Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR

RENDAH (BBLR) DI RSUD


Dr. SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2011
Oky Dian E*, Sri Winarsih**, Ariani***
ABSTRAK
Angka kematian neonatal merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat
kesehatan masyarakat. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kematian neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
faktor yang mempengaruhi Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
tahun 2011. Rancangan penelitian ini menggunakan desain case control dengan menggunakan
data sekunder dari rekam medik di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Sampel berjumlah 107
dengan perincian 57 bayi yang dilahirkan dengan BBLR dan 50 bayi yang dilahirkan dengan
berat badan normal. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat
dengan menggunakan uji chi square dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi
logistik pada a 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi
BBLR adalah usia ibu (p = 0,029), paritas (p = 0,023), jarak kehamilan (p = 0,017),
penambahan berat badan (p= 0,006), anemia (p = 0,010), dan pre-eklampsia (p = 0,010).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah usia, paritas, jarak kehamilan, penambahan berat
badan, anemia, dan preeklampsia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap BBLR, dan
penambahan berat badan merupakan variabel yang paling berisiko terhadap kejadian BBLR.
Kata kunci : BBLR , Kehamilan.
ABSTRACT
Neonatal mortality is one of the important indicators in determining public health degree.
Low Birth Weight (LBW) is one of factors that influencing neonatal mortality. This research
aimed to know the factors that influenced Low Birth Weight in Dr. Saiful Anwar general
hospital Malang at 2011. This researh used case control design with secondary data from
medical record in general hospital Dr. Saiful Anwar Malang. The number of sample were 107
consist of 57 babies with Low Birth Weight and 50 babies with normal weight. The data
analysis was univariat analysis, bivariat analysis with the chi square and multivariat analysis
with logistic regression (a = 0,05). The result of this research showed that variables which
influence Low Birth Weight are mothers age (p = 0,029), parity (p = 0,023), birth interval (p
= 0,017), mothers weight gain (p = 0,006), anemia disease (p = 0,010), and pre-eclampsi (p
= 0,010). The conclution of this research is mothers age, parity, birth interval, mothers
weight gain, anemia disease and pre-eclampsi which have significant influence to Low Birth
Weight babies, and increasing mothers weight gain is the most variable Low Birth Weight
babies.
Keywords : LBW, Pregnancy.
*Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. **Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

***Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya


PENDAHULUAN
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat
kesehatan masyarakat. Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah juga dapat dilihat dari
angka kematian bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH).
Di Indonesia angka kematian bayi dan angka kematian ibu adalah 35 per 1000 kelahiran
hidup dan 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sudah menunjukkkan penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 239 per 1000 kelahiran hidup.
Meskipun demikian masih terdapat beberapa wilayah yang masih menunjukkan angka
kematian bayi cukup tingi. Upaya untuk mempercepat penurunan AKB pemerintah
merancang Child Survival (CS) sejak tahun 1985. Strategi tersebut sejalan dengan Grand
Strategi DEPKES 20046.
Target Milleneum Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka
kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000
kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia menurut SDKI 2002-2003, 57% angka
kematian bayi terjadi pada umur dibawah 1 bulan. Penyebab tersebut antara lain karena
gangguan perinatal dan bayi dengan berat badan lahir10.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan prematur merupakan penyebab kematian neonatal
yang tinggi yaitu sebesar 30,3%. Neonatal dengan BBLR berisiko mengalami kematian 6,5
kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal. Disamping itu BBLR
memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat badan normal
ketika dilahirkan, khususnya kematian pada masa perinatal6.
Menurut Pantiawati (2010) prevelensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dan sering terjadi di negara negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih
tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram14. Berat badan
bayi lahir juga berkaitan dengan risiko kematian perinatal pada kehailan umur 32 minggu
dengan berat bayi > 1.500 gram keberhasilan hidup sekitar 85 %. Sedang pada umur
kehamilan dengan berat janin < 1.500 gram angka keberhasilan sebesar 80%. Pada
umur kehamilan < 32 minggu dengan berat lahir < 1.500 gram angka keberhasilan hanya
sekitar 59%15.
Berat badan lahir rendah disebabkan oleh banyak faktor antara lain dari faktor maternal, janin
dan plasenta. Faktor maternal meliputi usia ibu, peritas, jarak kehamilan, anemia,
preeklampsi/eklampsia, kondisi lingkungan, asupan gizi ibu selama kehamilan, jenis
pekerjaan, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan keadaan sosial ekonomi. Sedangkan dari
faktor janin sendiri meliputi gawat janin, kehamilan multiple (ganda) dan kehamilan dengan
hidramnion. Dari faktor plasenta sendiri meliputi plasenta previa dan abrusio plasenta17.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kota Malang pada tahun 2011, angka kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 363 kelahiran di kota Malang. Sedangkan di RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang angka kejadian BBLR sebesar 107 kelahiran periode Januari 2011
Desember 20117. Karena masih tingginya angka kejadian BBLR yang ada di RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang sedangkan kejadian BBLR di RSUD Datu Sanggul Rantau Kalimantan

