Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Imunisasi adalah pemberian suatu vaksin ke dalam tubuh untuk memberikan kekebalan

terhadap penyakit tertentu dengan maksud menurunkan Angka Kematian dan Angka Kesakitan
serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi).
Data dari WHO menunjukkan bahwa setiap tahunnya di dunia ini terdapat 1,5 juta
kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir mati akibat tidak mendapatkan imunisasi.
Tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit Campak, 2
dari 100 Kelahiran Anak akan meninggal karena Batuk Rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan
meninggal karena penyakit Tetanus. Dan dari setiap 3.200.000 anak, 1 akan menderita penyakit
Polio. Berdasarkan data Current World Infant Mortality Rate menunjukkan bahwa Infant
Mortality Rate (IMR) di dunia pada tahun 2011 sebesar 41,61 per 1000 kelahiran hidup. 4
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator terpenting yang
menentukan derajat kesehatan dan kesejahteraan suatu masyarakat. Hingga tahun 2008, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 31,04 per 1000 kelahiran hidup.
Dan, besarnya Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Barat pada tahun 2008 adalah data sebesar
38,51 per 1000 kelahiran hidup. 5,6
Departemen Kesehatan (Depkes) berdasarkan data terakhir tahun 2007 mengungkapkan
rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya
genap 1 tahun (SDKI). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Karawang tahun 2011, tercatat sebanyak 171

bayi meninggal sepanjang tahun 2011. Saat ini Departemen Kesehatan sedang berusaha

menargetkan agar AKB turun menjadi 23 per 1.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015. Salah satu
usaha mengurangi angka kematian bayi tersebut adalah dengan program imunisasi.7,8
Departemen Kesehatan (Depkes) berdasarkan data terakhir tahun 2007 mengungkapkan rata-rata
selama setahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia setiap harinya sebelum
umurnya genap 1 tahun atau sekitar 146.000 per tahun. Angka Kematian bayi ini tergolong
masih tinggi, Prevalensi campak pada tahun 2009 adalah 15.369 kasus di seluruh Indonesia,
difteri sebanyak 219 dan tetanus sebanyak 183 kasus. Angka ini merupakan angka tertinggi dari
seluruh Negara ASEAN.1,5
Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator pelayanan
kesehatan dan capaian program kesehatan yang meliputi indicator angka harapan hidup, angka
kematian, dan status gizi masyarakat. Upaya mewujudkan derajat kesehatan tersebut diutamakan
pada upaya promotif dan preventif meliputi KIA, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi
kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit dengan mengacu pada pencapaian target
Standar Pelayanan Minimal serta target MDGs.
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular
khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak sebagai salah satu tujuan dari
Millennium Development Goals (MDGs). Tujuan utama kegiatan imunisasi adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang sehingga diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. Saat ini seluruh Puskesmas di Indonesia telah
melayani imunisasi melalui pelayanan di Puskesmas , dan mengisi kegiatan Posyandu yang ada
di masyarakat

(Permenkes RI)
Program imunisasi nasional dikenal sebagai Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1977. Program ini merupakan program pemerintah dalam
bidang imunisasi untuk mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization
(UCI). Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dilakukan untuk pencegahan penularan terhadap
beberapa Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis, difteri,
pertusis, campak, polio, tetanus, dan hepatitis B. Penyelenggaraan kegiatan imunisasi di
Indonesia berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi .
Pembangunan kesehatan diutamakan melalui program promotif dan preventif seperti
program imunisasi yang terbukti efektif untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan
kematian akibat PD3I. Secara global, diperkirakan 2-3 juta kematian per tahunnya berhasil
dicegah dengan imunisasi, tetapi masih ada sekitar 22 juta bayi di dunia yang belum mendapat
imunisasi lengkap sebesar 9,5 juta yang berada di wilayah Asia Tenggara, termasuk di dalamnya
Indonesia. Situasi ini yang mendorong langkah global dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat dunia melalui pelaksanaan imunisasi (Kemenkes RI).
Keberhasilan program imunisasi salah satunya bisa dinilai dengan indikator
Desa/Kelurahan UCI. Pencapaian UCI di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 80,23% dan capaian
ini belum memenuhi target UCI tahun 2013 yaitu 95%. Sedangkan UCI Sumatera Barat pada
tahun 2010 yaitu 87,03%, mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 86,6% dan kembali
turun pada tahun 2013 menjadi 71,15%. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang
tahun 2013, dari 22 puskesmas yang ada di Kota Padang Puskesmas Lubuk Kilangan mempunyai
cakupan imunisasi dasar lengkap terendah nomor tiga setelah Puskesmas Padang Pasir dan

Puskesmas Pauh (Dinkes Padang, 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu
dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai masalah kesehatan imunisasi dan bagaimana
pencapaiannya di Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.2

Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan program Imunisasi Dasar di
Puskesmas Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Kilangan periode Januari 2015 sampai
dengan Septembet 2015 dengan pendekatan sistem.
1.2.2

Tujuan khusus
Diketahuinya cakupan pelayanan Imunisasi Dasar di Puskesmas Lubuk Kilangan,
Kecamatan Lubuk Kilangan periode Januari 2015 sampai dengan September
2015.

Diketahuinya cakupan penyuluhan perorangan, dan kelompok yang dilaksanakan


di Puskesmas Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Kilangan periode Januari 2015
sampai dengan September 2015.

Diketahuinya cakupan pemantauan hasil kegiatan imunisasi dengan Pemantauan


Wilayah Setempat (PWS) yang dilaksanakan di Puskesmas Lubuk Kilangan,
Kecamatan Lubuk Kilangan periode Januari 2015 sampai dengan September
2015.

Diketahuinya cakupan penatalaksanaan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di


Puskesmas Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Kilangan periode Januari 2015
sampai dengan September 2015.

Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan di Puskesmas


Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Kilangan periode Januari 2015 sampai
dengan September 2015.

1.3 Batasan Penulisan


Makalah ini membahas tentang pelaksanaan, pencapaian dan permasalahan program
imunisasi di Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur, laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, membandingkan cakupan Program
Imunisasi Dasar terhadap target yang ditetapkan dan diskusi dengan pemegang program
Imunisasi di Puskesmas Lubuk Kilangan
1.4

Manfaat
1.5.1 Bagi Evaluator :

Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.

Melatih serta mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu program khususnya


program Imunisasi dasar.

Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.

Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1..5.2 Bagi Puskesmas yang dievaluasi :


Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program Imunisasi

Dasar disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalah.


Memberi masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina peran serta

masyarakat dalam melaksanakan program Imunisasi Dasar secara optimal.


Membantu kemandirian Puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan program
Imunisasi Dasar sehingga dapat memenuhi target cakupan program.

1.5.3 Bagi masyarakat :

Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dan kader dalam kegiatan


imunisasi.

.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Imunisasi


Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu
penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila terpajan pada antigen serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi adalah suatu upaya

untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Depkes, 2013).
Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif. Kekebalan
pasif dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan pada seseorang yang membutuhkan. Kekebalan
aktif dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen secara alamiah atau melalui imunisasi.

2.2 Landasan Hukum Imunisasi


1
2

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1626/Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman

Pemantauan dan Penanggulangan kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi

2.3 Tujuan imunisasi


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2013 tentang penyelenggaraan
imunisasi:
a

Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I).


b Tujuan Khusus
- Mencapai target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi
-

lengkap minimal 80% pada bayi di seluruh desa/ kelurahan pada tahun 2014.
Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per

1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.


