Donlot

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

BAB III

DERAJAT KESEHATAN PUSKESMAS PEKAUMAN


3.1

VISI DAN MISI

3.1.1

Visi
Visi pembangunan kesehatan di Wilayah kerja puskesmas pekauman yang menjadi

harapan adalah Menjadikan Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pekauman


Sehat, Mandiri dan Berkeadilan. dengan visi ini diharapkan dukungan dari masyarakat
untuk mewujudkan peningkatan derajat kesehatan.
3.1.2

Misi

1. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Pekauman melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan berperilaku
hidup bersih dan sehat.
2. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
3. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungan.
4. Menciptakan individu, keluarga dan masyarakat mandiri dalam bidang kesehatan.
3.1.3

Sasaran

1.

Meningkatkan aksesibilitas puskesmas dan pelayanannya sehingga kesehatan


masyarakat dapat terpantau dengan baik

2.

Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga pelayanan kesehatan melalui


peningkatan kualitas sumber daya manusia, kelengkapan sarana dan prasarana
kesehatan.

3.

Pelayanan yang bermutu diberikan oleh petugas yang profesional dan handal

4.

Sarana dan prasarana fisik yang memadai menuju proses pelayanan puskesmas
yang layak

5.

Jaminan pelayanan kesehatan harus dimiliki oleh anggota masyarakat untuk


menciptakan pemerataan pemanfaatan pelayanan kesehatan sehingga mendukung
peningkatan status kesehatan

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

6.

Memberikan pelayanan yang standar kepada keluarga miskin melalui program


subsidi pemerintah

7.

Memprioritaskan kegiatan pada upaya promotif dan preventif (paradigma sehat)


dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif

8.

Pengelolaan kesehatan terpadu akan semakin dikembangkan dengan mendorong


peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

9.

Memberantas, mencegah dan menangani penyakit menular maupun tidak menular


yang menjadi masalah serta menanggulanginya bila terjadi KLB/wabah agar tidak
terjadi penyebaran penyakit yang lebih lanjut.

10.

Melaksanakan perbaikan gizi masyarakat dalam upaya peningkatan status gizi yang
optimal terutama pada balita dan ibu hamil

11.

Setiap ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas mendapatkan pelayanan kesehatan
yang adekuat terutama untuk kasus kegawatan obstetri.

12.

Penduduk usia lanjut mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisi


kesehatannya dan dengan indikasi tepat akan dirujuk.

13.

Pelaksanaan pemantauan tumbuh kembang anak dan kesehatannya mulai neonatal,


bayi, batita, balita hingga usia pra sekolah.

14.

Perbaikan lingkungan di setiap pemukiman, tempat-tempat umum, tempat usaha


dan sarana kesehatan melalui penyediaan sanitasi dasar yang memenuhi syarat
kesehatan

15.

Tersedianya sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat

16.

Sistem informasi kesehatan dikembangkan lebih diarahkan untuk menciptakan


kemampuan menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam mencapai visi
Banjarmasin sehat, mandiri dan berkeadilan.

3.2

DERAJAT KESEHATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN


TAHUN 2016
Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja keberhasilan

pembangunan kesehatan kepada masyarakat yang merupakan indikator fungsi pemerintah


dalam mengurus keperluan dasar bidang kesehatan adalah menggunakan indikator kinerja
dari Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

Indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) dikelompokkan berdasarkan 4


(empat) kelompok program yang terkandung pada visi Menjadikan Masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Pekauman Sehat, Mandiri dan Berkeadilan.
3.2.1 Angka Kematian Bayi
Jumlah angka kematian bayi diperoleh dari pelayanan puskesmas dan
jaringannya. Gambaran kematian bayi terlihat pada grafik 3.1.
Grafik 3.1 Jumlah Kematian Bayi di Wilayah kerja puskesmas pekauman
Tahun 2007 s/d 2015

Angka kematian Bayi adalah kematian yang terjadi antara saat


setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Bayi lahir
mati adalah kematian yang terjadi pada bayi yang dilahirkan yang ditandai
dengan tidak adanya satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau
setelah kelahiran. Selama beberapa tahun terakhir kematian bayi yang
terbanyak adalah disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
kemudian terbanyak kedua oleh Asfiksia serta faktor lain-lain seperti
infeksi, kelainan kongenital, hipotermi dan aspirasi. Dari data diatas dapat
dilihat bahwa angka kematian bayi di Wilayah kerja puskesmas pekauman
masih fluktuatif, pada tahun 2011 naik 12,00 % dibandingkan tahun 2010,
kemudian turun 11, 60 % dari tahun 20112 pada thun 2013 naik kembali
sekitar 23,50 % dibandingkan tahun 2012 dan pada tahun 2015 turun
sebesar 13,10 % dibandingkan tahun 2015. Dalam perkembangan 5 tahun
terakhir ini, AKB menunjukan keadaan yang fluktuatif. Hal ini
mengungkapkan bahwa segala upaya intervensi untuk menurunkan
penyebab kematian bayi belum menunjukkan keberhasilan secara
bermakna. Oleh sebab itu, perlu dikaji lebih lanjut kendala dan hambatan
yang mengakibatkan intervensi tidak memperlihatkan hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
Puskesmas Pekauman Tahun 2016

