Selatan angka kejadian BBLR hanya 30 kasus BBLR dari 601 bayi yang dilahirkan8, maka
dilakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr.Saiful Anwar Malang.
Tujuan Penelitian. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr.Saiful Anwar Malang.
Manfaat Penelitian. Penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi
kepada masyarakat mengenai keadaan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sehingga dapat
digunakan sebagai upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi bayi guna
mengurangi mortalitas dan mordibitas.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang dilakukan dengan desain penelilitian observasional melalui
metode penelitian case control. Jumlah sampel sebanyak 107 dengan perincian 57 bayi yang
dilahirkan dengan BBLR dan 50 bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal. Metode
sampling yang
digunakan ialah Quota Sampling. Alat untuk pengumpulan data mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu dengan menggunakan data rekam
medik bayi yang dilahirkan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, periode 1 Januari 2011 31
Desember 2011.
Pengumpulan Data. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data pada penelitian ini, yaitu pengambilan data sekunder yang diperoleh dari data rekam
medik bayi yang dilahirkan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2011 31
Desember 2011 yang memenuhi kriteria inklusi.
Analisis Data. Hasil penelitian ini dianalisis secara secara statistikpada derajatkepercayaan
95% (a =
0,05). Dengan metode analisis data mengunakan Analisis Univariat, Analisis Bivariat dengan
Uji Chi square dan Analisis Multivariat dengan meng- gunakan Uji Regresi Logistik.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSUD Dr. Saiful Anwar Malang,
diperoleh informasi mengenai usia ibu, paritas, jarak kehamilan, penambahan berat badan,
anemia, pre-eklampsia dan bayi dengan BBLR
Uji Univariat.
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu
Usia
Jumlah
Persentase
(%)
43
40,2
64
59,8
35 tahun)
Total
107
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa ibu dengan usia risiko rendah berjumlah 43 orang (40%)
dan ibu dengan usia risiko tinggi berjumlah 64 orang (60%).
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas
Paritas
Jumlah
Persentase
(%)
Paritasrendah(=2)
53
49,5
54
50,5
Total
107
Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari seluruh sampel yang diteliti, ibu yang termasuk dalam
paritas risiko rendah berjumlah 53 orang (49.5%) dan paritas risiko tinggi berjumlah 54 orang
(50.5%).
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak
kehamilan
Jarak Kehamilan
Jumlah
Persentase
(%)
Risikorendah(=2tahun)
55
51,4
52
48,6
Total
107
Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari seluruh sampel yang diteliti sebanyak 55 orang (51%)
ibu mempunyai jarak kehamilan risiko rendah dan 52 orang (49%) ibu mempunyai jarak
kehamilan risiko tinggi.
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pertambahan Berat Badan
Jumlah
Persentase
(%)
Risikorendah(kenaikan=12kg)
38
35,5
69
64,5
Total
107
Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa penambahan berat badan risiko rendah terdapat sebanyak
38 orang (36%) dan sebagain besar ibu dengan penambahan berat badan risiko tinggi terdapat
sebanyak 69 orang (64%).
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anemia
Anemia
Jumlah
Persentase
(%)
Risikorendah(Hb=11gr%)
43
40,2
64
Total
107
59,8
Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa ibu dengan kategori anemia risiko rendah terdapat
sebanyak 43 orang (40%) dan ibu dengan kategori anemia risiko tinggi sebanyak 64 orang
(60%).
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pre- eklampsia
Preeklampsia
Jumlah
Persentase
(%)
48
44,9
59
55,1
mmHg)
Risikotinggi(TD=160/110
mmHg)
Total
107
Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa ibu dengan kategori pre eklampsia risiko rendah (TD <
160/110 mmHg) terdapat sebanyak 48 orang (45%) dan ibu dengan kategori pre eklampsia
risiko tinggi (TD =
Keterangan
Jumlah
Persentase
(%)
BBLR
57
53,3
Non BBLR
50
46,7
Total
107
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa 57 (53,3%) ibu hamil yang melahirkan bayi dengan BBLR
dan 50 (46,7%) ibu hamil yang melahirkan bayi dengan tidak BBLR.