Selatan angka kejadian BBLR hanya 30 kasus BBLR dari 601 bayi yang dilahirkan8, maka
dilakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr.Saiful Anwar Malang.
Tujuan Penelitian. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr.Saiful Anwar Malang.
Manfaat Penelitian. Penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi
kepada masyarakat mengenai keadaan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sehingga dapat
digunakan sebagai upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi bayi guna
mengurangi mortalitas dan mordibitas.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang dilakukan dengan desain penelilitian observasional melalui
metode penelitian case control. Jumlah sampel sebanyak 107 dengan perincian 57 bayi yang
dilahirkan dengan BBLR dan 50 bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal. Metode
sampling yang

digunakan ialah Quota Sampling. Alat untuk pengumpulan data mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu dengan menggunakan data rekam
medik bayi yang dilahirkan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, periode 1 Januari 2011 31
Desember 2011.
Pengumpulan Data. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data pada penelitian ini, yaitu pengambilan data sekunder yang diperoleh dari data rekam
medik bayi yang dilahirkan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2011 31
Desember 2011 yang memenuhi kriteria inklusi.

Analisis Data. Hasil penelitian ini dianalisis secara secara statistikpada derajatkepercayaan
95% (a =
0,05). Dengan metode analisis data mengunakan Analisis Univariat, Analisis Bivariat dengan
Uji Chi square dan Analisis Multivariat dengan meng- gunakan Uji Regresi Logistik.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSUD Dr. Saiful Anwar Malang,
diperoleh informasi mengenai usia ibu, paritas, jarak kehamilan, penambahan berat badan,
anemia, pre-eklampsia dan bayi dengan BBLR
Uji Univariat.
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu

Usia

Jumlah

Persentase

(%)

Risiko rendah (20-35 tahun)

Risiko tinggi (< 20 tahun atau >

43

40,2

64

59,8

35 tahun)

Total

107

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa ibu dengan usia risiko rendah berjumlah 43 orang (40%)
dan ibu dengan usia risiko tinggi berjumlah 64 orang (60%).
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas

Paritas

Jumlah

Persentase

(%)

Paritasrendah(=2)

53

49,5

Paritas tinggi ( > 2 )

54

50,5

Total

107

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari seluruh sampel yang diteliti, ibu yang termasuk dalam
paritas risiko rendah berjumlah 53 orang (49.5%) dan paritas risiko tinggi berjumlah 54 orang
(50.5%).
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak
kehamilan

Jarak Kehamilan

Jumlah

Persentase

(%)

Risikorendah(=2tahun)

55

51,4

Risiko tinggi (< 2 tahun)

52

48,6

Total

107

Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari seluruh sampel yang diteliti sebanyak 55 orang (51%)
ibu mempunyai jarak kehamilan risiko rendah dan 52 orang (49%) ibu mempunyai jarak
kehamilan risiko tinggi.
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pertambahan Berat Badan

Penambahan berat badan

Jumlah

Persentase

(%)

Risikorendah(kenaikan=12kg)

38

35,5

Risiko tinggi (kenaikan < 12 kg)

