Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang penting dalam menguatkan datadata yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita
pilihan terhadap pemeriksaan-pemeriksaan khusus atau tambahan yang perlu kita
lakukan.
Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi
atas dua jenis, yaitu:
a.
1.
2.
b.
melihat
apakah
ada
indikasi
penyakit
lainnya
selain
kelainan
5. Kapas
2. Refleks Hammer
6. Jarum kecil
7. Senter saku
4. Meteran
8. Geniometer
Inspeksi (look)
Palpasi (feel)
Gerak (move)
Bagian distal
Bagian utama
Bagian lain
Kulit
Jaringan lunak
Tulang
dan
sendi
Pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen
2.
Pemeriksaan Lokalis
Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan sebagai berikut:
Inspeksi (Look)
Palpasi (Feel)
Kekuatan otot (Power)
Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (Move)
Auskultasi
Uji-uji fisik khusus
Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa.
Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat
Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau
dalam sendi.
Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan
arteri dapat diraba atau tidak.
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya
spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan membran
jaringan sinovia, adanya tumor dan sifatnya, adanya cairan di dalam/ di
luar sendi atau adanya pembengkakan.
c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri
setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred pain).
d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang
atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang
satu dengan lainnya.
e. Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk anggota gerak bawah
dimana adanya perbedaan panjang merupakan suatu hal yang penting
untuk dicermati. Pengukuran juga berguna untuk mengetahui adanya
atrofi/pembengkakan otot dengan membandingkan dengan anggota gerak
yang sehat.
f. Penilaian deformitas yang menetap;pemeriksaan ini dilakukan
sendi tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.
apabila
b.
Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan
ligamen yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat
dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi
diamati.
c.
2.
Gerakan abduksi dan adduksi dapat ditemukan pada sendi bahu, panggul,
sendi metakarpo-falangeal dan metatarso-falangeal. Abduksi adalah gerakan
yang menjauhi garis tengah tubuh. Adduksi adalah gerakan yang mendekati
garis tengah tubuh. Pada tangan dan kaki, garis tengah terletak pada jari
tengah tangan dan kaki.
3.
10
11
Koksa vara adalah berkurangnya sudut leher femur dan batang femur
dari normal misalnya sudutnya 90 (normal = 130).
Genu varum (bow legs) adalah lutut berjauhan apabila kaki berdekatan
Haluks varus, adalah deformitas adduksi dari ibu jari kaki terhadap
sendi metatarsofalangeal.
Valgus
Valgus adalah angulasi secara imajiner yang tidak ada hubungannya dengan
lingkaran imajiner dimana penderita ditempatkan.
12
Genu valgum (knock knees), adalah bila lutut didekatkan maka kaki
akan berjauhan .
Hip valgus, adalah bertambahnya sudut antara aksis dari tungkai dan
tumit dalam posisi eversi.
Haluks valgus, adalah deformitas abduksi dari ibu jari kaki terhadap
metarsofalangeal.
PEMERIKSAAN REGIONAL
Pemeriksaan ortopedi regional terdiri atas :
Pemeriksaaan Tulang Belakang
PEMERIKSAAN LEHER DAN VERTEBRA SERVIKALIS
Kelainan yang paling sering ditemukan pada leher ditemukan pada leher
adalah degenerasi
Palpasi
Suhu kulit
deformitas
Kontur tulang
13
atas
saat digerakkan
Warna
Suhu
digerakkan
Nadi
Status
neurologik
anggota
gerak atas
Sistem muskuler
Pergerakan
Fleksi-ekstensi 130
Sistem sensoris
Fleksi lateral 45
Keringat
Rotasi 80
Refleks
2.
3.
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan daerah bagian tubuh lainnya juga perlu dilakukan. Gangguan
pada leher bisa akibat manifestasi klinis dari suatu penyakit sistemik.
Anamnesis
Yang perlu diltanyakan pada anamnesis adalah :
Adakah hubungan antara gejala sekarang dengan keluhan pada leher sebelumnya
Apakah ada gejala kekakuan pada leher yang merupakan gejala awal
prolapsus diskus intervertebra servikalis
Nyeri pada anggota gerak atas harus diketahui sumbernya. Tekanan saraf pada
daerah servikal memberikan gambaran klinis sesuai dengan distribusi
sarafnya. Nyeri ini menjalar ke lengan atas dan bawah pada satu jari atau
lebih. Gejala saraf bisa berupa parestesia, rasa kram atau rasa seperti tertusuk
jarum di tangan.
14
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan leher, baju harus dibuka dan harus terlihat jelas bagian leher
secara keseluruhan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam keadaan penderita
berdiri ataupun duduk.