10

Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator status


kesehatan masyarakat yang terkait dengan berbagai indikator kesehatan
dan indikator pembangunan lainnya. AKB sangat sensitif terhadap
ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan/perawatan antenatal
dan post-natal. Disamping itu, AKB juga berhubungan dengan lingkungan
dan sosial ekonomi seperti pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga
dan pendidikan ibu, jadi AKB juga memiliki keterkaiatan dengan dengan
faktor-faktor pembangunan umum tingkat AKB tidak hanya menggambarkan
keberhasilan pembangunan sektor kesehatan tetapi juga bagian dari
keberhasilan dari pembangunan sektor umum. Ada beberapa hal yang
menyebab angka kematian bayi di Wilayah kerja puskesmas pekauman yang
fluktuatif yaitu antara lain :
Penduduk Wilayah kerja puskesmas pekauman sangat heterogen
karena merupakan ibukota propinsi sehingga permasalahan kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematan bayi
juga sangat kompleks
Masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai pengenalan tanda bahaya
pada ibu hamil resiko tinggi oleh masyarakat dan sebagian dari
petugas kesehatan, hal ini penting untuk persiapan rujukan yang
tepat saat persalinan sehingga
dapat menekan
kematian ibu
melahirkan dan kematian bayi

Pemanfaatan
Buku
KIA
masih
belum
optimal
oleh
keluarga/masyarakat sebagai saranan pendidikan dan penyuluhan bagi
ibu hamil, ibu nifas dan ibu balita agar dapat mempersiapkan
kehamilan, kelahiran dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat
Kurangnya sinkronisasi dan koordinasi program-program antar instansi
dan antar pemerintah dan swasta dan lembaga swadaya yang
melibatkan peran aktif masyarakat termasuk rumah sakit, karena
hampir semua kematian bayi bertempat di rumah sakit.
Dalam upaya penurunan AKI dan AKB, berbagai intervensi dalam
bidang pelayanan KIA sudah dicoba dilakukan. Dalam pelaksanaannya,
diketahui bahwa sebenarnya perlu keterlibatan berbagai pihak untuk
mencapai tujuan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) maupun Kematian
Ibu (AKI). Beberapa upaya yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
antara lain :
1. Pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan masyarakat (pemanfaatan
Buku KIA, Posyandu, kelas ibu hamil dan ibu balita)
2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas sector
3. Dan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak yang
komprehensif dan berkualitas melalui :
- Kunjungan neonatal, bayi, anak balita
- Kunjungan bagi neonatal dengan resiko tinggi
- Penanganan komplikasi neonatal
- Manajemen Asfiksia, BBLR & MTBS/MTBM
- PONED & PONEK
- SDIDTK, Pelayanan PKPR dan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah
(UKS)
Puskesmas Pekauman Tahun 2016

11

4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas melalui


pendidikan dan pelatihan
5. Peningkatan pengelolaan manajemen program
- Pelaksanaan Audit Maternal dan Perinatal (AMP)
- Analisa data dan pelaporan
- Bimbingan, Monitoring dan Evaluasi Program
Upaya penurunan angka kematian bayi maupun kematian ibu dalam
pelaksanaannya bukan hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan namun lebih
kepada kerjasama lintas sector mengingat AKB terkait berbagai masalah
sosial ekonomi dan perbedayaan perempuan dimana pendekatan untuk
mencegah orang sehat menjadi sakit banyak dilakukan oleh sektor lain
misal pangan dan gizi, sanitasi, lingkungan keluarga, pemberdayaan
masyarakat dan sebagainya termasuk kementerian agama melalui undangundang perkawinan karena persalinan ibu dengan usia muda mempunyai
resiko menyebabkan kematian, sedangkan pendekatan yang mengarah
pada pelayanan kesehatan dari pelayanan primer sampai rujukan di
rumah sakit yang tentunya dilakukan oleh pelaku sektor kesehatan. Jadi
menurunkan AKB adalah menjadi tanggung jawab bersama karena
keberhasilannya terkait dengan sasaran MDGs dan indeks pembangunan
manusia.

