Anda di halaman 1dari 13

A.

PENDAHULUAN

Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas

Pendidikan merupakan faktor yang sangat


penting dalam kehidupan manusia dan tidak
dapat dipisahkan antara satu sama lainnya.
Dilihat dari segi keberadaannya, maka dapat
dikatakan bahwa pendidikan ada sejak adanya
manusia. Pendidikan sebagai salah satu sektor
yang mendapat perhatian bagi kemajuan suatu
Negara,

khususnya

dalam

era

globalisasi.

Melalui pendidikan diharapkan untuk dapat


mencetak manusia kreatif dalam mengambil

yang

merupakan

proses

mental,

misalnya

aktivitas berfikir, memahami, menyimpulkan,


menyimak,

menelaah,

membandingkan,

membedakan,

mengungkapkan,

menganalisis

dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang


bersifat

fisiologis

yaitu

aktivitas

yang

merupakan proses penerapan atau praktik,


misalnya melakukan eksperimen atau percobaan,
latihan,

kegiatan

praktik,

membuat

karya

(produk), apresiasi dan sebagainya (Rusman,

dan

2012).
Proses pembelajaran di kelas diarahkan

masalah yang muncul akibat globalisasi tersebut.

kepada kemampuan siswa untuk menghafal

Pengaruh

berdampak

informasi. Di kelas guru masih sebagai sumber

keseluruh negara, olehnya itu seluruh Negara

utama pengetahuan, kemudian ceramah masih

harus betul-betul siap dalam menghadapi segala

menjadi pilihan utama menyampaikan pelajaran.

tantangan yang semakin berat (Anita, 2012).


Belajar merupakan salah satu faktor yang

Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan

langkah

antisipatif

terhadap

globalisasi

ini

keadaan

akan

mempengaruhi dan berperan penting dalam


pembentukan pribadi dan perilaku individu.
Sebagian

besar

perkembangan

berlangsung melalui kegiatan

individu

belajar. Belajar

merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan


secara psikologis maupun secara fisiologis.

sebuah strategi baru yang lebih memberdayakan


siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta,
tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa
mengkonstruksikan

pengetahuan

mereka sendiri (Nasruddin, 2010).

di

benak

Model pembelajaran PBM merupakan model


pembelajaran yang berfokus kepada siswa atau
student

center. Model pembelajaran

sekaligus mengembangkan kemampuan dalam


memecahkan masalah (Trianto, 2009).
Penelitian yang telah dilakukan
Nasruddin

tersebut

bercirikhaskan

mengenai

oleh

PBM
(2010),

PBM

dapat

dapat

masalahmeningkatkan partisipasi dan prestasi belajar

masalah pada kehidupan nyata dan merupakan


siswa. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil
pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas
penelitiannya di kelas X B MAN Tempel
penyelidikan

dalam

memecahkan

masalah
Yogyakarta dengan materi keanekaragaman

tersebut (Susanti, 2012).


Pembelajaran dengan model PBM adalah

hayati. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh

model

memberikan

I Gede Anggara (2013) di SMA Negeri 1 Negara

tantangan bagi siswa untuk mencari solusi dari

Kelas XI IPA 4 juga membuktikan bahwa

permasalahan dunia nyata (terbuka) secara

penerapan model pembelajaran berbasis masalah

individu

Pembelajaran

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan

dengan model PBM didasarkan pada prinsip

hasil belajar siswa.


Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan di

pembelajaran

maupun

yang

kelompok.

bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik


atas peneliti berkeinginan untuk melakukan
awal untuk mendapatkan ilmu baru. Masalah
penelitian dengan judul Efektivitas Model
yang disajikan dalam pembelajaran diharapkan
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada
memahami

konsep

membantu

siswa

yang

diberikan.

PBM
Materi Pencemaran Lingkungan di Kelas X

dalam

kemampuan

memecahkan

keterampilan

intelektual

mengembangkan
masalah
dan

dan

memberi

SMA Negeri 2 Polewali Sul-Bar.