Deformitas
Kolumna vertebra servikalis biasanya sedikit lordosis ke depan. Perubahan kurva
ini menjadi lurus atau melengkung ke belakang (kifosis) merupakan tanda adanya
kelainan yang mencurigakan. Juga diperhatikan deformitas vertebra ke lateral atau
rotasi.
Pergerakan
Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi lateral ke kanan/ ke kiri,
fleksi ekstensi. Gerakan fleksi dan ekstensi maksimal terjadi pada sendi oksipitoatlantoid.
Pemeriksaan neurologik anggota gerak atas
Pemeriksaan neurologik perlu dilakukan pada kelainan di daerah leher karena lesi
pada daerah servikal sering menyebabkan gangguan pada pleksus brakialis.
Sistem muskuler. Otot bahu, lengan atas, lengan bawah dan tangan harus
diperiksa apakah ada kelemahan atau fasikulasi otot. Pemeriksaan meliputi
tonus dan kekuatan dari setiap otot dan membandingkannya dengan anggota
gerak yang berlawanan.
15
saraf yang mana sesuai dengan percabangan / distribusi dari saraf yang
mengalami gangguan.
16
strain atau postural back pain. Nyeri punggung bawah sering disertai penjalaran
nyeri ke bokong, tungkai atas dan tungkai bawah baik unilateral maupun bilateral.
Nyeri yang bersifat menjalar ini disebut skiatika.
Anamnesis
Perhatian terutama harus ditujukan pad perlangsungan/onset penyakit, apakah
bersifat periodik atau menetap, bertambah buruk atau bertambah baik dan hal-hal
apa yang dapat menyebabkan nyeri bertambah/berkurang. Lokalisasi dari nyeri
punggung serta sifat-sifatnya juga harus ditentukan secara jelas.
Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada punggung
1.
Pergerakan
Kontur tulang
Sendi spinal :
Fleksi 80
Ekstensi 30
Adanya
Fleksi lateral 35
jaringan
parut
Rotasi 45 :
atau sinus
Sendi kostovertebral
Suhu kulit
Kontur tulang
dada
Sendi sakroiliaka
Nyeri lokal
Penderita berbaring
Palpasi fossa iliaka
-
17
Pemeriksaan refleks
2.
3.
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan pelvis
8.
Pemeriksaan umum
9. Pemeriksaan umum bagian-bagian tubuh yang lain. Gejala lokal dapat
merupakan salah satu manifestasi klinis dari suatu penyakit sistemik.
10.
11. Tanda-tanda skiatika
12. Nyeri skiatika ditandai dengan penjalaran nyeri sepanjang persarafan
nervus skiatika pada tungkai bawah. Ada dua jenis skiatika yang diketahui.
Apabila nyerinya hebat dan menjalar dengan arah dan lokalisasi yang jelas
pada kulit, apalagi bila disertai kelainan motoris, sensoris dan refleks,
maka hampir pasti ini merupakan kelainan mekanik yang memberikan
gangguan dari serabut saraf pleksus lumvalis atau sakralis. Jenis skiatika
lain berupa rasa nyeri yang samar-samar disertai distribusi nyeri yang
tidak jelas dan lebih menyerupai suatu nyeri kiriman akibat kelainan
sendi/ligamen.
13.
18
14.
15. Penilaian deformitas
16. Setiap kelainan bentuk yang ditemukan baik pada inspeksi maupun palpasi
harus dicatat dengan baik. Deformitas tulang belakang dapat berbentuk
kifosis, lordosis atau skoliosis.
17.
18. Pemeriksaan Sendi Bahu
19.
Kontur tulang
Suhu kulit
Kontur tulang
22. Palpasi
19
Nyeri lokal
20
Pergerakan
Spasme otot
Kekuatan
Sendi akromioklavikular
Sendi sternoklavikula
Pemeriksaan ini penting untuk menerangkan gejala yang tidak ditemukan pada
pemeriksaan lokal.
Pemeriksaan meliputi :
Pemeriksaan umum
Anamnesis
Pada nyeri bahu harus ditentukan dengan jelas lokasi dan distribusi nyeri.
Nyeri biasanya berasal dari ujung akromion menjalar ke bawah pada lengan
atas sampai pada insersi otot deltoid. Jarang sekali nyeri pada bahu yang
menjalar melewati sendi siku.
Nyeri kiriman biasanya berupa iritasi dari pleksus brakialis, menjalar dari
leher pada bagian atas dari bahu kemudian ke lengan.