3.2.2 Angka Kematian Balita


Grafik 3.2 Jumlah Kematian Balita di Wilayah kerja puskesmas pekauman
Tahun 2008 s/d 2015

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

12

Angka kematian balita disini dikhususkan untuk anak balita (AKABA) umur
1 5 tahun adalah angka kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Seperti
halnya angka kematian ibu dan bayi , AKABA juga dapat memberikan gambaran
status kelangsungan hidup di suatu wilayah, gambaran tingkat permasalahan
kesehatan anak balita, gambaran tingkat pelayanan KIA/posyandu, gambaran
tingkat keberhasilan program KIA/posyandu dan memberikan gambaran kondisi
sanitasi lingkungan. Dari grafik di atas menunjukkan angka kematian balita di
Wilayah kerja puskesmas pekauman dari tahun ke tahun sangat fluktuatif. Ada
beberapa faktor yang berkenaan dengan perilaku tidak tepat dan kurangnya
pengetahuan berkonteribusi pada kematian anak balita yaitu antara lain :
Para ibu dan masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang
penanggulangan atau pengobatan penyakit-penyakit umum anak
Para ibu tidak menyadari pentingnya pemberian ASI, cakupan ASI
eksklusif masih renadah
Praktek-praktek sanitasi dan kebersihan yang buruk
Praktek pemberian makan bayi dan pelayanan lainnya yang buruk
mengakibatkan gizi kurang pada ibu dan anak-anak, yang merupakan
penyebab dasar kematian anak.
Seperti halnya kematian bayi upaya intervensi untuk menurunkan
angka kematian anak balita juga perlu melibatkan berbagai pihak baik
lintas sektor maupun lintas program, beberapa upaya yang telah
dilakukan oleh Puskesmas Pekauman dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi antara lain adalah :
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas melalui
pendidikan dan pelatihan (MTBS, SDIDTK)
- Kunjungan rumah (care seeking) bagi bayi dan anak balita sakit
- Upaya perbaikan gizi melalui kegiatan yang mencakup peningkatan
program pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif, upaya penanggulangan
gizi mikro melalui pemberian Vitamin A, Taburia,
Puskesmas Pekauman Tahun 2016

13

Meningkatkan kegiatan promotif seperti penyuluhan dan kelas ibu


balita

3.2.3 Angka Kematian Ibu


Grafik 3.3 Jumlah Kematian Ibu di Wilayah kerja puskesmas pekauman
Tahun 2009 s/d 2015

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa kecenderungan jumlah kematian


ibu di Wilayah kerja puskesmas pekauman dalam 5 tahun terakhir sangat
fluktuatif. Pada tahun 2015 terjadi penurunan jumlah kematian ibu sebesar 17 %
dibandingkan data tahun 2013. Kematian ibu merupakan hasil dari interaksi
berbagai aspek, baik aspek klinik, aspek sistem pelayanan maupun faktor-faktor
non-kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan secara optimal.
Beberapa masalah dalam upaya penurunan kematian ibu adalah :
1. Masih kurang optimalnya akses pelayanan, kualitas pelayanan kesehatan
ibu, penanganan persalinan yang adekuat dan penatalaksanaan awal
kegawatdaruratan kesehatan ibu dan neonatal di tingkat dasar dan rujukan.
2. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu
Yang menyebabkan 2 dari 3 terlambat diantaranya keterlambatan
mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya berisiko
tinggi, terlambat mencapai fasilitas kesehatan karena masalah
tradisi/kepercayaan dalam keluarga sehingga terlambat mengambil
keputusan.
3. Masih rendahnya status kesehatan, pendidikan kesehatan reproduksi dan
gizi wanita & remaja sehingga mutu kesehatan ibu sebelum dan saat hamil
tidak optimal.
4. Masih rendahnya sosial ekonomi budaya masyarakat, sehingga masih ada
pertolongan persalinan oleh DK (Dukun Kampung)
Penyebab kematian ibu di Wilayah kerja puskesmas pekauman

