Anda di halaman 1dari 4

Kajian Hermeneutik

Hal paling mencolok yang membedakan masjid Salman ITB dengan masjid
pada umumnya ialah atap masjid Salman yang tidak berbentuk kubah. Atap
Masjid Salman ITB terbuat dari beton dan berbentuk cekung layaknya sebuah
cawan. Makna filosofi dibalik desain atap masjid ini adalah sebagai penggambaran
dari seseorang yang sedang berdoa dengan tangan menengadah ke atas. Namun
yang menjadi pertanyaan adalah apaka sebenarnya dan seperti apa arsitektur
masjid.

Gambar Fasad Bangunan Masjid Salman ITB, Bandung


Sumber : https://www.itb.ac.id/news/4765.xhtml

Menurut Sumalyo (2006) didalam bukunya yang berjudul Arsitektur Masjid


Dan Monumen Sejarah Muslim, Arsitektur Masjid Dan Monumen Sejarah Islam,
perkataan masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk
bersembahyang orang muslim, seperti sabda Nabi Muhammad SAW : Dimanapun
engkau sholat, tempat itulah masjid. Kata masjid disebut sebanyak 20 kali dalam
Al-Quran, berasal dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat serta tunduk
penuh hormat dan takzim. Sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakkan dahi,
kedua tangan ketanah adalah bentuk nyata dari kata tersebut diatas. Oleh karena
itu bangunan dibuat khusus untuk shalat disebut masjid yang artinya : tempat
untuk sujud. Menurut Fanani (2009) didalam bukunya yang berjudul arsitektur
masjid, bagian terbesar dari khazanah arsitektur islam terdiri dari bangunan masjid,
istana dan makam. Masjid merupakan bangunan yang paling banyak menarik
perhatian para pengamat. Meskipun pada awal mula kehadiran islam bangunan
masjid tampil sangat sederhana, akan tetapi bersamaan dengan tumbuhnya
masyarakat dan peradaban umat muslimin, sosok penampilan arsitektur masjid
berkembang sangat mencolok.

Hermeneutik sendiri berarti penafsiran terhadap arsitektur untuk


menungkapkan kebenaran ( the voice of truth). Pada kajian hermeneutic masjid
salman itb ini, hal yang menjadi ciri khasnya adalah dari bentuk atapnya yang tidak
seperti bentuk atap masjid pada umumnya. Lalu seperti apa bentuk atap masjid
yang sebenarnya ? apakah kubah menjadi ciri khas arsitektur masjid ?
Menurut Mutiah (2011), dengan judul penelitian nya arsitektur bangunan
masjid, arsitektur awal masjid Rasul berbentuk segi empat dengan dinding sebagai
pembatas sekelilingnya. Di sepanjang bagian dalam dinding tersebut dibuat
semacam serambi yang langsung berhubungan dengan lapangan terbuka yang
berada di tengahnya. Seiring berkembangnya teknologi arsitektur, maka kubah pun
muncul sebagai penutup bangunan masjid. Kubah memang bukan berasal dan
berakar dari arsitektur Islam. Itu karena memang ajaran Islam tidak membawa
secara langsung tradisi budaya fisik atau Islam tidak mengajarkan secara konkrit
tata bentuk arsitektur. Islam memberi kesempatan kepada umatnya untuk
menentukan pilihan-pilihan fisiknya pada akal-budi. Dari salah satu sumber ini
dapat disimpulkan bahwa kubah bukan merupakan suatu ciri yang khas dalam
arsitektur masjid. Bahwa arsitektur masjid tidak ada ciri khas dalam bentuk fisiknya,
hanya saja ada beberapa ketentuan dalam arsitektur masjid dan hal itu bukan
secara fisik.

Gambar Kubah dalam salah satu


masjid
sumber : www.republika.id

Gambar Kubah dalam bangunan


Non-Muslim
sumber : www.republika.id

Gambar Kubah dalam bangunan


Non-Muslim
sumber : www.republika.id

Menurut Sopandi (2013) didalam penelitian Ayudhia (2015), Bentuk kubah


telah dikembangkan selama ratusan tahun oleh banyak kelompok masyarakat di

berbagai belahan dunia. Garis sejarah mengenai perkembangan dari bentuk kubah
beserta fungsinya sangat luas dan kaya makna bahkan telah menjadi symbol
semiotik yang khas bagi berbagai agama, budaya dan peradaban tertentu. Hampir
mustahil untuk membedakan kubah Islam(Gambar 2.3), Kubah Kristen (Gambar
2.4), Kubah Yahudi (Gambar 2.5), Kubah yang Pagan, karena pada dasarnya tradisi
membangun sebuah bangunan dengan menggunakan kubah telah dimulai sejak era
Romawi Kuno. Konon bentuk kubah dapat diinterpretasi mengandung makna
universal sebagai benda buatan manusia yang meniru bentang langit. (Ayudhia
2015)

Landasan Syariah dalam Konsep Desain


Berbicara mengenai arsitekturnya, Masjid Salman ITB merupakan
manifestasi dari gagasan Ahmad Noeman. Selaku perancangnya, beliau
menentang sikap taqlid (meniru) dalam pembangunan masjid tanpa
pemahaman akan kaidah-kaidah yang seharusnya.
Menurut Ahmad Noeman, hal ini berlandaskan firman Allah dalam
surat Al-Baqarah ayat 170: Dan apabila dikatakan pada mereka: Ikutilah
apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab (Tidak), tetapi kami
hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?.
Lebih lanjut, Ahmad Noeman menyampaikan bahwa tidak ada yang
disebut sebagai arsitektur Islam sepanjang suatu ide atau karya tidak sesuai
disiplin ilmu arsitektur. Landasan beliau adalah hadits berikut: Dan apabila
sesuatu itu merupakan urusan duniamu, maka engkaulah yang lebih
mengetahuinya (berhak menentukannya).
Bisa dibilang para arsitek-lah yang berhak mewujudkan gagasan dalam
perancangan suatu bangunan, sepanjang tidak menyalahi tuntunan
Rasulullah SAW, tanpa harus terikat budaya-budaya yang telah ada.
Pemahaman Ahmad Noeman di bidang arsitektur dan syariah secara
Islam, telah melahirkan gagasan baru dalam arsitektur masjid. Bahkan jika
dilihat dari luar, bangunan ini tidak terlihat sebagai masjid. Alih-alih terdapat
kubah di atasnya, masjid ini justru didesain menggunakan atap datar yang
setiap ujungnya melengkung ke atas sehingga menyerupai cawan yang
terbuka.

Anda mungkin juga menyukai