Berdasarkan latar belakang
dikemukakan

sebelumnya,

yang

maka

telah

rumusan

kesempatan pada siswa untuk bertanggung

masalah dari penelitian ini adalah sebagai

jawab

berikut.

pada

proses

pembelajaran

mandiri

1. Bagaimana aktivitas siswa setelah diajar


dengan

menggunakan

model

Learning (PBL) di kelas X SMA Negeri


2 Polewali.

pembelajaran Problem Based Learning

2. Untuk memperoleh informasi tentang

(PBL) di kelas X SMA Negeri 2

peningkatan hasil belajar siswa yang

Polewali?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar

diajar

dengan

menggunakan

model

pembelajaran Problem Based Learning


siswa

yang

diajar

dengan

model
(PBL) di kelas X SMA Negeri 2

pembelajaran Problem Based Learning


(PBL) di kelas X SMA Negeri 2
Polewali?
3. Bagaimana ketuntasan belajar (KKM)

Polewali.
3. Untuk memperoleh informasi tentang
ketuntasan belajar (KKM) siswa setelah
diajar

siswa

setelah

diajar

dengan

menggunakan

model

dengan
pembelajaran Problem Based Learning

menggunakan

model

pembelajaran
(PBL) di kelas X SMA Negeri 2

Problem Based Learning (PBL) di kelas


Polewali.
X SMA Negeri 2 Polewali?
4. Bagaimana
keefektifan

model

4. Untuk memperoleh informasi tentang

pembelajaran Problem Based Learning

keefektifan model pembelajaran Problem

(PBL) di kelas X SMA Negeri 2

Based Learning (PBL) di kelas X SMA

Polewali?

Negeri 2 Polewali.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian


ini adalah sebagai berikut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pra

1. Untuk memperoleh informasi tentang


aktivitas

siswa

B. METODE PENELITIAN

dalam

pembelajaran

model pembelajaran Problem Based

eksperimen (Pre experimental design), hanya


menggunakan

satu

kelas

yang

diberikan

perlakuan dan tidak memiliki kelas kontrol


(Campbell and Stanley, 1966).

Penelitian ini menggunakan desain One


Group Pretest-Posttest Design.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian


ini adalah lembar observasi untuk penilaian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester

aktivitas siswa dan tes tertulis dalam bentuk

genap bulan Desember-Februari tahun ajaran

essay sebnyak 7 soal untuk penilaian hasil

2015/2016.

belajar.

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X

Pengelompokkan aktivitas belajar, dikategorikan

semester ganjil SMA Negeri 2 Polewali yang

menjadi

terdiri dari 11 kelas, dengan jumlah keseluruhan

pengkategorian menurut Santyasa (dalam Puspita,

418 siswa serta aktif pada tahun ajaran

kategori

aktivitas

berdasarkan

2012), seperti pada tabel.

Tabel 1.1 Pengkategorian Aktivitas Siswa

2015/2016.
Sampel yang dijadikan subjek penelitian ini
adalah satu kelas yaitu kelas X5 dengan jumlah
siswa sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel

Interval nilai
85% - 100 %
65% - 84%
55 % - 64%
35 54 %
0 % - 34 %

Kategori
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Tidak aktif

dilakukan dengan menggunakan cara teknik


purposif sampling yaitu penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sudjana, 2005).
Variabel bebas penelitian ini adalah Model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Interval Nilai

Kategori

86 100

Sangat Baik

71 85

Baik

56 70

Cukup

41 55

Kurang

40

Sangat Kurang

dan variabel terikat adalah hasil belajar kognitif.

