Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan jendela dunia, organ yang sangat berperan penting dalam
kehidupan manusia. Dengan mata, manusia dapat melihat berbagai macam hal, mulai
dari pemandangan yang indah, laut, jalan, orang lain dan lain-lain. Berbagai macam
informasi masuk melalui mata secara visual.
Organ mata terdiri dari berbagai macam bagian seperti sklera, kornea, iris, pupil,
lensa dan juga retina. Bukan hanya bagian interna nya saja, kelopak mata, alis dan
bulu mata juga memiliki peran masing-masing baik itu untuk melindungi mata agar ia
senantiasa berfungsi sebagaimana mestinya.
Oleh karena banyaknya bagian-bagian yang terdapat pada mata, walaupun ia telah
mendapat perlindungan. Ia tetap dapat mengalami berbagai macam gangguan yang
otomatis akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Debu ataupun benda-benda lain yang
gagal disaring ataupun karena kebiasaan yang buruk dapat menyebabkan gangguan
pada mata.
Penurunan penglihatan juga dapat terjadi walaupun mata tenang tidak terlihat ada
keanehan apapun. Hal ini akan dibahas dalam laporan ini.

BAB II
1

PEMBAHASAN

A. Skenario
LBM III
Mata Tenang
Seorang laki-laki berusia 56 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
penurunan ketajaman penglihatan. Pasien tidak dan belum pernah menggunakan
kacamata, tidak ada riwayat mata merah, dan riwayat trauma pada mata pun
disangkal.

B. Terminologi
- Tidak ditemukan kata-kata sulit dalam skenario.
C. Permasalahan
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi penglihatan manusia!
2. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk menilai ketajaman penglihatan?
3. Jelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan diagnosis pasien di skenario!

D. Pembahasan
1. Anatomi dan Fisiologi Mata
a. Kelopak Mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.1,2
Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata
yang dibutuhkan untuk penglihatan.2
Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena
pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka
tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang
masuk.2
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1

Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan


mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.1
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :1
- Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat,
kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
- Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi
margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M.
Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N.
facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan
berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli
menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator
palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh
n. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
- Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo
palpebra.
- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat
yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40
bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks
menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang
mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.1
3

Gambar 1. Gambar kelopak mata atas

b. Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.1,2
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :1,2
- Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di
temporo antero superior rongga orbita.
- Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal
terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal
akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan
masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum
lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui
margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat
pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal.1
4

Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka


sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat
penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan
keluar melalui pungtum lakrimal.1

Gambar 2. Sistim Saluran air mata

c. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang.3 Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan
oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.1
Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata
atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata.
Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput
ini turut menjaga agar cornea tidak kering.3
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :1
- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan
dari tarsus.
- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya.
- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan


jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.1

d. Bola Mata
Bola mata terdiri atas :2
- dinding bola mata
- isi bola mata.
Dinding bola mata terdiri atas :2
- sklera
- kornea.
Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.2
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola
mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam
sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :1
1

Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar
masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding
sklera.

Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada
ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris
didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar
masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis,
sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar

yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan


akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.
3

Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik
dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan
koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat
jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka
akan robek dan terjadi ablasi retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada
badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah
makula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang
terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

Gambar 3. Penampang horizontal mata kanan

e. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea.1 Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat,
tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm.2
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola
mata.1 Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut
disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul
Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul
Tenon terdapat episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan kasar dan
dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen jaringan ikat yang berpigmen,
yang merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.2
Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau
merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.1

f. Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis : 1,2
1. Epitel
- Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng,
sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di
depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2.

Membran Bowman
- Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
- Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi

3.

Stroma
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
9

- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea


dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
- Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai
tebal 40 m.
5. Endotel
- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.1
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1

10

Gambar 4. Penampang melintang kornea

g. Uvea
Walaupun dibicarakan sebagai isi, sesungguhnya uvea merupakan dinding
kedua bola mata yang lunak, terdiri atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar, dan
koroid.1,2
Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan
nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang
terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral.
Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 -

11

20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat
masuk saraf optik.1
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola
mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3
akar saraf di bagian posterior yaitu :1
1

Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk komea, iris, dan badan siliar.

Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea
dan untuk dilatasi pupil.

Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk


mengecilkan pupil.
Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris

terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris
dan koroid. Batas antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm
temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu
longitudinal, radiar, dan sirkular.1
Di tengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur
banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan
siliar dan memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan
depan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil
terutama sekitar pupil yang disebut kripti.2
Badan siliar di mulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri
atas otot-otot siliar dan proses siliar.2
Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika otot-otot ini berkontraksi
ia menarik proses siliar dan koroid kedepan dan kedalam, mengendorkan zonula
Zinn sehingga lensa menjadi lebih cembung.2 Fungsi proses siliar adalah
memproduksi Humor Akuos.2
Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua, yang letaknya
diantara sklera dan. retina terbentang dari ora serata sampai kepapil saraf optik.
12

Koroid kaya pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada
retina.2
h. Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk.2
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf
simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil
akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.1
Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi,
koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :1
1 Berkurangnya rangsangan simpatis
2 Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun
korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur
hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna
yang akan menjadikan miosis.1
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada
akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang
difragmanya dikecilkan.1

i. Sudut bilik mata depan


Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam
bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan
sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis
Schwalbe dan jonjot iris.1
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan
disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
13

merupakan batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.1
Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer
endotel dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan
mata keluar ke salurannya.1
Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma
sudut tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia
posterior perifer.1

j. Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan
koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya
sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira
berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah
makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea.2
Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah
bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak
melekuk dinamakan ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk
kedalam bola mata ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh
darah terminal.2
Retina terdiri atas lapisan:1
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2

Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

14

Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat


sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal

Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral

Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps


sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion

Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.

2. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari
koroid.1 Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana
kerucut lebih banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf
optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).2

Gambar 5. Fundus okuli normal

k. Badan kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.
15

Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.
Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu
mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata,
pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan
oftalmoskopi.1
Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya
cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai

pembuluh darah dan menerima

nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.2

l. Lensa mata
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan
berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih
melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada
tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan
pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar. Lensa pada orang
dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih
keras daripada korteks.2
Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks
makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.2
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :1
- Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
- Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
- Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :1

16

- Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,


- Keruh atau spa yang disebut katarak,
- Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi
bertambah besar dan berat. Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga
difokuskan pada retina. Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut
akomodasi.2
m. Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang
yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan
dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang
palatinum dan zigomatikus.1
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga
hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding
medialnya.1
Dinding orbita terdiri atas tulang :1
1

Atap atau superior : os.frontal

1.

Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. fenoid

1.

Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. palatina

2.

Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid


Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf

optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.1
Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf
lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf
nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri vena oftalmik.1
Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh
saraf infra-orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita. Fosa lakrimal terletak di

17

sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal.1 Rongga orbita tidak
mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.2

n. Otot Penggerak Mata


Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan
mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.1 Otot
penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :1,2
1 Otot Oblik Inferior
Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang lakrimal,
berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi
saraf okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan
eksiklotorsi.1
1. Otot Oblik Superior
Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi
di atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan
kemudian berjalan di atas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi
pada sklera dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior
dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal
susunan saraf pusat.1
Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan
kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan search atau
mata melihat ke arch nasal. Berfungsi menggerakkan bola mata untuk
depresi (primer) terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan
insiklotorsi.1
Oblik superior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan
tertipis.1
3 Otot Rektus Inferior
Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara
oblik inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang
18

limbus yang pada persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh
ligamen Lockwood.1
Rektus inferior dipersarafi oleh n. III
Fungsi menggerakkan mata
- depresi (gerak primer)
- eksoklotorsi (gerak sekunder)
- aduksi (gerak sekunder)
Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.1
4 Otot Rektus Lateral
Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah
foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan
menggerakkan mata terutama abduksi.1
5 Otot Rektus Medius
Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus
dura saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan
mata bila terdapat neuritis retrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang
limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan
tendon terpendek.1
Menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer).1
6 Otot Rektus Superior
Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura
orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa
sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot
ini berinsersi 7 mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior
N.III.1
Fungsinya menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke
lateral :1
- aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral
19

