Anda di halaman 1dari 32

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD)

Kontrasepsi untuk wanita (Contraseptive for Female)

Definisi
Adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik
bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya) yang diletakkan dalam cavum
uteri sebagai usaha kontrasepsi.
Profil
Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-380A)
Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
Pemasangan dan pencabutan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih)
Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular
Cara Kerja
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi
Menimbulkan reaksi peradangan setempat di daerah endometrium yang disertai serbukan
leukosit dan sel-sel makrofag yang dapat menghancurkan sperma.
Keuntungan Kontrasepsi AKDR/IUD
Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125 - 170 kehamilan)
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai manopouse
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ekktopik
Kelemahan Kontrasepsi AKDR/IUD
Efek samping umum terjadi:
perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid

lebih sakit
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP
dapat memicu infertilitas
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang dalam 1 - 2 hari
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang
segera setelah melahirkan)
Tidakmencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah
kehamilan normal
Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Yang Boleh Menggunakan
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurus
Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan
Sedang hamil
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi
kavum uteri
Penyakit trofoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genital
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Waktu Pemasangan
Setiap waktu setelah dipastikan tidak hamil
Hari pertama sampai ke 7 siklus haid

Postpartum : 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca salin atau setelah 6 bulan
menggunakan metode amenore laktasi (MAL)
Post abortus : segera atau 7 hari pertama
Petunjuk bagi klien/akseptor AKDR/IUD
Kembali kontrol 4-6 minggu pasca pemasangan AKDR/IUD
Selama bulan pertama pemakaian AKDR/IUD, periksalah AKDR/IUD secara rutin terutama
setelah haid
Setelah bulan pertama pemasangan, pemeriksaan benang hanya perlu dilakukan pasca haid
saja
Jika klien mengalami kram/kejang perut supra pubis, spotting pervaginam di antara haid atau
postcoital, nyeri senggama atau pasangan mengeluhkan ketidaknyamanan selama aktivitas
seksual. Segera hubungi petugas kesehatan (bidan/dokter)
Pada AKDR/IUD jenis Copper- T 380 A, perlu dilepas dalam waktu 10 tahun pemasangan
kemudian menggantinya dengan yang baru
Klien harus kembali ke klinik, jika benang tidak teraba pada pemeriksaan sendiri, merasakan
adanya bagian keras dari AKDR/IUD pada perabaan, siklus haid terganggu, adanya infeksi
daerah sekitar, pengeluaran cairan pervaginam yang mencurigakan.
Cara Pemasangan
1.
Memberi salam sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri.
2.

Anamnesa

3.

Konseling pra pemasangan AKDR/IUD

4.
Beri penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan dan beri dukungan mental
agar ibu tidak cemas
5.

Mengisi formulir informed consent

6.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan : Sarung tangan steril 2 pasang, duk
steril 1 buah, ring tang 1 buah, spekulum 2 buah, penster klem 1 buah, tenakulum 1 buah,
sonde uterus 1 buah, gunting benang 1 buah, 2 buah kom untuk larutan DTT dan Betadine,
Kassa, Kapas, Larutan klorin, Celemek, Tempat sampah, Bengkok, Lampu sorot/ senter, meja
gynekolog, AKDR/IUD dalam kemasan.
7.
Pastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan mencuci kemaluannya
menggunakan sabun
8.
Memasang sampiran, mengatur posisi klien secara litotomi pada meja gynekology
lalu pasangkan perlak
9.

Memakai celemek

10.
Mencuci tangan dengan sabun desinfektan dan bilas di bawah air mengalir kemudian
keringkan dengan handuk
11.

Menyiapkan kembali peralatan, membuka semua peralatan

12.

Memakai sarung tangan steril, memasangkan duk steril di bawah bokong ibu

13.
Melakukan inspeksi alat kelamin luar untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan
kelenjar bartholini
14.

Melakukan vulva higine

15.
Memasukkan spekulum untuk memeriksa keadaan portio dan sekitarnya, adanya
cairan vagina, servicitis

16.

Mengusap portio dengan kapas betadine menggunakan penster klem

17.
Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi miring, lalu rendam di
larutan klorin
18.
Lakukan periksa dalam sambil tangan sebelah menekan di atas simphisis untuk
mengetahui adanya nyeri goyang atau nyeri tekan
19.

Bersihkan sarung tangan, lalu lepaskan dan masukkan dalam larutan klorin

20.

Mencuci tangan kembali

21.

Membuka kemasan AKDR/IUD

22.

Memakai sarung tangan steril kedua

23.
Memasang spekulum yang kedua, mengusap kembali portio dengan kapas betadine
menggunakan penster klem
24.

Menjepit portio dengan posisi jam 11 atau jam 1

25.
Memasukkan sonde uterus secara perlahan-lahan untuk mengukur kedalaman uterus.
Ada 3 cara, yang pertama dengan melihat lendir serviks yang ada pada sonde uterus, yang
kedua dengan menggunakan penster klem, dan yang ketiga dengan menggunakan jari
telunjuk yang dimasukkan perlahan sampai ujung portio.
26.
Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai kedalaman uterus yang telah diukur
dengan sonde uterus
27.
Memasukkan tabung inserter yang sudah berisi AKDR/IUD ke dalam kanalis
servikalis sampai ada tahanan
28.
Memegang dan menahan tenakulum dengan satu tangan dan tangan lain menarik
tabung inserter sampai pangkal pendorong
29.
Mengeluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter
setelah pendorong keluar
30.
Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis, potong benang saat
tampak keluar dari lubang tabung 3-4 cm
31.
Melepaskan tenakulum dan menekan bekas jeputan dengan kasa betadine sampai
perdarahan berhenti
32.
Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi miring, lalu rendam di
larutan klorin
33.