69

64,5

Total

107

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa penambahan berat badan risiko rendah terdapat sebanyak
38 orang (36%) dan sebagain besar ibu dengan penambahan berat badan risiko tinggi terdapat
sebanyak 69 orang (64%).
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anemia

Anemia

Jumlah

Persentase

(%)

Risikorendah(Hb=11gr%)

43

40,2

Risiko tinggi (Hb < 11 gr %)

64

Total

107

59,8

Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa ibu dengan kategori anemia risiko rendah terdapat
sebanyak 43 orang (40%) dan ibu dengan kategori anemia risiko tinggi sebanyak 64 orang
(60%).
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pre- eklampsia

Preeklampsia

Jumlah

Persentase

(%)

Risiko rendah (TD < 160/110

48

44,9

59

55,1

mmHg)

Risikotinggi(TD=160/110

mmHg)

Total

107

Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa ibu dengan kategori pre eklampsia risiko rendah (TD <
160/110 mmHg) terdapat sebanyak 48 orang (45%) dan ibu dengan kategori pre eklampsia
risiko tinggi (TD =

160/110 mmHg) sebanyak 59 orang (55%).

Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Bayi

Keterangan

Jumlah

Persentase

(%)

BBLR

57

53,3

Non BBLR

50

46,7

Total

107

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa 57 (53,3%) ibu hamil yang melahirkan bayi dengan BBLR
dan 50 (46,7%) ibu hamil yang melahirkan bayi dengan tidak BBLR.
Hasil Analisis Bivariat
Tabel Pengaruh Usia Ibu Dengan Berat Badan Lahir
Keterangan

Usia

p
Non-BBLR

BBLR

Value
f

Risiko rendah

31

29

12

11,2

Risiko tinggi

19

17,8

45

42,1

Total

50

46,7

57

53.3

0.000

Dari hasil uji kai kuadrat diketahui bahwa usia berpengaruh signifikan pada berat badan lahir
rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value, dimana nilai p value = 0.000
lebih kecil daripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Paritas Ibu Dengan Berat Badan Lahir
Keterangan

Paritas

p
Non-BBLR

BBLR

Value
f

Risiko rendah

31

29

22

20,6

Risiko tinggi

19

17,8

35

32,7

Total

50

46,7

57

53.3

0.016

Dari hasil uji kai kuadrat diketahui bahwa paritas berpengaruh signifikan pada berat badan
lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value, dimana nilai p value = 0.016
lebih kecil daripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Jarak Kehamilan Dengan Berat
Badan Lahir
Keterangan

Jarak

p
Non-BBLR

BBLR

kehamilan

Risiko rendah

Value
f

33

30,8

22

20,6

0.005
Risiko tinggi

17

15,9

35

32,7

Total

50

46,7

57

53.3

Dari hasil uji chi square diketahui bahwa jarak kehamilan berpengaruh signifikan pada berat
badan lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value ,dimana nilai p value
=
0.005lebihkecildaripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Penambahan Berat Badan
Dengan Berat Badan Lahir
Keterangan
Penambahan

Non-BBLR

BBLR

berat badan

Risiko rendah

Value
f

27

25,2

11

10,3

0.000
Risiko tinggi

23

21,5

46

43

Total

50

46,7

57

53.3

Dari hasil uji chi square diketahui bahwa penambahan berat badan berpengaruh signifikan
pada berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value ,dimana
nilai p value=0.000lebihkecildaripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Anemia Dengan Berat
Badan Lahir
Keterangan

Anemia

p
Non-BBLR

BBLR

Value
f

Risiko rendah

29

27,1

14

13,1

0.000
Risiko tinggi

21

19,6

43

40,2

Total

50

46,7

57

53.3

Dari hasil uji chi square diketahui bahwa anemia berpengaruh signifikan pada berat badan
lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value, dimana nilai p value = 0.000
lebih kecil daripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Pre-eklampsia Dengan Berat Badan
Lahir
Keterangan
Pre -