- insiklotorsi

2. a. Proses Visual Mata


Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,
pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika
sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen
kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler
dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil yang telah
termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells 6.
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan
pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi
pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita
memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh.
Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan
pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata 6.
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humor (n=1.33),
dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa.
Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata
terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi,
melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah
perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks
serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina 6.
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory
retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin
yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid
membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan
mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang
ada. Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor,
bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform
layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada
20

diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam
terletak diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic.
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang
terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral
geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri (Seeley, 2006).
Penglihatan manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Central Vision
Central vision adalah penglihatan yang timbul pada saat cahaya jatuh pada
area macula lutea retina dan memberikan stimulus pada fotoreseptor yang berada
pada area tersebut. Dalam pemeriksaannya, central vision dapat dibagi menjadi
uncorrected visual acuity dimana mata diukur ketajamannya tanpa menggunakan
kacamata maupun lensa kontak dan corrected visual acuity dimana mata yang
diukur telah dilengkapi dengan alat bantu penglihatan seperti kacamata maupun
lensa kontak. Karena penurunan ketajaman penglihatan jarak jauh dapat
disebabkan oleh kelainan refraksi, umumnya jenis pemeriksaan yang dipilih untuk
menilai kesehatan mata adalah corrected visual acuity 5.
2. Peripheral Vision
Peripheral vision adalah penglihatan yang timbul pada saat cahaya jatuh pada
area diluar macula lutea retina dan memberikan stimulus pada fotoreseptor yang
berada pada area tersebut.
Penglihatan perifer dapat ditinjau secara cepat dengan menggunakan
confrontation testing. Pada pemeriksaan ini, mata yang tidak diperiksa ditutup
dengan menggunakan telapak tangan dan pemeriksa duduk sejajar dengan pasien.
Jika mata kanan pasien diperiksa, maka mata kiri pasien ditutup dan mata kanan
pemeriksa ditutup. Pasien diminta untuk melihat lurus sejajar dengan mata kiri
pemeriksa. Untuk mendeteksi adanya gangguan, pemeriksa menunjukkan angka
tertentu dengan menggunakan jari tangan yang diletakkan diantara pasien dan
pemeriksa

pada

keempat

kuadran

penglihatan.

Pasien

diminta

untuk

megidentifikasi angka yang ditunjukkan 5.


b. Ketajaman Penglihatan

21

Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan untuk


membedakan berbagai bentuk 4. Penglihatan yang optimal hanya dapat dicapai
bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat serta
kemampuan fokus mata yang tepat 5.
Perkembangan kemampuan melihat sangat bergantung pada perkembangan
tumbuh anak pada keseluruhan, mulai dari daya membedakan sampai pada
kemampuan menilai pengertian melihat. Walaupun perkembangan bola mata
sudah lengkap waktu lahir, mielinisasi berjalan terus sesudah lahir. Tajam
penglihatan bayi sangat kurang dibanding penglihatan anak. Perkembangan
penglihatan berkembang cepat sampai usia dua tahun dan secara kuantitatif pada
usia lima tahun 1.
c . Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata.
Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab
kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam
penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk
mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen
dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan
kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Untuk
besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan
dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak
tertentu 1.
Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat
kemampuan membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu.
Pasiennya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan
normal. Pada keadaan ini, mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang
seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut. Tajam penglihatan normal rata-rata
bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (atau 20/15 atau 20/20 kaki). Tajam penglihatan
maksimum berada di daerah fovea, sedangkan beberapa faktor seperti penerangan
umum, kontras, berbagai uji warna, waktu papar, dan kelainan refraksi mata dapat
merubah tajam penglihatan mata 1.

22

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan


kacamata. Setiap mata diperiksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan
kanan terlebih dahulu kemudian kiri lalu mencatatnya. Dengan gambar kartu
Snellen ditentukan tajam penglihatan dimana mata hanya dapat membedakan dua
titik tersebut membentuk sudut satu menit. Satu huruf hanya dapat dilihat bila
seluruh huruf membentuk sudut lima menit dan setiap bagian dipisahkan dengan
sudut satu menit. Makin jauh huruf harus terlihat, maka makin besar huruf
tersebut harus dibuat karena sudut yang dibentuk harus tetap lima menit 1.
Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak lima atau
enam meter. Pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat
atau tanpa akomodasi. Pada pemeriksaan tajam penglihatan dipakai kartu baku
atau standar, misalnya kartu baca Snellen yang setiap hurufnya membentuk sudut
lima menit pada jarak tertentu sehingga huruf pada baris tanda 60, berarti huruf
tersebut membentuk sudut lima menit pada jarak 60 meter; dan pada baris tanda
30, berarti huruf tersebut membentuk sudut lima menit pada jarak 30 meter. Huruf
pada baris tanda 6 adalah huruf yang membentuk sudut lima menit pada jarak
enam meter, sehingga huruf ini pada orang normal akan dapat dilihat dengan jelas
1

. Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau

kemampuan melihat seseorang, seperti :


- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam
meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam
meter.
- Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka
30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
- Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka
50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak
enam meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60
meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada
jarak 60 meter.
23

- Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan
pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang berarti
hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien
yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau
lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat
lambaian tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah
1/300.
- Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.
Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol 1.
Hal diatas dapat dilakukan pada orang yang telah dewasa atau dapat
berkomunikasi. Pada bayi adalah tidak mungkin melakukan pemeriksaan tersebut.
Pada bayi yang belum mempunyai penglihatan seperti orang dewasa secara
fungsional dapat dinilai apakah penglihatannya akan berkembang normal adalah
dengan melihat refleks fiksasi. Bayi normal akan dapat berfiksasi pada usia 6
minggu, sedang mempunyai kemampuan untuk dapat mengikuti sinar pada usia 2
bulan. Refleks pupil sudah mulai terbentuk sehingga dengan cara ini dapat
diketahui keadaan fungsi penglihatan bayi pada masa perkembangannya. Pada
anak yang lebih besar dapat dipakai benda-benda yang lebih besar dan berwarna
untuk digunakan dalam pengujian penglihatannya 1.
Untuk mengetahui sama tidaknya ketajaman penglihatan kedua mata dapat
dilakukan dengan uji menutup salah satu mata. Bila satu mata ditutup akan
menimbulkan reaksi yang berbeda pada sikap anak, yang berarti ia sedang
memakai mata yang tidak disenangi atau kurang baik dibanding dengan mata
lainnya 1.
Bila seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat kelainan
refraksi, maka dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik,
maka berarti ada kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata.
24

Bila penglihatan berkurang dengan diletakkannya pinhole di depan mata berarti


ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan
penglihatan menurun 1.
d. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 3 macam kelainan refraksi
yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu1:
1. Miopia
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke
bola

mata

tanpa

akomodasi

akan

dibiaskan

didepan

retina.

Untuk

mengoreksinya dipakai lensa sferis minus.


Bentuk dari Miopia menurut penyebabnya :
1.1. Miopia aksial
Diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal,
walaupun kornea dan kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi
anatominya normal. Miopia dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis
sebagai hasil dari tidak normalnya besar segmen anterior, peripapillary
myopic crescent dan exaggerated cincin skleral, dan stafiloma posterior.
1.2. Miopia kurvatura
Mata memiliki diameter antero-posterior normal, tetapi kelengkungan
dari kornea lebih curam dari rata-rata, missal : pembawaan sejak lahir atau
keratokonus, atau kelengkungan lensa bertambah seperti pada hiperglikemia
sedang ataupun berat, yang menyebabkan lensa membesar.
1.3. Miopia karena peningkatan indeks refraksi
Peningkatan indeks refraksi daripada lensa berhubungan dengan
permulaan dini atau moderate dari katarak nuklear sklerotik. Merupakan
penyebab umum terjadinya Miopia pada usia tua. Perubahan kekerasan lensa
meningkatkan indeks refraksi, dengan demikian membuat mata menjadi
myopik.
1.4. Miopia karena pergerakan lensa ke anterior
Keadaan ini sering terlihat setelah operasi glaukoma dan akan
meningkatkan miopia pada mata.
2. Hipermetropia
Hipermetropia (hyperopia) atau Far sightedness adalah suatu kelainan
refraksi daripada mata dimana sinar sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu
25

mata tanpa akomodasi dibiaskan dibelakang retina, oleh karena itu bayangan
yang dihasilkan kabur. Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferis plus.
Struktur Hipermetropia berdasarkan pada konfigurasi anatomi dari bola
mata:
2.1. Hipermetropia Aksial
Bola mata lebih pendek dari normal pada diameter antero-posterior,
meskipun media refraksi (misalnya lensa atau kornea) normal.
2.2. Hipermetropia kurvatura
Keadaan dimana kelengkungan lensa atau kornea lebih tipis dari normal
dan power refraksinya turun. Sekitar setiap 1 mm penurunan dari radius
kelengkungan tersebut menghasilkan Hipermetropia 6 D
2.3. Hipermetropia indeks refraksi
Terjadi penurunan indeks refraksi akibat penurunan dari densitas beberapa
atau seluruh bagian dari system optik mata, juga penurunan power refraksi
mata. Biasanya terjadi pada usia tua dan juga pada penderita diabetes
terkontrol.
3. Astigmatisma
Astigmatisma adalah suatu kondisi dengan kurvatura yang berlainan
sepanjang meridian yang berbeda-beda pada satu atau lebih permukaan refraktif
mata ( kornea, permukaan anterior atau posterior dari lensa mata ), akibatnya
pantulan cahaya dari suatu sumber atau titik cahaya tidak terfokus pada satu titik
di retina.
Pada astigmatisma, karena adanya variasi dari lengkungan kornea atau lensa
pada meridian yang berbeda-beda mencegah berkas sinar itu memfokuskan diri
kesatu titik.
Jenis-jenis Astigmatisma
3.1. Astigmatisma Reguler
Secara teori, pada setiap titik pada permukaan yang lengkung, arah dari
kelengkungan yang terbesar dan yang terkecil selalu terpisah 90 derajat
tetapi arah ini bias beribah saat melewati satu titik ke titik yang lain. Bila
meridian utama dari astigmatisma mempunyai orientasi yang konstan pada
setiap titik yang melewati pupil dan apabila ukuran astigmatisma ini sama
26