Global eradikasi Polio pada tahun 2018.
Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian Rubella 2020.
Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis
(safety infection practice and waste disposal management).

2.4 Program Imunisasi


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2013 imunisasi wajib terdiri atas:
1
2
3

Imunisasi Rutin
Imunisasi Tambahan
Imunisasi Khusus

2.4.1 Imunisasi Rutin

Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi di bawah 1 tahun. Jenis imunisasi dasar yang
diberikan adalah:
a
b

Bacillus Calmette Guerin (BCG)


Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-

Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib)


c Hepatitis B pada bayi baru lahir
d Polio
e Campak.
Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan atau untuk memperanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan
kepada:
a

Anak usia dibawah tiga tahun (batita). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis TetanusHepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.

Anak usia sekolah dasar. Imunisasi diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS) terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).

Wanita usia subur. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT).
Imunisasi TT diberikan kepada Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil dan
calon pengatin. Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk mencegah tetanus
neonatorum pada bayi baru lahir, mencegah tetanus pada ibu pada saat hamil,

melahirkan dan nifas . Jadwal pemberian imunisasi TT:


TT1: Diberikan pada kunjungan awal/ Trimester 1
TT2: 4 minggu setelah TT1, perlindungan 3 tahun
TT3: 6 bulan setelah TT2, perlindungan 5 tahun
TT4: 1 tahun setelah TT3, perlindungan 10 tahun
TT5: 1 tahun setelah TT4, perlindungan 25 tahun

2.4.2 Imunisasi Tambahan

Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah:


A Backlog fighting
Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur di
bawah 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama
2 (dua) tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
B Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk
mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash
program adalah:
1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi.
2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
3) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi, misalnya
campak, atau campak terpadu dengan polio.

C PIN (Pekan Imunisasi Nasional)


Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara
dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran
suatu penyakit (misalnya polio). Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya.
D Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah wilayah
terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).

E Catch up Campaign campak


Merupakan suatu upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak pada
anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi campak
secara serentak pada anak sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam SD atau yang
sederajat, serta anak usia 6 - 12 tahun yang tidak sekolah, tanpa mempertimbangkan
status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada waktu catch up
campaign campak di samping untuk memutus rantai penularan, juga berguna sebagai
booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua).
F Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI)
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi
epidemiologis penyakit masing-masing.
3

Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan untuk melindungi

masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi seperti persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu. Jenis imunisasi
antara lain imunisasi Meningitis Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti
Rabies (VAR). Sasaran vaksinasi Anti Rabies (VAR) ditujukan pada 100% kasus gigitan yang
berindikasi Rabies , terutama pada lokasi tertular dan desa-desa sekitar dalam radius 10 km.
2.5 Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi dasar lengkap adalah kelengkapan mengimunisasikan bayi sebanyak 1 kali HB0, 4 kali Polio, 1 kali BCG, 3 kali DPT-HB, dan 1 kali campak. Jenis- jenis vaksin yang
diberikan terhadap bayi dan balita berdasar IDAI ada lima buah vaksin, yaitu:
a BCG

Vaksin BCG diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit


tuberkulosis (TB). Vaksin yang diberikan mengandung kuman TB yang telah dilemahkan,
sehingga tidak boleh diberikan pada pasien imunokompromais.
Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2- 3 bulan. Namun, Kementrian Kesehatan
menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur 0-12 bulan untuk mencapai cakupan
yang lebih luas. Dosis diberikan 0,05 ml untuk bayi (<1 tahun) dan 0,1 ml untuk anak >1
tahun. Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M.
Deltoid sesuai anjuran WHO. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
b Hepatitis B
Vaksin hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir karena bertujuan sebagai
pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi
maternal dari ibu kepada anaknya. Imunisasi HepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu
12 jam) setelah lahir. Imunisasi HepB-2 diberikan setelah 1 bulan dari HepB-1. Untuk
mendapat respon imun yang optimal, interval imunisasi HepB-2 dengan HepB-3 minimal 2
bulan, terbaik 5 bulan.
c Polio
Terdapat 2 kemasan vaksin polio yaitu OPV dan IPV. OPV (Oral Polio Vaccine) berisi
virus hidup yang telah dilemahkan dengan sediaan berupa tetes oral. IPV (Inactivated Polio
Vaccine) berisi virus yang telah di in-aktifkan dengan sediaan berupa injeksi.
Polio-0 diberikan saat bayi lahir atau pada kunjungan pertama. OPV diberikan saat bayi
dipulangkan dari rumah sakit/ rumah bersalin untuk menghindari transmisi virus vaksin
kepada bayi lain karena berisi virus polio hidup yang dapat diekskresikan melalui tinja.
Selanjutnya dapat diberikan OPV atau IPV. Imunisasi dasar (polio-2,3,4) diberikan pada
umur 2,4,6 bulan dengan interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
Dosis OPV diberikan 2 tetes peroral. Dosis IPV diberikan 0,5 ml intramuskular.
Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi Polio-4, selanjutnya saat masuk
sekolah (5-6 tahun).

DPT
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-8 minggu.

Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi DPT-1 diberikan saat umur 2 bulan, DPT-2 umur 4
bulan, DPT-3 umur 6 bulan. Ulangan Booster DPT-4 diberikan 1 tahun setelah DPT-3 yaitu
pada umur 18-24 bulan dan DPT-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Dosis vaksin DPT
sebanyak 0,5 ml diberikan secara intramuskular. Vaksin ini dapat diberikan secara kombinasi
dengan vaksin Hep B dalam bentuk kemasan kombinasi DPT/HepB.
e Campak
Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam 1 dosis 0,5 ml secara subkutan dalam, pada
umur 9 bulan. Selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program BIAS.
Imunisasi campak kelas I SD tidak diperlukan bila telah mendapat imunisais MMR pada usia
15-18 bulan dan ulangan umur 6 tahun
2.6 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi dasar, yaitu Tuberkulosis, difteri,
pertusis, tetanus, poliomielitis, hepatitis B dan campak.
a Tuberkulosis
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium

tuberculosis.

Cara

penularannya adalah melalui droplet. Penyakit ini bisa menyerang organ tubuh seperti
paru, kelenjer, kulit, tulang, sendi, dan selaput otak.
Imunisasi BCG sangat bermanfaat untuk pencegahan, namun bukan berarti dengan
pemberian imunisasi BCG membuat seseorang tidak terkena penyakit ini. Walaupun
demikian, dampak imunisasi BCG apabila terkena penyakit ini akan lebih ringan
gejalanya sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian.
b Difteri
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium dyptheriae yang menular melalui droplet.
Gejala penyakit ini mulai dari yang ringan sampai yang bisa mengakibatkan obstruksi
jalan nafas dan gagal jantung yang bisa mengakibatkan kematian. Imunisasi dasar DPT
dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini.

Pertusis
Pertusis disebabkan oleh Bordetella pertusis dengan penularan melalui droplet.