Pengelompokkan hasil belajar berdasarkan


pedoman

pengkategorian

dari

Depdiknas

(2012), dapat dilihat pada tabel 1.2


Tabel 1.2 Pedoman Pengkategorian Hasil
Belajar Siswa
Data yang diperoleh dianalisis dengan cara
analisis statistik deskriptif dan analisis statisik
inferensial

dengan

menggunakan

program

Microsoft excel 2010 dan SPPS versi 20.0. Uji

yaitu 42.0850 dengan standar deviasi 7.37628

(%)

pada interaval nilai minimum 33.33 dan nilai


maksimum 59.25. Sedangkan Posttest; nilai rata-

Interval
86-100

Sangat Baik

0.0

17

71-85

Baik

0.0

12

56.6
7
40

56-70

Cukup

3.33

3.33

41-55

Kurang

12

40

0.0

40

Sangat Kurang

17

56.67

0.0

30

100

30

100

Jumlah

pre-test

post-test

Kategori
penguasaan
Siswa

(%)

statistik inferensial untuk pengujian hipotesis

rata hasil belajar siswa yaitu 86.2913 dengan


standar deviasi 7.02359

pada interval nilai

minimum 62.96 dan nilai maksimum 96.29.


3). Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Tingkat
Kemampuan Peserta Didik pada Kelas X5
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa

menggunakan uji-t dan uji-z.


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
(kasi judul bagian)
1. Hasil Penelitian
a. Aktivitas Siswa
b. Hasil Belajar
1) Tabel 2.2 Rekapitulasi Hasil belajar
Peserta didik pada Kelas X5
Hasil Statistik

Pre-test

Post-test

Ukuran sampel

30

30

Mean

42.0850

86.2913

Standar deviasi

7.37628

7.02359

Nilai tertinggi

59.25

96.29

Nilai terendah

33.33

62.96

kemampuan
terhadap

awal

materi

(pre-test)

peserta

pembelajaran

didik

pencemaran

lingkungan pada kelas X5 menggunakan model


pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari hasil
belajar peserta didik, pada kategori sangat baik
dan kategori baik pada interval penguasaan
materi semuanya memiliki persentase 0%. Ini
berarti

bahwa

sebelum

diajarkan

materi

Pencemaran Lingkungan pada Kelas X5 SMAN


2 Polewali memiliki pengetahuan yang masih
sangat kurang tentang materi Pencemaran

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan

Lingkungan.

Sedangkan

skor

rata-rata

bahwa pada pretest dengan jumlah responden

kemampuan akhir peserta didik berada pada

30, Prestest; nilai rata-rata hasil belajar siswa

kategori sangat baik dengan persentase 56,67%


sebanyak 17 orang peserta didik dan kategori

baik dengan persentase 40% sebanyak 12 orang

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa

peserta didik.

persentase peserta didik yang tuntas secara

Analisis N-gain

klasikal sebesar 86,67% > 85%.

Adapun

hasil

Statistik inferensial adalah teknik statistik

belajar peserta didik disajikan pada tabel berikut.

yang digunakan untuk menganalisis data sampel

4). Tabel 2.4 Klasifikasi Gain Ternormalisasi


pada Kelas X5

dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.

Koefisien
Normalisasi
Gain
g 0,7
0,3

klasifikasi

peningkatan

Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji

24

Persentase
Klasifikasi
(%)
80

Tinggi

terlebih

dahulu

dilakukan

uji

20

Sedang

1) Uji Normalitas. Pada hasil uji IBM SPSS


Statistic 20.0 diperoleh sig (2-tailed) >

Rata-rata

Rendah

0.76

Tinggi

Rata-rata N-gain peserta didik setelah diajar


dengan model pembelajaran berbasis masalah
berada pada klasifikasi tinggi.
c. Ketuntasan Hasil Belajar

KKM

78

yaitu 0.109 > 0.05 pada pretest, dan pada


posttest diperoleh sig-2-tailed (0.140) >
0.05 pada uji normalitas One-sample
Kolmogorov-smirnov

Test

dapat

bahwa

disimpulkan

sehingga
sampel

berdistribusi normal baik pada pretest

5). Tabel 2.5 Distribusi Ketuntasan Hasil


belajar Peserta didik Pada Kelas X5

Pre-test
Post-test

penelitian
normalitas.