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

14

Grafik 3.4 Penyebab Kematian Ibu di Wilayah kerja puskesmas pekauman


Tahun 2015

Pada tahun 2015 penyebab utama kematian ibu sebesar 50 % di dominasi oleh
yaitu preeklampsi/eklampsi. Sesuai Hasil Analisa Sensus Penduduk 2010, proporsi
penyebab kematian telah berubah dimana perdarahan dan infeksi semakin
menurun sedangkan hipertensi dalam kehamilan (HDK) yang merupakan salah
satu dari trias gejala preeklampsi dan eklampsi semakin meningkat.
Berdasarkan penelitian kira-kira 15-25% wanita yang didiagnosis awal dengan
hipertensi dalam kehamilan akan mengalami pre-eklampsia berat. Karena
penyebab utama keadaan pre-eklampsia tidak diketahui sehingga tenaga
kesehatan dan ibu hamil akan sulit memprediksi yang mana akan mengalami
preeklampsia. Hal ini menempatkan setiap ibu mempunyai resiko mengalami
komplikasi kebidanan yang dapat mengancam jiwanya.
Upaya penurunan jumlah kematian ibu di Wilayah kerja puskesmas pekauman
telah dilaksanakan yaitu :
1. Peningkatan cakupan dan akses pelayanan kesehatan ibu yang
komprehensif dan berkualitas
- Antenatal Care Terpadu
- Asuhan Persalinan Normal di fasilitas kesehatan
- Pelayanan KB Paska Persalinan
- Skrining/Deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu
nifas
- Home care / kunjungan rumah pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu
nifas
- Penanganan komplikasi obsteri yang adekuat
- Pelaksanaan PONED
- Pelaksanaan PERDA KIBBLA
2. Meningkatkan kemitraan lintas sektor dan lintas program
- Kemitraan dengan TNI/POLRI, Kemenag, BKBPMP
Puskesmas Pekauman Tahun 2016

15

- Pendampingan LP/LS pada ibu hamil/bersalin/nifas berisiko


- Kemitraan DK
3. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat
- Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
- P4K
4. Peningkatan surveilans dan informasi KIA
- Penerapan Buku KIA
- Audit Maternal Perinatal
- PWS KIA
- Bimbingan, monitoring dan evaluasi program
3.3

ANGKA KESAKITAN

3.3.1 Penyakit Terbanyak


Gambaran sepuluh penyakit terbanyak di Wilayah kerja puskesmas
pekauman tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini :
Tabel 3.1. Data 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Pekauman Tahun 2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

JENIS PENYAKIT
Hipertensi
ISPA
Penyakit lainnya
Artritis lainnya
Gastritis dan Duodenitis
Diabetes Mellitus
Dispepsia
ISPA (Pneumonia)
Sakit Kepala
Penyakit Pulpa dan Penyakit Periapikal

3.3.2 Angka Kesakitan Penyakit Menular

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

16

JUMLAH
5253
3589
3347
2604
2283
2131
1176
1153
1069
951

Angka kesakitan penyakit menular potensial KLB di Wilayah kerja


puskesmas pekauman dari tahun 2010 sampai tahun 2015 dapat dilihat pada
tabel 3.3.
Tabel 3.3 Jumlah Kasus KLB di Wilayah kerja puskesmas pekauman Tahun 2010
s/d 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Penyakit
Tetanus Neonatorum
AFP
Keracunan makanan
Cikungunya
Rubella
Suspek H1N1
Filariasis
KIPI
Campak
Diare
HFMD

2010
1
2
1
1
-

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

17

2011
1
2
1
1
1
-

KASUS
2012 2013
2
5
2
6
2
2
1

2015
4
-

3.3.3 Jumlah Kasus Penyakit-Penyakit Menonjol


3.3.3.1 Tuberculosis (TB Paru)
Program penanggulangan TB di Wilayah kerja puskesmas
pekauman dengan strategi DOTS dilaksanakan oleh semua fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes) milik pemerintah yang terdiri dari 26
puskesmas dengan klasifikasi 2 (dua) Puskesmas Rujukan Mikrokospis
(PRM), 21 (dua puluh satu) Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM) dan 3
(tiga) Puskesmas Satelit (PS) serta 2 (dua) Rumah Sakit Umum
Pemerintah, 1 (satu) Rumah Sakit Tentara dan 1 (satu) Rumah Sakit
Swasta.
Kegiatan P2TB di Wilayah kerja puskesmas pekauman yang telah
dilaksanakan, yaitu :
- Sosialisasi P2 TB dengan sasaran masyarakat umum, Tokoh Masyarakat,
LSM, kader dan lintas sector terkait lainnya.
- Penjaringan tersangka (suspek) & penderita.
- Penatalaksanaan pengobatan.
- Pelacakan kontak serumah penderita TB BTA (+)
- Pembuatan media promosi seperti berusur dan spanduk.
- Peningkatan Sumber Daya Manusia P2TB melalui pelatihan teknis P2TB
yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
maupun Kementerian Kesehatan RI.
- Pemberian makanan tambahan (PMT) bagi penderita TB dan Petugas
Pengelola Program TB Paru.
- Pengadaan logistik laboratorium untuk buffer stock
- Cetak formulir Program TB
- Cross check slide (spesimen) TB setiap triwulan
- Pertemuan Monitoring dan evaluasi
- Bimbingan Teknis/ supervise
- Pencatatan & Pelaporan
Hasil kegiatan penanggulangan TB Paru di Wilayah kerja puskesmas
pekauman selama Tahun 2010 s.d Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