Penyakit ini dapat menyebabkan pneumonia berat yang dapat menimbulkan kematian.
Gejala awal dapat berupa batuk kemudian batuk makin berat dan sering disertai muntah.
Imunisasi DPT merupakan salah satu pencegahan yang dapat dilakukan.
d Tetanus
Tetanus disebabkan oleh Mycobacterium tetani masuk ke dalam luka terbuka,
berkembang biak secara anaerob dan membentuk toksin. Tetanus yang khas terjadi pada
anak adalah tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum dapat menimbulkan kematian
karena terjadi kejang, sianosis dan henti nafas. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi DPT pada anak.
e Polio
Polio disebabkan virus polio tipe 1,2 dan 3 yang menyerang mielin atau serabut otot.
Penularan penyakit ini melalui droplet atau fecal dan reservoarnya adalah manusia yang
menderita polio. Gejala awal tidak khas, dapat timbul gejala ringan dan infeksi saluran
nafas atas, kemudian timbul gejala paralisis yang bersifat flaksid. Pencegahan penyakit
ini dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi polio.
f Campak
Campak disebabkan virus morbili yang penularannya melalui droplet. Gejala awal
berupa kemerahan yang mulai timbul di belakang telinga, dahi dan menjalar ke wajah dan
seluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti flu, mata berair, dan konjungtivitis. Hal ini
dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak.
g Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B. Penyakit ini menyerang kelompok
yang memilki faktor resiko secara vertikal dan horizontal. Kelompok resiko secara
vertikal adalah bayi dengan ibu yang terkena Hepatitis B, sedangkan kelompok faktor
resiko horizontal adalah tenaga medis, pecandu narkotika, dan pasien hemodialisis.
Gejala yang muncul tidak khas, seperti anoreksia, mual, dan kadang ikterik. Imunisasi

Hepatitis B dapat diberikan dengan tujuan untuk memutus rantai penularan dari ibu ke
anaknya.
2.6 Program Imunisasi Nasional
Program pemerintah dalam bidang imunisasi dikenal sebagai Pengembangan Program
Imunisasi (PPI) atau Expanded Program on Immunization. Program ini bertujuan untuk
mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization (UCI). Imunisasi yang
termasuk dalam PPI adalah BCG, Polio, DPT, Campak dan Hepatitis B. Program ini mempunyai
tujuan akhir sesuai dengan komitmen internasional yaitu Eradikasi Polio (ERAPO), eliminasi
tetanus maternal dan neonatal, Reduksi Campak (RECAM), peningkatan mutu pelayanan
imunisasi,

menetapkan standar pemberian suntikan yang aman dan keamanan pengelolaan

limbah tajam.
Pada tahun 2011, dalam program imunisasi nasional terdapat 7 antigen yaitu Hepatitis B,
Polio oral (OPV), BCG, difteri, tetanus, pertusis dan campak. Program imunisasi nasional ini
terdiri dari imunisasi dasar yang harus diselesaikan sebelum umur satu tahun dan imunisasi pada
anak Sekolah Dasar yang masuk ke dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Ada 5 jenis imunisasi yang diberi secara gratis di Posyandu, terdiri dari imunisasi
Hepatitis B, BCG, Polio, Campak dan DPT. Semua imunisasi ini harus diberikan secara lengkap
sebelum anak berusia 1 tahun. Pelaksanaan BIAS dilakukan sebanyak dua kali yaitu BIAS
campak yang hanya diberikan untuk murid kelas I SD/ sederajat, dT untuk kelas I, II dan III.

2.7 Jadwal Pemberian Imunisasi

Gambar 2.1 Jadwal imunisasi rekomendasi Kemenkes RI

Gambar 2.2 Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI 2010


BAB III

ANALISI SITUASI

1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan


Puskesmas Lubuk Kilangan terletak di kecamatan Lubuk Kilangan dengan wilayah kerja
meliputi 7 kelurahan dengan luas wilayah 85,99 km2. Batas wilayah kerja puskesmas Lubuk
Kilangan sebagai berikut :
a
b
c
d

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh


Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok
Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung

(Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, 2014)

2 Kondisi Demografis

Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang tahun 2014, jumlah
Penduduk Kec. Lubuk Kilangan adalah sebanyak 51.806 jiwa dengan jumlah KK 12.290 RT
Sebanyak 171 dan RW 44 dengan rata-rata anggota keluarga 4 orang serta kepadatan penduduk
489/km. Adapun rincian jumlah penduduk menurut kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
tahun 2014
No
Kelurahan
JML KK
JML JIWA
RT
RW
1 Bandar Buat
3753
14403
43
11
2 Padang Besi
1448
7274
20
4
3 Indarung
2885
11096
44
12
4 Koto Lalang
1645
6972
31
8
5 Batu Gadang
1591
6901
21
5
6 Baringin
322
2470
5
2
7 Tarantang
646
2690
7
2
Jumlah
12290
51806
171
44
1.3 Mata Pencaharian
Mata pencaharian di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lubuk Kilangan antara lain:
- Buruh tani
: 13.647 (17,92%)
- Buruh tani
: 2.344 (3,07%)
- Tidak Bekerja
: 24.215 (31,80%)
- Pedagang dan peternak
: 5.090 (6,68%)
- PNS
: 3.822 (5,01%)
- Serabutan
: 25.070 (32,92%)

1.4 Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lubuk Kilangan
antara lain:
- Belum Sekolah
- Tidak tamat SD
- Tamat SD
- Tamat SLTP
- Tamat SMU
- Tamat D1
- Tamat D3
- Tamat S1

: 18.558 (24,37%)
: 5.646 (7,41%)
: 29.907 (39,27%)
: 10.842 (14,23%)
: 7.620 (10,08%)
: 1.138 (1,49%)
: 1.223 (1,62%)
: 1.204 (1,53%)

1.5 Sarana dan Prasarana


1

Sarana Pendidikan

Tabel 3.2 Kondisi Sarana Pendidikan Puskesmas lubuk Kilangan tahun 2014
N

Kelurahan

o
1
2
3
4
5
6
7

TK

SD

SMP

Bandar Buat
9
6
3
Padang Besi
2
4
0
Indarung
1
6
1
Koto Lalang
3
3
0
Batu Gadang
1
2
0
Baringin
1
1
0
Tarantang
0
1
0
Jumlah
14
23
4
(Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, 2014)

SMA
0
0
2
0
1
0
0
3

Sarana Kesehatan

Tabel 3.3 Kondisi Sarana Kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2014
No

Jenis Sarana dan Prasarana

I
1
2
3
4
5
6
7
9
II
1

Sarana Kesehatan
Puskesmas Induk
Puskesmas Pembantu
Rumah Dinas Dokter
Rumah Dinas Perawat
Poskeskel
Puskesmas Keliling roda 4
Ambulance
Sepeda Motor
Sarana Penunjang
Komputer

Jumla
h

Baik

1
4
1
7
1
1
5

1
4
1
7
1
1
5

10

10

Kondisi
Rusak
Rusak
Ringan Sedang

Rusak
Berat

2
3
4
5
6
II
I

4
2
1
1
1

4
1
1
1

Puskesmas
1 Laboratorium
1
1
(Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, 2014)

Prasarana Kesehatan
-

Laptop
Mesin Tik
Telepon
Listrik
Sarana Air Bersih
Sarana dan Prasarana lain Dalam

Posyandu Balita
Posyandu Lansia
Kader Kesehatan
Praktek Swasta Dokter Umum
Prakter Swasta Dokter Gigi
Praktek Bidan Swasta
Klinik Bersalin
Rumah Obat
Rumah Sakit Swasta
Pos UKK
Pengobatan Tradisional
Toga

: 43 Pos
: 14 Pos
: 166 Orang
: 5 orang
: 2 Orang
: 21 orang
: 5 Buah
: 5 Buah
: 1 Unit
: 3 Pos
: 38 Buah
: 27 Buah