pada setiap titik. Kondisi refraktif ini dikenal sebagai astigmatisma regular.
Dan ini bisa dikoreksi dengan kacamata lensa silindris.
Berdasarkan axis dan sudut antara 2 meridian utama, astigmatisma reguler
dibagi atas:
3.1.1. Horizonto-vertikal astigmatisma
Dibagi dalam 2 bentuk :
3.1.1.1. Astigmatisma with the rule
Suatu astigmatisma dimana meridian vertical lebih curam dari
horizontal, dikoreksi dengan lensa silindris positif.
3.1.1.2. Astigmatisma against the rule
Suatu astigmatisma dimana meridian horizontalnya lebih curam dari
meridian vertical. Koreksinya dengan lensa silindris positif..
3.1.2. Astigmatisma oblique
Suatu bentuk regular astigmatisma dimana garis meridian utamanya
tidak tegak lurus tapi miring.
3.2. Astigmatisma Irregular
Suatu astigmatisma dimana sinar-sinar sejajar dengan garis pandang
dibias tidak teratur. Astigmatisma irregular ini bersifat / mempunyai
perubahan-perubahan irregular dari tenaga refraksinya pada meridianmeridian yang berbeda. Terdapat multi meridian yang tidak dapat dianalisa
secara geometris. Lensa silindris hanya sedikit memperbaiki penglihatan
dalam kasus-kasus ini, tapi dapat diterapi dengan lensa kontak rigid.

3. a. Penyakit-penyakit mata tenang dengan visus menurun mendadak1


Neuritis optic
Definisi
Neuritis optik adalah gangguan penglihatan yang disebabkan karena
peradangan pada saraf optik.
Neuritis optik terjadi akibat saraf optik yang merupakan jaras yang
membawa impuls penglihatan ke otak mengalami peradangan serta sarung
mielin yang membungkus saraf tersebut mengalami kerusakkan (proses ini
disebut juga demielinisasi). Terjadinya sangat khas pada salah satu mata (70%)
27

yang menyebabkan gangguan penglihatan yang cepat dan progresif tetapi


bersifat sementara. Sekitar 30% penderita terjadi pada kedua mata. Neuritis
optik cenderung menyerang dewasa muda dengan usia rata-rata 30-an. Tujuh
puluh lima persen penderita merupakan wanita.
Kerusakkan saraf terjadi pada bagian saraf optik yang letaknya di
belakang bola mata dan disebut juga neuritis retrobulbar serta sering dikaitkan
dengan penyakit sklerosis multipel. Peradangan saraf optik dan edema
(pembengkakan) terjadi akibat tekanan intrakranial pada tempat dimana saraf
masuk ke dalam bola mata. Peradangan di tempat tersebut disebut papilitis.
Penyebab dan Gejala-Gejala
Gejala-gejala neuritis optik adalah jika ditemukan satu atau lebih gejala berikut
ini:
-

penglihatan kabur

bintik/bercak buta, terutama pertengahan lapang pandang

nyeri saat pergerakkan bola mata

sakit kepala

buta warna mendadak

gangguan penglihatan pada malam hari

gangguan ketajaman penglihatan

Neuritis optik sering diakibatkan oleh penyakit sklerosis multipel. Penyebab


lainnya adalah infeksi virus, jamur, ensefalomielitis, penyakit-penyakit otoimun
atau tumor yang menekan saraf penglihatan atau penyakit-penyakit pembuluh
darah (misalnya radang arteri temporal). Beberapa bahan kimia beracun seperti
metanol dan timah hitam dapat menyebabkan kerusakkan saraf optik.
Kerusakkan saraf optik dapat juga dikarenakan penyalahgunaan alkohol dan

28

rokok. Neuritis optik dapat juga disebabkan karena gangguan sistem kekebalan
tubuh.
Diagnosis
Dokter mata akan memeriksa mata penderita dan menentukan
diagnosis neuritis optik. Pemeriksaan mata lengkap termasuk pemeriksaan
ketajaman penglihatan, pemeriksaan buta warna serta pemeriksaan retina dan
diskus optik dengan menggunakan oftalmoskop. Tanda-tanda klinis seperti
gangguan reaksi pupil jelas terlihat selama pemeriksaan mata tetapi pada
beberapa keadaan mata terlihat normal. Riwayat medis penderita dapat
digunakan untuk mengetahui apakah pernah terpapar kontak dengan bahanbahan beracun seperti timah hitam yang dapat menyebabkan neuritis optik.
Pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan MRI (magnetic resonance
imaging) diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Dengan MRI dapat
dibuktikan tanda-tanda sklerosis multipel.
Terapi
Pengobatan

neuritis

optik

tergantung

pada

penyebab

yang

mendasarinya. Gangguan penglihatan yang disebabkan infeksi virus akan


membaik sendiri setelah diberikan pengobatan terhadap virus. Neuritis optik
yang disebabkan bahan-bahan beracun dapat diatasi bila sumber-sumber/kontak
dengan racun dihindari.
Pemberian kortikosteroid suntikan yang dilanjutkan dengan pemberian oral
pada penderita neuritis optik akibat sklerosis multipel sangat cepat
memperbaiki penglihatan penderita, tetapi masih diperdebatkan penggunaanya
untuk mencegah kekambuhan. Terapi Percobaan Neuritis Optik menunjukkan
bahwa steroid yang diberikan dengan suntikkan intravena efektif untuk
mengurangi serangan neuritis optik akibat penyakit sklerosis multipel hingga 2
tahun, tetapi perlu penelitian lebih lanjut. Prednison yang diberikan secara oral
tampaknya dapat meningkatkan serangan berulang neuritis optik sehingga
terapi ini tidak dianjurkan.
Prognosis

29

Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya


bersifat sementara. Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga
lima minggu. Saat masa pemulihan, 65% - 80% ketajaman penglihatan
penderita menjadi lebih baik. Prognosis jangka panjang tergantung pada
penyebab yang mendasarinya. Jika serangan ini ditimbulkan oleh infeksi virus
maka akan mengalami penyembuhan sendiri tanpa meninggalkan efek
samping. Jika neuritis optik dipicu oleh sklerosis multipel, maka serangan
berikutnya harus dihindari. Tigapuluh tiga persen penderita neuritis optik akan
kambuh dalam lima tahun. Tiap kekambuhan menyebabkan pemulihannya
tidak sempurna bahkan memperburuk penglihatan seseorang. Ada hubungan
yang kuat antara neuritis optik dengan sklerosis multipel. Pada orang yang
tidak mengalami sklerosis multipel maka separuh dari mereka yang mengalami
gangguan penglihatan akibat neuritis optik akan menderita penyakit ini dalam
15 tahun.
Pencegahan
Pemeriksaan mata secara teratur untuk menjaga kesehatan mata.
Pengobatan dini terhadap masalah penglihatan dapat mencegah kerusakkan
permanen pada saraf mata.
Ablasio retina
Definisi
Ablasio retina adalah suatu keadaan dimana terjadi pelepasan sensoris
retina (sel batang dan kerucut) dari lapisan pigmen retina / RPE.
Penyebab
Penyebab penyakit ini antara lain karena faktor usia (insidennya meningkat
pada usia pertengahan atau lebih tua), akibat terdapatnya benda padat keras
yang masuk ke dalam mata atau bersifat herediter (biasanya terjadi pada
individu yang memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarga). Penyebab lain
seperti akibat komplikasi diabetes mellitus serta penyakit inflamasi, tumor dan
trauma.

Walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit

keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak.Ablasio retina
30

merupakan kelainan yang bersifat darurat dan perlu mendapat tindakan segera.
Karena bila tidak ditangani sedini mungkin dapat menyebabkan gangguan
penglihatan atau kebutaan.
Sebagian besar ablasio retina terjadi karena adanya satu atau lebih robekan
kecil atau lubang pada retina, kadang proses penuaan yang normalpun dapat
menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat, sehingga cairan yang
terletak antara lapisan epitel pigmen dan lapisan sel batang dan kerucut lambat
laun meluas ke bawah dan selalu mencari tempat terendah. Makin lama cairan
yang masuk makin banyak, ablasi semakin tinggi, retina akan menjadi berlipatlipat dan akhirnya seluruh retina terlepas, kecuali pada ora serrata dan papil
saraf optik.
Bila disebabkan karena penipisan retina atau penyusutan vitreus yang
biasanya terjadi seiring dengan bertambahnya usia atau akibat pertumbuhan
mata abnormal (penglihatan dekat), trauma dan inflamasi maka vitreus akan
terlepas dari retina dan meninggalkan satu atau lebih lubang di retina.
Klasifikasi
Dikenal 3 macam bentuk ablasio retina :
1

Ablasio retina regmatogenosa

Ablasio retina serosa atau eksudatif

Ablasio retina akibat traksi

Ablasio Retina Regmatogenosa


Ablasio retina dimana terjadi pemutusan total (suatu regma) di retina

sensorik. Gejala yang biasanya terjadi berupa fotopsia (melihat pijaran api),
melihat benda bergerak, kehilangan lapang pandan g perifer, penglihatan
sentral yang tidak jelas serta metamorfopsia.
Pada funduskopi didapatkan kelainan berupa

31

Pigmen

pada

badan

kaca

(tanda

Shaffer)
-

Retina terangkat berwarna pucat dengan


pembuluh darah diatasnya

Robekan retina berwarna merah

Retina tampak berwarna susu, berkilauan,


dengan lipatan undulasi retina
2

Ablasio Retina Serosa atau Eksudatif

Gambar6, Ablasi Retina


Regmatogenosa

Ablasio retina yang terjadi akibat terdapatnya timbunan cairan serosa


atau eksudat di bawah retina sensorik.

Cairan dapat mengikuti hukum

gravitasi yaitu selalu mengikuti tempat terbawah dari mata.


Keluhan seperti berkurangnya lapang pandang dan metamorfopsia
dapat terjadi. Pada fundus okuli didapatkan kelainan seperti gambaran retina
yang halus, tembus cahaya dan menonjol seperti kubah, biasanya tidak
terdapat perdarahan kecuali bila terjadi vaskulopati retinal.
3

Ablasio Retina Akibat Traksi


Terjadi akibat kontraksi pada korpus vitreus sehingga menarik jaringan
fibrovaskuler proliferatif (jaringan parut) dan retina dibawahnya kearah
anterior menuju dasar korpus vitreus. Penyakit ini terjadi perlahan-lahan dan
progresivitasnya ditentukan oleh proliferasi fibrovaskuler.

Gejala yang terjadi berupa berkurangnya penglihatan sentral dan dapat


menyebabkan kehilangan penglihatan bila tidak diobati.Pada funduskopi
diperoleh gambaran permukaan yang lebih konkaf, halus dan gambaran pita
memancar keluar dari korpus vitreus.

32

Gambar7, Ablasi Retina akibat traksi

Diagnosis
Subjektif antara lain penderita mengeluh kilatan-kilatan cahaya
beberapa hari atau minggu sebelumnya (fotopsia), melihat tirai yang bergerak
ke satu arah, lambat laun tirai semakin turun dan menutup mata (terjadi ablasi
total, persepsi cahaya menjadi 0). pada beberapa kasus mungkin terjadi tanpa
kilatan-kilatan yang nyata tapi penglihatan seolah bergelombang atau berair
atau pada penglihatan pinggir terdapat bayangan hitam.
Objektif dengan oftalmoskop, didapatkan fundus okuli :
-

Retina berwarna kehijauan dengan lipatan berwarna putih, tidak


bergelombang, retina yang lepas sedikit berubah warna menjadi abu-abu
seperti awan

Gambaran koroid kadang masih terlihat (refleks merah)

Pembuluh darah berwarna lebih gelap, lebih berkelok-kelok, refleks cahaya


(-)

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa dibedakan berdasarkan
akut dan kronik. Pada yang akut harus ditangani dalam waktu 24-48 jam dan
yang kronik dalam waktu 1 minggu setelah ditegakkan diagnosis.
Terapi yang dapat diberikan seperti fotokoagulasi laser bila ditemukan
robekan-robekan kecil dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina dan cryopexy
yaitu membekukan dinding bagian belakang mata yang terletak di belakang
33

robekan retina, dapat merangsang pembentukan jaringan parut dan merekatkan


pinggir robekan retina dengan dinding belakang bola mata. Pilihan lain untuk
terapi ablasi retina regmatogenosa seperti prosedur buckling sclera, retinopexy
pneumatic dan tamponade minyak silicon intraocular.
Ablasio retina akibat traksi dapat diterapi dengan metode tamponade
minyak silicon dan pembedahan vitrektomi persplana. Sedangkan ablasio
retina serosa atau eksudatif penanganannya lebih sederhana dan biasanya
membaik spontan dengan penanganan yang sesuai pada kondisi tertentu.

Obstruksi vena retina sentral


Definisi
Penyumbatan vena retina yang mengakibatkan gangguan perdarahan di
dalam bola mata.
Biasanya penyumbatan terletak di mana saja pada retina, akan tetapi
lebih sering terletak di depan lamina kribosa. Penyumbatan vena retina dapat
terjadi pada suatu cabang kecil ataupun pembuluh vena utama (vena retina
sentral), sehingga daerah yang terlibat member gejala sesuai dengan daerah
yang dipengaruhi. Suatu penyumbatan cabang vena retina lebih sering terdapat
di daerah temporal atas atau temporal bawah.
Penyumbatan vena retina sentral mudah terjadi pada pasien dengan
glaucoma, biabetes mellitus, hipertensi, kelainan darah, arteriosklerosis, papil
edema, retinopati radiasi, dan penyakit pembuluh darah. Trombosit dapat
terjadi akibat endoflebitis.
Sebab-sebab terjadinya penyumbatan vena retina sentral ialah :
1

Akibat kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat
pada prose arteriosklerosis atau jaringan pada lamina kribosa.

Akibat penyakit pada pembuluh darah vena sendiri seperti fibrosklerosis


atau endoflebitis.

Akibat hambatan aliran darah dalam pembuluh vena tersebut seperti yang
terdapat pada kelainan viskositas darah diksrasia darah atau spasme
arteria retina yang berhubungan.

Gejala dan gambaran klinis


34

Tajam penglihatan sentral terganggu bila perdarahan mengenai daerah


macula lutea. Penderita biasanya mengeluh adanya oenurunan tajam
penglihatan sentral ataupun perifer mendadak yang dapat memburuk sampai
hanya tinggal persepsi cahaya. Tidak terdapat rasa sakit dan mengenai satu
mata.
Pada pemeriksaan funduskopi pasien dengan oklusi vena sentral akan
terlihat vena yang berkelok-kelok, udem makula dan retina, perdarahan berupa
titik terutama bila terdapat penyumbatan vena yang tidak sempurna.
Pada retina terdapat udem retina dan macula dan bercak-bercak
(eksudat) wol katun yang terdapat diantara bercak-bercak perdarahan. Papil
edem dan pulsasi vena menghilang karena penyumbatan biasanya terletak
pada lamina kribosa. Terdapat papil merah dan menonjol (papil edema)
disertai pulsasi vena yang menghilang. Kadang-kadang dijumpai edema papil
tanpa disertai perdarahan di tempat yang jauh (perifer) dan ini merupakan
gejala awal penyumbatan di tempat yang sentral. Penciutan lapangan pandang
atau suatu skotoma sentral dan defek irregular. Dengan angiografi fluoresen
dapat ditentukan beberpa hal seperti letak penyumbatan, penyumbatan total
atau sebagian dan ada atau tidaknya neovaskularisasi.
Pengobatan
Terutama ditujukan kepada mencari penyebab dan mengobatinya,
antikoagulasia, dan fotokoagulasi daerah retina yang menghalangi hipoksia.
Steroid diberi bila penyumbatan disebabkan oleh flebitis.
Akibat penyumbatan ini akan terjadi ganggu fungsi penglihatan
sehingga tajam penglihatan menjadi berkurang. Pada keadaan ini dapat
dipertimbangkan untuk melakukan fotokoagulasi. Pengobatan dengan
menurunkan tekanan bola mata dan mengatasi penyebabnya.
Edema dan perdarahan retina akan diserap kembali dan hal ini dapat
memberikan perbaikan visus.
Penyulit oklusi vena retina sentral berupa perdarahan massif ke dalam
retina sentral berupa perdarahan massif ke dalam retina terutama pada lapis
serabut saraf retina dan tanda iskemia retina. Pada penyumbatan vena retina
sentral perdarahan juga dapat terjadi di depan papilla dan ini dapat memasuki
badan kaca menjadi perdarahan badan kaca. Oklusi vena retina sentral dapat
35