Hasil Analisis Bivariat
Tabel Pengaruh Usia Ibu Dengan Berat Badan Lahir
Keterangan
Usia
p
Non-BBLR
BBLR
Value
f
Risiko rendah
31
29
12
11,2
Risiko tinggi
19
17,8
45
42,1
Total
50
46,7
57
53.3
0.000
Dari hasil uji kai kuadrat diketahui bahwa usia berpengaruh signifikan pada berat badan lahir
rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value, dimana nilai p value = 0.000
lebih kecil daripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Paritas Ibu Dengan Berat Badan Lahir
Keterangan
Paritas
p
Non-BBLR
BBLR
Value
f
Risiko rendah
31
29
22
20,6
Risiko tinggi
19
17,8
35
32,7
Total
50
46,7
57
53.3
0.016
Dari hasil uji kai kuadrat diketahui bahwa paritas berpengaruh signifikan pada berat badan
lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value, dimana nilai p value = 0.016
lebih kecil daripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Jarak Kehamilan Dengan Berat
Badan Lahir
Keterangan
Jarak
p
Non-BBLR
BBLR
kehamilan
Risiko rendah
Value
f
33
30,8
22
20,6
0.005
Risiko tinggi
17
15,9
35
32,7
Total
50
46,7
57
53.3
Dari hasil uji chi square diketahui bahwa jarak kehamilan berpengaruh signifikan pada berat
badan lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value ,dimana nilai p value
=
0.005lebihkecildaripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Penambahan Berat Badan
Dengan Berat Badan Lahir
Keterangan
Penambahan
Non-BBLR
BBLR
berat badan
Risiko rendah
Value
f
27
25,2
11
10,3
0.000
Risiko tinggi
23
21,5
46
43
Total
50
46,7
57
53.3
Dari hasil uji chi square diketahui bahwa penambahan berat badan berpengaruh signifikan
pada berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value ,dimana
nilai p value=0.000lebihkecildaripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Anemia Dengan Berat
Badan Lahir
Keterangan
Anemia
p
Non-BBLR
BBLR
Value
f
Risiko rendah
29
27,1
14
13,1
0.000
Risiko tinggi
21
19,6
43
40,2
Total
50
46,7
57
53.3
Dari hasil uji chi square diketahui bahwa anemia berpengaruh signifikan pada berat badan
lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value, dimana nilai p value = 0.000
lebih kecil daripadaa(0.05).
Tabel Pengaruh Pre-eklampsia Dengan Berat Badan
Lahir
Keterangan
Pre -
Non-BBLR
BBLR
eklampsia
Risiko rendah
Value
f
30
28
18
16,8
0.003
Risiko tinggi
20
18,7
39
36,4
Total
50
46,7
57
53.3
Dari hasil uji chi square diketahui bahwa pre- eklampsia berpengaruh signifikan pada berat
badan lahir rendah (BBLR). Hal ini dibuktikan dengan melihat p value ,dimana nilai p value
= 0.003 lebih kecildaripadaa(0.05).
Analisis multivariate
Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi logistik, karena untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari variabel independen Usia, Paritas,
Jarak Kehamilan, Penambahan berat badan, Anemia dan Preeklamp- sia terhadap variabel
dependen yaitu berat badan lahir rendah (BBLR). Tahapan dan hasil uji regresi logistik dapat
dilihat pada penjelasan berikut ini:
Hasil Regresi Logistik
B
SE
Wald
df Sig.
Rasio
odd
X1
1.171
.537
4.761
.029
3.226
X2
1.255
.551
5.185
.023
3.506
X3
1.251
.526
5.662
.017
3.493
X4
1.519
.554
7.507
.006
4.566
X5
1.440
.556
6.703
.010
4.221
X6
1.394
.541
6.633
.010
4.033
Constant
-12.412
2.508
24.491
.000
.000
Keterangan
X1
: usia ibu
X2
: paritas
X3
: jarak kehamilan
X4
X5
: anemia
X6
: pre-eklampsia
Variabel jarak kehamilan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.251 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0.017. Karena signifikansi
(p) lebih kecil dari a (0,05) maka dapat dikatakan bahwa jarak kehamilan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap berat badan lahir rendah. Nilai rasio odd sebesar 3,493
menjelaskan bahwa peluang ibu dengan jarak kehamilan risiko tingi (< 2
tahun) melahirkan bayi BBLR 3,493 kali lebih tinggi daripada ibu dengan jarak kehamilan
risiko rendah (> 2 tahun).
Penambahan Berat Badan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Variabel penambahan berat badan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.519
dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0.006. Karena signifikansi (p) lebih kecil dari a (0,05)
maka dapat dikatakan bahwa penambahan berat badan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap berat badan lahir rendah. Nilai rasio odd sebesar 4,566 menjelaskan bahwa peluang
ibu dengan penambahan berat badan risiko tingi (penambahan BB < 12 Kg) melahirkan bayi
BBLR 4,566 kali lebih tinggi daripada ibu dengan penambahan berat badan risiko rendah
(penambahan BB > 12 Kg).