Data Khusus

Input
a

Tenaga
-

Dokter Umum

: 1 orang

Bidan

: 10 orang bidan desa

Kader

: 5 orang/Posyandu

Dana
APBD

: Cukup

APBN

: Cukup

Sarana

1
1

Medis

i Peralatan suntik
1

Disposible syringe (1cc ,2cc, 2,5cc, 3 cc, 5 cc)

: Cukup

Autodisposible syringe (0,05cc, 0,5cc)

: Cukup

Alkohol 70 %

: Cukup

Cold Chain
a

Lemari es

: 1 buah

Vaccine carrier

: 7 buah

Cold box

: 1 buah

Termos + 4 buah cold pack

: Sejumlah tim lapangan

Freeze tag/ Freeze watch

: Sejumlah tim lapangan

ii Vaksin
Kebutuhan vaksin
Kebutuhan Vaksin = Jumlah sasaran x target cakupan
IP Vaksin
BCG = 1038 x 98% x 1ampul = 103 ampul
20

Hep B-0 = 1038 x 90% x1 = 1882 kemasan


1
Polio =
(2092x98%)+(2092x95%)+(2092x93%)+(2092x90%) x1vial
10
= 789 vial
DPT-HB= (2092x98%)+(2092x95%)+(2092x93%) x 1 vial

5
= 598 vial

Campak = 2092x 90% x 1 vial = 189 vial


10

Kebutuhan alat suntik = jumlah sasaran x target cakupan(%)


Alat suntik 0,05 cc (untuk BCG) : 2092 x 98% = 2050 buah
Alat suntik 0,5 cc (untuk DPT-HB dan Campak) : {2092 x (98%+95%
+93%)}+{2092x 90%} = 7864 buah
Alat suntik 5 cc (pelarut)
= Jumlah vaksin BCG + Jumlah vaksin campak
= 335+308= 292 buah
iii Alat dan obat KIPI

Stetoskop

: 1 buah

Tensimeter

: 1 buah

Infus set

: Cukup

Alat suntik

: Cukup

Cairan infus NaCl 0,9 %

: Cukup

Deksamethason injeksi

: Cukup

Adrenalin

: Cukup

Paracetamol

: Cukup

Non Medis
i Gedung Puskesmas
1

Ruang Pendaftaran : 1 ruang

Ruang Tunggu

: 1 ruang

Ruang Periksa

: 1 ruang

Kamar Obat

: 1 ruang

ii Posyandu (57 pos)

: Sistem lima meja

KMS Balita

: Cukup

Buku pencatatan hasil imunisasi

: 1 buah

Buku pencatatan stok vaksin

: 1 buah

Kartu pencatatan suhu lemari es

: 1 lembar/bulan

Kartu pencatatan suhu freezer

: 1 lembar/bulan

Kapas dan tempatnya

: Cukup

Tempat sampah

: 1 buah

Metode
a

Pelayanan imunisasi dasar di Puskesmas dan Posyandu:


i

BCG : 1x, dosis 0,05 cc, IC, di deltoid lengan atas kanan Diberikan
sedini mungkin, pada usia 0 2 bulan

ii

DPT-HB : 3x, dosis 0,5 cc, IM/SC dalam, di anterolateral paha atas
Diberikan pada usia 2 11 bulan, dengan jarak 4 minggu

iii

Polio : 4x, dosis 2 tetes. Diberikan pada usia 0 11 bulan, dengan


jarak 4 minggu

iv

Campak : 1x, dosis 0,5 cc, SC, di lengan kiri atas. Diberikan pada usia
9 11 bulan

Penyuluhan mengenai imunisasi dasar


i

Perorangan : Dengan wawancara

ii

Kelompok : Dengan ceramah dan diskusi

iii

Masyarakat : Melalui spanduk, poster, leaflet

Mengelola vaksin, peralatan vaksinasi dan cold chain


a Suhu cold chain 2-8 0 C, pemantauan dan pencatatan suhu 2 x/hari.
b Bagian bawah lemari es diletakan kotak dingin cair (cool pack)
c
d

sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu.


Vaksin BCG, Campak, dan Polio diletakkan dekat evaporator.
Vaksin DPT/HB diletakkan lebih jauh dari evaporator.

Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari

tangan, agar terjadi sirkulasi udara yang baik.


Letakkan 1 bh termometer di bagian tengah lemari es dan letakkan

1 buah freeze tag diantara vaksin hepatitis B atau DPT


Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena

sinar Ultra Violet.


Pelarut vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar,

pelarut tidak boleh beku.


Penggunaan 1 spuit untuk satu orang.

Pemantauan : Dengan PWS (Pemantauan Wilayah Setempat)

di setiap desa dengan cara

mengumpulkan dan mengolah data cakupan imunisasi dari tiap desa dan dikelompokkan ke
e

dalam format grafik untuk masing-masing imunisasi. Dilakukan dengan teratur setiap satu bulan
Pencatatan dan pelaporan: Dengan laporan bulanan, dan rapat bulanan.
f Penatalaksanaan KIPI: Jika ada kasus.
2

Proses
1

Perencanaan (Planning)
a Menentukan besarnya sasaran
- Besar sasaran : Ditetapkan oleh Puskesmas Rengasdengklok sebanyak
2092 orang bayi.
b Target cakupan :
BCG

: 98%

Hep B-0

: 90%

DPT-HB1

: 98%

DPT-HB2

: 95%

DPT-HB3

: 93%

Polio 1

: 98%

Polio 2

: 95%

Polio 3

: 93%

Polio 4

: 90%

Campak

: 90%

c Membuat jadwal pelayanan Imunisasi Dasar:

Puskesmas :

BCG

DPT-HB : Senin sampai dengan Jumat, jam 08.00-12.00 oleh

: Setiap hari rabu, jam 08.00-1200 oleh bidan.

bidan.

Polio : Senin sampai dengan Jumat, jam 08.00-12.00 oleh bidan.

Hepatitis B0 : Senin sampai dengan Jumat, jam 08.00-12.00 oleh


bidan.

Campak : Senin sampai dengan Jumat, jam 08.00-12.00 oleh


bidan.

Posyandu : Satu kali dalam sebulan di Posyandu Desa yang


ditetapkan pukul 08.00-12.00 oleh bidan desa.

d Merencanakan logistik imunisasi dasar


Kebutuhan vaksin :
- HB-O

: 1882 kemasan

- BCG

: 103 ampul

- DPT/HB

: 598 vial

- Polio
- Campak

: 789 vial
: 189 vial

Kebutuhan alat suntik :


-

Alat suntik 0,05 cc (untuk BCG) : 2050 buah

Alat suntik 0,5 cc (untuk DPT/HB Combo dan Campak) : 7864 buah

Alat suntik 5 cc (pelarut) : 292 buah

e Mengelola vaksin, peralatan vaksinasi dan cold chain


- Suhu cold chain 2-8 0 C, pemantauan dan pencatatan suhu 2 x/hari.
- Bagian bawah lemari es diletakan kotak dingin cair (cool pack) sebagai
penahan dingin dan kestabilan suhu.
- Vaksin BCG, Campak, dan Polio diletakkan dekat evaporator.

- Vaksin DPT/HB diletakkan lebih jauh dari evaporator.


- Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan, agar
terjadi sirkulasi udara yang baik.
- Letakkan 1 bh termometer di bagian tengah lemari es dan letakkan 1 buah
freeze tag diantara vaksin hepatitis B atau DPT
- Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar Ultra
Violet.
- Pelarut vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar, pelarut tidak
boleh beku.
- Penggunaan 1 spuit untuk satu orang.
f Memberikan penyuluhan mengenai imunisasi dasar
Perorangan : Setiap hari, setiap kali kunjungan di Posyandu.
Kelompok : Di posyandu setiap satu bulan sekali oleh bidan desa
Masyarakat : Melalui spanduk, poster, leaflet.
g Melakukan pencatatan dan pelaporan :
Pencatatan : dilakukan satu bulan sekali setelah selesai posyandu.
Pelaporan : di lakukan satu bulan sekali melalui rapat bulanan
Puskesmas.
h Melakukan pemantauan : dengan PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) setiap
satu bulan sekali.
i Merencanakan penatalaksanaan KIPI(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): Jika
ada kasus

3.4 Ketenagaan Puskesmas


Tabel 3.4 Kondisi Ketenagakerjaan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis Ketenagaan
Dokter
Dokter Gigi
Sarjana Kesmas
Sarjana Keperawatan
Rekam Medik
D4 Kebidanan
D3 Keperawatan
D3 Kebidanan
D3 Gizi
D3 Teknisi Gigi

Jumlah
3
3
4
1
1
5
4
11
1
2

Status Kepegawaian
2 PNS, 1 pddk
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
10 PNS, 1 PPT
PNS
PNS

11
12
13
14
15
16
17

Bidan ( DI )
Perawat ( SPK )
AAK & Analis Kimia
Ass. Apoteker
SMA
Perawat Gigi
D4 Kesling & D3 Kesling
JUMLAH

6
6
2
2
6
1
2
60

4 PNS, 2 PPT
PNS
PNS
PNS
5 PNS, 1 Honor
PNS
PNS

3.5 Program Imunisasi Puskesmas Lubuk Kilangan

Pelaksanaan
a Besar sasaran 2092 bayi
b Target cakupan :
- BCG

: 98 %

- Polio 1

: 98 %

- HB-0

: 90 %

- Polio 2

: 95%

- DPT/HB1

: 98 %

- Polio 3

: 93%

- DPT/HB2

: 95 %

- Polio 4

: 90%

- DPT/HB3

: 93 %

- Campak

: 90%

c Jadwal pelayanan imunisasi dasar

Puskesmas :

BCG

DPT-HB : Senin sampai dengan Jumat, jam 08.00-12.00 oleh

: Setiap hari rabu, jam 08.00-1200 oleh bidan.

bidan.

Polio : Senin sampai dengan Jumat, jam 08.00-12.00 oleh bidan.

Hepatitis B0 : Senin sampai dengan Jumat, jam 08.00-12.00 oleh


bidan.

Campak : Senin sampai dengan Jumat, jam 08.00-12.00 oleh


bidan.

Di Posyandu : Jadwal pelaksanaan imunisasi dasar tidak sesuai dengan


perencanaan karena yang seharusnya terjadwal satu kali dalam sebulan,

yaitu dapat pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis atau Sabtu, tergantung
dari Posyandu, bisa mengalami perubahan hari tanpa menginformasikan
terlebih dahulu kepada masyarakat.
d Logistik imunisasi dasar :
Kebutuhan vaksin :
-

HB-O

: 1230 kemasan

BCG

: 335 ampul

DPT/HB

: 782 vial

Polio

Campak

: 856 vial
: 308 vial

Kebutuhan alat suntik :


-

Alat suntik 0,05 cc (untuk BCG) : 1340 buah

Alat suntik 0,5 cc (untuk DPT/HB Combo dan Campak) : 5141 buah

Alat suntik 5 cc (pelarut) : 643 buah

e Mengelola vaksin, peralatan vaksinasi dan cold chain


- Suhu cold chain 2-8 0 C, pemantauan dan pencatatan suhu 2 x/hari.
- Bagian bawah lemari es diletakan kotak dingin cair (cool pack) sebagai
penahan dingin dan kestabilan suhu.
- Vaksin BCG, Campak, dan Polio diletakkan dekat evaporator.
- Vaksin DPT/HB diletakkan lebih jauh dari evaporator.
- Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan, agar
terjadi sirkulasi udara yang baik.
- Letakkan 1 bh termometer di bagian tengah lemari es dan letakkan 1 buah
freeze tag diantara vaksin hepatitis B atau DPT
- Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar Ultra
Violet.
- Pelarut vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar, pelarut tidak
boleh beku.
- Penggunaan 1 spuit untuk satu orang.
f Penyuluhan mengenai imunisasi dasar
-

Perorangan : Dilakukan setiap kali kunjungan ke posyandu

Kelompok : Penyuluhan kelompok hanya 6 kali dalam satu tahun.

Masyarakat : Melalui spanduk, poster, dan leaflet.

g Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan : dilakukan satu bulan sekali setelah selesai posyandu.


Pelaporan : di lakukan satu bulan sekali melalui rapat bulanan
Puskesmas.

h Pemantauan : dengan PWS (PemantauanWilayah Setempat) setiap satu bulan


sekali.
i Penatalaksanan KIPI : Tidak ada kasus.
3

Pengawasan
a Laporan: Ada laporan program setiap bulan.
b Rapat: ada, 1x / bulan dalam bentuk lokakarya mini bulanan.

3). Keluaran
a.Besar sasaran = 2092 bayi
b.Pencapaian Imunisasi Dasar
A Imunisasi Dasar
Tabel 3.5 Data pencapaian Imunisasi Dasar di Puskesamas Lubuk Kilangan Triwulan II
(April-Juni 2015)
NO

1
2
3
4
5
6
7
8

Kelurahan
Bandar
Buat
Padang
Besi
Indarung
Koto
Lalang
Batu
Gadang
Baringin
Tarantang
Puskesmas

SASA
RAN
BAYI

HB0
<7
HR

BC
G

POLIO
1

DPT
HB1

POLI
O2

DPT
HB 2

POLIO
3

DPT
HB3

POLIO
4

CAM
PAK

288

32,6

46,2

45,1

57,1

51,1

51,4

45,4

44,3

46,1

42,1

146

52,7

47,9

53,4

66,9

65,5

63,4

64,1

59,2

58,5

42,3

222

65,3

43,7

44,1

60,6

52,3

45,8

46,8

50,5

41,7

49,5

140

34,3

41,4

40,7

55,1

53,7

55,1

52,2

44,1

45,6

41,2

138

47,8

48,6

46,4

67,2

58,2

64,2

58,2

52,2

50,0

50,7

49
55
1038

42,9
54,5
46,3

55,1
43,6
45,9

51,0
41,8
45,8

63,8
58,5
60,7

63,8
58,5
55,7

57,4
54,7
54,6

63,8
49,1
52,0

53,2
43,4
49,1

59,6
52,8
48,3

51,1
47,2
45,4

Dari tabel 3.5 menunjukkan pencapaian program imunisasi dasar hingga bulan Juli 2015
sebagian besar sudah mencapai target. Cakupan imunisasi dasar lengkap yang belum mencapai
target terdapat di Padang Besi, Bandar Buat, dan Koto Lalang dalam segi imunisasi HB 0, BCG,
Polio 1, Campak, sementara keluarahan lainnya sudah mencapai target.