menimbulkan terjadinya pembuluh darah baru yang dapat ditemukan di sekitar


papil, iris dan di retina (rubeosis iridis). Rubeosis iridis dapat mengakibatkan
terjadinya glaucoma sekunder, dan hal ini dapat terjadi dalam waktu 1-3 bulan.
Penyulit yang dapat adalah glaucoma hemoragik atau neovaskuler.
Oklusi Arteri Retina Sentral
Definisi
Penyumbatan arteri retina sentral dapat disebabkan oleh radang arteri,
thrombus dan embolus pada arteri, spasme pembuluh darah, akibat
terlambatnya pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan
hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Tempat tersumbatnya arteri retina sentral
biasanya di daerah lamina kribrosa. Emboli merupakan penyebab penyumbatan
arteri retina sentral yang paling sering. Emboli dapat berasal dari perkapuran
yang berasdal dari penyakit emboli jantung. Nodus-nodus reuma, carotid
plaque, atau emboli endokarditis.
Penyebab :
Spasme pembuluh lainnya antara lain pada migren, keracunan alcohol,
tembakau, kina atau timah hitam. Perlambatan aliran pembuluh darah retina
terjadi pada peninggian tekanan intraocular, stenosis aorta atau arteri carotis.
Kelainan ini biasanya terjadi mengenai satu mata, dan terutama mengenai
arteri pada daerah masuknya di lamin kribrosa.
Gejala dan gambaran klinis
Pada oklusi retina sentral dimulai dengan penglihatan kabur yang
hilang timbul (amaurosis fugaks) dengan tidak disertai rasa sakit dan
kemudian gelap menetap. Penurunan visus yang mendadak biasanya
disebabkan oleh penyakit-penyakit emboli. Penurunan visus yang merupakan
serangan-serangan yang berulang dapat disebabka oleh penyakit-penyakit
spasme pembuluh atau emboli yang berjalan. Penyumbatan arteri retina sentral
akan menyebabkan keluhan penglihatan tiba-tiba gelap tanpa terlihatnya
kelainan pada mata luar. Pasien akan mengeluh penglihatannya menurun yang
kemudian menetap tanpa adanya rasa sakit. Reaksi pupil menjadi lemah
dengan pupil anisokoria. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat seluruh
retina berwarna pucat akibat edema dan gangguan nutrisi pada retina. Terdapat
36

bentuk gambaran sosis pada arteri retina akibat pengisian arteri yang tidak
merata. Sesudah beberapa jam retina akan tampak pucat, keruh keabu-abuan
yang disebabkan edema lapisan dalam retina dan lapisan sel ganglion. Pada
keadaan ini akan erlihat gambaran merah ceri atau cherry red spod pada
macula lutea. Hal ini disebabkan karena tidak adanya lapisan ganglion di
macula, sehingga macula mempertahankan warna aslinya. Lama-kelamaan
papil menjadi pucat dan batasnya kabur.
Pengobatan
Pengobatan dini dapat dengan menurunkan tekanan bola mata dengan
mengurut bola mata, dan azetazolamid atau parasentesis bilik mata depan.
Vasodilator pemberian bersama antikoagulan dan diberikan steroid bila diduga
terdapatnya peradangan maka akan diberikan steroid. Pasien dengan oklusi
arteri retina sentral harus secepatnya diberikan O2.
Penyulit
Penyulit yang dapat timbul adalah glaucoma neovaskuler tergantung
pada letak dan lamanya terjadinya oklusi maka kadang-kadang visus dapat
kembali normal tapi lapang pandangan menjadi kecil.
Kekeruhan dan perdarahan corpus vitreus
Definisi
Kekeruhan badan kaca kadang-kadang terjadi akibat penuaan disertai
degenerasi berupa terjadinya koagulasi protein badan kaca. Hal ini biasanya
disertai dengan pencairan badan kaca bagian belakang. Akibat bagian depan
masih melekat erat maka akan terjadi gerakan-gerakan bergelombang seperti
hujan. Keadaan ini tidak banyak menggangu penglihatan.
Perdarahan pada badan kaca adalah suatu keadaan yang cukup gawat
karena dapat memberikan penyulit yang mengakibatkan kebutaan pada mata.
Perdarahan pada badan kaca dapat terjadi spontan pada diabetes mellitus,
rupture retina, ablasi badan kaca. Kelainan darah dan perdarahan juga dapat
memberikan perdarahan dalam badan kaca. Diabetes mellitus, hipertensi dan
trauma merupakan penyebab utama perdarahan badan kaca. Perdarahan badan

37

kaca yang disebabkan trauma dapat akibat trauma tumpul atau kontusi
jaringan dan suatu trauma tembus.
Perdarahan badan kaca akan menyebabkan turunnya penglihatan
mendadak lapang pandangan ditutup oleh sesuatu sehingga mengganggu
penglihatan tanpa rasa sakit. Perdarahan dalam badan kaca biasanya cepat
sekali menggumpal. Keadaan ini disebabkan susunan badan kaca disertai
terdapatnya bahan seperti tromboplastin di dalam badan kaca.
Pada pemeriksaan fundus tidak terlihat adanya reflex fundus yang
berwarna merah dan sering memberikan bayangan hitam yang menutup retina.
Perdarahan dalam badan kaca akan menyebar sesudah beberapa minggu,
dimana kemudian sel darah merah dimakan oleh sel lekosit dan sel plasma.
Perdarahan badan kaca pada diabetes mellitus dapat timbul tiba-tiba,
yang biasanya akan jernih dan diabsorpsi setelah beberapa minggu atau bulan,
walaupun demikian keadaan ini merupakan ancaman untuk terjadinya
perdarahan berulang.
Pengobatan berupa istirahat dengan kepala sakit lebih tinggi paling
sedikit selama 3 hari. Bila sedang minum obat maka hentikan obat seperti
aspirin, anti radang nonsteroid, kecuali bila sangat dibutuhkan. Darah
dikeluarkan dari badan kaca bila terdapat bersama ablasi retina atau
perdarahan yang lebih lama dari 6 bulan, dan bila terjadi glaucoma hemolitik.
Penyulit dapat terjadi bila terjadi reaksi proliferasi jaringan (retinitis
proliferans) yang akan mengancam penglihatan. Bila terbentuk jaringan parut
akan terjadi perubahan bentuk badan kaca yang dapat mengakibatkan
terjadinya ablasi retinitis. Retinitis proliferans bersifat ireversibel walaupun
perkembangan pembuluh darah telah berhenti.
Retinopati serosa sentral
Retinopati serosa sentral adalah suatu keadaan lepasnya retina dari
lapis pigmen epitel di daerah macula akibat masuknya cairan melalui
membrane bruch dan pigmen epitel yang inkompeten.
Retinopati serosa sentral dapat bersifat residif. Biasanya dijumpai pada
penderita laki-laki berusia antara 20 sampai 50 tahun. Didapatkan pada
perempuan hamil dan pada usia di atas 60 tahun.

38

Akibat tertimbunnya cairan di bawah macula akan terdapat gangguan


fungsi macula sehingga visus menurun disertai metamorfopsia, hipermetropia
dengan skotoma relative dan positif (kelainan pada uji Amster kisi-kisi).
Penglihatan biasanya diantara 20/20 sampai 20/80. Dengan uji Amster terdapat
penyimpangan garis lurus disertai dengan skotoma. Berkurangnya fungsi
macula terlihat dengan penurunan kemampuan melihat warna.
Pada funduskopi akan terlihat terangkatnya retina dapat sangat kecil
dan dapat seluas diameter papil. Lepasnya retina dari epitel pigmen akibat
masuknya cairan dari subretinal ini dapat dilihat dengan pemeriksaan
angiografi fluoresen.
Biasanya retinopati serosa sentral akan menyembuh setelah kira-kira 8
minggu dengan tidak terdapatnya lagi kebocoran. Pada keadaan ini cairan
subretina akan diserap kembali dan retina akan melekat kembali pada epitel
pigmen tanpa gejala sisa subjektif yang menyolok. Pada macula masih dapat
terlihat gambaran perubahan pada epitel pigmen.
Pengobatan retinopati serosa sentral adalah dengan melihat letak
kebocoran yang kadang-kadang tidak perlu dilakukan segera fotokoagulasi.
Bila terjadi penurunan visus akibat gangguan metabolism macula maka dapat
dipertimbangkan fotokoagulasi. Umumnya kelainan ini menghilang dengan
sendirinya setelah 6 sampai 8 minggu, biasanya akan hilang total setelah 4
sampai 6 bulan.
Amaurosis fugaks
Atau buta sekejap satu mata yang berulang. Gelap sementara selama 2
sampai 5 detik yang biasanya mengenai satu mata pada saat serangan dan
normal kembali sesudah beberapa menit dan jam, disertai dengan gangguan
kampus segmental tanpa rasa sakit dan terdapatnya gejala-gejala sisa.
Monocular amaurosis fugaks dapat terjadi akibat hipotensi ortostatik, spasme
pembuluh darah, aritmia, migren retina, anemia arthritis dan koagulopati.
Hilangnya penglihatan ini jarang total dan dapat merupakan gejala dini
obstruksi arteri retina sentral. Amaurosis fugaks merupakan tanda yang paling
sering pada

insufisiensi arteri carotis atau terdpatnya emboli pada arteri

oftalmik retina.