18

Grafik 3.5 Kejadian TB Paru Tahun 2010 - 2015

Grafik diatas menunjukkan angka kejadian penyakit TB Paru berdasarkan


jenis/ tipe penyakit dari tahun 2010 s.d 2015 cukup bervariasi dan pada
tahun 2015 kasus baru TB Paru BTA (+) menunjukkan adanya kenaikan
dibandingkan tahun 2013.
Tabel 3.55 Hasil Pencapaian Program TB Paru Tahun 2015
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Total

Suspek TB
71
88
95
107
84
88
73
71
78
80
101
73
1009

BTA (+)
2
5
6
11
4
2
5
7
5
6
7
10
70

Rontgen (+)
0
0
0
3
2
1
1 (anak)
2
1
1 (anak)
0
0
9

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

19

Diobati
2
5
6
10
3
2
5
7
5
6
4
10
65

Sembuh
5
7
2
8
4
3
3
6
6
7
2
1
54

TB
ekstraparu
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1

TB Anak 2 ditemukan dan 2 diobati.


Grafik 3.6 Lima Indikator TB Paru Tahun 2010 s/d 2015

Grafik diatas menunjukkan dari 5 (lima) indikator program TB Paru, yang


belum mencapai target adalah angka CDR (Penemuan Kasus Baru TB Paru
BTA (+) ), yang selama 5 (lima) tahun masih dibawah target nasional yaitu
minimal 70 %, sedangkan angka konversi, kesembuhan dan sukses rate
sudah diatas target nasional ( konversi > 80 %, kesembuhan dan sukses
rate > 85 % ). Belum tercapainya angka penemuan kasus baru TB Paru BTA
(+) ini diperkirakan pasien TB berobat di UPK Non DOTS yang tidak
terlaporkan.
Tabel 3.56 Hasil program TB Paru Puskesmas Pekauman tahun 2015
No
1
2
3

Variabel
CDR
Kesembuhan
Konversi

Target
120
64
64

Pencapaian
68
27
51

Cakupan (%)
56,67
42
79

3.3.3.2 Pnemonia Balita


Dalam pelaksanaan program P2 Ispa penemuan penderita
dilaksanakan pada sarana kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas,
puskesmas pembantu, unit rawat jalan rumah sakit dan pelayanan
kesehatan desa atau posyandu.
Pada seksi P2 Puskesmas Pekauman, kegiatan pengendalian penyakit
Ispa (Pneumonia) yang dilaksanakan meliputi :
Penemuan Kasus
Penatalaksanaan kasus,

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

20

Penatalaksanaan kasus ini di lakukan di sarana kesehatan dan di


rumah tangga melalui kegiatan care seeking.
Pengelolaan logistik (ketersediaan obat yang digunakan dalam
program, ARI Sound Timer, Oksigen konsentrator, Masker dan buku
pedoman P2 ISPA).
Pembagian Masker ke 26 Puskesmas di Wilayah kerja puskesmas
pekauman yang selanjutnya dibagikan kepada masyarakat sebagai
tindakan antisipasi terjadinya kabut asap.
Sosialisasi Penyakit ISPA/pneumonia tk kelurahan.
Sosialisasi / penyebarluasan informasi kepada masyarakat
bekerjasama dengan program promosi.
Bimbingan teknis/Supervisi.
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan dari unit pelayanan di
lapangan dari pengelola P2 ISPA Puskesmas ke Diskes Kota yang
selanjutnya diteruskan ke pengelola P2 ISPA Propinsi.
Hasil kegiatan penanggulangan Pneumonia Balita di Wilayah kerja
puskesmas pekauman selama Tahun 2010 s.d Tahun 2015 adalah
sebagai berikut :
Grafik 3.7 Kasus Pneumonia Balita di Wilayah kerja puskesmas pekauman
Th.2010 - 2015

Grafik diatas menunjukkan angka Insiden Rate Kasus Pneumonia


Balita per 1000 Balita di Wilayah kerja puskesmas pekauman selama tahun
2010 s.d 2015 cukup bervariasi dan pada tahun 2015 angka insiden Rate
Kasus Pneumonia Balita terjadi penurunan dibandingkan tahun 2013,
angka kejadian penyakit pneumonia ini merupakan kontribusi dari laporan
Puskesmas dan Rumah Sakit.
Puskesmas Pekauman Tahun 2016