Anemia Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Variabel anemia pada ibu menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.440 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0.010. Karena signifikansi
(p) lebih kecil dari a (0,05) maka dapat dikatakan bahwa keadaan Hb ibu (anemia)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat badan lahir rendah. Nilai rasio odd
sebesar 4,221 menjelaskan bahwa peluang ibu dengan anemia (HB < 11 g%) melahirkan bayi
BBLR 4,221 kali lebih tinggi daripada ibu tidak anemia (HB > 11 g%).
Pre-eklampsia Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Variabel pre eklampsia menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1.394 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0.010. Karena signifikansi
(p) lebih kecil dari a (0,05) maka dapat dikatakan bahwa pre eklampsia memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap berat badan lahir rendah. Nilai rasio odd sebesar 4,033
menjelaskan bahwa peluang ibu dengan pre-eklampsia (TD > 160/110 mmHg) melahirkan
bayi BBLR 4,033 kali lebih tinggi daripada ibu tidak pre-eklampsia (TD < 160 / 110 mmHg).
PEMBAHASAN
Pengaruh Usia Ibu Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Usia ibu pada saat hamil mempengaruhi kondisi kehamilan ibu karena selain berhubungan
dengan kematangan organ reproduksi juga berhubungan dengan kondisi psikologis terutama
kesiapan dalam menerima kehamilannya22. Kehamilan pada usia kurang 20 tahun panggul
dan rahim masih kecil dan alat reproduksi yang belum matang. Pada usia di atas 35 tahun,
kematangan organ reproduksi mengalami penurunan dibandingkan pada saat usia 20 35
tahun. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah - masalah kesehatan pada saat
persalinan dan berisiko terjadinya cacat bawan janin serta BBLR12.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara usia ibu dengan berat
badan bayi lahir rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
SistiaranI bahwa ada perbedaan yang signifikan presentase BBLR antara ibu yang termasuk
usia risiko tinggi dengan ibu yang tidak berisiko pada saat hamil dan melahirkan. Dari
penelitian Sistiarani disimpulkan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi mempunyai peluang
melahirkan BBLR 4,28 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak termasuk kategori yang
berisiko (usia 20 35 tahun)18.Hasil penelitian lain dari data SDKI Indonesia bahwa usia ibu
< 20 tahun dan > 35 tahun berisiko 1,5 kali lebih besar melahirkan BBLR. Namun hasil ini
tidak sesuai dengan penelitian Stiani menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu
dengan kejadian BBLR19.
Pengaruh Paritas Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh seorang ibu. Paritas dapat
mempengaruhi durasi persalinan dan komplikasi. Paritas yang tinggi dapat meningkatkan
risiko terjadi BBLR dan bayi lahir mati. Hal tersebut terjadi karena semakin tinggi status
paritas ibu maka kemampuan rahim untuk menyediakan nutrisi bagi kehamilan selanjutnya
semakin menurun sehingga penyaluran nutrisi antara ibu dan janin terganggu akhirnya dapat
mengakibatkan BBLR1.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas ibu dengan
berat
badan bayi lahir rendah (BBLR). Penilitian ini sejalan dengan penelitian Trihardiani bahwa
ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan berat badan lahir20. Hal ini sesuai juga
dengan hasil penilitian dari Budiman bahwa paritas berhubungan dengan berat badan bayi
yang dilahirkan, dan paritas merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan berat badan
lahir rendah (BBLR)3.
Pengaruh Jarak Kehamilan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk
memulihkan kondisi tubuhnya setalah melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam kondisi
tubuh yang kurang sehat inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan
bayi yang dilahirkan serta risiko terganggunya sistem reproduksi4. Sistem repro- duksi yang
terganggu akan mengambat pertumbuhan dan perkembangan janin yang yang dikandungnya
sehingga akan berpengaruh terhadap berat badan lahir11.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara jarak kehamilan
dengan berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sistiarani bahwa ada perbedaan yang signifikan persentase BBLR antara ibu yang memiliki
jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran lebih dari sama
dengan 2 tahun. Analisis faktor risiko jarak kelahiran didapatkan OR = 5,11 (95% CI:1,61
16,18) artinya ibu yang memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun mempunyai peluang
melahirkan BBLR 5,11 kali dibandingkan ibu yang memiliki jarak kelahiran lebih dari sama
dengan 2 tahun18. Namun hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Trihardiani bahwa tidak
ada hubungan yang bermakana antara jarak kehamilan dengan berat badan lahir. Hal ini
dikarenakan sebagaian subyek pada penelitiannya sebesar 90,8% memiliki jarak kelahiran
lebih dari dua tahun20.