39

Pada amaurosis fugaks biasanya tidak ditemukan kelainan fundus


karena pendeknya serangan. Pada fundus tidak terdapat kelainan dan kadangkadang terlihat adanya plak putih atau cerah atau suatu embolus di dalam
arteriol. Beda dengan dengan TIA (trancient iskemik attack) adalah pada TIA
dapat mengenai kedua mata. Diagnosis banding adalah dengan migren,
papiledema, myopia, anemia, polisitemia, hipotensi, dan kelainan darah.
Pengobatan penyakit karotis dengan aspirin 325 mg dan berhenti
merokok. Control diabetes atau hipertensi sebagai penyebab. Pada penyakit
jantung aspirin 325 mg 4x sehari dengan pertimbangan bedah jantung dan
control semua resiko yang berhubungan dengan arteriosklerosis. Biasanya
diberi salisilat dan obat untuk mobilisasi sel darah.
Uveitis posterior/koroiditis
Definisi :
Peradangan lapis koroid bola mata yang dapat dalam bentuk :
-

Koroiditis anterior, radang koroid perifer

Koroid areolar, koroiditis bermula di daerah macula lutea dan menyebar ke


perifer

Koroiditis difusa atau diseminata, bercak peradangan koroid tersebar di seluruh


fundus okuli.

Koroiditis eksudatif, koroiditis disertai bercak-bercak eksudatif

Koroiditis juksta papil


Gejala dan gambaran klinis

Penglihatan kabur terutama bila mengenai daerah sentral macula, bintik terbang
(floater), mata jarang menjadi merah,

Pada mata akan ditemukan kekeruhan di dalam badan kaca, infiltrate dalam
retina
Amblioplia Toksik
Pada keracunan beberapa obat dapat terjadi kebutaan mendadak
neuritis optic toksik dapat terjadi pada keracunan alcohol atau tembakau,
timah dan bahan toksis lainnya. Biasanya terdapat tanda-tanda lapang
pandangan yang berubah-ubah.
40

Pada uremia dapat terjadi ambliopia uremik dimana penglihatan akan


berkurang.

Berkurangnya

penglihatan

akibat

keracunan

alcohol

mengakibatkan ambliopia alcohol. Hilangnya penglihatan sentral bilateral,


akibat keracunan metal alcohol dan juga akibat gizi buruk.
b. Penyakit-penyakit mata putih dengan visus menurun perlahan1
Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan.

Gambar 8. Lensa yang mengalami katarak


Penyebab
1. Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi, yang
mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh. ( Katarak Senilis )
2. Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet,
alcohol , kurang vitamin E , radang menahun dalam bola mata , polusi asap
motor / pabrik karena mengandung timbal
3. Cedera mata , misalnya pukulan keras , tusukan benda ,panas yang tinggi ,
bahan kimia yang merusak lensa ( Katarak Traumatik )
4. Peradangan / Infeksi pada saat hamil , penyakit yang diturunkan ( Katarak
Kongenital)

41

5. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus


( Katarak komplikata )
Patomekanisme
Dengan bertambah lanjut usia seseorang maka nucleus lensa mata akan
menjadi lebih padat dan berkurang kandungan airnya , lensa akan menjadi
keras pada bagian tengahnya ( optic zone ) sehingga kemampuan memfokuskan
benda berkurang.
Dengan bertambah usia lensa juga mulai berkurang kebeningannya. ( Katarak
Senilis )
Penderita kencing manis (diabetes mellitus) yang gagal merawat
penyakitnya akan mengakibatkan Kandungan gula dalam darah menjadikan
lensa kurang kenyal dan bisa menimbulkan katarak ( Katarak Komplikata )

Gejala Klinis
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai
gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
-

Penglihatan kabur dan berkabut

Fotofobia

Penglihatan ganda

Warna manik mata berubah / putih

Kesulitan melihat di waktu malam

Sering berganti kacamata

Perlu penerangan lebih terang untuk membaca

Seperti ada titik gelap didepan mata

Melihat dekat jelas ( bersifat sementara )

42

Gambar 9. Perbandingan lensa mata


Gejala Klinis katarak menurut tempat terjadinya sesuai anatomi lensa :
1. Katarak Inti / Nuclear
-

Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat ,dan untuk melihat

dekat melepas kaca mata nya.


Penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning , lensa akan lebih

coklat
Menyetir malam silau dan sukar
2. Katarak Kortikal

Kekeruhan putih dimulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga

mengganggu penglihatan
Penglihatan jauh dan dekat terganggu
Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
3. Katarak Subscapular

Kekeruhan kecil mulai dibawah kapsul lensa , tepat jalan sinar masuk
Dapat terlihat pada kedua mata
Mengganggu saat membaca
Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya
Mengganggu penglihatan

Klasifikasi
1. Katarak kongenitalis
Adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera bayi lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun . Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit
keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
- Infeksi kongenital, seperti campak Jerman
43

- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.


Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:
- penyakit metabolik yang diturunkan
- riwayat katarak dalam keluarga
- infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Kelainan utama terletak dinukleus lensa atau nukleus embrional
bergantung pada waktu stimulus kataraktogenik atau di kutub anterior atau
posterior lensa. Katarak kongenital dapat berbentuk katarak lameral atau
zonural, katarak polaris posterior ( piramidalis posterior ,kutub posterior )
polaris anterior ( piramidalis anterior , kutub anterior), katarak inti (katarak
nuklearis) dan katarak sutural.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital perlu dilakukan
pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan
trimester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan .Bila katarak disertai
dengan uji reduksi pada urine yang positif , mungkin katarak terjadi akibat
galaktosemia. Pada pupil bayi akan terlihat bercak putih atau leukokoria.
Penatalaksanaan
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi :
-

Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak

Biasanya bila katarak bersifat total , operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan
atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.
2. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda , yang mulai terbentuk
pada usia kurang dari 9 bulan , katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan
katarak kongenital.
Penyulit penyulit pada penyakit katarak Juvenil :

Katarak Metabolik

Katarak diabetik dan galaktosemik

Katarak hipokalsemik

Katarak defisiensi gizi

Katarak aminoasiduria

Penyakit Wilson

Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain


44

Otot

Distrofi miotonik ( umur 20 sampai 30 tahun )


3
4

Katarak traumatik
Katarak Komplikata

Kelainan kongenital dan herediter

Katarak degeneratif

Katarak anosik

Toksik

Lain lain kelainan kongenital , sindrom tertentu.

Katarak radiasi.
5. Katarak Senilis
Semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut
Bentuk katarak senilis :
a

Katarak nuklear

Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti sel yang mulanya putih kekuning kuningan menjadi coklat dan
kemudian kehitam hitaman ( Katarak brunesen atau nigra )
b

Katarak kortikal

Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung
dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi cahaya . Pada keadaan
ini penderita seakan akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat
pada usia yang bertambah.
c

Katarak Kupuliform

Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau
nuklear. Kekeruhan terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan
gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat
bertambahnya katarak, Katarak ini sering sukar dibedakan dengan katarak
komplikata.
Stadium katarak senilis :
1. Katarak Insipien
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruju menuju korteks anterior
dan posterior ( katarak kortikal ) , vakuol mulai terlihat di dalam korteks

45

Katarak subkapsular posterior , kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular


posterior , celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif ( benda morgagni ). Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia
oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa , bila
dilakukan uji bayangan iris akan positif, pada permulaan hanya tampak
bilapupil dilebarkan.

Gambar 10. Katarak insipien

Katarak Intumesen

Gambar 11. Katarak intumesen


Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeratif menyerap air.
Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini dapat
memberikan penyulit glaukoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat
dan mengakibatkan miopia lenticular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi

46

korteks sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah
yang akan memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa.
3

Katarak Imatur

Gambar 12. Katarak imatur


Katarak belum seluruh lapis lensa,hanya sebagian lensa yang keruh,
akan bertambah volume lensanya akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeratif, Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi cembung sehingga memberikan perubahan
indeks refraksi dimana mata akan menjadi miopi. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan
semakin sempit dan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi
glaukoma sekunder. Uji bayangan iris pada keadaan ini positif.
4

Katarak Matur

Gambar 13. Katarak matur


Kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa, kekeruhan ini dapat
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila proses degenerasi berjalan
47

terus menerus akan terjadi pengeluaran air bersama sama hasil desintegrasi
melalui kapsul , didalam stadium ini lensa akan berukuran normal , iris tidak
terdorong kedepan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Lensa berwarna putih keruh akibat perkapuran menyeluruh karena
deposit kalsium.Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.