21

Tabel 3.8 Penemuan Kasus Pneumoni di Puskesmas Pekauman tahun 2015


BULAN
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

UMUR 0-1 UMUR 1-4 UMUR


TAHUN
TAHUN
5 TAHUN
TOTAL
LK
PR
LK
PR
LK PR LK PR
0
0
14
9
0
0
14
9
0
0
22
24
0
0
22
24
0
0
22
28
0
0
22
28
0
0
44
45
0
0
44
45
0
0
17
21
0
0
17
21
0
0
22
17
0
0
22
17
0
0
18
11
0
0
18
11
0
0
12
15
0
0
12
15
0
0
13
13
0
0
13
13
0
0
1
2
0
0
1
2
0
0
19
16
0
0
19
16
0
0
27
25
0
0
27
25
0
0
231 226
0
0 231 226

3.3.3.3

HIV/AIDS
Penyebaran HIV-AIDS saat ini sebagian besar masih terkonsentrasi
pada populasi kunci dimana penularan terjadi melalui perilaku yang
berisiko seperti penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada kelompok
pengguna narkoba suntik (penasun) dan perilaku seks yang tidak aman
baik pada heteroseksual maupun homoseksual. Jika tidak ditangani
dengan cepat maka tidak mustahil penularan HIV akan menyebar secara
luas kepada masyarakat.
Pemerintah Wilayah kerja puskesmas pekauman melalui
Puskesmas Pekauman telah melakukan berbagai upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV-AIDS, yaitu ;
Penyebarluasan informasi melalui sosialisasi dan diseminasi
informasi terhadap sasaran masyarakat umum, SMU/sederajat,
SMP/sederajat, populasi kunci (berisiko tinggi) yaitu pekerja
hiburan, pekerja salon, waria, lelaki suka lelaki, warga binaan
pemasyarakatan (WBP) POLDA Kal.Sel.
Sosialisasi HIV Bagi Usia 15-24 Tahun dilaksanakan dalam
rangka pencapaian salah satu tujuan P2 HIV yaitu minimal 70%
populasi pada usia tersebut mempunyai pengetahuan
komprehensif tentang HIV, oleh karena itu keberhasilan
sosialisasi dinilai menggunakan metode pre dan post test untuk
menilai sejauh mana peningkatan pengetahuan sasaran antara
sebelum dan sesudah diberikan informasi melalui kegiatan
sosialisasi.
Penyediaan layanan pemeriksaan VCT HIV-AIDS dan IMS kepada
populasi kunci (berisiko tinggi), tenaga kerja, masyarakat
umum, warga binaan pemasyarakatan (WBP)

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

22

Sosialisasi dan Rapat Koordinasi Komisi Penanggulangan AIDS


(KPA) Wilayah kerja puskesmas pekauman.
Pertemuan Evaluasi dan Rapat Koordinasi dengan lintas
program, lintas sektor terkait, LSM/ organisasi perkumpulan
masyarakat.

Hasil kegiatan penanggulangan HIV-AIDS di Wilayah kerja puskesmas


pekauman selama Tahun 2010 s.d Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Grafik 3.9 Kasus HIV-AIDS di Wilayah kerja puskesmas pekauman Tahun 2010
2015

Grafik diatas menunjukkan angka kejadian HIV-AIDS dari tahun


2010 sampai dengan 2015 cukup bervariasi dan pada tahun 2015
terjadi peningkatan Kasus HIV-AIDS dibandingkan tahun 2013.

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

23

Grafik diatas menunjukkan angka insiden rate kasus HIVdi Wilayah


kerja puskesmas pekauman dari tahun 2010 s.d 2015 sudah mencapai
target nasional yaitu < 1.
3.3.3.4 Diare
Hasil survey Subdit diare, angka kesakitan penyakit diare semua
golongan umur pada tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk, tahun
2010 dan 2011 sebesar 411 per 1000 penduduk. Angka kematian pada
balita 75,3 per 100.000 balita dan pada semua glongan umur 23,2 per
100.000 penduduk.
Kegiatan program Pengendalian Penyakit (P2) diare di Wilayah kerja
puskesmas pekauman yang telah dilaksanakan yaitu:
Penemuan Penderita di Sarana Kesehatan.
Penatalaksanaan kasus yang ditemukan sesuai standar baik di Sarana
Kesehatan maupun di Rumah Tangga dengan LINTAS (Lima Langkah
Tuntas) Diare
Perencanaan dan pengelolaan Logistik Program P2 Diare (Oralit, zinc
dan RL) yang bekerjasama dengan dan Gudang Farmasi.
Pencegahan Penyakit Diare dan KLB Bekerjasama dengan program
Promkes, Surveilans dan Kesehatan Lingkungan
SKD KLB bekerjasama dengan petugas surveilans.
Bintek, Monitoring dan Evaluasi dari pengelola P2 Diare Kota ke
pengelola P2 Diare Puskesmas
Pertemuan Teknis Pengelola Program P2 Diare Puskesmas
Pencatatan dan pelaporan dari unit di lapangan (Puskesmas, Pustu,)
oleh pengelola P2 Diare Puskesmas ke Pengelola P2 Diare Kabupaten.