Cakupan imunisasi BCG


= Jumlah bayi yang diimunisai BCG x 100%
Sasaran bayi
= 1795 x 100%

= 85.8 %

2092
Cakupan imunisasi DPT-HB 1
= Jumlah bayi yang diimunisasi DPT 1 x 100%
Sasaran bayi
= 1828 x 100%

= 87.3%

2092
Cakupan imunisasi DPT-HB 2
= Jumlah bayi yang diimunisasi DPT 2 x 100%
Sasaran bayi
= 1817 x 100%

= 86,85%

2092
Cakupan imunisasi DPT-HB 3
= Jumlah bayi yang diimunisasi DPT 3 x 100%
Sasaran bayi

= 1841 x 100%

= 88%

209
Cakupan imunisasi Polio 1
= Jumlah bayi yang diimunisasi Polio 1 x 100%
Sasaran bayi
= 1809 x 100%

= 86.47%

2092
Cakupan imunisasi Polio 2
= Jumlah bayi yang diimunisasi Polio 2 x 100%
Sasaran bayi
= 1802 x 100%

= 86.1%

2092
Cakupan imunisasi Polio 3
= Jumlah bayi yang diimunisasi Polio 3 x 100%
Sasaran bayi
= 1805 x 100%

= 86.28%

2092
Cakupan imunisasi Polio 4
= Jumlah bayi yang diimunisasi Polio 4 x 100%
Sasaran bayi
= 1799 x 100%
2092

= 85.9%

Cakupan imunisasi Hepatitis B-0


= Jumlah bayi yang diimunisasi Hepatitis B 0 x 100%
Sasaran bayi
= 1658 x 100%

= 79.25%

2092
Cakupan imunisasi Campak
= Jumlah bayi yang diimunisasi Campak x 100%
Sasaran bayi
= 1767 x 100%

= 84.46%

2092
c.Pengelolaan vaksin, peralatan vaksinasi, dan cold chain.
- Suhu cold chain 2-8 0 C, pemantauan dan pencatatan suhu 2 x/hari.
- Bagian bawah lemari es diletakan kotak dingin cair (cool pack) sebagai
-

penahan dingin dan kestabilan suhu.


Vaksin BCG, Campak, dan Polio diletakkan dekat evaporator.
Vaksin DPT/HB diletakkan lebih jauh dari evaporator.
Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan, agar

terjadi sirkulasi udara yang baik.


Letakkan 1 bh termometer di bagian tengah lemari es dan letakkan 1 buah

freeze tag diantara vaksin hepatitis B atau DPT


Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar

Ultra Violet.
Pelarut vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar, pelarut tidak

boleh beku.
Penggunaan 1 spuit untuk satu orang.

d.Penyuluhan mengenai imunisasi dasar

Perorangan

: dilakukan setiap kunjungan di Puskesmas

Kelompok

: < 100%

e.Pencatatan dan pelaporan


f.Pemantauan

: Ada pencatatan/ pelaporan bulanan


: dengan PWS yang di laksanakan setiap 1

bulan ( 12x/tahun) .
g.Penatalaksanaan KIPI(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) : Tidak ada kasus
Lingkungan
Lingkungan Fisik
-

Lokasi

: terdapat beberapa lokasi yang sulit dicapai

Transportasi

: Tersedia sarana transportasi untuk membawa

vaksin ke posyandu.

Fasilitas kesehatan lain

: Ada fasilitas kesehatan lain

Lingkungan Non Fisik


-

Pendidikan

: terkadang menjadi faktor penghambat

Sosial ekonomi

: Tidak menjadi faktor penghambat

Agama

: Tidak menjadi faktor penghambat

Umpan balik
Rapat kerja dalam bentuk lokakarya mini

: 1 bulan sekali

B Imunisasi Tambahan
Selain program imunisasi dasar Puskesmas Lubuk Kilangan juga melaksanakan
program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Program BIAS dilakukan sebanyak dua kali
dalam satu tahun yaitu BIAS campak yang diberikan untuk murid SD setiap bulan September
dan
BIAS kedua diberikan imunisasi DT untuk kelas 1 SD dan Td untuk kelas 2 dan 3
yang dilakukan bulan Oktober.

Oleh karena Kota Padang dinyatakan mengalami KLB (Kejadian Luar Biasa) Difteri
sejak bulan Ferbruari 2015, program BIAS tidak dilakukan dan diganti dengan program
tambahan khusus untuk Kejadian Luar Bias yaitu ORI (Outbreak Response Immunization). Program
ORI dilakukan setiap hari dengan melakukan kunjungan ke posyandu, TK, SD, dan SMP. Berdasarkan

tabel 3.3 pelaksanaan program imunisasi ORI (Outbreak Response Immunization) yang dilakukan
hingga bulan Maret 2015 sudah hampir mencapai target.
Tabel 3.6 Laporan Pelaksaan ORI Puskesmas Lubuk Kilangan bulan Maret 2015
No Kelurahan
Sasaran
Hasil
2bln3th7th- Jumlah 2bln3th7th<3th
<7th
15th
<3th
<7th
15th
1
Bandar
471
894
328 4654
496
950
3180
Buat
9
2
Padang
264
452
650 1366
204
390
775
Besi
3
Indarung
389
1016
193 3346
365
950
1885
2
4
Koto
313
371
558 1242
290
356
525
Lalang
5
Batu
192
363
738 1293
188
390
770
Gadang
6
Baringin
75
138
318 531
82
146
285
7
Tarantang
161
91
253 505
136
161
260
TOTAL
1874
3325
773 12937
1761
3343
7680
8

Jumla
h
4626

1369

100

3200

95,6

1171

94,3

1348

104

513
557
12784

96,6
110
98,8

99,4

C Imunisasi khusus
Program nasional imunisasi khusus merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi seperti persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu. Di
Puskesmas Lubuk Kilangan tidak melakukan imunisasi untuk calon jemaah haji namun
dilakukan di Dinas Kesehatan Kota. Puskesmas Lubuk Kilangan hanya memberikan surat yang
akan dibawa untuk melakukan imunisasi ke Dinas Kesehatan Kota.

Bab IV
Pembahasan
Pembahasan Masalah
1

Program Imunisasi Puksesmas Lubuk Kilangan

Masalah menurut unsur keluaran :

Jenis Imunisasi

Target

Pencapaian (%)

Masalah (%)

BCG

98%

85.80%

+12.2

DPT HB 1

98%

87.3%

+10.7

DPT HB 2

95%

86.85%

+8.5

DPT HB 3

93%

88%

+5

Polio 1

98%

86.47%

+11.5

Polio 2

95%

86.1%

+8.9

Polio 3

93%

86.28%

+6.7

Polio 4

90%

85.9%

+4.1

Campak

90%

84.46%

+5.4

Hb0

90%

79.25%

+10.75

Masalah Menurut Variabel Proses :


Variabel

Tolok Ukur

Pencapaian

Penyuluhan kelompok

6x/tahun

Masalah
(+)

Jadwal Posyandu yang tidak

12x/tahun
1x/bulan
Satu kali

Jadwal harinya

(+)

tetap

sebulan,

sering diganti tanpa

dengan jadwal

informasi terlebih

hari yang

dahulu kepada

sudah

masyarakat.

ditetapkan oleh
Puskesmas

Masalah menurut variabel Lingkungan :


Variabel
Lokasi (Fisik)

Tolok Ukur
Mudah dijangkau

Pencapaian
terdapat beberapa

Masalah
(+)

lokasi yang sulit


dicapai

Pendidikan (Non-Fisik)

Tidak menjadi
faktor
penghambat

(+)
Mayoritas orang tua
bayi berpendidikan
rendah (menjadi
faktor penghambat)

Program imunisasi Puskesmas Lubuk Kilangan mengacu pada program Nasional terdiri dari
imunisasi dasar yang harus diselesaikan sebelum umur satu tahun dan imunisasi yang dilakukan
dalam penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu ORI (Outbreak Response Immunization).
Keberhasilan program imunisasi dasar dapat dilihat dari cakupan imunisasi dasar lengkap. Target
cakupan imunisasi pada tahun 2015 adalah 95%. Dari 7 kelurahan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan terdapat 4 kelurahan yang pencapaian imunisasi dasarnya sudah
mencapai target dari bulan Januari Juni 2015.
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program imunisasi terdapat beberapa
kendala dalam pelaksanaan program imunisasi yang menyebabkan rendahnya capaian imunisasi
dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, yaitu:
1
2
3

Masyarakat banyak yang melakukan imunisasi di dokter spesialis.