Pengaruh Penambahan Berat Badan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Pertambahan berat badan ibu yang tidak sesuai akan memungkinkan terjadinya keguguran,
kelahir- an prematur, BBLR, dan perdarahan setelah persalinan16. Sebaliknya per-tambahan
berat badan ibu yang berlebih juga berisiko mengalami perdarahan atau merupakan indikasi
awal
terjadinya keracunan kehamilan/pre-eklamsia atau diabetes. Sebagian besar BBLR terjadi
pada ibu yang mengalami kenaikan berat badan selama hamilnya kurang dari 12 Kg.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara penambahan berat
badan dengan berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Festy dari hasil analisinya disimpulkan bahwa ibu dengan penambahan berat badan kurang
selama kehamilannya mempunyai peluang melahirkan BBLR 8,624 kali dibandingkan ibu
dengan penambahan berat badan yang sesuai9. Penelitian ini sesuai juga dengan penelitian
Trihardiani menunjukkan bahwa ibu dengan pertambahan berat badan yang tidak sesuai
mempunyai risiko 6,6 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan pertambahan
berat badan yang sesuai20. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Muwakhidah
bahwa tidak ada kenaikan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir rendah13.
Pengaruh Anemia Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Ibu hamil yang menderita anemia disebabkan karena kurangnya zat besi yang diperlukan
untuk pembentukan hemoglobin. Hal ini dapat menyebabkan distribusi oksigen ke jaringan
akan berkurang yang akan menurunkan metabolisme jaringan sehingga pertumbuhan janin
akan terhambat, dan berakibat berat badan lahir bayi rendah5.
Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara anemia dengan berat
badan bayi lahir rendah. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Fresty bahwa jika Hb ibu <11
gr% maka kecenderungan untuk mempunyai bayi BBLR akan berlipat 3,366 kali
dibandingkan Hb ibu > 11 gr%7. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Trihardiani
bahwa anemia memiliki hubungan dengan kejadian BBLR. Hal ini diperkuat dengan
penelitian lain yang memaparkan ibu hamil yang menderita anemia berisiko 2,25 kali untuk
melahirkan bayi BBLR20.
Pengaruh Preeklampsia Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Pengaruh preeklamsi/eklamsi pada kehamilan adalah terdapatnya isufisiensi placenta
sehingga
menyebabkan pertumbuhan janin kurang sempurna17. Pada preeklampsia/eklampsia terjadi
disfungsi endotel maternal sehingga terjadi iskemia placenta dan menyebabkan sirkulasi
placenta terganggu serta berkurang kemudian menyebabkan bayi tidak mendapatkan pasokan
nutrisi serta oksigen yang cukup sehingga menimbulkan.
Dan dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara preeklampsia
dengan berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ariani
bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat badan lahir rendah2.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dari Wahyuni bahwa kejadian BBLR tertinggi
adalah pada ibu hamil dengan preeklampsia berat21.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control untuk efisiensi waktu dalam
pengumpulan data. Penelitian ini terbatas pada saat melakukan penelitian yaitu data yang
diperoleh merupakan data yang diambil dari rekam medik sehingga rawan terjadi bias atau
catatan rekam medik yang tidak akurat, maka sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat
menggunakan pengambilan data dengan metode lain seperti wawancara atau kuisoner pada
ibu yang melahirkan BBLR sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan mengurangi
terjadinya bias.
KESIMPULAN
1.Terdapat pengaruh yang signifikan antara usia ibu dengan berat badan lahir rendah. Ibu
dengan usia risiko tinggi memiliki peluang 3,226 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR
daripada ibu dengan usia risiko rendah.
2.Terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas dengan berat badan lahir rendah. Ibu
dengan paritas tinggi memiliki peluang 3,505 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR
daripada ibu dengan paritas rendah.
3.Terdapat pengaruh yang signifikan antara jarak kehamilan dengan berat badan lahir rendah.
Ibu dengan jarak kehamilan risiko tinggi memiliki peluang 3,493 kali lebih tinggi melahirkan
bayi BBLR daripada ibu dengan jarak kehamilan risiko rendah.