Non-BBLR

BBLR

eklampsia

Risiko rendah

Value
f

30

28

18

16,8
0.003

Risiko tinggi

20

18,7

39

36,4

Total

50

46,7

57

53.3

Dari hasil uji chi square diketahui bahwa pre- eklampsia berpengaruh signifikan pada berat
badan lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value ,dimana nilai p value
= 0.003 lebih kecildaripadaa(0.05).
Analisis multivariate
Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi logistik, karena untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari variabel independen Usia, Paritas,
Jarak Kehamilan, Penambahan berat badan, Anemia dan Preeklamp- sia terhadap variabel
dependen yaitu berat badan lahir rendah (BBLR). Tahapan dan hasil uji regresi logistik dapat
dilihat pada penjelasan berikut ini:
Hasil Regresi Logistik
B

SE

Wald

df Sig.

Rasio
odd

X1

1.171

.537

4.761

.029

3.226

X2

1.255

.551

5.185

.023

3.506

X3

1.251

.526

5.662

.017

3.493

X4

1.519

.554

7.507

.006

4.566

X5

1.440

.556

6.703

.010

4.221

X6

1.394

.541

6.633

.010

4.033

Constant

-12.412

2.508

24.491

.000

.000

Keterangan

X1

: usia ibu

X2

: paritas

X3

: jarak kehamilan

X4

: penambahan berat badan

X5

: anemia

X6

: pre-eklampsia

Usia Ibu Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Variabel usia ibu menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.171 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0.029. Karena signifikansi (p) lebih kecil dari a (0,05) maka dapat
dikatakan bahwa usia ibu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat badan lahir
rendah. Nilai rasio odd sebesar 3,226 menjelaskan bahwa peluang ibu dengan usia risiko tingi
(< 20 dan > 35 tahun) melahirkan bayi BBLR 3,226 kali lebih tinggi daripada ibu dengan usia
risiko rendah (20 35 tahun).
Paritas Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Variabel paritas menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.255 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0.023. Karena signifikansi (p) lebih kecil dari a (0,05) maka dapat
dikatakan bahwa paritas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat badan lahir
bayi. Nilai rasio odd sebesar 3,506 menjelaskan bahwa peluang ibu dengan paritas tingi (> 2)
melahirkan bayi BBLR 3,506 kali lebih tinggi daripada ibu dengan paritas rendah (< 2).
Jarak Kehamilan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Variabel jarak kehamilan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.251 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0.017. Karena signifikansi
(p) lebih kecil dari a (0,05) maka dapat dikatakan bahwa jarak kehamilan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap berat badan lahir rendah. Nilai rasio odd sebesar 3,493
menjelaskan bahwa peluang ibu dengan jarak kehamilan risiko tingi (< 2
tahun) melahirkan bayi BBLR 3,493 kali lebih tinggi daripada ibu dengan jarak kehamilan
risiko rendah (> 2 tahun).
Penambahan Berat Badan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Variabel penambahan berat badan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.519
dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0.006. Karena signifikansi (p) lebih kecil dari a (0,05)
maka dapat dikatakan bahwa penambahan berat badan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap berat badan lahir rendah. Nilai rasio odd sebesar 4,566 menjelaskan bahwa peluang
ibu dengan penambahan berat badan risiko tingi (penambahan BB < 12 Kg) melahirkan bayi
BBLR 4,566 kali lebih tinggi daripada ibu dengan penambahan berat badan risiko rendah
(penambahan BB > 12 Kg).
Anemia Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Variabel anemia pada ibu menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.440 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0.010. Karena signifikansi
(p) lebih kecil dari a (0,05) maka dapat dikatakan bahwa keadaan Hb ibu (anemia)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat badan lahir rendah. Nilai rasio odd
sebesar 4,221 menjelaskan bahwa peluang ibu dengan anemia (HB < 11 g%) melahirkan bayi
BBLR 4,221 kali lebih tinggi daripada ibu tidak anemia (HB > 11 g%).
Pre-eklampsia Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Variabel pre eklampsia menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.394 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0.010. Karena signifikansi
(p) lebih kecil dari a (0,05) maka dapat dikatakan bahwa pre eklampsia memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap berat badan lahir rendah. Nilai rasio odd sebesar 4,033
menjelaskan bahwa peluang ibu dengan pre-eklampsia (TD > 160/110 mmHg) melahirkan
bayi BBLR 4,033 kali lebih tinggi daripada ibu tidak pre-eklampsia (TD < 160 / 110 mmHg).
PEMBAHASAN
Pengaruh Usia Ibu Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Usia ibu pada saat hamil mempengaruhi kondisi kehamilan ibu karena selain berhubungan
dengan kematangan organ reproduksi juga berhubungan dengan kondisi psikologis terutama
kesiapan dalam menerima kehamilannya22. Kehamilan pada usia kurang 20 tahun panggul
dan rahim masih kecil dan alat reproduksi yang belum matang. Pada usia di atas 35 tahun,
kematangan organ reproduksi mengalami penurunan dibandingkan pada saat usia 20 35