Katarak Hipermatur

Gambar 14. Katarak hipermatur


Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut , lensa menjadi cair
dan dapat keluar melalui kapsul lensa. Masa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil , berwarna kuning dan
kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa,
kadang kadang pengerutan berlanjut sehingga hubungan dengan zonula Zinn
menjadi kendor. Bila proses berjalan terus disertai dengan kapsul yang tebal
maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga korteks
akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai nukleus yang
terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat ( keadaan ini disebut
Katarak Morgagni ) . Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.
5

Katarak Komplikata

48

Gambar 15. Katarak komplikata

Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang , dan


proses degenerasi seperti ablasi retina ,retinitis pigmentosa , glaucoma , pasca
bedah mata ,dapat juga disebabkan penyakit system endokrin seperti diabetes
mellitus , hipoparatiroid , galaktosemia dan miotonia distrofi.
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak
selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks , kekeruhan dapat
difus , pungtata ataupun linier, dapat berbentuk rosete ,reticulum dan biasanya
terlihat vakuol.
Bentuk katarak komplikata :
a

Kelainan pada polus posterior mata


Terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasio retina,
kontusio retina dan myopia tinggi yang mengakibatkan kelainan badan
kaca, biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan
cepat didalam nucleus sehingga sering terlihat nucleus lensa tetap jernih.

Kelainan pada polus anterior bola mata


Biasanya akibat kelainan kornea berat, iridosiklitis , kelainan neoplasma
dan

glaukoma

. Pada

iridosiklitis

akan

mengakibatkan

katarak

subskapularis anterior.
Katarak komplikata yang disebabkan Diabetes Mellitus,dapat terjadi dalam 3
bentuk :
a

Pasien dengan dehidrasi berat ,asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.Bila
dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila
terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.

Pasien diabetes juvenil yang tidak terkontrol , dimana terjadi katarak


serentak pada kedua mata dalam 48 jam , bentuk dapat snow flake atau
bentuk piring subkapsular.
49

Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secra histologik dan
biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.

5.

Katarak Traumatik
Paling sering akibat cedera benda asing dilensa atau trauma tumpul

terhadap bola mata.Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang
korpus vitreus masuk kedalam struktur lensa.
Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata menjadi merah ,
lensa opak dan mungkin terjadi perdarahan intra okular, apabila humor aqueus
dan korpus vitreus keluar dari mata , mata menjadi sangat lunak.
Penatalaksanaan
1

Benda asing yang masuk harus segera dikeluarkan atau setelah


peradangan mereda.

Diberikan antibiotik sistemik dan Topikal kortikosteroid topikal untuk


memperkecil terjadinya infeksi dan uveitis

Atropin Sulfat 1 % untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan mencegah


pembentukkan sinekia posterior.

Glaukoma
Definisi
Peningkatan tekanan di dalam mata (intraocular pressure) adalah salah
satu penyebab terjadinya kerusakan syaraf mata (nervus opticus) dan
menunjukkan adanya gangguan dengan cairan di dalam mata yang terlalu
berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata yang memproduksi cairan terlalu
berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana mestinya melalui fasilitas yang
ada untuk keluar dari mata (jaringan trabecular meshwork) atau sudut yang
terbentuk antara kornea dan iris dangkal atau tertutup sehingga menyumbat/
memblok pengaliran daripada cairan mata.
Sebagian orang yang menderita glaukoma namun masih memiliki
tekanan di dalam bola matanya normal, penyebab dari tipe glaukoma semacam
ini diperkirakan adanya hubungan dengan kekurangan sirkulasi darah di
50

daerah syaraf/nervus opticus mata. Meski glaukoma lebih sering terjadi seiring
dengan bertambahnya usia, glaukoma dapat terjadi pada usia berapa saja.
Risiko untuk menderita glaukoma diantaranya adalah riwayat penyakit
glaukoma di dalam keluarga (faktor keturunan), suku bangsa, diabetes,
migraine, tidak bisa melihat jauh (penderita myopia), luka mata, tekanan
darah, penggunaan obat-obat golongan cortisone (steroids).
Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan
darah. Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan
pembuluh darah retina sehingga mengganggu metabolisme retina, yang
kemudian di susul dengan kematian saraf mata. Pada kerusakan serat saraf
retina akan mengakibatkan gangguan pada fungsi retina. Bila proses berjalan
terus, maka lama-kelamaan penderita akan buta total.
Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini, disebabkan:
1

Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.

Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di


celah pupil (glaukoma hambatan pupil).

Penyakit keturunan.

Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata


(glaukoma sekunder).

Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.

Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat.


Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah, akan tetapi

bila diketahui dini dan diobati maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah
kerusakan lanjutnya.

Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut:

51

Glaukoma primer.

Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang
merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang
telah memiliki bakat bawaan glaukoma seperti:

Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau


susunan anatomis bilik mata yang menyempit.

Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan


(goniodisgenesis),

berupa

trabekulodisgenesis,

irisdogenesis

dan

korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan


goniodisgenesis.
Glaukoma bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut bilik
mata terbuka ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk
pelaksanaan dan penelitian.

Glaukoma sudut primer dibagi menjadi dua, yaitu :


A Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis)
Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma yang penyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Gambaran klinik:

Berjalan perlahan dan lambat

Sering tidak disadari oleh penderitanya

B Glaukoma primer sudut tertutup (sempit)


Glaukoma sudut tertutup adalah glaukoma primer yang ditandai dengan sudut
bilik mata depan yang tertutup, bersifat bilateral dan herediter.
Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal berbahaya
memakai obat antihistamin dan antispasme .
Pembagian Glaukoma sudut tertutup:
a. Akut

52

Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan


sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat pergeseran
diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior
mata.
b. Subakut
Ciri-ciri klinis: Nyeri unilateral berulang , Kemerahan
c. Kronik
Ciri-ciri klinis: Peningkatan tekanan intraokular, sinakia anterior
perifer meluas
d. Iris plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai kedalaman
kamera anterior sentral normal tetapi sudut kamera anterior sangat sempit
karena insersi iris secara kongenital terlalu tinggi.
2

Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang


menimbulkannya. Kelainan mata lain dapat menimbulkan meningkatnya
tekanan bola mata. Glaukoma timbul akibat kelainan di dalam bola mata, yang
dapat disebabkan:
-

Kelainan lensa, katarak imatur, hipermatur dan dislokasi lensa.

Kelainan uvea, uveitis anterior.

Trauma, hifema dan inkarserasi iris.

Pascabedah,blokade pupil, goniosinekia.


3

Glaukoma kongenital

Glaukoma kongenital, khususnya sebagai glaukoma infantil (buftalmos), adalah


glaukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata oleh jaringan
sudut bilik mata yang terjadi oleh adanya kelainan kongenital. Kelainan ini
akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut bilik mata pada
saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan kanal schlemm dan
saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna terbentuk.

53

Glaukoma Absolute

Glaukoma absolute merupakan stadium akhir glaukoma, dimana sudah terjadi


kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.
Pada glaukoma absolute,kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan eksvakasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini
memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Patofisiologi
Studi terbaru mendeteksi terhadap antibody seorang pasien dengan tekanan
normal dan unsur pokok glaucoma. Terlihat juga perbedaan yang sangat
signifikan antara riwayat antibody terhadap tekanan normal penderita glaucoma
dan subjek control cairan mata.
Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan
tetapi berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai
glaukoma absolute. Karena perjalanan penyakit demikian maka glaukoma
simpleks disebut sebagai maling penglihatan.
Gejala klinis
Gejala glaukoma umumnya agak sulit diketahui, karena sering tidak disadari
oleh penderitanya atau dianggap sebagai tanda dari penyakit lain sehingga
kebanyakan penderita datang ke dokter mata dalam keadaan yang lanjut dan
bahkan sudah buta. Selain itu, hal ini diperparah oleh minimnya pengetahuan
penderita dan keluarganya terhadap penyakit glaukoma.
1

Pada jenis glaukoma akut, penderita akan mengalami nyeri yang sangat
hebat pada mata, sakit kepala, hingga mual muntah. Penglihatan dirasakan
menurun drastis dan mata terlihat merah. Keadaan ini disebut glaukoma akut
yang terjadi akibat peningkatan TIO yang mendadak.

Pada jenis glaukoma kronik penderita jarang mengeluhkan mata, karena


umumnya peningkatan tekanan yang terjadi telah berlangsung lama dan
mata penderita telah beradaptasi. Keadaan ini sangat berbahaya, penyakit
berjalan terus sedangkan penderita tidak menyadarinya.
54

Sakit kepala ringan

Hilang penglihatan berangsur-angsur, yamg diawali dengan penyempitan


lapang pandang tepi, Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang
pandang yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang
terletak di sisi lain ketika penderita melihat lurus ke depan (disebut
penglihatan terowongan).