Tidak lancarnya pelaporan kegiatan imunisasi dari mitra pelayanan (BPS, Klinik, RS).
Masih adanya presepsi masyarakat yang negative tentang vaksin yang digunakan untuk
imunisasi sehingga mereka menolak untuk mengimunisasikan anaknya. Namun kejadian
tersebut hanya sedikit.

4.2 Program Imunisasi Tambahan

Pelaksaan program ORI (Outbreak Response Immunization) dilakukan setiap hari Senin-Jumat
yang dilakukan di Posyandu, TK, SD, dan SMP di Kecamatan Lubuk Kilangan. Dalam pelaksaan
program ini kerjasama lintas program dimana pemegang program lain seperti P2M, KIA, Promkes, dan
Surveilans. Berdasarkan hasi laporan ORI putaran kedua tahun 2015, program imunisasi ORI sudah
mencapai target karena di beberapa keluarahan sudah mencapai target sasaran untuk dilakukan imunisasi.
Dalam pelaksanaan imunisasi ORI juga memiliki kendala yang sama dengan imunisasi dasar dimana
sebagian masyarakat melakukan imunisasi di Dokter Spesialis sehingga tidak masuk dalam pencatatan
dan pelaporan.

Perumusan Masalah
5.1

Masalah menurut keluaran


-

Cakupan imunisasi BCG sebesar 85,80% dari target 98%. Besarnya masalah +12.2%.

Cakupan imunisasi DPT-HB 1 sebesar 87.3% dari target 98%. Besarnya masalah +10,7
%.

6.2

Cakupan imunisasi DPT-HB 2 sebesar 86,85% dari target 95%. Besarnya masalah +8,5%.

Cakupan imunisasi DPT-HB3 sebesar 88% dari target 93%. Besar masalahnya +5%.

Cakupan imunisasi Polio-1 sebesar 86,47% dari target 98%. Besarnya masalah +11,5%.

Cakupan imunisasi Polio-2 sebesar 86,1% dari target 95%. Besarnya masalah +8,9%.

Cakupan imunisasi Polio-3 sebesar 86,28% dari target 93%. Besarnya masalah +6,7%.

Cakupan imunisasi Polio-4 sebesar 85,9% dari target 90%. Besarnya masalah +4,1%.

Cakupan imunisasi Campak sebesar 84,46 dari target 90%. Besarnya masalah +5,4%

Cakupan imunisasi Hb0 sebesar 79,25% dari target 90%. Besarnya masalah +10,75%

Penyuluhan kelompok sebesar 50% dari target 100%. Besarnya masalah 50%.

Masalah penyebab

Adanya lokasi posyandu yang sulit dicapai oleh warga, dan terdapat lokasi posyandu
yang sulit dijangkau oleh Puskesmas

Pelaksanaan sweeping bidan desa yang tidak sesuai dengan jadwal yang ada.

Kurangnya pengetahuan orang tua bayi akan pentingnya pemberian imunisasi


sehingga tidak adanya kepatuhan datang rutin ke posyandu.

Pelaksanaan posyandu yang tidak sesuai jadwal, dan sering diganti sesuai dengan
kemauaan dari petugas kesehatan dan kader tanpa menginformasikan terlebih dahulu
kepada masyarakat.

Banyak nya orang tua ke dokter untuk imunisasi

Kader yang kurang aktif dalam menghimbau dan mensosialisasikan pentingnya


imunisasi

Uang transportasi dan pulsa yang dirasa masih kurang oleh kader.
Tidak lancarnya pelaporan kegiatan imunisasi dari mitra pelayanan (BPS, Klinik,
RS).

Masih adanya presepsi masyarakat yang negative tentang vaksin yang digunakan
untuk imunisasi sehingga mereka menolak untuk mengimunisasikan anaknya. Namun
kejadian tersebut hanya sedikit.

Prioritas masalah :

Cakupan imunisasi BCG sebesar 85,80% dari target 98%. Besarnya masalah +12.2%.

Cakupan imunisasi DPT-HB 1 sebesar 87.3% dari target 98%. Besarnya masalah +10,7
%.

No

Cakupan imunisasi DPT-HB 2 sebesar 86,85% dari target 95%. Besarnya masalah +8,5%.

Cakupan imunisasi DPT-HB3 sebesar 88% dari target 93%. Besar masalahnya +5%.

Cakupan imunisasi Polio-1 sebesar 86,47% dari target 98%. Besarnya masalah +11,5%.

Cakupan imunisasi Polio-2 sebesar 86,1% dari target 95%. Besarnya masalah +8,9%.

Cakupan imunisasi Polio-3 sebesar 86,28% dari target 93%. Besarnya masalah +6,7%.

Cakupan imunisasi Polio-4 sebesar 85,9% dari target 90%. Besarnya masalah +4,1%.

Penyuluhan kelompok sebesar 50% dari target 100%. Besarnya masalah 50%.

Parameter
BCG

DPT-

DPT-

DPT-

Masalah
polio polio

polio

polio

Penyuluhan kelompok

Besarnya

HB I
4

HB II
3

HB III
5

I
4

II
3

III
2

IV
2

masalah
Berat

ringannya
akibat yang

3.

ditimbulkan
Keuntungan
sosial yang

diperoleh
Teknologi

5.

yang tersedia
Sumber daya

22

20

19

21

19

18

17

17

23

tersedia

Total

Yang menjadi prioritas masalah adalah :


1. Cakupan imunisasi BCG yang belum mencapai target
2. Penyuluhan kelompok mengenai Imunisasi Dasar yang belum mencapai target.