tahun. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah - masalah kesehatan pada saat
persalinan dan berisiko terjadinya cacat bawan janin serta BBLR12.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara usia ibu dengan berat
badan bayi lahir rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
SistiaranI bahwa ada perbedaan yang signifikan presentase BBLR antara ibu yang termasuk
usia risiko tinggi dengan ibu yang tidak berisiko pada saat hamil dan melahirkan. Dari
penelitian Sistiarani disimpulkan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi mempunyai peluang
melahirkan BBLR 4,28 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak termasuk kategori yang
berisiko (usia 20 35 tahun)18.Hasil penelitian lain dari data SDKI Indonesia bahwa usia ibu
< 20 tahun dan > 35 tahun berisiko 1,5 kali lebih besar melahirkan BBLR. Namun hasil ini
tidak sesuai dengan penelitian Stiani menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu
dengan kejadian BBLR19.
Pengaruh Paritas Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh seorang ibu. Paritas dapat
mempengaruhi durasi persalinan dan komplikasi. Paritas yang tinggi dapat meningkatkan
risiko terjadi BBLR dan bayi lahir mati. Hal tersebut terjadi karena semakin tinggi status
paritas ibu maka kemampuan rahim untuk menyediakan nutrisi bagi kehamilan selanjutnya
semakin menurun sehingga penyaluran nutrisi antara ibu dan janin terganggu akhirnya dapat
mengakibatkan BBLR1.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas ibu dengan
berat
badan bayi lahir rendah (BBLR). Penilitian ini sejalan dengan penelitian Trihardiani bahwa
ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan berat badan lahir20. Hal ini sesuai juga
dengan hasil penilitian dari Budiman bahwa paritas berhubungan dengan berat badan bayi
yang dilahirkan, dan paritas merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan berat badan
lahir rendah (BBLR)3.
Pengaruh Jarak Kehamilan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk
memulihkan kondisi tubuhnya setalah melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam kondisi
tubuh yang kurang sehat inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan
bayi yang dilahirkan serta risiko terganggunya sistem reproduksi4. Sistem repro- duksi yang
terganggu akan mengambat pertumbuhan dan perkembangan janin yang yang dikandungnya
sehingga akan berpengaruh terhadap berat badan lahir11.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara jarak kehamilan
dengan berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sistiarani bahwa ada perbedaan yang signifikan persentase BBLR antara ibu yang memiliki
jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran lebih dari sama
dengan 2 tahun. Analisis faktor risiko jarak kelahiran didapatkan OR = 5,11 (95% CI:1,61
16,18) artinya ibu yang memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun mempunyai peluang
melahirkan BBLR 5,11 kali dibandingkan ibu yang memiliki jarak kelahiran lebih dari sama
dengan 2 tahun18. Namun hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Trihardiani bahwa tidak
ada hubungan yang bermakana antara jarak kehamilan dengan berat badan lahir. Hal ini