Penglihatan menjadi kabur atau berkabut

halo

Pada Glaukoma Kongenital :

Bola mata membesar

Edema atau kornea keruh akibat endotel kornea sobek

Bayi tidak tahan sinar matahari

Mata berair

Silau

Menjauhi sinar dengan menyembunyikan mata.

Diagnosis
Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala tergantung pada
jenis glaukoma tersebut. Penderita sering ditemukan mengalami mual,
muntah, sakit hebat di mata dan di kepala, perasaan mual dengan muntah, dan
bradikardia.
Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain:
1

Bradikardia akibat refleks okulo kardiak

Mual dan muntah yang kadang-kadang akibat rasa sakit yang berat
terdapat gejala gastrointestinal

Sakit hebat di mata dan di kepala karena iris bengkak dan meradang,
papil saraf optik hiperemis

Bilik mata depan di dalamnya normal akibat terjadinya pengecilan lensa


pada katarak hipermatur

Kelopak mata edem dengan blefarospasme, terlihat injeksi siliar yang


berat, kornea juga terlihat keruh dan pada dataran belakangnya menempel
lensa yang luksasi.
55

Penatalaksanaan
Macam terapi yang dapat diberikan kepada pasien glaukoma :
1. Medication / Obat-obatan:
Pemberian obat-obatan baik berupa tetes mata maupun tablet sebagai tindakan
pengobatan awal bertujuan untuk segera menciptakan keadaan tekanan bola
mata yang normal atau cukup rendah untuk memelihara agar saraf optik tidak
tertekan dan dengan demikian akan mencegah semakin meluasnya kerusakan
lapang pandang.
2. Laser treatment / Tindakan laser
Laser Trabekuloplasty dan Laser Iridotomi adalah suatu cara untuk membuat
agar pengaliran aqueous humor selalu dalam keadaan lancar sehingga tekanan
bola mata selalu dalam batas yang diinginkan.
3. Surgery / Tindakan pembedahan.
Trabekulectomi atau iridektomi, membuat saluran kecil dari bilik mata
belakang tembus ke bilik mata depan dan kesaluran di sudut bilik mata agar
cairan bola mata dapat mengalir secara lancar.
Pemberian terapi menurut jenis glaukoma yang diderita :
1

Glaukoma Sudut Terbuka

Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan glaukoma sudut terbuka.


Obat yang pertama diberikan adalah beta bloker (misalnya timolol, betaxolol,
carteolol, levobunolol atau metipranolol), yang kemungkinan akan mengurangi
pembentukan cairan di dalam mata.

Juga diberikan pilocarpine untuk

memperkecil pupil dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Obat
lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol
(untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan).

56

Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau efek sampingnya
tidak dapat ditolerir oleh penderita, maka dilakukan pembedahan untuk
meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior.
Digunakan sinar laser untuk membuat lubang di dalam iris atau dilakukan
pembedahan untuk memotong sebagian iris (iridotomi).
2

Glaukoma Sudut Tertutup

Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan
serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya
acetazolamide). Tetes mata pilocarpine menyebabkan pupil mengecil sehingga
iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat.
Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta blocker.
Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan beta blocker serta inhibitor
karbonik anhidrase biasanya terus dilanjutkan.
Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol
intravena (melalui pembuluh darah). Terapi laser untuk membuat lubang pada
iris akan membantu mencegah serangan berikutnya dan seringkali bisa
menyembuhkan penyakit secara permanen. Jika glaukoma tidak dapat diatasi
dengan terapi laser, dilakukan pembedahan untuk membuat lubang pada iris.
Jika kedua mata memiliki saluran yang sempit, maka kedua mata diobati
meskipun serangan hanya terjadi pada salah satu mata.
3

Glaukoma Sekunder.

Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya.


Jika penyebabnya adala peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk
melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.
4

Glaukoma Kongenitalis
Untuk mengatasi glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.

Pencegahan
Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:

57

Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan


tekanan bola mata berkala secara teratur setiap 3 tahun.

Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan


pemeriksaan ini setiap tahun.

Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan


mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma.

Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit
kepala yang berat.

Retinopati
Merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang.
Kelainan yang berhubungan dengan penurunan penglihatan yang menurun
perlahan seperti retinopati akibat anemia, diabetes mellitus, hipotemsi,
hipertensi, dan retinopati leukemia.
Cotton wool patches merupakan gambaran eksudat pada retina akibat
penyumbatan arteri prepapil sehingga terjadi daerah nonperfusi di dalam retina.
Terdapat pada hipertensi, retiopati diabetes, penyakit kolagen, anemia,
penyakit Hodgkin dan keracunan monooksida.
Retinopati anemia
Pada anemia dapat terlihat perubahan berupa perdarahan dalam dan
superficial, termasuk edem papil. Gejala retina ini diakibatkan anoksia berat
yang terjadi pada anemia. Anoksia akan mengakibatkan infark retina sehingga
tidak jarang ditemukan pula suatu bercak eksudat kapas. Makin berat anemia
akan terjadi kelainan yang makin berat.
Retinopati diabetes mellitus
Retinopati diabetes adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan
pada penderita diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes melitus lama
berupa aneurismata, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak.

58

Retinopati diabetes merupakan penyulit penyakit diabetes yang paling


penting, karena insidennya cukup tinggi yaitu mencapai 40-50% penderita
diabetes dan prognosisnya yang kurang baik terutama bagi penglihatan.
Retinopati merupakan gejala diabetes melitus utama

pada mata, diamana

ditemukan pada retina :


-

Kerusakan progresif pada retina akibat diabetes menahun

Kelainan ini bisa terjadi pada penderita diabetes yang mendapatkan insulin
maupun yang tidak
Ada 2 jenis:

non proliteratif
proliferatif
Klasifikasi retinopati diabetes:
- Derajat I Terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak
- Derajat II Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan
atau tanpa eksudat lemak
- Derajat III Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak
terdapat neovaskularisasi dan proliferasi
-

Retinopati Hipertensi
Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi
Kelainan pembuluh darah dapat berupa spasme, percabangan pembuluh
darah, fenomena crossing atau sklerose pembuluh darah
Klasifikasi retinopati hipertensi
- Stadium 1 : terdapat penciutan setempat pembuluh darah arteri
- Stadium 2 : penciutan umum pembuluh darah arteri, pembuluh darah arteri
-

tegang, percabangan tajam dan kecil


Stadium 3 : lanjutan dari stadium 2 disertai dengan eksudat wol-katun,

perdarahan retina
Stadium 4 : stadium 3 dengan udem papil, adanya eksudat star figure di
daerah makula lutea

Retinopati Leukimia
- Leukimia merupakan neoplasma ganas sel darah putih, yang penyebabnya
-

tidak diketahui, dan dapat berjalan akut


Sering terjadi pada usia kurang dari 5 tahun atau diatas usia 50 tahun
Retinopati ditemukan atau terdapat pada 2/3 penderita leukimia
Dapat mengenai seluruh jaringan mata
59

- perdarahan konjungtiva dan corpus viterus


- infiltrasi pada konjungtiva, koroid, sklera, dan fovea makula
Retinitis Pigmentosa
- Degenerasi sel epitel retina (sel batang) dan atrofi saraf optik, menyebar
-

tanpa gejala peradangan


Bercak dan pita halus yang berwarna hitam
Berjalan progresif yang onset bermula sejak masa kanak-kanak
Gejala sukar melihat di malam hari, lapang pandangan menjadi

sempit, penglihatan sentral menurun sampai terjadinya buta warna


Funduskopi akan terlihat penumpukan pigmen perivaskular di bagian
perifer retina, arteri menciut, sel dalam corpus vitreus, dan papil pucat

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi, berdasarkan skenario yang ada. Dapat kita simpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan penglihatan berupa penurunan visus. Tidak ada riwayat
menggunakan kacamata ataupun riwayat trauma. Banyak kemungkinan yang dapat
terjadi, kita harus melakukan beberapa pemeriksaan fisik dan juga penunjang untuk
memastikan diagnosis yang terjadi pada pasien.

60

DAFTAR PUSTAKA
1
2
3

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009.


Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Airlangga, Surabaya, 1984.
Mason H. Anatomy and Physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S. Visual
Impairment: Access to Education for Children and Young People, David Fulton

Publishers, London, 1999. p:30-38.


Anderson, D.M. 2007. Dorlands Illustrated Medical Dictionary. 31th ed. Philadelphia:

Saunders
Riordan-Eva, P dan Whitcher, J.P. 2007. Vaughan & Asburys General Opthalmology.

17th ed. New York: McGraw-Hill


Saladin, K.S. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. 3rd ed.
New York: McGraw-Hill

61

Anda mungkin juga menyukai