0,7
g 0,3

hipotesis penelitian. Sebelum menguji hipotesis

Persentase Ketuntasan
Klasikal (%)
Tidak
Tuntas
Tuntas
0

100

86,67

13,33

maupun posttest.
(Kasi nama tabelnya, sesuikan urutan)

pretest
N
Normal
Parametersa,b

Mean
Std.
Deviation
Absolute

posttest

30

30

42.0850

86.2913

7.37628

7.02359

.220

.210

Most Extreme

Positive

.220

.152

Differences

Negative

-.118

-.210

1.205

1.153

.109

.140

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

2) Uji Hipotesis
(a) Berdasarkan tabel hasil analisis uji t
diperoleh nilai t hitung 6, 544 dan

dan

kebebasan

(Terjadi

skor rata-rata post-test lebih tinggi


dari pada skor rata-rata pre-test yaitu
0,3).
(c) Uji Proporsi
Pada lampiran, diperoleh bahwa,

kebebasan 29. Pada taraf = 0.05


derajat

H1

peningkatan hasil belajar siswa yaitu

sig. (2-tailed) 0,000 pada derajat

dengan

menerima

Z hitung ( 0,780169 ) >Z tabel (0,125) Z


hitu

29

diperoleh ttabel = 1,699. Karena thitung >

ng

(0,2703) > Ztabel (0,125) sehingga H0

ttabel dan signifikan di 0.000, sehingga

ditolak dan menerima H1, hal ini

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

berarti bahwa persentase ketuntasan

dan menerima H1 ( bahwa skor rata-

kelas melebihi 84,9%.

rata

siswa

setelah

diajar

menggunakan model pembelajaran


PBL mencapai/ melebihi nilai KKM).
(b) Berdasarkan tabel hasil analisis uji t
diperoleh nilai t hitung 23.323 dan
sig. (2-tailed) 0,000 pada derajat
kebebasan 29. Pada taraf = 0.05
dengan

derajat

kebebasan

29

diperoleh ttabel = 1,699. Karena thitung >


ttabel dan signifikan di 0.000, sehingga
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

2. Pembahasan
a. Aktivitas Siswa
Pada saat pelaksanaan pembelajaran,
aktivitas

pembelajaran

yang

diobservasi

adalah aktivitas pembelajaran yang berkaitan


dengan

fase-fase

model

pembelajaran

Problem Based Learning (PBL). Adapun


observasi terhadap aktivitas pembelajaran
tersebut mengacu pada rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Berdasarkan data di
atas, pada pertemuan pertama dan kedua
terlihat ditunjukkan oleh skor keterlaksanaan

model

berada

pada

angka

77,77%,

persentase

(40%),

peserta

didik

yang

keterlaksanaan model pada pertemuan ketiga

memperoleh nilai pada kategori cukup 1

terlaksana dengan perolehan skor 88,88%.

orang dengan persentase (3,33%). Ini berarti

Sehingga

pertemuan

bahwa sebelum diajarkan materi Pencemaran

keterlaksanaan model pembelajaran PBL

Lingkungan pada Kelas X5 SMAN 2 Polewali

dengan

memiliki pengetahuan yang masih sangat

secara

rata-rata

keseluruhan

skor

82,50%,

dapat

dikatakan terlaksana dengan kategori aktif.


b. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil analisis deskriptif hasil

kurang

tentang

belajar siswa yang diajarkan menggunakan

kemampuan akhir peserta didik berada pada

model PBL mengalami peningkatan, hal ini

kategori sangat baik. Ini berarti bahwa peserta

dapat dilihat dari skor nilai rata-rata hasil

didik

belajar pada (posttest) = 86.2913 lebih besar,

materi

dari pada skor nilai rata-rata hasil belajar

pembelajaran

sebelum diberi perlakuan (pretest) = 42.0850.


Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa

Pembelajaran PBL. Hasil analisis statistik

Lingkungan.

materi

Sedangkan

memperoleh
Pencemaran

Pencemaran
skor

rata-rata

pengetahuan

tentang

Lingkungan

setelah

menggunakan

model

deskriptif diperkuat melalui analisis N-gain


kemampuan awal peserta didik terhadap
ternormalisasi.

Dari

analisis

tersebut

materi pembelajaran pada kelas eksperimen


diperoleh bahwa hasil belajar siswa setelah
menggunakan model pembelajaran berbasis
diterapkan

model

PBL

mengalami

masalah ditinjau dari hasil belajar peserta


didik, peserta didik yang memperoleh nilai

peningkatan pada kategori tinggi = 0,76.


Penelitian yang dilakukan oleh Arista

pada kategori sangat kurang dengan jumlah

(2013) dengan judul penelitian Efektivitas

17 orang dengan persentase (56,67%), peserta

Penggunaan Model Problem Based Learning

didik yang memperoleh nilai pada kategori

(PBL) Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar

kurang dengan jumlah 12 orang dengan

Dan

Penguasaan

Materi

Siswa

SMP

Muhammadiyah 3 Bandar Lampung. Data

Siswantara

(2013)

yang

melakukan

kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes,

penelitian penerapan model Problem Based

postes dan N-gain yang dianalisis secara

Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil

statistik menggunakan uji-u. Data kualitatif

belajar IPA SD Negeri 8 Kesiman. Dalam

berupa aktivitas belajar siswa, dan tanggapan

penelitiannya nilai rata-rata pretest sebesar

siswa yang dianalisis

secara deskriptif.

66,33 meningkat setelah posttest menjadi

Penguasaan

juga

mengalami

81,69. Ia mengemukakan bahwa model

peningkatan dengan rata-rata N-gain (0,76).

Problem Based Learning (PBL) memberikan

Dengan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan

materi

demikian,

menggunakan

model

meningkatkan

aktivitas

pembelajaran
PBL
belajar

dapat
dan

pembelajaran secara aktif dengan kompetensi


yang

dimilikinya

sehingga

pembelajaran

penguasaan materi siswa.


Pengamatan serupa ditemukan oleh Adi

menjadi lebih bermakna.


Begitupun penelitian yang dilakukan oleh

(2014) yang melakukan penelitian penerapan

I Gede Anggara (2013) di SMA Negeri 1

model Problem Based Learning (PBL) pada

Negara Kelas XI IPA 4 juga membuktikan

pembelajaran SMA mata pelajaran IPA di

bahwa

Kelas X SMA 11 Semarang. Menunjukkan

berbasis masalah dapat meningkatkan hasil

nilai rata-rata kelas setelah adanya tindakan


dari pretest sebesar 63,89% naik menjadi

belajar siswa.
c. Ketuntasan Hasil Belajar
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada

86,11% pada posttest. Hal ini disebabkan

mata pelajaran Biologi kelas X5 di SMAN 2

pada saat proses pembelajaran siswa aktif

Polewali adalah 78. Berdasarkan analisis

dalam berdiskusi, mencatat materi yang

statistik inferensial tabel hasil analisis uji t,

disampaikan dan saling berinteraksi dengan

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan

temannya.

menerima H1 (bahwa skor rata-rata siswa

penerapan

model

pembelajaran

setelah diajar menggunakan model PBL

prestasi

belajar

siswa

yang

dicapai.

mencapai/melebihi nilai KKM). Tabel 4.4 di

Kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa,

atas menunjukkan bahwa persentase peserta

dalam kaitannya antara intelegensi dengan

didik yang tuntas secara klasikal sebesar

hasil belajar sering ditemukan di beberapa

86,67% > 85%.