Penyelesaian Masalah
Masalah 1:
Cakupan imunisasi BCG yang tidak sesuai target
Penyebab :
Adanya lokasi Puskesmas dan beberapa posyandu yang sulit dicapai oleh warga. dan
transportasi yang kurang memadai sehingga menyebabkan ibu-ibu kesulitan membawa
anaknya ke posyandu, dan terdapat beberapa desa yang sulit dijangkau oleh Puskesmas
untuk mengantarkan vaksin ke posyandu.
Pendidikan ibu yang rendah mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai pentingnya
imunisasi dan manfaatnya bagi bayi serta mempengaruhi perilaku dan pola pikir ibu yang
beranggapan bahwa jika di imunisasi akan menyebabkan anaknya sakit.
Posyandu tidak selalu sesuai jadwal yang ada, dan kurangnya komunikasi antara ibu
dengan petugas kesehatan atau kader mengenai jadwal Posyandu.
Penyelesaian masalah :
Melakukan kerjasama lintas sektor agar dapat meningkatkan kondisi jalan agar mudah
dicapai oleh petugas Puskesmas yang akan melaksanakan imunisasi di Posyandu.
Melakukan penyuluhan perorangan oleh para kader atau bidan di daerah setempat, yang
disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat mengenai pentingnya imunisasi
dengan harapan dapat memberi pengetahuan kepada ibu yang memiliki bayi sehingga
terjadi perubahan sikap dan perilaku ibu.
Lebih meningkatkan kedisiplinan dari petugas kesehatan, bidan, dan kader dalam
melaksanakan kegiatan Posyandu, apabila memang acara Posyandu harus berubah,
diharapkan agar dapat bekerjasama dengan kader agar untuk memberitahukan ibu bahwa

terdapat perubahan jadwal Posyandu, dan memberitahukan kapan jadwal Posyandu yang
akan dilaksanakan.
Masalah 2:
Penyuluhan kelompok mengenai Imunisasi Dasar yang belum mencapai target.:
Adanya lokasi posyandu yang sulit dicapai oleh warga. dan transportasi yang kurang
memadai sehingga menyebabkan ibu-ibu kesulitan membawa anaknya ke posyandu, dan
terdapat beberapa desa yang sulit dijangkau oleh Puskesmas.
Posyandu tidak selalu sesuai jadwal yang ada, dan Kurangnya komunikasi antara ibu
dengan petugas kesehatan atau kader mengenai jadwal posyandu.

Penyelesaian masalah :
Melakukan kerjasama lintas sektor agar dapat meningkatkan kondisi jalan agar mudah
dicapai oleh petugas Puskesmas yang akan melaksanakan penyuluhan.
Meningkatkan kedisiplinan dari petugas penyuluhan agar dapat melaksanakan kegiatan
penyuluhan kelompok sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dan membuat jadwal
yang jelas tentang pelaksanaan penyuluhan kelompok di luar gedung yang akan
dilakukan oleh bidan desa. Apabila memang susah mengumpulkan warga, maka bidan
desa dapat bekrjasama dengan ketua RT setempat untuk membantu mengumpulkan
warga.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program Imunisasi Dasar yang dilakukan dengan cara pendekatan
sistem di Puskesmas Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Kilangan pada periode Januari
2015 September 2015 belum berjalan dengan baik melihat berbagai masalah yang
ditemui sebagai berikut :
Cakupan imunisasi BCG sebesar 85,80% dari target 98%. Besarnya masalah +12.2%.
Cakupan imunisasi DPT-HB 1 sebesar 87.3% dari target 98%. Besarnya masalah +10,7
%.
Cakupan imunisasi DPT-HB 2 sebesar 86,85% dari target 95%. Besarnya masalah +8,5%.
Cakupan imunisasi DPT-HB3 sebesar 88% dari target 93%. Besar masalahnya +5%.
Cakupan imunisasi Polio-1 sebesar 86,47% dari target 98%. Besarnya masalah +11,5%.
Cakupan imunisasi Polio-2 sebesar 86,1% dari target 95%. Besarnya masalah +8,9%.
Cakupan imunisasi Polio-3 sebesar 86,28% dari target 93%. Besarnya masalah +6,7%.
Cakupan imunisasi Polio-4 sebesar 85,9% dari target 90%. Besarnya masalah +4,1%.
Cakupan imunisasi Campak sebesar 84,46 dari target 90%. Besarnya masalah +5,4%
Cakupan imunisasi Hb0 sebesar 79,25% dari target 90%. Besarnya masalah +10,75%
Penyuluhan kelompok mengenai Imunisasi Dasar dilakukan kurang dari 100%

Dua hal yang menjadi prioritas masalah, yaitu :


Cakupan imunisasi BCG yang belum mencapai target
Penyuluhan kelompok mengenai Imunisasi Dasar yang belum mencapai target.
Masalah tersebut di atas disebabkan :

Adanya lokasi Puskesmas dan beberapa posyandu yang sulit dicapai oleh warga. dan
transportasi yang kurang memadai sehingga menyebabkan ibu-ibu kesulitan membawa
anaknya ke posyandu, dan terdapat beberapa desa yang sulit dijangkau oleh Puskesmas
untuk mengantarkan vaksin ke posyandu.
Pendidikan ibu yang rendah mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai pentingnya
imunisasi dan manfaatnya bagi bayi serta mempengaruhi perilaku dan pola pikir ibu yang
beranggapan bahwa jika di imunisasi akan menyebabkan anaknya sakit.
Posyandu tidak selalu sesuai jadwal yang ada, dan kurangnya komunikasi antara ibu
dengan petugas kesehatan atau kader mengenai jadwal Posyandu.
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa angka pencapaian program imunisasi di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan hingga bulan Juni 2015 hampir mencapai target tetapi
dalam pelaksanaan masih terdapat beberapa kendala baik dari masyarakat sendiri, petugas
puskesmas, mitra pelayanan program imunisasi maupun kader posyandu. Dari segi masyarakat
masih terdapat presepsi negatif mengenai imunisasi terutama KIPI. Dari segi petugas puskesmas
dan mitra pelayanan program, didapatkan tidak lancanya pelaporan kegiatan imunisasi. Dan dari
pihak kader posyandu yang masih kurang aktif mengajak masyarakat untuk datang melakukan
imunisasi.

5.2 Saran
1. Pemegang program imunisasi di Puskesmas Lubuk Kilangan agar melakukan penyuluhan
yang ditujukan untuk masyarakat luas agar masyarakat lebih tidak memiliki presepsi negatif
mengenai imunisasi.
2. Melakukan pendekatan atau kerjasama yang baik dengan mitra pelayanan agar pencatatan dan
pelaporan dapat dilakukan dengan baik dan bisa mencapai target pencapaian imunisasi.

3 .Ditujukan kepada Puskesmas Lubuk kilangan,Kecamatan Lubuk Kilangan dengan langkah


langkah sebagai berikut :
Melakukan kerjasama lintas sektor agar dapat meningkatkan kondisi jalan agar mudah dicapai
oleh petugas Puskesmas yang akan melaksanakan imunisasi di Posyandu.
Melakukan penyuluhan perorangan oleh para kader atau bidan di daerah setempat, yang
disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat mengenai pentingnya imunisasi dengan
harapan dapat memberi pengetahuan kepada ibu yang memiliki bayi sehingga terjadi perubahan
sikap dan perilaku ibu.
Lebih meningkatkan kedisiplinan dari petugas kesehatan, bidan, dan kader dalam melaksanakan
kegiatan Posyandu, apabila memang acara Posyandu harus berubah, diharapkan agar dapat
bekerjasama dengan kader agar untuk memberitahukan ibu bahwa terdapat perubahan jadwal
Posyandu, dan memberitahukan kapan jadwal Posyandu yang akan dilaksanakan.
Meningkatkan kedisiplinan dari petugas penyuluhan agar dapat melaksanakan kegiatan
penyuluhan kelompok sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dan membuat jadwal yang
jelas tentang pelaksanaan penyuluhan kelompok di luar gedung yang akan dilakukan oleh bidan
desa. Apabila memang susah mengumpulkan warga, maka bidan desa dapat bekrjasama dengan
ketua RT setempat untuk membantu mengumpulkan warga.
Apabila langkah langkah penyelesaian masalah yang diajukan telah dijalankan maka
diharapkan penyelenggaraan program imunisasi dasar di Puskesmas Lubuk Kilangan, Kecamatan
Lubuk Kilangan dapat mencapai target yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai