen anti inflamasi dapat digunakan pada
kondisi hidrokel reaktif.9
Hernia dan hidrokel itu sama, namun perjalanan alamiahnya berbeda. terdapat
resiko inkarserata yang tinggi pada bayi prematur dengan hernia. 9 Sebanyak 60% dari
hernia pada bayi prematur menjadi inkarserata dalan 6 bulan setelah lahir. Atas alasan
itu, perbaikan dengan metode operasi dapat diterima oleh umum sebagai metode
pengobatan yang efektif untuk hernia inguinalis pada anak-anak dan dewasa.8
Tidak seperti hernia pada bayi, banyak bayi baru lahir dengan hidrokel dapat
sembuh dengan sendirinya karena penutupan spontan dari PPV sesaat setelah lahir.
Residu pada hidrokel nonkomunikan tidak bertambah maupun berkurang dalam
volume, dan tidak terdapat tanda silk glove. Cairan pada hidrokel biasanya terserap
7

kembali ke dalam tubuh sebelum bayi berumur 1 tahun. Oleh karena fakta tersebut ,
observasi sering diperlukan untuk hidrokel pada bayi. Hidrokel harus diobati apabila,
tidak menghilang setelah berumur 2 tahun, menyebabkan rasa tidak nyaman,
bertambah besar atau secara jelas terlihat pertambahan atau pengurangan volume,
apabila tidak terlihat, dan terinfeksi.9
Hernia atau hidrokel tidak selalu dapat menonjol. Sebuah tonjolan pada
selangkangan anak-anak harus diawasi oleh orang tua atau tenaga medis primer.
Sering, tonjolan ini tidak terlihat saat konsultasi, tetapi dengan menebalnya struktur
cord ipsilateral ke samping dengan riwayat tonjolan (tanda silk glove) dapat dicurigai
sebagai PPV. Situasi tersebut sudah merupakan cukup indikasi untuk eksplorasi
hernia. Sebuah foto saat tonjolan muncul pada area tersebut dapat membantu
mengklarifikasikan diagnosis.9
Kondisi spesifik harus dilakukannya operasi hernia adalah apabila hernia
inkarserata tidak dapat direduksi, atau terdapat tanda-tanda hernia terstrangulasi, pada
bayi cukup bulan dengan tanpa riwayat inkarserata, pada bayi belum cukup bulan di
NICU dengan berat 1800-2000gr, dan pada bayi premature dengan umur kurang dari
60 minggu postkonseptus.9
Saat terdapat hernia, beberapa ahli urologi dan ahli bedah melakukan eksplorasi
kontralateral selangkangan. Ini dilakukan untuk mendeteksi PPV bayangan yang dapat
menyebabkan

hernia

pada

bagian

yang

berlawanan

(hernia

metachronous

kontralateral). Tes Goldstein dapat menentukan kapan harus dilakukan eksplorasi


kontralateral. Pada test ini, abdomen dikembunggkan dengan udara melalui kantong
hernia yang terbuka saat operasi. Adanya krepitus pada bagian selangkang yang
berlawanan menandakan hasil tes positif, menandakan adanya PPV kontralateral dan
merupakan persetujuan untuk dilakukannya eksplorasi kontralateral. Alternatif lain,
dapat digunakan laparoskopi untuk mendeteksi bayangan PPV kontralateral.9
Laparoskopi memiliki peran yang berkembang pada operasi hidrokel dan hernia.
Sesuai pernyataan diatas, eksplorasi laparoskopi dapat dilakukan melalui insisi
terpisah pada bagian umbilicus atau melalui kantong hernia setelah dibuka. Dengan
ini dapat dilakukan inspeksi dari cincin inguinal kontralateral, lalu prosedur lanjutan
dapat dilakukan sesuai kebutuhan.8 Perbaikan hernia dengan laparoskopi pada anakanak tidak umum dilakukan seperti yang biasa dilakukan pada orang dewasa.
Bebarapa pusat kesehatan di Eropa menggunakan tehnik dimana kantong hernia tidak
di exsisi, hanya dijahit di ujung lehernya. Penggunaan mesh tidak umum dilakukan
8