dikarenakan sebagaian subyek pada penelitiannya sebesar 90,8% memiliki jarak kelahiran
lebih dari dua tahun20.
Pengaruh Penambahan Berat Badan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Pertambahan berat badan ibu yang tidak sesuai akan memungkinkan terjadinya keguguran,
kelahir- an prematur, BBLR, dan perdarahan setelah persalinan16. Sebaliknya per-tambahan
berat badan ibu yang berlebih juga berisiko mengalami perdarahan atau merupakan indikasi
awal
terjadinya keracunan kehamilan/pre-eklamsia atau diabetes. Sebagian besar BBLR terjadi
pada ibu yang mengalami kenaikan berat badan selama hamilnya kurang dari 12 Kg.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara penambahan berat
badan dengan berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Festy dari hasil analisinya disimpulkan bahwa ibu dengan penambahan berat badan kurang
selama kehamilannya mempunyai peluang melahirkan BBLR 8,624 kali dibandingkan ibu
dengan penambahan berat badan yang sesuai9. Penelitian ini sesuai juga dengan penelitian
Trihardiani menunjukkan bahwa ibu dengan pertambahan berat badan yang tidak sesuai
mempunyai risiko 6,6 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan pertambahan
berat badan yang sesuai20. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Muwakhidah
bahwa tidak ada kenaikan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir rendah13.
Pengaruh Anemia Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Ibu hamil yang menderita anemia disebabkan karena kurangnya zat besi yang diperlukan
untuk pembentukan hemoglobin. Hal ini dapat menyebabkan distribusi oksigen ke jaringan
akan berkurang yang akan menurunkan metabolisme jaringan sehingga pertumbuhan janin
akan terhambat, dan berakibat berat badan lahir bayi rendah5.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara anemia dengan berat
badan bayi lahir rendah. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Fresty bahwa jika Hb ibu <11
gr% maka kecenderungan untuk mempunyai bayi BBLR akan berlipat 3,366 kali
dibandingkan Hb ibu > 11 gr%7. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Trihardiani
bahwa anemia memiliki hubungan dengan kejadian BBLR. Hal ini diperkuat dengan
penelitian lain yang memaparkan ibu hamil yang menderita anemia berisiko 2,25 kali untuk
melahirkan bayi BBLR20.
Pengaruh Preeklampsia Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Pengaruh preeklamsi/eklamsi pada kehamilan adalah terdapatnya isufisiensi placenta
sehingga
menyebabkan pertumbuhan janin kurang sempurna17. Pada preeklampsia/eklampsia terjadi
disfungsi endotel maternal sehingga terjadi iskemia placenta dan menyebabkan sirkulasi
placenta terganggu serta berkurang kemudian menyebabkan bayi tidak mendapatkan pasokan
nutrisi serta oksigen yang cukup sehingga menimbulkan.
Dan dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara preeklampsia
dengan berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ariani

bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah2.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dari Wahyuni bahwa kejadian BBLR tertinggi
adalah pada ibu hamil dengan preeklampsia berat21.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control untuk efisiensi waktu dalam
pengumpulan data. Penelitian ini terbatas pada saat melakukan penelitian yaitu data yang
diperoleh merupakan data yang diambil dari rekam medik sehingga rawan terjadi bias atau
catatan rekam medik yang tidak akurat, maka sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat
menggunakan pengambilan data dengan metode lain seperti wawancara atau kuisoner pada
ibu yang melahirkan BBLR sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan mengurangi
terjadinya bias.
KESIMPULAN
1.Terdapat pengaruh yang signifikan antara usia ibu dengan berat badan lahir rendah. Ibu
dengan usia risiko tinggi memiliki peluang 3,226 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR
daripada ibu dengan usia risiko rendah.
2.Terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas dengan berat badan lahir rendah. Ibu
dengan paritas tinggi memiliki peluang 3,505 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR
daripada ibu dengan paritas rendah.
3.Terdapat pengaruh yang signifikan antara jarak kehamilan dengan berat badan lahir rendah.
Ibu dengan jarak kehamilan risiko tinggi memiliki peluang 3,493 kali lebih tinggi melahirkan
bayi BBLR daripada ibu dengan jarak kehamilan risiko rendah.
4.Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertambahan berat badan dengan berat badan
lahir rendah. Ibu dengan pertambahan berat badan yang tidak sesuai memiliki peluang 4,566
kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR daripada ibu dengan pertambahan berat badan yang
sesuai, dan pertambahan berat badan merupakan faktor yang paling berisiko terhadap BBLR.
5.Terdapat pengaruh yang signifikan antara anemia dengan berat badan lahir rendah. Ibu
dengan anemia memiliki peluang 4,221 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR daripada ibu
tidak anemia.
6.Terdapat pengaruh yang signifikan antara preeklampsia dengan berat badan lahir rendah.
Ibu dengan preeklampsia memiliki peluang 4,033 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR
daripada ibu tidak preeklampsia.
SARAN
1.Bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengembangkan penelitian dengan variabel yang berbeda seperti faktor dari janin atau faktor dari
plasenta, agar bisa mengetahui faktor faktor lain selain faktor maternal yang berpengaruh
terhadap berat badan lahir rendah, atau dengan metode penelitian yang berbeda seperti
menggunakan design penelitian kohort yang metode penelitiannya lebih jelas.

2.Pengambilan data dapat dilakukan dengan teknik yang berbeda, misalnya dengan kuisoner
atau wawancara kepada ibu yang melahirkan bayi BBLR sehingga data yang diperoleh lebih
akurat dan mengurangi terjadinya bias.
3.Menambahan kategori dalam setiap variabel penelitian sehingga parameter yang digunakan
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1.Aliyu MH, Salihu MH, Keith LG. 2005. Extreme parity and the risk of stillbirth. Journal
Obstet Gynecol. Vol 106.
2.Ariani, R. 2009. Hubungan Preeklampsia Dengan Berat Bayi Lahir Rendah Di RSUP H.
Adam Malik Medan. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumantera
Utara, Medan.
3.Budiman. 2010. Faktor Ibu Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir di Pukesmas
Garuda. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan. Stikes Jendral A.Yani Cimahi.
4.Bobak, L . 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC : Jakarta. Hal 207.
5.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Ibu Sehat, Bayi Sehat. Direktorat
Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat : Jakarta.
6.Depkes RI. 2009. Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005 - 2009.
7.Dinas Kesehatan Kota Malang. 2011. Profil Kesehatan Kota Malang. Dinas Kesehatan,
Malang.
8.Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan. 2011. Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan
Selatan. Dinas Kesehatan, Propinsi Kalimantan Selatan.
9.Festy, P. 2010. Analisis Faktor Risiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di
Kabupaten Sumenep. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Kesehatan UMSurabaya.
10.Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Pencapaian
Millenium Development Goals. Jakarta : 2007. Hal 49.
11.Mainase, J. 2006. Hubungan Faktor Ibu Hamil Dengan Terjadinya Bayi Lahir Rendah di
RSUD Dr.M.Haulussy Ambon. Maluku. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
12.Manuaba, I.G.I.B. 2009. Manuaba C, Manuaba I.B.G.F. Buku Ajar Patologi Obstetri. EGC
: Jakarta. Hal 144.
13.Muwakhidah. 2010. Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Dengan Berat Bayi
Lahir Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

14.Pantiawati, I. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika :
Yogyakarta. Hal 231.
15.Prawiroharjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo :
Jakarta. Hal 145-148.
16.Proerawati, A. 2010. Nutrisi Janin Dan Ibu hamil. Nuha Medika : Yogyakarta. Hal 88-148.
17.Rustam, M. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 1, Edisi 2 . ECG : Jakarta. Hal 26.
18.Sistiarani, C. 2008. Faktor Maternal Dan Kualitas Pelayanan Anternatal Yang Berisiko
Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ). Tesis. Tidak diterbitkan. Fakultas
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.
19.Stiani, D.L. 2011. Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Dengan Kejadian BBLR Di RSUD
Banjarbaru. Tugas Akhir. Tidak ditrbitkan. Politeknik Kesehatan Banjarmasin.
20.Trihardiani, I. 2011. Faktor Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di
Wilayah Kerja Pukesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Skripsi. Tidak
diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
21.Wahyuni, A. 2005. Hubungan Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil Terhadap BBLR di
RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2005.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
22.Wortington R, Williams SR. 2000. Nutrition Through The Life Cycle. Fourth Edition.
North Amerika. MC Graw-Hill International Edition.
Convert PDF to HTML

Anda mungkin juga menyukai