4.Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertambahan berat badan dengan berat badan
lahir rendah. Ibu dengan pertambahan berat badan yang tidak sesuai memiliki peluang 4,566
kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR daripada ibu dengan pertambahan berat badan yang
sesuai, dan pertambahan berat badan merupakan faktor yang paling berisiko terhadap BBLR.
5.Terdapat pengaruh yang signifikan antara anemia dengan berat badan lahir rendah. Ibu
dengan anemia memiliki peluang 4,221 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR daripada ibu
tidak anemia.
6.Terdapat pengaruh yang signifikan antara preeklampsia dengan berat badan lahir rendah.
Ibu dengan preeklampsia memiliki peluang 4,033 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR
daripada ibu tidak preeklampsia.
SARAN
1.Bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengembangkan penelitian dengan variabel yang berbeda seperti faktor dari janin atau faktor dari
plasenta, agar bisa mengetahui faktor faktor lain selain faktor maternal yang berpengaruh
terhadap berat badan lahir rendah, atau dengan metode penelitian yang berbeda seperti
menggunakan design penelitian kohort yang metode penelitiannya lebih jelas.
2.Pengambilan data dapat dilakukan dengan teknik yang berbeda, misalnya dengan kuisoner
atau wawancara kepada ibu yang melahirkan bayi BBLR sehingga data yang diperoleh lebih
akurat dan mengurangi terjadinya bias.
3.Menambahan kategori dalam setiap variabel penelitian sehingga parameter yang digunakan
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1.Aliyu MH, Salihu MH, Keith LG. 2005. Extreme parity and the risk of stillbirth. Journal
Obstet Gynecol. Vol 106.
2.Ariani, R. 2009. Hubungan Preeklampsia Dengan Berat Bayi Lahir Rendah Di RSUP H.
Adam Malik Medan. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumantera
Utara, Medan.
3.Budiman. 2010. Faktor Ibu Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir di Pukesmas
Garuda. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan. Stikes Jendral A.Yani Cimahi.
4.Bobak, L . 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC : Jakarta. Hal 207.
5.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Ibu Sehat, Bayi Sehat. Direktorat
Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat : Jakarta.
6.Depkes RI. 2009. Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005 - 2009.
7.Dinas Kesehatan Kota Malang. 2011. Profil Kesehatan Kota Malang. Dinas Kesehatan,
Malang.
8.Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan. 2011. Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan
Selatan. Dinas Kesehatan, Propinsi Kalimantan Selatan.
9.Festy, P. 2010. Analisis Faktor Risiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di
Kabupaten Sumenep. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Kesehatan UMSurabaya.
10.Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Pencapaian
Millenium Development Goals. Jakarta : 2007. Hal 49.
11.Mainase, J. 2006. Hubungan Faktor Ibu Hamil Dengan Terjadinya Bayi Lahir Rendah di
RSUD Dr.M.Haulussy Ambon. Maluku. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
12.Manuaba, I.G.I.B. 2009. Manuaba C, Manuaba I.B.G.F. Buku Ajar Patologi Obstetri. EGC
: Jakarta. Hal 144.
13.Muwakhidah. 2010. Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Dengan Berat Bayi
Lahir Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
14.Pantiawati, I. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika :
Yogyakarta. Hal 231.
15.Prawiroharjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo :
Jakarta. Hal 145-148.
16.Proerawati, A. 2010. Nutrisi Janin Dan Ibu hamil. Nuha Medika : Yogyakarta. Hal 88-148.
17.Rustam, M. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 1, Edisi 2 . ECG : Jakarta. Hal 26.
18.Sistiarani, C. 2008. Faktor Maternal Dan Kualitas Pelayanan Anternatal Yang Berisiko
Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ). Tesis. Tidak diterbitkan. Fakultas
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.
19.Stiani, D.L. 2011. Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Dengan Kejadian BBLR Di RSUD
Banjarbaru. Tugas Akhir. Tidak ditrbitkan. Politeknik Kesehatan Banjarmasin.
20.Trihardiani, I. 2011. Faktor Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di
Wilayah Kerja Pukesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Skripsi. Tidak
diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
21.Wahyuni, A. 2005. Hubungan Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil Terhadap BBLR di
RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2005.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
22.Wortington R, Williams SR. 2000. Nutrition Through The Life Cycle. Fourth Edition.
North Amerika. MC Graw-Hill International Edition.
Convert PDF to HTML