Selain itu, Depdikbud mengemukakan

siswa yang antusias dapat menerima pelajaran


dan memecahkan soal-soal yang diberikan

bahwa hasil belajar siswa juga diarahkan pada


oleh guru dengan cepat, tetapi ada pula siswa
pencapaian hasil belajar secara individual dan
yang

lambat,

bahkan

lambat

sekali

klasikal. Kriteria seorang siswa dikatakan


memecahkan

soal-soal

yang

diberikan.

tuntas belajar apabila memenuhi kriteria


Namun setelah diberikan PBL siswa yang
ketuntasan minimal yang ditentukan oleh
sebelumnya kurang antusias dalam mengikuti
sekolah,

sedangkan

ketuntasan

klasikal
pembelajaran

menjadi

lebih

antusias

tercapai apabila minimal 85% siswa di kelas


mengikuti proses pembelajaran sehingga
tersebut telah mencapai skor ketuntasan
dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini
minimal (Rudiati, 2012:7).
Hal ini juga didukung oleh penelitian

disebabkan karena adanya ketertarikan siswa

yang dilakukan oleh I Gede Anggara (2013)

pada

di SMA Negeri 1 Negara Kelas XI IPA 4

memberikan banyak peluang bagi siswa

diperoleh ketuntasan klasikal 90% dari 32

untuk lebih aktif untuk mengetahui materi

orang peserta didik.


Menurut Slameto (2003) hasil belajar

yang diajarkan. Dimana siswa diberikan

model

pembelajaran

PBL

yang

kesempatan untuk mencari literatur mengenai


siswa

dipengaruhi

oleh

psikologis
materi yang akan diberikan baik itu dalam

(intelengensi,

perhatian,

minat,

bakat,
bentuk tercetak, terekam, digital, maupun

kesiapan) seseorang. Intelengensi merupakan


suatu korelasi yang cukup tinggi terhadap

bentuk- bentuk literatur lainnya.


d. Kriteria Efektivitas Pembelajaran

Model

pembelajaran

PBL

dikatakan

belajar dalam kelompok berkomunikasi dan

efektif ditinjau dari hasil belajar biologi siswa

mengembangkan kemampuan bekerja sama.


Menurut Sriyono (2015), mengemukakan

yakni apabila memenuhi kriteria berikut.


1. Keberhasilan aktivitas belajar siswa yaitu
minimal berada pada kategori aktif dan/
atau sangat aktif.
2. Nilai rata-rata

bahwa kriteria efektivitas pembelajaran


dikatakan

efektif

apabila

terdapat

peningkatan hasil belajar kognitif. Uji gain


gain

ternormalisasi
pada hasil belajar dalam kriteria sedang,

setidaknya berada pada kategori sedang.


3. Ketuntasan klasikal tercapai yakni,
minimal 85% siswa mencapai atau

ketuntasan belajar yakni

85%.

melebihi skor ketuntasan minimal.


Berdasarkan hasil penelitian syarat

D. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah

kriteria efektif telah terpenuhi dengan hasil

dilakukan di SMA Negeri 2 Polewali dapat

penelitian sebagai berikut.


1. Keberhasilan aktivitas belajar siswa yaitu

disimpulkan bahwa model pembelajaran

berada pada kategori aktif


2. Nilai rata-rata gain ternormalisasi berada
pada kategori tinggi.
3. Ketuntasan klasikal

Problem Based Learning (PBL) dengan


materi

pencemaran

lingkungan

efektif

digunakan ditinjau dari beberapa aspek


tercapai

yakni,

persentase peserta didik yang tuntas

penilaian sebagai berikut.


1. Aktivitas siswa terlaksana

secara klasikal sebesar 86,67% > 85%.


Hamalik (1995) mengemukakan bahwa

kategori aktif
2. Hasil belajar biologi siswa setelah

model pembelajaran berbasis masalah sesuai

diajarkan model pembelajaran Problem

dengan

siswa.