pada anak-anak tidak seperti orang dewasa. Hasilnya cukup memuaskan, walaupun
tingkat rekurensi lebih tinggi daripada perbaikan terbuka. Studi terbaru dari kaya et al
dari Jerman (2006) melaporkan bahwa hasil laparoskopi lebih memuaskan daripada
reduksi dan perbaikan dari hernia inkarserata pada anak-anak. Mereka melaporkan
tidak adanya komplikasi dan rekurensi, akan tetapi perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk memastikannya.
Pemulihan dari operasi hernia atau hidrokel umumnya tidak rumit. Untuk kontrol
rasa nyeri, pada bayi digunakan ibuprofen 10 mg/kgBB setiap 6 jam dan asetaminofen
15 mg/kgBB setiap 6 jam, hindari narkotik karena beresiko apnea. Untuk anak yang
lebih tua diberikan asetaminofen dengan kodein (1 mg/kgBB kodein) setiap 4-6 jam.
Untuk 2 minggu setelah operasi, posisi straddle harus dihindari untuk mencegah
pergeseran dari testis yang mobile keluar dari skrotum dan menyebabkan
cryptorchidism sekunder. Pada anak dalam masa berjalan, aktifitas harus dibatasi
sebisa mungkin selama 1 bulan. Pada anak dalam masa sekolah, aktivitas peregangan
dan olahraga aktif harus dibatasi selama 4-6 minggu.10 Oleh karena sebagian besar
operasi hernia dan hidrokel dilakukan dengan basis outpatient, pasien dapat kembali
bersekolah segera saat sudah terasa cukup nyaman (biasanya 1 -3 hari setelah
operasi).9
2.3

Hernia umbilikal
2.3.1 Definisi
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit akibat penutupan inkomplet dan tidak adanya fasia umbilikalis.
Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi
prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan.1

Gambar 2.4 Hernia umbilikal11


2.3.2 Embriologi
Antara minggu keenam dan kesepuluh kehamilan, saluran pencernaan yang sedang
berkembang sebagian diekstrusi ke dalam tali pusat dan kembali ke dalam perut pada
minggu kesepuluh. Pada saat lahir, cincin umbilikus telah sepenuhnya tertutup oleh
dinding perut yang terbentuk kecuali untuk ruang yang ditempati oleh korda, berisi
vena umbilikalis, sepasang arteri umbilikalis, dan sisa-sisa urakus yang berserat dan
saluran omfalomesenterika (yolk sac). Setelah ligasi korda, pembuluh darah trombosis
dan korda mengering dan mengelupas, meninggalkan permukaan granulasi yang
sembuh dengan sikatrisasi dan ditutupi oleh epitel. Kemudian terjadi kontraksi skar
dan retraksi umbilikus. Hal ini diyakini bahwa sebagian besar hernia umbilikalis
terjadi melalui bagian sefalik dari cincin umbilikus, di mana bagian skar yang
berkontraksi di sekitar vena umbilikalis yang berobliterasi kurang padat daripada di
bagian kaudal skar.12
2.3.3 Manifestasi klinis
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilikus, paling sering berisi omentum, bisa juga berisi usus
halus atau usus besar, akibat peningkatan tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi
menangis.1
2.3.4 Penatalaksanaan
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm diameternya, umumnya regresi spontan akan
terjadi sebelum bayi berumur 6 bulan, kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun.
Usaha untuk mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri
dan kanan, kemudian memfiksasinya dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu.
Dapat pula digunakan uang logam yang diletakkan dan diplester di atas umbilikus
untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila sampai usia setengah tahun hernia
masih menonjol, umumnya diperlukan tindakan operasi. Pada cincin hernia yang lebih
besar dari 2 cm, jarang terjadi regresi spontan dan sukar diperoleh penutupan dengan
tindakan konservatif.1
2.4

Hernia epigastrik
2.4.1 Definisi
10

Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui defek di
linea alba antara umbilikus dan prosesus xifoideus. Isi hernia terdiri atas penonjolan
jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.1
Linea alba dibentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan
posterior sarung otot rektus. Anyaman ini sering hanya selapis. Selain itu, linea alna di
sebelah kranial umbilikus lebih lebar dibandingkan dengan yang di sebelah kaudal
sehingga merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika. Hernia epigastrika
muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang menyerupai lipoma preperitoneal.
Kalau defek linea alba melebar, baru kemudian keluar kantong peritoneum yang dapat
kosong atau berisi omentum. Jarang ditemukan usus halus atau usus besar di dalam
hernia epigastrika. Hernia ini ditutupi oleh kulit, lemak subkutis, lemak preperitoneal,
dan peritoneum. Seing ditemukan hernia multipel.1