Masukkan peralatan lain ke dalam larutan klorin

34.

Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih

35.

Catat semua hasil tindakan Dokumentasi

36.
Ajarkan klien bagaimana memeriksa benang AKDR/IUD dengan cara memasukkan
jari tengah dan telunjuknya ke dalam vagina untuk meraba benang IUD/AKDR yang terselip
di depan portio/leher rahim. Meminta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah
pemasangan AKDR/IUD untuk mengamati bila terjadi rasa sakit pada perut, mual muntah
atau ada indikasi lain yang memungkinkan AKDR/IUD dicabut kembali bila dengan
analgesic rasa sakit tersebut tidak juga hilang.
Cara Pencabutan

1.

Memberi salam, sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri

2.

Anamnesa

3.

Konseling pra pencabutan

4.

Mengisi formulir informed consent

5.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan : Sarung tangan steril 2 pasang, duk
steril 1 buah, ring tang 1 buah, spekulum 2 buah, penster klem 1 buah, tenakulum 1 buah, 1
buah tang buaya/aligator (Pencabut AKDR/IUD), 2 buah kom untuk larutan DTT dan
Betadine, Kassa, Kapas, Larutan klorin, Celemek, Tempat sampah, Bengkok, Lampu sorot/
senter, meja gynekolog.
6.
Pastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan mencuci kemaluannya
menggunakan sabun
7.
Memasang sampiran, mengatur posisi klien secara litotomi pada meja gynekology
lalu pasangkan perlak
8.
ibu

Mencuci tangan, memakai sarung tangan steril, pasangkan duk steril di bawah bokong

9.
Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan gerakan serviks, memastikan tidak
ada infeksi atau tumor
10.

Memasang spekulum vagina untuk melihat serviks

11.

Mengusap vagina dan serviks dengan kassa betadine menggunakan penster klem

12.
Menarik benang AKDR/IUD yang tampak dengan tang buaya/aligator (pencabut)
secara mantap dan hati-hati untuk mengeluarkan AKDR/IUD
13.

Tunjukkan AKDR/IUD tersebut pada ibu kemudian rendam dengan larutan klorin

14.

Keluarkan spekulum

15.

Rendam semua peralatan yang sudah dipakai ke dalam larutan klorin

16.

Buang bahan-bahan yang sudah tidak dapat dipakai lagi

17.

Lepaskan sarung tangan lalu rendam di larutan klorin

18.

Cuci tangan

19.

Amati klien selama 5 menit sebelum diperbolehkan pulang

20.
Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalahMinta klien untuk
mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
21.

Jawab semua pertanyaan klien

22.

Catat semua tindakan di rekam medik tentang pencabutan

ALAT KONTRASEPSI IMPLAN/ SUSUK


1.

Definisi

Salah satu jenis alat konntrasepsi yang berupa susuk yang terbuat sejenis karet silastik
yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas.
2.

Jenis
Dikenal 2 macm implan. Yaitu :
a) Non biodegradable implan
Dengan ciri-ciri sebabagai berikut
1) Norplan (6 kasul) , berisi hormon levonogrestel, daya kerja 5 tahun.

2)
3)
4)

Norplan -2 (2 batang), berisi hormon levonogrestel, daya kerja 3 tahun


Satu batang, berisi hormon ST- 1435, daya kerja 2 tahun. Rencana siap pakai: Tahun 2000.
Satu batang, berisi hormon 3-keton desogesteri daya kerja 2,5-4 tahun.[hanafi,2004,hal 179]]
Sedangkan non biodegradable implan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1) Norplan
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 kapsul kosong silastik (karet silicon) yang diisi
dengan hormon levonor ges trel dan ujung-ujung kapsul ditutup dengan Silastik adhesive.
Tiap kapsul mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm, Berisi 36 mg
levonorgestrel, serta mempunyi cirri sangat efektif dalam mencegah kehamilan untuk
lima tahun. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai.[hanafi hartanto hal 180]
2) Norplan -2
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari dua batang silastic yang padat, dengan panjang tiap
batang 44 mm. Dengn masing-msing batang diisi dengan 70 mg levonorgestre di dalam
matriks batangnya. Cirri norplan-2 adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3
tahun.