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

24

Hasil kegiatan penanggulangan Diare di Wilayah kerja puskesmas


pekauman selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Grafik 3.11 Kasus Diare Tahun 2010 - 2016

Dari grafik diatas menunjukkan angka kejadian penyakit diare di


Wilayah kerja puskesmas pekauman per tahun cukup bervariasi dan masih
dibawah perkiraann target nasional yaitu 26.928 Kasus.
3.3.3.5

Kusta

Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan


masalah tidak saja dari aspek medis tetapi juga dari segi sosial ekonomi,
budaya dan juga aspek psikolgis. Penyakit kusta hingga saat ini masih
ditakuti oleh keluarga dan masyarakat dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan pemahaman yang keliru terhadap penyakit kusta dan
akibat yang ditimbulkan.
Meskipun Indonesia telah mengadopsi resolusi tentang eliminasi
kusta yang dikeluarkan oleh World Health Assembly (WHA) pada tahun
2000, keadaan penyakit kusta belum menunjukan adanya penurunan yang
bermakna. Sedangkan tujuan jangka panjang pemberantasan penyakit
kusta di Indonesia adalah sebagai berikut :
Menurunkan transmisi penyakit kusta pada tingkat tertentu sehingga
kusta tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang
ditemukan
melalui pengobatan dan perawatan yang benar.
Menghilangkan stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah
paham masyarakat terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan
secara intensif.
Puskesmas Pekauman Tahun 2016

25

Strategi penemuan penderita kusta dilakukan secara aktif maupun


secara pasif. Penemuan secara aktif dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan Kontak (Kontak Survey Kusta). kegiatan ini selalu dilakukan
terutama pada lingkungan tempat tinggal penderita kusta (index case).
Penemuan penderita penyakit kusta secara pasif dilakukan berdasarkan
pada orang yang datang mencari pengobatan ke sarana kesehatan atas
kemauan sendiri maupun atas saran orang lain, keadaan seperti ini
biasanya pasien dalam kondisi yang cukup parah penyakitnya.
Kegiatan Program P2 Kusta di Puskesmas Pekauman yang telah
dilaksanakan, yaitu:
Penemuan kasus baik secara aktif melaluli kontak survey oleh
pengelola P2 Kusta Puskesmas, maupun secara fasif(penderita datang
sendiri ke sarana pelayanan kesehatan).
Penentuan jenis klasifikasi kusta (Diagnosis kasus) yang dilakukan
oleh pengelola P2 Kusta Puskesmas dan Wasor Diskes Kota.
Pengobatan penderita baru yang ditemukan sesuai klasifikasinya.
Pemantauan terjadinya kasus reaksi kusta menggunakan format
pencegahan cacat (POD) oleh pengelola P2 Kusta Puskesmas setiap
bulannya ketika pasien datang mengambil obat/MDT.
Mengajarkan cara perawatan diri untuk mencegah cacat dan
meminimalisir kecacatan kepada pasien yang sudah cacat tingkat 2
yang dilakukan oleh Wasor Diskes Kota dan pengelola P2 Kusta
Puskesmas.
On the Job Training oleh wasor Diskes Kota kepada pengelola P2
Kusta baru di Puskesmas (belum mendapat pelatihan).
Pengelolaan Logistik (Ketersediaan obat program). Dilakukan
pengambilan logistik ke Dinas Kesehatan Propinsi oleh pengelola P2
Kusta Diskes Kota,
Pencatatan dan Pelaporan Berjenjang.
Bimbingan Teknis/supervisi oleh Wasor Kota ke Pengelola P2 Kusta di
Puskesmas
Kontak Survey dan Scholl Survey.
Hasil kegiatan penanggulangan Kusta di wilayah kerja puskesmas
pekauman selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

26

Grafik 3.12 Kasus Kusta Tahun 2010 - 2016

Dari grafik diatas menunjukkan angka kejadian dan pengobatan


penyakit kusta di Wilayah kerja puskesmas pekauman per tahun cukup
bervariasi dan pada tahun 2016 jumlah kasus baru kusta semuanya jenis
MB.