Gambar 2.5 Hernia epigastrik13


2.4.2 Penatalaksanaan
Kebanyakan ahli bedah merekomendasikan reposisi defek pada saat awal presentasi.
Reposisi dilakukan pada rawat jalan dengan anastesi umum. Reposisi ini memiliki
angka morbiditas dan rekurensi yang rendah.12

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hernia inguinal dan hidrokel merupakan penyakit yang cukup sering ditemukan pada
anak-anak. Hernia dan hidrokel itu sama, namun perjalanan alamiahnya berbeda.
terdapat resiko inkarserata yang tinggi pada bayi prematur dengan hernia. Hidrokel
merupakan pengumpulan cairan di dalam prosesus vaginalis, yang dapat menyebabkan
12

pembengkakan di daerah inguinal atau skrotum. Hernia Inguinal terjadi apabila organ
abdomen menonjol ke dalam inguinal canal atau skrotum. Hernia dan Hidrokel dapat
didiagnosa dengan pemeriksaan fisik yaitu adanya tanda klasik berupa tonjolan pada
selangkangan atau pembesaran skrotum. Laparoskopi menjadi modalitas terapi
pembedahan yang efektif pada anak dengan hernia inguinal dan hidrokel.
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit akibat penutupan inkomplet dan tidak adanya fasia umbilikalis. Bila
cincin hernia kurang dari 2 cm diameternya, umumnya regresi spontan akan terjadi
sebelum bayi berumur 6 bulan. Jika sampai usia 6 bulan dan diameter hernia lebih dari 2
cm, maka diperlukan tindakan operasi.
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui defek di
linea alba antara umbilikus dan prosesus xifoideus. Kebanyakan ahli bedah
merekomendasikan reposisi defek pada saat awal presentasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu bedah.
Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010. hal.619-20,631-2.
2. Priya R, Madhavi P, Chitra V, Janio S. The inguinal canal : anatomy and imaging
features of common and uncommon masses. Radiographics 2008; 28:819835.
3. Siewert B, Raptopoulos V. CT of the acute abdomen : findings and impact on
diagnosis and treatment. AJR Am J Roentgenol 1994;163:13171324.
13

4. Snell, RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC.2006.
hal.160
5. Putz R, Pabst R. Sobotta: Atlas anatomi manusia jilid 2. Edisi 22. Jakarta: EGC. 2006.
hal.61
6. Arensman RM, Bambini DA, Almond PS. Pediatric surgery. Texas: Landes Biomedicine.
2000. pg.50-2.
7. Shochat, SJ. Hernia inguinalis. In: Ilmu kesehatan anak nelson vol.2. Jakarta: EGC.
2000. hal.1372-3
8. Van Wessem KJ, Simons MP, Plaisier PW, et al. The etiology of indirect inguinal
hernias: congenital and/or acquired? Hernia. Jun 2003 ;7(2):76-9.
9. Kapur P, Caty MG, Glick PL. Pediatric hernia and hydroceles. Pediatr Clin North
Am. Aug 1998;45(4):773-89.
10. Van Veen RN, van Wessem KJ, Halm JA, et al. Patent processus vaginalis in the
adult as a risk factor for the occurrence of indirect inguinal hernia. Surg Endosc
2007;21:202205.
11. Umbilical

hernia.

2009.

http://www.pediatric-colorectal-

surgery.com/cirugiapediatrica/umbilical.htm diakses pada 22 Juli 2015 pukul 22.00


12. Vicente HL. Pediatric surgery handbook. Puerto Rico: Medicine School of Puerto Rico
University. pg.34,36.
13. Burdick EH, Murray R, Westermann M, et al. Ventral hernia in 2 year old female.
California. 2007. http://www.veomed.com/va081316272009 diakses pada 22 Juli 2015
pukul 22.00

14

Anda mungkin juga menyukai