Pada pemerikasaan sendi bahu sangat penting diketahui berapa besar gerakan
yang terjadi pada sendi glenohumeral dan berapa besar gerakan rotasi skapula.
Untuk membedakannya maka pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi
bagian bawah skapula. Dalam keadaan normal gerakan sendi bahu berupa
abduksi yang terjadi dari sebagian sendi glenohumeral dan sebagian dari rotasi
sendi skapula sendiri. Kelainan pada sendi bahu akan memberikan hambatan
pada gerakan sendi glenohumeral tetapi tidak pada gerakan skapula.
Untuk memperkirakan besarnya kekuatan ada dua kelompok otot pada daerah
bahu yang harus dibedakan yaitu:
Fungsi otot ini untuk gerakan elevasi skapula yaitu levator skapula dan bagian atas
dari otot trapezius.
Retraktor dari skapula yaitu otot rhomboid dan bagian tengah dari otot
trapezius. Abduktor rotator dari skapula yaitu otot seratus anterior, bagian tengah
dan bagian bawah dari otot trapezius. Untuk menguji perlu dilakukan pemeriksaan
fungsi dan kekuatan otot dengan pemeriksaan khusus.
2.
Otot skapulohumeral
berfungsi untuk abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi lateral, rotasi medial.
Kelainan yang biasa ditemukan pada humerus adalah trauma, infeksi pada
tulang, tumor tulang terutama oleh karena metastasis. Sedangkan pada sendi
siku biasanya berupa artritits. Kelainan lain yang biasa ditemukan adalah
osteoarthritis disekans dan bergesernya sendi siku dan beberapa kelainan
akibat jepitan pada saraf.
Anamnesis
Harus diketahui dengan tepat lokasilisasi, distribusi dan asal dari nyeri. Nyeri
pada lengan atas mungkin merupakan nyeri yang berasal dari bahu. Pada sendi
siku sebaiknya ditanyakan adanya riwayat trauma sebelumnya misalnya
trauma masih kanak-kanak.
Pada sendi siku terdapat dua komponen persendian yaitu antara humerus
dengan ulna dan antara ulna dengan radius yang memberikan kemungkinan
gerakan fleksi dan ekstensi serta rotasi pada lengan bawah. Gerakan fleksi dan
ekstensi bervariasi antara 0-150 serta pronasi dan supinasi masing-masing
sebesar 0-90 . gambar 4.23
Inspeksi
kontur tulang
suhu kulit
kontur tulang
kontur
fleksi 150
ekstensi 0
sendi humero-ulnar
sendi radio-ulnar
supinasi 80pronasi 90
Kekuatan
fleksi 150
ekstensi 0
supinasi 80
pronasi 90
Stabilitas
ligamentum lateral
ligamentum medial
Nervus medianus
funfsi sensoris
fungsi motoris
( gerakan oponen )
fungsi sensoris
kelenjar keringat
Nervus radialis
jaringan
lunak
Palpasi
nyeri lokal
fungsi motoris
(ekstensi pergelangan tangan, ibu jari, dan jari-jari)
Nervus ulnaris
fungsi sensoris
fungsi motoris
kelenjar keringat.
pemeriksaan bahu
2. Pemeriksaan umum
kemungkinan berasal dari bahu atau leher akibat kelainan pada pleksus
brakialis.
khusus
dalam
ilmu
bedah
ortopedi
dimana
Pemeriksaan
klinik
rutin
gangguan
lengan
bawah,
Palpasi : suhu
kulit
kontur tulang
kontur
jaringan lunak
pergelangan tangan :
nyeri local
tangan
oposisi
Kekuatan
Pemeriksaan umum
pada tangan mungkin hanya merupakan salah satu manifestasi klinis dari
penyakit lain.
2. Sendi metakarpopalangeal
Pada sendi metakarpopalangeal ibu jari dan jari-jari terdapat gerakan fleksi
dan gerakan ekstensi sebesar 90.
3. Sendi interfalangeal
Pada sendi interfalangeal ibu jari dan jari-jari hanya terdapat gerakan fleksi
dan gerakan ekstensi.
Kekuatan otot
ekstensor
digitorum,
ekstensor
indisis,
otot
Fungsi saraf
Sirkulasi
ketidakmampuan
untuk
bekerja
sehingga
Anamnesis
bertambah
berat
apabila
penderita
berjalan
atau
apakah ditemukan:
2.
Dibawah trokanter.
sebelah tapi sebenarnya ukurannya sama. Pada keadaan ini pemeriksaan diukur
dari titik di garis tengah tubuh yaitu xiphisternum, dari pusat atau dari pubis ke
maleolus medialis. Pemendekan yang palsu dari panjang tungkai biasanya
disebabkan oleh karena panggul miring dimana koreksi sepenuhnya tidak dapat
dilakukan. Panggul miring umumnya disebabkan oleh deformitas adduksi yang
menetap yang membuat sisi tersebut seakan lebih pendek atau oleh deformitas
abduksi yang menetap sehingga tungkai bawah tersebut terlihat lebih panjang.
mungkin
Inspeksi
Kontur tulang
Palpasi
Suhu kulit
Kontur tulang
Nyeri lokal
Fleksi
pemeriksa)
2.
3.
Pemeriksaan Umum
Deformitas adduksi yang menetap. Deformitas ini dapat diketahui dengan menilai
hubungan antara pelvis dan panggul. Apabila terdapat kelainan maka aksis tranversal
panggul yaitu garis yang menghubungkan kedua spina iliaka anterior superior tidak
dapat diletakkan dalam garis tegak lurus terhadap anggota gerak yang terkena.
Deformitas abduksi yang menetap. Sama dengan diatas, tetapi sudut antara pelvis dan
tungkai melebihi 90
Deformitas fleksi yang menetap. Deformitas ini dapat diketahui melalui uji Thomas.
1. Fleksi, pergerakan fleksi pada sendi panggul sebaiknya dilakukan bersamasama dengan fleksi pada lutut. Nilai normal gerakan ini besarnya 120.
2. Ekstensi, dengan meluruskan kaki. Dalam keadaan ini didapat nilai 0.
3. Abduksi dilakukan dengan cara satu tangan berada di antara spina iliaka
anterior superior kiri dan kanan dari tangan yang satu melakukan abduksi.
Normal dilakukan abduksi 30-40 aksial.
4. Adduksi, dilakukan dengan menyilangkan kedua kaki. Dalam keadaan normal
didapatkan besarnya adduksi 30.
dalam
menstabilisasi
panggul
terhadap
femur.
Cara pemeriksaannya:
1. Cara berjalan antalgik, yaitu cara berjalan dengan berupaya mengurangi berat
untuk mengurangi nyeri
2. Cara berjalan kaki pendek
3. Cara berjalanTrendelenburg
Pemeriksaan
yang
teliti
dilakukan
untuk
menyingkirkan
Pemeriksaan Lutut
Stabilitas lutut sangat ditentukan oleh ligamentum dan otot
kuadrisep. Otot kuadrisep yang kuat dapat mengontrol stabilitas
lutut walupun terdapat keregangan dari ligamen.
menegakkan
diagnosis
kelainan-kelainan
lutut.
Anamnesis
1. Penebalan tulang; penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah
yang sakit lalu dibandingkan dengan yang normal. Penebalan dapat disebabkan
oleh infeksi, tumor atau kista tulang.
2. Efusi sendi; Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau darah.
Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang disebut uji
fluktuasi. Pada pemeriksaan ini telapak tangan diletakkan di atas femur distal di
bagian atas dari patela pada daerah kantung supra-patelar sementara tangan
lainnya diletakkan pada sisi sebaliknya dimana ibu jari dan jari telunjuk pada
pinggir patela. Tekanan dilakukan oleh tangan yang di proksimal kantung suprapatelar sehingga cairan terdorong ke dalam kantung persendian. Efusi yang terjadi
dapat dengan mudah dideteksi karena adanya impuls hidraulik pada jari-jari dan
ibu jari yang distal. Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan cara
aspirasi.
3. Penebalan membran sinovia; Penebalan membran sinovia merupakan suatu
gambaran artritis inflamasi kronik. Penebalan membran umumnya terjadi di atas
patela dan dapat diraba pada palpasi dan biasanya lutut juga terasa hangat oleh
karena proses inflamasi yang ada.
1.
Inspeksi
Kontur tulang
Palpasi
suhu kulit
Kontur tulang
Nyeri lokal
yang normal)
Fleksi
Ekstensi
Fleksi
Ekstensi
Stabilitas
Ligamentum medial
Ligamentum lateral
Ligamentum
krusiatum
anterior
2.
Ligamentum
krusiatum
posterior
6.
Pemeriksaan Umum
7. Pemeriksaan umum pada setiap anggota tubuh. Gejala lokal pada lutut dapat
ditimbulkan oleh adanya penyakit sistemik.
8.
9. Gerakan sendi lutut
10. Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting oleh karena setiap kelainan
pada lutut. Pada pemeriksaan perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri
atau krepitasi. Secara normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145
dan gerakan ekstensi 0 dan mungkin dapat ditemukan hiperekstensi sebesar
10.
