Case Abses Cerebri
Case Abses Cerebri
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An An
Umur
: 11 tahun 8 bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jambi
Lemah pada tangan dan kaki pertama kali dirasakan sejak 4 tahun sebelum masuk rumah
sakit, kaki kiri dan tangan kiri anak lebih melemah sejak 1 bulan yang lalu, anak sudah bisa
berjalan pelan sejak 1 minggu yang lalu namun semakin melemah sejak 2 hari yang lalu.
Nyeri kepala hilang timbul dirasakan anak sejk 1 bulan yang lalu, anak mengalami nyeri
kepala hebat 4 hari sebelum masuk rumah sakit disertai muntah frekuensi 2x berisi makanan
dan minuman yang dimakan tidak menyemprot
Sebelumnya pasien telah dirawat selama 2 hari di RSUP DR M.Djamil padang 2 minggu
yang lalu dengan abses cerebri dengan hemiparise sinistra + parese N.VII dan N.XII kontra
lateral dan PJB asianotik ec VSD kemudian pasien pulang paksa dengan alasan kurang biaya
dan mengurus BPJS
2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien dirawat di RSUD bangko, Jambi dan telah
mendapat terapi Ampicillin 6x800mg IV Kloramfenikol 4x400 mg IV metronidazole 3x250
mgIV kemudian anak dirujuk ke RSUP DR.M.Djamil padang dengan keterangan abses
cerebri dengan hemiparise sinistra + VSD
DPT
: 2, 3, 4 bulan
Polio
: 2, 3, 4 bulan
Hepatitis B
: 0, 2, 3, 4 bulan
Campak
: 9 bulan
ASI
: lahir 6 bulan
Bubur susu
: 6 - 8 bulan
Nasi tim
: 8 12 bulan
Nasi biasa
: 12 bulan sekarang
BB
: 16 kg
TB
: 125 cm
= 40,8 %
= 84,71 %
= 62,5%
Tengkurap
Duduk : 13 Bulan
Berdiri : 3 Tahun
Berjalan
Bicara : 7 Tahun
: 8 Bulan
: 4 Tahun
: GCS 15
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 92x/menit
: 36,7 OC
Suhu
Pernafasan
: 22x/menit
Berat badan
: 16 kg
Tinggi badan
: 125 cm
Ikterik
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Kulit
Turgor
: baik
Submandibula
: Tidak membesar
Leher
: Tidak membesar
Supraklavikula
: Tidak membesar
Aksila
: Tidak membesar
Inguinal
: Tidak membesar
Kepala
Muka
Rambut
Mata :
Konjungtiva
: tidak pucat
Palpebra
: dapat menutup
Sclera
: tidak ikterik
Reflex cahaya
: +/+
Telinga:
Nyeri
: tidak ada
Sekret
: tidak ada
Gangguan pendengaran
: tidak ada
Tinitus
: tidak ada
Hidung:
Deviasi septum
: tidak ada
Nyeri
: tidak ada
Trauma
: tidak ada
Gangguan penciuman
: tidak ada
Tenggorokan
Nyeri tenggorokan
: tidak ada
Perubahan suara
: tidak ada
Tonsil
Faring
: tidak hiperemis
Karies
: tidak ada
Stomatitis
: tidak ada
Faring
: tidak hiperemis
Lidah
: tidak kotor
: 5 2 cmH2O
Kelenjar tiroid
: tidak membesar
Kelenjar Limfe
: tidak membesar
Leher:
Dada:
Inspeksi
: normothoraks
Paru:
Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Kiri
Depan
Belakang
Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
Kanan
dinamis
dinamis
Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
Kiri
dinamis
dinamis
Sela iga normal, benjolan Sela iga normal, benjolan
Kanan
(-),
fremitus benjolan
(-),
fremitus
Perkusi
Auskultasi
Kiri
normal
Sonor
Kanan
lapangan paru
Sonor
di
Kiri
lapangan paru
Suara nafas : vesikuler
lapangan paru
Suara nafas : vesikuler
Wheezing : (-)
Wheezing : (-)
Ronchi : (-)
Suara nafas : vesikuler
Ronchi : (-)
Suara nafas : vesikuler
Wheezing : (-)
Wheezing : (-)
Ronchi : (-)
Ronchi : (-)
Kanan
di
normal
seluruh Sonor
di
lapangan paru
seluruh Sonor
di
seluruh
seluruh
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Palpasi
- Dinding perut
- Hati
- Limpa
Perkusi
Auskultasi
Tidak tegang
Tidak teraba
Tidak teraba
Timpani
Bising usus + normal
Punggung
Alat kelamin
Anus
Anggota Gerak
: edem tidak ada, akral hangat, perfusi baik, clubbing finger (+)
444
Hasil
Darah rutin
-
Hb
15,8 g/dl
Leukosit
11.560/mm3
Hematokrit
48%
Trombosit
208.000/mm3
Hitung jenis
0/0/2/60/33/5
Eritrosit
6,46x 10 6
Retikulosit
0,6%
Diagnosis Kerja
1.