Pada kedua macam Implan tersebut, Levonogestrel berfungsi melalui membran silastic
dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam setelah Insersi, kadar
hormondalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk mecegah ovulasi.
Pelepasan hormon tiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada tahun pertama,
Kemudian menurun 30-35 mcg perhari untuk lima tahun. [hanafi ,2004 hal 180]
b). Biodegradable Implant
Biodegradable implant melepaskan progestin dari bahan pembawa / pengangkut yang secara
perlahan-lahan larut di dalam jaringan tubuh. Jadi bahan pembawanya sama sekali tidak
diperlukan untuk dikeluarkan lagi seperti pada norplant.
Dua macam implant biodegradable sedang di uji coba saat ini pada sejumlah wanita, yaitu :
Carproronor, suatu kapsul polymer yang berisi levonorgestrel, pada awal penelitian
dan pengembanganya, carpronor berupa suatu kapsul biodegradable yang mengandung
levonogestrel yang dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate dengan diameter kapsul < 0,24
cm dan panjang kapsul yang teliti terdiri dari 2 ukuran, yaitu :
1) 2,5 cm : berisi 16 mg levonorgestrel, melepaskan 20 mcg hormonnya/hari.
2) 4 cm : berisi 25 mg levonogestrel, melepaskan 30-50 mcg hormonnya/hari.
Penelitian pada kelinci dan kera menunjukkan bahwa proteksi kontraseptif
Berlangsung paling sedikit 18 bulan, dan mungkin dapat berlangsung lebih lama.
Sekarang sedang dikembangkan 2 versi baru implant capronor yang dibiodegradable, yaitu :
1) Capronor -2, satu kapsul 4 cm terbuat dari polimer caprolactone yang diisi
Dengan 18 mg levonorgestrel. Penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan diperlukan 2
kapsul dengan formula ini.
2) -3, satu kapsul 4 cm terbuat dari co-polimer (caprolactone dan trimethylene carbonate) yang
diisi dengan 32 mg levonorgestrel. Ca. Polimer mengalami biodegradasi lebibih cepat
dibandingkan polimer tunggal. Kapsul capronor akan tetap intak selama periode 12 bulan dari
pelepasan hormon levonorgestrelnya dan bila diinginkan kapsulnya dapat dikeluarkan selama
masa ini.
2) Narethindrone pellets
a) Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90% norechindrone (NET)
b) Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET, yang akan dilepaskan saat pellets dengan
perlaha-lahan melarut.
c) Pellet berukuran kecil, masing-masing sedikit lebih besar daripada butir besar.
d) ujicoba pendahuluan menggunakan 4 dan 5 pellets.
e) Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi semakin bertambah dengan banyaknya
jumlah pellet.
f)
Sediaan empat pellets tampaknya memberikan perlindungan yang besar
terhadap kehamilan untuk sekurang-kurangnya 12 bulan.

g)
h)
i)
j)
k)

3.
a.
b.
c.

Lebih dari 50% akseptor pellets mengalami pola haid 1 reguler. Perdarahan inter menstrual
atau perdarahan bercak merupakan problin utama.
Terjadi rasa sakit payudarah pada 4% akseptor.
Jumlah kecil dari kolesterol dalam masing-masing pellet kurang dari 2% kolesterol dalam
satu butir telur ayam tidak mempunyai efek pada kadar kolesterol darah akseptor.
Insersi pellets dilakukan pada bagian dalam lengan atas prosedur insersi seperti pada
capronor, dan dapat dipakai dengan inserter yang sama.
Daerah insersi disuntikkan dengan anestesi lokal lalu dibuat insisi 3 mm. Pollets diletakkan
kira-kira 3 cm dibawah kulit. Tidak diperlukan penjahitan luka insisi, cukup ditutup dengan
verband saja.
[hanafi,2004 hal 180]
Cara kerja
Menekan ovulasi .
Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit .
Menghambat perkembangan siklis dari endometrium [hanafi 2004 hal 183].

4.
Keuntungan
a. Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen.
b. Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat reversibel.
c. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan.
d. Perdarahan terjadi lebih ringan, tidak menaikkan darah.
e. Resiko terjadinya kehamilan ektropik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim.
5.
kerugian
a. Susuk KB/implant harus dipasang dan diangka oleh petugas kesehatan yang terlatih.
b. Lebih mahal.
c. Sering timbul perubahan pola haid.
d. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
e. Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang mengenalnya.
6.
Kontra Indikasi
a. kehamilan atau disangka hamil.
b. Penderita penyakit hati akut.
c. kangker payudarah .
d. kelainan jiwa.
e. Penyakit jantung, hipertensi, diabettes mellitus.
f. Penyakit trombo emboli.

g.
7.
a.
b.
8.
a.
b.

9.
a.

Riwayat kehamilan etropik.[hanafi,2004 hal 169]


Indikasi
Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak
tersedia menjalani kontap / menggunakan AKDR.
Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen.
Efektivitas
Efektivitasnya tinggi, angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam tahun
pertama.
Efektivitasnya norplant berkurang sedikit setelah sedikit setela 5 tahun, dan pada Tahun ke
6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil.
Efek samping dan penanganannya

Amenorrhea
Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek samping yang serius.
Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorrhea setelah
masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang
perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.
b. Perdarahan bercak (sepotting) ringan
Spotting sering ditmukan terutama pada tahun pertama penggunaan. Bila tidak ada maslah
dank lien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien mengeluh dapat
diberikan :
a. Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 ug EE) selama 1 siklus 1, atau
b.
Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5hari)
Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi selama 3-7 hari
dan dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.
c. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan)
Informasikan bahwa kenaikan/penurunan BB sebanyak 1-2 Kg dapat saja terjadi.
Perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB berlebihan, hentikan
suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.
d. Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih ditempat, dan apakah
terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.
Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada ditempatnya, pasang kapsul baru 1
buah pada tempat insersi yang berbeda.

Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang
lain atau ganti cara.
e. Infeksi pda daerah insersi
Bila infeksi tanpa nanah : bersihkan dengan sabun dan air atau antiseptik, berikan antibiotik
yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan minta klien control 1 minggu lagi. Bila
tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru di lengan yang lain atau ganti cara.
Bila ada abses : bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant,
lakukan perawatan luka, beri antibiotik oral 7 hari.[hanafi ,2004 hal 184]
10. Waktu pemasangan
a. Sewaktu haid berlangsung
b.
Setiap saat asal diyakini klien tidak hamil
c. Bila menyusui : 6 minggu-6 bulan pasca salin
d.
Saat ganti cara dari metode yang lain
e. Pasca keguguran
11. Prosedur pemasangan

a.

b.
1)
2)
3)
4)
5)

Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap mungkin mengenal
norplant ini sehingga calon akseptor betul-betul mengerti dan menerimanya sebagai cara
kontrasepsi yang akan dipakai dan berikan iformed consent untuk ditanda tangani oleh suami
istri.
persiapan alat-alat yang diperlukan :
sabun antiseptic
kasa steril
cara antiseptic (betadine)
kain steril yang mempunyai lubang
Obat anestesi lokal

6)
Semprit dan jarum sntik
7)
Trokar no. 10
8)
sepasang sarung tangan steril
9)
satu set kapsul norplant (6 bulan)
10) Scalpel yang tajam.
c. Teknik pemasangan
1)
Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun
2)
Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan sabun antiseptic
3)
Calon akseptor dibaringkan telentang di tempat tidur dan lengan kiri diletakkan pada meja
kecil disamping tempat tidur akseptor.
4)
Gunakan hand scoon seteril dengan benar.
5)
Lengan kiri pasien yang akan di pasang diolesi dengan cairan anstiseptic / betadin.
6)
Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril yang berlubang.
7)
Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6-10 cm di atas lipatan siku.
8)
setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjag 0,5 cm dengan skalpel yang tajam.
9)
Trocard dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit.
10) Kemudian kapsul dimasukkan di dalam trokar dan di dorong dengan plunger sampai kapsul
terletak di bawah kulitn .
11) Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedu sampai keenam, kapsul di bawah
kulit diletakkan demikian rupa sehingga susunanya seperti kipas .
12) Setelah semua kapsul berad di bawah kulit, trokar ditarik pelan-pelan keluar.
13) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.
14) Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban untuk mencegah
perdarahan dan agar tidak terjadi haematom.
15) Nasehat pada akseptor agr luka jangan basah, selama lebih kurang dari 3 hari dan datang
kembali jika tejadi keluhan-keluhan yang mengganggu .[hanafi ,2004 hal 187]
12.
a.
1)
2)

Pencabutan / Ekstraksi
Indikasi :
Alat permintaan akseptor (apabila menginginkan hamil lagi)
Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan
pengobatan biasa.
3) Sudah habis masa pakainya.
4) Terjadi kehamilan.

b.

Teknik pencabutan implant


Mengeluarkan implant umumnya lebih sulit dari pada insersi persoalan dapat timbulnya
implant dipasang terlalu dalam atau bila timbul jaringan fibrous di sekeliling implant.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1)

Adapun cara untuk mengeluarkan implant yang sudah terpasang pada kulit adalah :
Informed consert
Bidan dan akseptor melakukan cuci tangan dengan memperhatikan aseptik dan
antiseptik.
Tentukan lokasi dari implant dengan jari-jari tangan dan dapat diberi tanda/gambar dengan
tinta bila perlu.
Oleskan tempat yang akan dilakukan pencabut dengan larutan antiseptik dan pasang duk
steril.
Suntikan anesteri lokal dibawah implant, jangan menyuntikan anestesi diatas implant karena
pembengkakan kulit dapat menghalangi pandangan dari retak implantnya.
Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung-ujung implant, pada daerah alas kipas.
Keluarkan implant pertama yang terletak paling depan ke insisi atau terletak paling depan
ke permukaan.
Sampai saat ini dikenal 4 cara pencabutan implant
cara POP OUT (Darney, Klaise dan Walker), merupakan teknik pilihan bila memungkinkan
karena tidak traumatis, sekalipun tidak selalu mudah untuk mengerjakannya. Dorong ujung
proksimal kapsul (arah bahu) ke arah diistal dengan ibu jari sehingga mendekati lubang
insisi, sementara jari telunjuk menahan bagian tengah kapsul, sehingga ujung distal kapsul
menekan kulit.

2) Cara standard, jepit ujung distal kapsul dengan klem mosquito, sampai kira-kira 0,5 -1 cm
dari ujung klemnya, masuk dibawah kulit melalui lubang insisi. Putar pegangan klem pada
posisi 180 di sekitar sumbu utamanya mengarah ke bagu akseptor. Bersihkan jaringanjaringan yang menempel di sekeliling klem dan kapsul dengan skalpet atau kasa steril sampai
kapsul terlihat dengan jelas. Tangkap ujung kapsul yang sudah terlihat dengan klem orile
lepaskan klem mosquito dan
keluarkan kapsul dengan klem orile.
3) Cara U, Teknik ini dikembangkan oleh Dr Untung prawiroharjo dari semarang dibuat insisi
memanjang selebar 4 mm kira-kira 5 mm proksimal dari ujung distal kapsul di antara
kapsul ke-3 dan kapsul ke-4. kapsul yang akan dicabut difiksasi dengan meletakkan jari
telunjuk tangan kiri sejajar di samping kapsul. kapsul
dipegang dengan klem
(Norplant holding forceps) kurang lebih 5 mm dari ujung distalnya. Kemudian klem diputar
ke arah pangkal lengan atas / bahu akseptor sehingga kapsul terlihat di bawah lubang insisi
dan dapat dibersihkan dari jaringan-jaringan yang menyelubunginya dengan memakai
skalpel untuk seterusnya dicabut keluar.
4) Cara Tusuk Ma, Dikembangkan oleh Dr. IBG Manuaba dari denpasar memakai alat bantu
kawat atau jari roda sepeda, satu ujung di lengkungan sepanjang 0,5 0,75 cm dengan sudut
90 dan diperkecil serta diruncingkan, sedangkan ujung yang lain dilengkungkan dalam

9.