1. Pemeriksaan ligamentum medial dan lateral. Robekan pada ligamentum medial
dapat diperiksa melalui uji abduction stress dan pada ligamentum lateral
adduction stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi penuh,
satu tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan satunya pada lutut.
Dengan kedua tangan dilakukan abduksi untuk menguji ligamentum medial dan
adduksi untuk menguji ligamentum lateral. Apabila ada robekan ligamentum maka
dapat dirasakan sendi bergerak melebihi batas normal.
11.
12.
Uji Lachman. Pada pemeriksaan ini lutut difleksi 15-20. Satu tangan
memegang tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan tangan
lainnya memgang tibia proksimal. Kedua tangan kemudian digerakkan
ke depan dan ke belakang antara tibia proksima dan femur.
13.
Pemeriksaan
pivot
shift
lateral.
Pemeriksaan
ini
merupakan
14.
15.
20. Pemeriksaan radiologis rutin pada kelainan sendi lutut yaitu foto polos AP dan
lateral dimana bagian dari femur dan tibia harus terlihat. Pemeriksaan lain
adalah Sky line atau pemeriksaan tangensial yang berguna untuk mengetahui
osteoartritis patelo femoral. Pemeriksaan radiologis dengan kontras yaitu
artrografi kadangkala bermanfaat pada kelainan-kelainan yang tidak jelas pada
sendi lutut. Pemeriksaan lainnya yaitu radioisotope scanning.
21.
22. Pemeriksaan Tungkai bawah, Pergelangan Kaki dan Jari-jari Kaki
23.
Faktor herediter. Kaki merupakan bagian dari badan yang relatif cepat berevolusi
sebagai konsekuensi untuk menunjang dan menopang tubuh yang tegak. Oleh
karena itu struktur dan bentuk kaki cenderung bervariasi dan mungkin terjadi
gangguan dalam efisiensinya.
Tekanan postural. Beban tubuh yang berlebihan menyebabkan beban yang harus
ditanggung oleh kaki bertambah dan dapat menimbulkan kelainan pada kaki.
Pemakaian alas kaki. Pemakaian alas kaki terutama pada wanita seperti
pemakaian sepatu dengan bentuk dan posisi yang tidak sesuai akan mempengaruhi
secara mekanik pada kaki.
25.
26. Anamnesis
27. Pada anamnesis harus ditanyakan secara jelas distribusi nyeri yang terjadi, di
samping riwayat pekerjaan, kebiasaan penderita, riwayat trauma sebelumnya
serta gangguan yang terjadi pada saat berdiri dan berjalan.
28.
29. Pemeriksaan klinik pada tungkai bawah, pergelangan kaki dan kaki.
31. Palpasi
Kontur tulang
suhu kulit
Kontur tulang
Nyeri lokal
32.
33. Pergerakan (aktif dan pasif dan dibandingkan dengan sisi yang normal)
Pergelangan kaki
Sendi midtarsal
- Plantar fleksi
- Inversi-adduksi
- Eversi-abduksi
Ekstensi
(dorsofeksi)
Sendi subtalar
- Inversi-adduksi
- Eversi-abduksi
Jari kaki
- Fleksi
- Ekstensi
Kekuatan
Setiap otot harus diuji dan dibandingkan dengan sisi yang sebelah.
Stabilitas
Sirkulasi perifer
Denyut a.femoral
Pemeriksaan
Denyut a.poplitea
Bentuk kaki
adanya
2. Pemeriksaan umum
Evaluasi klinik yang dilakukan meliputi keadaan kulit dari kaki, kuku,
perubahan warna, suhu, denyutan arteri dan toleransi latihan.
Pencatatan tekanan sistolik. Bila terdapat iskemik, maka kulit menipis dan
tidak elastis. Kuku menjadi buram, menebal dan ireguler. Kaki lebih dingin,
berwarna merah bata atau kebiruan (sianotik) pada uji Buerger.
Secara normal pergerakan pergelangan kaki ke arah ekstensi atau dorso fleksi
sebesar 15-20 dan plantar fleksi sebesar 40-50
Pergerakan sendi subtalar dan midtarsal. Gerakan pada sendi subtalar dan
midtarsal terjadi secara bersama-sama sebagai satu unit kesatuan. Gerakan ini
meliputi :
Pemakaian alas kaki. Pemeriksaan pada kaki tidak lengkap tanpa disertai dengan
pemeriksaan alas kaki yang dipakai , apakah ada tekanan-tekanan tertentu pada
alas kaki atau alas kaki tidak sesuai/sempit.