Based Learning (PBL), posttest berada

Antusiasme ini menjadikan siswa lebih

pada kategori sangat baik. Peningkatan

termotivasi dan bekerja lebih keras. Sebagai

hasil belajar siswa setelah diajar dengan

tambahan model PBL mengharuskan siswa

model pembelajaran Problem Based

minat

dan

harapan

dengan

Learning (PBL) di kelas X SMA Negeri


2 Polewali berada pada kategori tinggi.
3. Ketuntasan hasil belajar siswa setelah
diajar menggunakan model Problem
Based

Learning

(PBL)

mencapai/melebihi nilai KKM).


4. Model pembelajaran Problem Based
Learning

(PBL)

pada

materi

pencemaran lingkungan dapat dikatakan


efektif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Saran
Berdasarkan
dikemukakan

kesimpulan
diatas,

saran

yang
untuk

pembelajaran biologi selanjutnya kepada


para

pembaca

yang

ingin

melakukan

penelitian lebih lanjut dapat menembangkan


model pembelajaran berbasis masalah ini
dengan efektif dan efisien lagi untuk
mengatasi kesulitan belajar peserta didik
dalam mempelajari pelajaran biologi.
E. DAFTAR PUSTAKA
Adi,

dkk.
2014.
Penerapan
Model
Pembelajaran Problem Based Learning
Pokok
Bahasan
Kalor
Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
X Sma N 11 Semarang. Jurnal Penelitian
Fisika

Anita.

2007.
Journal
Penggunaan
Pembelajaran Kreatif.

Model

Anggara, I Gede. 2013. Penerapan Model


Pembelajaran Problem-Based Learning
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn.
Singaraja: Jurusan Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Pendidikan Ganesha
Arista, Seftiara. dkk. 2013. Efektivitas
Penggunaan Model Problem Based
Learning (Pbl) Dalam Meningkatkan
Aktivitas Belajar Dan Penguasaan Materi
Siswa
Campbell, Donald T dan Julian Cook Stanley.
1996.
Experimental
and
Quasi
experimental Designs for Research. USA :
Houghton Mifflin Company.
Depdiknas. 2012. Laporan Hasil Belajar Siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Republik Indonesia
Hamalik, O. 1995. Metode Belajar dan
Kesulitan-Kesulitan Belajar
Bandung:
Remaja Rosda Karya
Imanuela, Puspita. 2012. Peningkatan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Biologi Melalui
Penerapan
Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps)
Pada Siswa Kelas Xi Ipa 2 Sma Negeri 1
Mangkutana

Nasruddin, Toha. 2010. Penerapan Model


Pembelajaran Problem Based Learning
(PBM) sebagai Upaya Peningkatan
Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa
Kelas X b MAN Temple Yogyakarta pada
Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati.
Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Rudiati,
Nining.
2012.
Implementasi
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) dengan Teknik Resitasi
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) untuk Meningkatkan
Kualitas Proses dan Hasil Belajar pada
Materi Bentuk Pangkat dan Bentuk Akar
Siswa Kelas X SMAN 1 Gondang Nganjuk
Tahun Ajaran 2011.2012.
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran
Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.
Siswantara, Agus. 2013. Penerapan Model
Problem Based Learning (Pbl) Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Sd Negeri 8
Kesiman
Slameto. 2003. Belajar dan Fakto-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sriyono, dkk. 2015. Efektivitas Model


Pembelajaran Scientific Inquiry Berbasis
Pictorial Riddle Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Viii
Smpn 1 Adimulyo Kebumen. Jurnal
Radiasi, Volume 06.
Sudjana. 2005. Metode Statistika cetakan ketiga
edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito
Bandung.
Susanti, Dwi. 2012. Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning
untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada
Mata Pelajaran Sosiologi Kelas XI IPS 1
SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran
2012/2013. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada KTSP.
Jakarta: Kencana Media Predana
Group.

Anda mungkin juga menyukai