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

27

Grafik 3.13 Penemuan Kasus Baru Kusta Tahun 2010 - 2016

Dari grafik diatas menunjukkan angka CDR (Penemuan Kasus Baru


Kusta) masih dibawah 0,5 per 10.000 penduduk , hal ini dikarenakan
wilayah kerja puskesmas pekauman merupakan daerah endemis rendah.
3.3.3.6

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya pengendalian penyakit


demam berdarah Dengue di Wilayah kerja puskesmas pekauman, antara
lain kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan mulai Tingkat Kecamatan,
Tingkat Kelurahan sampai tingkat RT, selain itu juga dilaksanakan
penyuluhan siaran keliling(kerjasama dengan seksi promosi). Kegiatan ini
terutama dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas
lingkungan yang sehat serta pemberdayaan masyarakat dalam upaya
pengendalian Vektor terutama PSN dengan Gerakan 3M. Upaya
pengendalian vektor ini juga dilakukan dengan kegiatan Larvasidasi
(pembagian bubuk abate), serta pemberantasan nyamuk dewasa melalui
fogging. Kegiatan fogging dilaksanakan meliputi foging sebelum masa
penularan dan fogging fokus pada kasus DBD yang ditemukan.
Hasil kegiatan penanggulangan DBD di Wilayah kerja puskesmas
pekauman selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

28

Grafik 3.14 Kasus DBD Tahun 2010 - 2016

Dari grafik di atas menunjukkan angka kejadian


DD dari tahun ke tahun cukup bervariasi. Peningkatan
dipengaruhi oleh kondisi musim di daerah tropis dimana
musin hujan. Curah hujan yang tinggi akan menunjang
populasi nyamuk yang merupakan vektor penyakit DBD.

kasus DBD dan


kasus DBD ini
sedang terjadi
perkembangan

Grafik 3.15 Angka Insiden Rate Kasus DBD Tahun 2010 - 2016

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

29

Grafik diatas menunjukkan angka insiden rate kasus DBD per


100.000 penduduk di Wilayah kerja puskesmas pekauman dari tahun 2010
s.d 2016 masih dibawah perkiraan target nasional yaitu 52/100.000
penduduk.
3.3.3.7

Malaria

Penyakit malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan


tingkat endemisitas yang berbeda-beda. Spesies yang terbanyak dijumpai
adalah P.vivax dan P.falciparum. Penularan malaria terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang mengandung Sporozoit.
Pengobatan kasus malaria yang ditemukan secara PCD (Pasif Case
Detection) di Puskesmas dengan konfirmasi laboratorium positif malaria
mengunakan obat ACT (Artemisinin Combination Therapy). Hal ini tidak terlepas
dari kuantitas maupun kualitas dokter, perawat yang sudah dilatih, serta alat
dan bahan laboratorium malaria.
Hasil kegiatan penanggulangan Malaria di Wilayah kerja puskesmas pekauman
selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Grafik 3.16 Kasus Malaria Tahun 2010 2016

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

30

Dari grafik diatas menunjukkan angka kejadian malaria di Wilayah kerja


puskesmas pekauman selama lima tahun terakhir cukup bervariasi dan Kasus
yang terjadi merupakan kasus impor dari daerah di luar Wilayah kerja puskesmas
pekauman atau datang dari daerah endemis malaria.
3.3.3.8

Filaria

Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria


yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing
penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori
(1). Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus
filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi (2). Cacing tersebut hidup
di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada
sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis. Gejala akut
berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis)
terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah lain.
Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang
sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah
(elephantiasis), dan hidrokel.
Untuk mencapai eliminasi, di Indonesia ditetapkan dua pilar yang akan
dilaksanakan yaitu: 1).Memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat
massal pencegahan filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis; dan
2).Mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.
Hasil kegiatan penanggulangan Filaria di Wilayah kerja puskesmas
pekauman selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

31

Grafik 3.17 Kasus Filaria Tahun 2010 - 2016

Dari grafik diatas menunjukkan, tidak ditemukan kejadian penyakit


filariasis di Wilayah kerja puskesmas pekauman pada tahun 2011-2016. hal ini
disebabkan karena Wilayah kerja puskesmas pekauman merupakan daerah Non
Endemik

Puskesmas Pekauman Tahun 2016

32

Anda mungkin juga menyukai