satu bidang dengan lengkungan runcing tadi dan dipakai untuk pegangan operator setelah
kapsul dijepit dengan pinset atau klem arteri, jaringan ikat dibersihkan dengan pisau
sampai kapsul tampak putih. Kemudian alat tusuk ma ditusukkan pada kapsul serta
terus diikat keluar. Berikan anestensi lagi
bila diperlukan, untuk mengeluarkan implant yang lain.
Tutup dan bungkus luka insisi seperti pada saat insersi bila akseptor ingin dipasang implant
yang lain. Upaya pencabutan keenam kapsul norplant dibatasi sampai waktu 45 menit. Bila
waktu tersebut tidak semua kapsul berhasil dikeluarkan, maka prosedur pencabutan
dihentikan dan upaya pencabutan kembali sisa kapsul yang masih tertinggal diulangi kirakira 3-4 minggu kemudian. Hal ini untuk mengurangi terjadinya infeksi dan rasa nyeri. Di
samping itu mecabut sisa kapsul norplant akan lebih mudah
bila lengan akseptor telah
sembuh dari trauma jaringan upaya pencabutan yang lalu. Setelah selesai dengan pencabutan
keenam kapsul norplant rendam setelah alat-alat yang sudah dipakai dalam cairan 0,5%
untuk dekontaminasi alat-alat.

c. Pemeliharaan Alat-alat Untuk Insersi dan Pengangkatan Implant


1)
Troicard harus dicuci dengan air hangat dan larutan antiseptik segera setelah insersi,
kemudian didesinfeksi sebelum pemakaian.
2) Desinfeksi dapat dilakukan dengan :
a). Autoclave selama 20 menit.
b). Direbus dalam air mendidih selama 5-10 menit.
c). Sterilisasi dingin dengan larutan germiside untuk sedikitnya 1 jam
3) Desinfeksi dengan autoclave merupakan cairan paling efektif.
4) Ketiga cara desinfeksi tersebut akan membunuh HIL yaitu penyebab AIDS
5) Tetapi merebus dalam air panas selama 5-10 menit atau sterilisasi dingin, tidak akan
membunuh virus hepatitis B pada daerah endemik hepatitis, alat-alat harus direbus dalam air
selama 15-30 menit.
6) Ujung trocar harus dipriksa setelah melakukan 10 insersi, dan bila diperlukan dapat diasah
kembali dengan pemeliharaan yang baik. Trocar dapat dipakai untuk melakukan kurang lebih
50 insersi.

E.

Kontrasepsi Tidak Efektif


1. Kondom

Pengertian Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya
lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis
saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan
muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari
ketebalannya, yaitu 0,02 mm.
Jenis Kondom
Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:
1. Kondom biasa.
2. Kondom berkontur (bergerigi).
3. Kondom beraroma.
4. Kondom tidak beraroma.
Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum
populer.
Cara Kerja Kondom
Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:
1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
2. Sebagai alat kontrasepsi.
3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab PMS.
Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali
berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka
kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per
tahun.
Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan
non kontrasepsi.
Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:
1. Efektif bila pemakaian benar.

2. Tidak mengganggu produksi ASI.


3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5. Murah dan tersedia di berbagai tempat.
6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
7. Metode kontrasepsi sementara
Manfaat kondom secara non kontrasepsi antara lain:
1. Peran serta suami untuk ber-KB.
2. Mencegah penularan PMS.
3. Mencegah ejakulasi dini.
4. Mengurangi insidensi kanker serviks.
5. Adanya interaksi sesama pasangan.
6. Mencegah imuno infertilitas.
Keterbatasan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.
3. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
4. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
5. Perasaan malu membeli di tempat umum.
6. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.
Penilaian Klien
Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan
khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah:
Kondom
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB
Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan kontrasepsi
Alergi terhadap bahan dasar kondom

Ingin kontrasepsi sementara


Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan
Tidak mau terganggu dalam persiapan untuk melakukan hubungan seksual
Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan
Tidak peduli dengan berbagai persyaratan kontrasepsi
Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS

Kunjungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan
kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena
kekurangtahuan dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan
pasangannya. Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian,
maka berikan dan anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.
Penanganan Efek Samping
Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi kondom.
Efek samping atau masalah Penanganan
Kondom rusak atau bocor sebelum pemakaian Buang dan pakai kondom yang baru atau
gunakan spermisida
Kondom bocor saat berhubungan
Pertimbangkan pemberian Morning After Pil
Adanya reaksi alergi
Berikan kondom jenis alami atau ganti metode kontrasepsi lain
Mengurangi kenikmatan berhubungan seksual
Gunakan kondom yang lebih tipis atau ganti metode kontrasepsi lain

2. Krim jelly
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat kimia untuk

membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual


untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri.
Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain
seperti kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacammacam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue, maupun
suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat kontrasepsi
spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan konsisten dan 29
persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.
Petunjuk Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum
melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim)
dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan
seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu karena
langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun penyimpanan
dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi senggama
atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara
keseluruhan.
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
bentuknya:
Aerosol (busa)
Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi
ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan
aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa
keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena
busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air
kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol
(busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan
seksual.

Krim dan Jeli


Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di atas
penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga
digunakan bersama kondom. Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan
hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina
mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik
aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian
keringkan.
Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau jeli dengan inserter. Gambar cara
memasukkan spermisida bentuk busa krim atau jeli dengan inserter
3. Tisu KB
Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut dalam serviks. Untuk
menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari
Anda ke dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari
yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu
penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan
bekerja efektif.
4. Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang mengandung zat kimia untuk
membunuh sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual
untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri.
Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi lain
seperti kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacammacam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue, maupun
suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat kontrasepsi
spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan konsisten dan 29
persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.