Pemeriksaan Penunjang
Ct Scan kepala
Hasil : gambaran abses di kortikal lobus temporal kanan berukuran cukup besar disertai
perifokal edema luas. Tampak midline shift berat ke kiri.
echocardiografi
Hasil : mesocardio, SS, VSD inlet 8-9 mm, great arteri sukar dinilai, left arch,
Rencana Terapi:
1. Makanan biasa 1300kkal
2. Ampicillin 6 x 800 mg IV
3. Kloramfenikol 4 x 400 mg IV
4. Metronodazol 3 x 250 mg IV
FOLLOW UP HARI 1
S/ Demam tidak ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada,lengan dan tungkai masih
lemah,perdarahan tidak ada, nyeri kepala tidak ada, dan intake masuk dalam toleransi baik.
O/ sakit berat, anak sadar, Nadi : 99x/menit Nafas: 21x/menit Tekanan darah : 90/60mmhg Suhu:
37,1 oC
Mata : konjungtiva tidak pucat sklera tidak ikterik, pupil isokhor 3mm/3mm
Thorak : retraksi tidak ada, Pulmo tidak ada kelainan, Cor: irama teratur, bising ejeksi sistolik
grade 3/6 terjelas di RIC III & IV
Abdomen : distensi tidak ada, bising usus + normal
Extrimitas : akral hangat, perfusi baik
Motorik : 555
333
555
333
FOLLOW UP HARI 2
S/ Demam tidak ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada,lengan dan tungkai masih
lemah,perdarahan tidak ada, nyeri kepala tidak ada, dan intake masuk dalam toleransi baik.
O/ sakit berat, anak sadar, Nadi : 93x/menit Nafas: 24x/menit Tekanan darah : 100/60mmhg
Suhu: 37,1 oC
Mata : konjungtiva tidak pucat sklera tidak ikterik, pupil isokhor 3mm/3mm
Thorak : retraksi tidak ada, Pulmo tidak ada kelainan, Cor: irama teratur, bising ejeksi sistolik
grade 3/6 terjelas di RIC III & IV
Abdomen : distensi tidak ada, bising usus + normal
Extrimitas : akral hangat, perfusi baik
Motorik : 555
333
555
333
FOLLOW UP HARI 3
S/ Demam tidak ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada,lengan dan tungkai masih
lemah,perdarahan tidak ada, nyeri kepala tidak ada, dan intake masuk dalam toleransi baik.
O/ sakit berat, anak sadar, Nadi : 93x/menit Nafas: 24x/menit Tekanan darah : 100/60mmhg
Suhu: 37,1 oC
Mata : konjungtiva tidak pucat sklera tidak ikterik, pupil isokhor 3mm/3mm
Thorak : retraksi tidak ada, Pulmo tidak ada kelainan, Cor: irama teratur, bising ejeksi sistolik
grade 3/6 terjelas di RIC III & IV
Abdomen : distensi tidak ada, bising usus + normal
Extrimitas : akral hangat, perfusi baik
Motorik : 555
222
555
444
BAB 2
ANALISIS KASUS
Seorang anak laki-laki usia 11 tahun 9 bulan datang ke RSUP DR.M.Djamil Padang
dengan keluhan utama lemah pada kaki dan tangan kiri sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Dari anamnesis dengan nenek pasien, Anak telah mengalami kelemahan pada anggota geraknya
sejak 4 tahun yang lalu, 1 bulan yang lalu pasien pernah di rawat di RSUP M.Djamil padang
dengan keterangan abses cerebri ec PJB Asianotik + mesocardia dan pulang paksa karena
keterbatasan biaya dan ingin mengurus BPJS . Pasien sempat bisa berjalan 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, namun tangan dan kaki kiri semakin melemah sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit.
