Pendamping:
dr. Agustina Rusmawati
Disusun Oleh:
dr.Endang Murtini
PUSKESMAS KAJEN I
KABUPATEN PEKALONGAN
2014
LAPORAN KEGIATAN
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
DAN TIDAK MENULAR (F5)
ASMA BRONKIAL PERSISTEN BERAT
A. Nama Kegiatan
Kunjungan Rumah pasien dengan diagnosa Asma Bronkial Persisten Berat(F5).
B. Latar Belakang
Asma bronkial merupakan kelainan saluran nafas kronik yang merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai usia,
baik laki-laki maupun perempuan. Dalam dekade terakhir ini prevalensi asma bronkial
cenderung meningkat, sehingga masalah penanggulangan asma menjadi masalah yang
menarik.
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan
sukar
bernafas.
Penyebab
yang
umum
adalah
hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut:seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma,antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel
ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran
nafas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi.Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.
Berdasarkan Keparahan Penyakit,asma dibagi menjadi, Asma intermiten(Gejala
muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau hari, gejala
asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan asimtomatik di
antara waktu serangan, Peak Expiratory Folw (PEF) dan Forced Expiratory Value in 1
second (PEV1) > 80%),Asma persisten ringan (Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu
tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma
malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV1 > 80%), Asma persisten sedang
(Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam
hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja cepat
dalam keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan < 80%),Asma persisten berat(Gejala terus
menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas
fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%)
Pada saat ini tersedia banyak jenis obat asma yang dapat diperoleh di Indonesia, tetapi
hal ini tidak mengurangi jumlah penderita asma. Beberapa negara melaporkan terjadinya
peningkatan morbiditas dan mortalitas penderita asma. Hal ini antara lain disebabkan
karena kurang tepatnya penatalaksanaan atau kepatuhan penderita. Bertambahnya
pengetahuan dalam perjalanan penyakit terjadinya asma mempunyai dampak positif
terhadap penatalaksanaan asma. Ketika asma dianggap hanya sebagai suatu penyakit
alergi, antihistamin dan kortikosteroid merupakan obat yang selalu digunakan dalam
penatalaksanaan asma.
C. Tujuan Kegiatan
1. Melaksanakan anamnesa dan pemeriksaan fisik diagnostik terhadap pasien.
2. Menelusuri faktor yang berpengaruh terhadap pasien dengan asma bronkial.
3. Memberikan edukasi mengenai kondisi pasien dengan asma bronkial
D. Bentuk Kegiatan
1. Penegakan diagnosis dengan urutan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi penyakit asma bronkial pada pasien.
3. Melakukan home visit untuk mengetahui kondisi lingkungan dan perkembangan
penyakit pasien.
4. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga.
E. Waktu Kegiatan
Kegiatan telah dilaksanakan pada tanggal 26 November 2014.
F. Tempat Kegiatan
Kunjungan rumah ini dilakukan di Desa Gejlig, Kecamatan Kajen, Kabupaten
Pekalongan.
G. Peserta Kegiatan
Keluarga Ny.S di Desa Gejlig,Kecamatan Kajen,Kabupaten Pekalongan.
H. Pelaksana Kegiatan
1. dr.Endang Murtini
2. dr.Donna Rachmawati
I.
Hasil Kegiatan
a. Anamnesis
1. Keluhan utama
Sesak Nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke PUSTU dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari karena
kehujanan. Sebelumnya pasien sering sesak nafas jika suasana dingin atau
kelelahan.Pasien mengalami sesak nafas sejak kecil,namun sejak usia 50
tahun,sesak nafas dirasakan lebih sering kambuh.Awalnya sesak nafas hanya
timbul satu bulan sekali tapi lama-lama frekuensi sesak semakin sering
terutama dua tahun terakhir ini.Dan sejak tiga bulan terakhir,sesak nafas
datang setiap hari.Sesak nafas dirasakan memberat pada malam hari atau saat
suasana dingin atau jika pasien kelelahan.Dan hampir setiap malam sesak
nafas datang.Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan
sesaknya.Selama tiga bulan terakhir ini pasien rutin meminum obat dari
pustu.Pasien mengaku tidak pernah periksa ke rumah sakit,
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Asma
: diakui
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat penyakit darah
: disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Asma
: diakui (ibu pasien)
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat penyakit darah
: disangkal
5. Sosial Ekonomi
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum/ Kesadaran
KU : Compos Mentis ( GCS 15 : E4 V5 M6 )
BB:50 kg
1) Vital Sign
Tekanan darah
: 110/80
Nadi
: 89x/ menit
Pernafasan
: 29x/ menit
Suhu
: afebris
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala:
konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik tidak ditemukan
nafas cuping hidung tidak ditemukan.
b. Leher :
retraksi supra sternal tidak ditemukan,
deviasi tracheal tidak ditemukan,
peningkatan JVP tidak ditemukan,
pembesaran kelenjar limfe tidak ditemukan
c. Toraks
Pulmo : simetris, gerak dada kanan dan kiri sama, retraksi intercosta (+/
+), SD vesikuler, Wheezing : +/+ , Rhonki:-/
Jantung : Bunyi jantung I-II regular, bising jantung tidak ditemukan.
d. Abdomen :
Inspeksi:perut tampak datar,simetris
Palpasi :nyeri tekan(-),lien dan hepar tidak teraba
Perkusi:timpani
Auskultasi:Bising usus(+)normal.
e. Ekstremitas :
Dari hasil pemeriksaan ekstremitas dalam batas normal.
2. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien dengan
asma bronkial persisten berat,ini banyak disebabkan dari berbagai macam faktor,diantaranya:
1. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
Pada pasien terdapat riwayat asma dikeluarganya yaitu ibu pasien juga memiliki
riwayat penyakit asma.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1). Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2). Ingestan, yang masuk melalui mulut
contoh: makanan dan obat-obatan
3). Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
contoh: perhiasan, logam dan jam tangan.
Dari ketiga hal diatas,pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi
terhadap alergen inhalan,ingestan,maupun kontaktan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
cukup,agar tidak kelelahan dan agar asma yang diderita tidak sering kambuh.Kondisi pasien
yang mengeluh sesak setiap hari serta setiap malam agar tidak membiarkan saja,apabila
keluarga melihat pasien saat serangan asma kambuh segera dibawa periksa ke dokter,serta
menyarankan agar rumah pasien dirawat tidak dibiarkan kotor serta jendela sering dibuka
diwaktu pagi hari agar tetap terjaga ventilasi rumah.Kebiasaan pasien yang sering duduk
diluar rumah saat menjelang malam juga disarankan agar membiasakan diri untuk masuk
kedalam rumah ditambah saat hujan tiba dan pasien tetap duduk teras rumah semakin
meningkatkan risiko kambuhnya asma yang pasien derita.
J.
Evaluasi
1. Kendala
a) Keluarga pasien yang kurang kooperatif dan cenderung menutupi kondisi
pasien, sehingga pasien kurang mendapat dukungan.
b) Lingkungan tempat tinggal pasien yang kurang kondusif.
c) Diperlukan adanya dukungan dari keluarga pasien sehingga pasien lebih
bersemangat untuk meningkatkan kesehatannya
2. Kelebihan
Adanya rekam medis pasien mempermudah dalam pencatatan perjalanan penyakit
pasien
Dokter Pendamping
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN
KUNJUNGAN RUMAH