Petunjuk Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum
melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim)
dan insersi spermisida.
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan
seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu karena
langsung larut dan bekerja aktif.
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun penyimpanan
dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi senggama
atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara
keseluruhan.
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
bentuknya:
Aerosol (busa)
Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi
ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan
aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa
keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena
busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air
kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol
(busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan
seksual.
5. Patch
Kontrasepsi Patch dirancang untuk melepaskan 20g ethinyl estradiol dan 150 g
norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral (pil).
Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch untuk siklus menstruasi.
Penggunaan kontrasepsi ini memang dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan
meminimalkan efek samping seperti mual dan muntah. Sedangkan untuk efek sampingnya
serupa dengan penggunaan kontrasepsi oral dan juga dapat menyebabkan iritasi kulit.
Metode kontrasepsi ini bekerja melalui penghantaran hormon melalui kulit ke aliran darah
sehingga tidak efektif digunakan oleh wanita yang memiliki berat badan di atas 70 kg. Selain
itu, sepengetahuan kami, hingga kini, metode kontrasepsi ini belum tersedia di Indonesia.

F. Kontrasepsi Efektif
1. Pil KB
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah diperkenalkan sejak 1960. Pil
diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan
sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera
sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu
yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan
pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan
disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain.
Pil dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau menjarangkan waktu
kehamilan-kehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan wanita. Berdasarkan atas buktibukti yang ada dewasa ini, pil itu dapat diminum secara aman selama bertahun-tahun. Tetapi,
bagi wanita-wanita yang telah mempunyai anak yang cukup dan pasti tidak lagi
menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka panjang lainnya seperti spiral atau
sterilisasi, hendaknya juga dipertimbangkan. Akan tetapi, ada pula keuntungan bagi
penggunaan jangka panjang pil pencegah kehamilan. Misalnya, beberapa wanita tertentu
merasa dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil daripada tidak. Atau mungkin
menginginkan perlindungan yang paling efektif terhadap kemungkinan hamil tanpa
pembedahan. Kondisi-kondisi ini merupakan alasan-alasan yang paling baik untuk
menggunakan pil itu secara jangka panjang.
Jenis-jenis Pil
1. Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan progestin. Pil gabungan
mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir
100% efektif bila diminum secara teratur.
2. Pil berturutan
Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama 1415 hari pertama
dari siklus menstruasi, diikuti oleh 56 hari pil gabungan antara estrogen dan progestin pada
sisa siklusnya. Ketepatgunaan dari pil berturutan ini hanya sedikit lebih rendah daripada pil
gabungan, berkisar antara 9899%. Kelalaian minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal
siklus akan dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi kehamilan.
Karena pil berturutan dalam mencegah kehamilan hanya bersandar kepada estrogen maka

dosis estrogen harus lebih besar dengan kemungkinan risiko yang lebih besar pula
sehubungan dengan efek-efek sampingan yang ditimbulkan oleh estrogen.
3. Pil khusus Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat pencegah
kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher
rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan
endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang telah
dibuahi.
Kontra indikasi Pemakaian Pil
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita hepatitis, radang pembuluh
darah, kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises,
perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma),
penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah kepala).
Efek Samping Pemakaian Pil
Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar haid, rasa mual,
bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina
(candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat badan.
2.

Suntik KB

Definisi
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui
suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak
dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan
aman.Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya.
Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB
mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh
memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun.
Jenis KB suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
a. Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem
b. Suntikan /2 bulan : Noristerat
c. Suntikan/3 bulan ; contoh : Depo provera, Depogeston (Harnawati, 2008).
Cara kerja KB suntik
a. Menghalangi ovulasi (masa subur)

b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental


c. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
e. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.
Efek Samping
1. Siklus haid kacau
2. Perdarahan bercak (spotting), yang dapat berlangsung cukup lama.
3. Jarang terjadi perdarahan yang banyak.
4. Sering menjadi penyebab bertambahnya Berat Badan.
5. Bisa menyebabkan (tidak pada semua akseptor) terjadinya sakit kepala, nyeri pada
payudara, "moodiness", timbul jerawat dan berkurangnya libido seksual.
KEUNTUNGAN KB SUNTIK KERUGIAN KB SUNTIK
a. Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang
dan kesuburan dapat pulih kembali
b. Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)
c. Tidak mengganggu hubungan suami istri
d. Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif
e. Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun kualitas
f. Dapat dipakai segera setelah masa nifas
g. Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko
kehamilan
h. Dapat dipakai segera setelah keguguran
i. Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan a. Perubahan pola haid
biasanya pada tahun pertama pemakaian
b. Perdarahan bercak, dapat lama
c. Jarang terjadi perdarahan yang banyak
d. Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)
e. Menaikkan Berat Badan
f. Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri payudara,
"moodiness" (perubahan mood/perasaan), jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok.

Contoh obat injeksi beserta dosisnya


1. Depo Provera ( 3 ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) diberikan setiap 3 bulan (12 minggu )
2. Noristeran ( 200 mg ) diberikan setiap 2 bulan ( 8 minggu )
3. Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat diberikan
setiap bulan.