Dari anamnesis didapatkan anak mengeluhkan sering sakit kepala sejak 1 bulan yang
lalu, sakit kepala bersifat hilang timbul, kadang hilang setelah diberikan obat sakit kepala yang
dibeli di warung.Anak mengalami sakit kepala hebat 4 hari sebelum masuk rumah sakit yang
disertai muntah frekuensi 2x berisi apa yang dimakan dan muntah tidak menyemprot. Hal ini
bisa bisa dipikirkan adanya peningkatan tekanan intrakranial oleh karena abses cerebri yang telah
di derita anak. Dimana tanda klinis dari peningkatan tekanan intrakranial adalah sakit kepala
hebat, muntah proyektil, hipertensi pupil edema dan bisa juga dilihat dari foto polos kepala untuk
melihat adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Pada anak telah dikenal penyakit jantung bawaan yang nantinya akan mengakibatkan
terjadinya hipoksia kronik, hal ini akan menyebabkan banyaknya jaringan yang nekrotik di otak,
keadaan hipoksia ini juga akan merangsang ginjal untuk menghasilkan eritropetin, kemudian
eritropoentin itu yang nantinya akan merangsang ertropoesis, terbentuklah sel darah merah yang
banyak dengan demikian dapat meningkatkan Hb dan darah dalam tubuh akan mengental, hal ini
yang akan memudahkan terbentuknya mikrotrombus.
Terjadinya hemiparese sinistra diperkirakan akibat dari abses cerebri yang berada di regio
temporal kanan yang menekan nervus kranial VII & XII.
Didapatkan juga clubbing finger pada pemeriksaan fisik yang artinya terjadi hipoksia
kronis sehingga Pada pemeriksaan fisik didapatkan bising pada sistolik grade 3/6 dan cllubing
finger. Bising yang terdengar pada jantung menandakan ada defek pada jantung anak. Clubbing
fingers terjadi akibat pertumbuhan jaringan lunak dibawah jaringan kuku sebagai konsekuensi
sianosis sentral. Hal ini disebabkan oleh adanya peranan megakariosit.Pada anak dengan pirau
kanan ke kiri, megakariosit dapat memasuki sirkulasi sistemik, terjebak dalam kapiler jari dan
melepas growth factor yang akan menyebabkan clubbing fingers. Gejala ini biasanya muncul
setelah anak umur 6 bulan.
Dapat dilihat Riwayat tumbuh kembang anak sangat terganggu, apabila di masukkan
dalam kurva CDC tumbuh kembang anak dibawah pesentil 3, dimana BB/TB didapatkan 62,5%
dipikirkan ini akibat dari kelainan jantung bawaan yang diderita sejak lahir yang menyebabkan
hipoksia kronik sehingga anak gagal tumbuh walaupun intake dalam toleransi baik.
Penatalaksanaan awal dari abses otak meliputi diagnosis yang tepat dan pemilihan
antibiotik didasarkan pada patogenesis dan organisme yang memungkinkan terjadinya abses.
Ketika etiologinya tidak diketahui, dapat digunakan kombinasi dari sefalosporin generasi ketiga
dan metronidazole. Jika terdapat riwayat cedera kepala dan pembedahan kepala, maka dapat
digunakan kombinasi dari napciline atau vancomycine dengan sephalosforin generasi ketiga dan
juga metronidazole. Antibiotik terpilih dapat digunakan ketika hasil kultur dan tes sentivitas telah
tersedia. Pada abses terjadi akibat trauma penetrasi,cedera kepala, atau sinusitis dapat diterapi
dengan kombinasi dengan napsiline atau vancomycin, cefotaxime atau cetriaxone dan juga
metronidazole. Monoterapi dengna meropenem yang terbukti baik melawan bakteri gram negatif,
bakteri anaerob, stafilokokkus dan streptokokkus dan menjadi pilihana alternatif. Sementara itu
pada abses yang terjadi akibat penyakit jantung sianotik dapat diterapi dengan penissilin dan
metronidazole. Abses yang terjadi akibat ventrikuloperitoneal shunt dapat diterapi dengan
vancomycin dan ceptazidine. Ketika otitis media, sinusitis, atau mastoidits yang menjadi
penyebab dapat digunakan vancomycin karena strepkokkus pneumonia telah resisten terhadap
penissilin. Ketika meningitis citrobacter, yang merupakan bakteri utama pada abses local, dapat
digunakan sefalosporin generasi ketiga, yang secara umum dikombinasikan dengan terapi
aminoglikosida. Pada pasien dengan immunocompromised digunakan antibiotik yang
berspektrum luas dan dipertimbangkan pula terapi amphoterids.
Pada anak ini saat ini diberikan antibiotik ampicillin, kloramfenikol, metronidazol karena
pada pasien terdapat kelainan jantung bawaan.
Pada anak anak juga direncanakan untuk dilakukan operasi kraniotomi mengingat proses
desak ruang yang cukup besar guna mengurangi efek massa baik oleh edema maupun abses itu
sendiri, disamping itu pertimbangan ukuran abses yang cukup besar, tebalnya kapsul dan
lokasinya di temporal.
Prognosis dari abses otak ini tergantung dari:
1) Cepatnya diagnosis ditegakkan
2) Derajat perubahan patologis
3) Soliter atau multipel
4) Penanganan yang adekuat.