3. Implant
Pengertian Implant
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul
silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dan pada batang korek api dan dalam setiap
batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan
(BKKBN, 2006).
Jenis Implant
Jenis-jenis implant menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut :
1. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan
diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun.
Mekanisme Kerja
Cara kerja implant yang setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel yang
dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. Konsep mekanisme kerjanya menurut Manuaba
(1998) adalah :
1. Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi.
2. Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa.
3. Menipiskan endometrium sehingga tidak siap menjadi tempat nidasi.
Efektifitas Implant
Menurut Hartanto, (2002) efektifitas implant adalah :
1. Angka kegagalan norplant kurang 1 per 100 wanita pertahun dalam lima tahun pertama.
Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier.
2. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3
% akseptor menjadi hamil.
3. Norplant -2 sama efektifnya seperti norplant juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi
ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga
sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %. Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan
dalam pelepasan hormonnya.
Indikasi
Pemasangan implant menurut Saifuddin (2006) dapat dilakukan pada :
1. Perempuan yang telah memilih anak ataupun yang belum.
2. Perempuan pada usia reproduksi (20 30 tahun).
3. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

4. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.


5. Perempuan pasca persalinan.
6. Perempuan pasca keguguran.
7. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
8. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen.
9. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa kontra indikasi implant adalah sebagai
berikut :
1. Perempuan hamil atau diduga hamil.
2. Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya.
3. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
4. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
5. Perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Keuntungan
Keuntungan dari implant menurut Saifuddin (2006) adalah :
1. Keuntungan kontrasepsi yaitu :
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
Bebas dari pengaruh estrogen.
Tidak mengganggu kegiatan senggama.
Tidak mengganggu ASI.
Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
2. Keuntungan non kontrasepsi yaitu :
Mengurangi nyeri haid.
Mengurangi jumlah darah haid
Mengurangi/memperbaiki anemia.
Melindungi terjadinya kanker endometrium.
Menurunkan angka kejadian kelainan anak payudara.
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang pangul.
Menurunkan angka kejadian endometriosis.
Kerugian
Hartanto, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant adalah:
1. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.

2. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant.
3. Lebih mahal.
4. Sering timbul perubahan pola haid.
5. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
6. Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang mengenalnya.
7. Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain.

4.

IUD

Pengertian
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga
rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara
kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah spiral.
Jenis-jenis IUD di Indonesia
1. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi
(anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru.
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima
tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan
yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah
tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
2. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
3. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk
sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi
gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
4. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung.
Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis

yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30
mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang
rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak
dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.
Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi
Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya
pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat
dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per
100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum
uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka
dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang
boleh menggunakan IUD adalah:
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metoda hormonal
9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari senggama
11. Perokok
12. Gemuk ataupun kurus
Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
1. Belum pernah melahirkan
2. Adanya perkiraan hamil

3. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat
kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
4. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic
7. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi
kavum uteri
8. Penyakit trofoblas yang ganas
9. Diketahui menderita TBC pelvic
10. Kanker alat genital
11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Keuntungan
Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina Utara,
seperti dikutip News yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam pengobatan
endometriosis.
Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of Obstetricians
and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu mengurangi risiko kanker
endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan
menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
1. Sangat efektif. 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling
tidak 10 tahun
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa
aman terhadap risiko kehamilan
5. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
8. Dapat digunakan sampai menopause
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
Kerugian
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan
pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan.
Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan

sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk
memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena
ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:
1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing,
muntah-muntah.
2. Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
3. Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan
lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
4. Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika
anda menemukan gejala-gejala diatas.
Efek Samping dan Komplikasi
Efek samping umum terjadi:
Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid
lebih sakit.
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
1. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
2. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
3. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP
dapat memicu infertilitas
4. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
5. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya
menghilang dalam 1 2 hari
6. Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
7. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang
segera setelah melahirkan)
8. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan
normal
9. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
Waktu Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
1. 2 sampai 4 hari setelah melahirkan
2. 40 hari setelah melahirkan
3. Setelah terjadinya keguguran
4. Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
5. Menggantika metode KB lainnya

Waktu Pemakai Memeriksakan Diri


1. 1 bulan pasca pemasangan
2. 3 bulan kemudian
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. Bila terlambat haid 1 minggu
5. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
Keluhan-keluhan pemakai IUD
Keluhan yang dijumpai pada penggunaan IUD adalah terjadinya sedikit perdarahan, bisa juga
disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika perdarahan
berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian IUD harus dihentikan.
Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid darah yang
keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak jumlahnya
menjadi banyak selama 1-2 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa hari.
Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak enak
pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap IUD
yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan ini
akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga dapat timbul selama
pemakaian IUD.
G. Kontrasepsi Permanen
1. Tubektomi
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang
memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen
karena metode kontrasepsi ini hampir tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda
ingin punya anak. Pembatalan masih mungkin dilakukan, tetapi membutuhkan operasi besar
dan tidak selalu berhasil.
Para ahli kebidanan banyak merekomendasikan sterilisasi pada wanita yang berisiko tinggi
untuk hamil dan melahirkan lagi, misalnya karena beriwayat memiliki komplikasi kehamilan
dan melahirkan. Namun, tidak pada mereka yang belum berusia 35 tahun. Pengalaman
menunjukkan banyak perempuan yang disterilkan lalu menyesali keputusannya.
Cara Sterilisasi
Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan ovarium dengan
uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Bila
ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian melekat
di uterus.
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan
ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau

dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat
atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak
dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau
lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang
disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan
melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan
lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya,
ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang
disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah persalinan atau bersamaan dengan
prosedur pembedahan perut yang lain, seperti operasi Caesar.
Efektivitas sterilisasi
Indeks efektivitas sterilisasi (disebut indeks mutiara) adalah 0.5 1. Nilai ini menunjukkan
jumlah kehamilan yang tidak diinginkan pada 100 wanita yang menggunakan metode
kontrasepsi itu selama setahun. Artinya, hanya ada satu kehamilan yang tidak diinginkan per
1000-2000 wanita yang telah disterilisasi. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba
falopi wanita kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup.
Potensi komplikasi
Risiko sterilisasi, seperti halnya operasi lainnya, terutama berkaitan dengan anestesi. Ahli
bedah juga dapat tanpa sengaja merusak ligamen peritoneal selama operasi. Jika ligamen
peritoneal rusak, produksi hormon pada ovarium menurun dan menopause bisa dimulai dini.
Potensi komplikasi lainnya (sangat jarang) adalah kehamilan ektopik dan gangguan
menstruasi.
Hormon, gairah seks dan siklus haid seharusnya tidak berubah setelah sterilisasi. Beberapa
wanita dan pasangannya bahkan lebih bergairah secara seksual, karena mereka tidak lagi
takut dengan kehamilan yang tidak direncanakan.
Yang boleh ber-KB tubektomi
Siapa saja yang boleh tubektomi? Berikut adalah syarat-syaratnya:
1. Perempuan usia diatas 26 tahun
2. Memiliki keturunan lebih dari dua
3. Sudah memiliki keinginan dan keyakinan untuk tidak menambah anak lagi
4. Perempuan yang jika hamil, akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius dan
membahayakan.
5. Memahami prosedur dan tindakan tubektomi, serta sukarela setuju dengan prosedur
tubektomi.

Yang tidak boleh ber-KB tubektomi


1. Perempuan yang sedang hamil atau terdeteksi hamil
2. Terjadi perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya. Harus ada pemeriksaan jika
terjadi hal ini.
3. Terjadi infeksi daerah pelvik ataupun di daerah rahim yang akut, hingga disembuhkan
terlebih dahulu.
4. Perempuan yang tidak boleh menjalani proses pembedahan
5. Belum memiliki keyakinan yang pasti tentang keinginannya melaksanakan tubektomi
6. Tidak memiliki izin dari suami, serta
7. Belum memberikan persetujuan tertulis.
Manfaat dan keterbatasan tubektomi
Sebelum anda mengambil keputusan tentang tubektomi, sebaiknya anda mengetahui terlebih
dahulu apa manfaat dan bagaimana keterbatasan dari tubektomi ini. berikut adalah manfaat
dan keterbatasan tubektomi.
Manfaat:
1. Sangat efektif, karena merupakan metode kontrasepsi permanen.
2. Tidak mempengaruhi proses pemberian ASI
3. Tidak bergantung pada faktor senggama
4. Akan lebih bermanfaat bagi anda yang memiliki riwayat kehamilan beresiko karena akan
terhindar dari keadaan tersebut
5. Dilakukan dengan pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local
6. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang, serta
7. Tidak mempengaruhi keadaan fungsi seksual karena tidak ada efek pada produksi
hormone ovarium.
Bahkan menurut buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi terbitan BKKBN Jawa Barat,
kontrasepsi tubektomi ini dapat mengurangi resiko terkena kanker ovarium (kanker rahim).
Keterbatasan:
1. Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat dipulihkan
kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi
2. Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode ini. Ini bisa
terjadi jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar mantap memilih metode ini.
3. Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah dilakukan
pembedahan
4. Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum
5. Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika yang dilakukan

adalah proses laparoskopi


6. Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
2. Vasektomi
Vasektomi adalah kontrasepsi bedah untuk pria dengan cara memutus saluran spermanya.
Operasi vasektomi menghambat saluran spermatozoa (vas deferens) yang membawa sperma
keluar. Operasi ini biasanya dilakukan di klinik atau rumah sakit dengan melibatkan
pemotongan dan mengikat mati (cauterizing) saluran sperma.
Keuntungan
1. Vasektomi adalah operasi kecil yang aman, sangat efektif dan bersifat permanen.
2. Baik dilakukan pada laki-laki yang memang sudah tidak ingin memiliki anak.
3. Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dibandingkan dengan sterilisasi
tuba.
4. Pria memiliki kesempatan untuk gantian KB dengan istrinya.
5. Tidak mempengaruhi kemampuan seorang pria dalam menikmati hubungan seksual.
Kerugian
1. Beberapa laki-laki takut vasektomi ini akan mempengaruhi kemampuannya berhubungan
intim atau menyebabkan gangguan ereksi.
2. Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyaman beberapa hari setelah operasi, rasa sakit ini
biasanya bisa hilang dengan konsumsi obat ringan.
3. Seringkali harus melakukan kompres dengan es selama 4 jam untuk mengurangi
pembengkakan, pendarahan dan rasa tak nyaman serta harus memakai celana yang dapat
mendukung skrotum selama 2 hari.
4. Operasi tidak efektif dengan segera. Pasien diharuskan memakai kondom terlebih dahulu
untuk membersihkan tabung dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui sudah steril atau
belum, biasanya dilakukan pemeriksaan mikroskop setelah 20-30 kali ejakulasi.
5. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi seksual menular termasuk
HIV.
6. Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika laki-laki masih berusia di bawah 25 tahun,
terjadi perceraian atau ada anaknya yang meninggal.
7. Dibutuhkan waktu 1-3 tahun untuk benar-benar memastikan apakah vasektomi bisa
bekerja efektif 100 persen atau tidak

Anda mungkin juga menyukai