Profil Bab III

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

0.

05
0.05
0.04
0.04
0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01
0.00
Th.2010

Th.2011

Th.2012

Th.2013

Th.2014

Grafik diatas menunjukkan angka insiden rate kasus HIVdi Wilayah


kerja puskesmas pekauman dari tahun 2010 s.d 2015 sudah mencapai target
nasional yaitu < 1.
3.3.1.1

Diare
Hasil survey Subdit diare, angka kesakitan penyakit diare semua
golongan umur pada tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk, tahun
2010 dan 2011 sebesar 411 per 1000 penduduk. Angka kematian pada balita
75,3 per 100.000 balita dan pada semua glongan umur 23,2 per 100.000
penduduk.
Kegiatan program Pengendalian Penyakit (P2) diare di Wilayah kerja
puskesmas pekauman yang telah dilaksanakan yaitu:
Penemuan Penderita di Sarana Kesehatan.
Penatalaksanaan kasus yang ditemukan sesuai standar baik di Sarana
Kesehatan maupun di Rumah Tangga dengan LINTAS (Lima Langkah
Tuntas) Diare
Perencanaan dan pengelolaan Logistik Program P2 Diare (Oralit, zinc
dan RL) yang bekerjasama dengan dan Gudang Farmasi.
Pencegahan Penyakit Diare dan KLB Bekerjasama dengan program
Promkes, Surveilans dan Kesehatan Lingkungan
SKD KLB bekerjasama dengan petugas surveilans.
Bintek, Monitoring dan Evaluasi dari pengelola P2 Diare Kota ke
pengelola P2 Diare Puskesmas
Pertemuan Teknis Pengelola Program P2 Diare Puskesmas
Pencatatan dan pelaporan dari unit di lapangan (Puskesmas, Pustu,)
oleh pengelola P2 Diare Puskesmas ke Pengelola P2 Diare Kabupaten.

Hasil kegiatan penanggulangan Diare di Wilayah kerja puskesmas pekauman


selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Grafik 3.11 Kasus Diare Tahun 2010 - 2016
16000
14000
12000
10000

JUMLAH

8000
6000
4000
2000
0

TH.2010

TH.2011

TH.2012

TH.2013

TH.2014

Dari grafik diatas menunjukkan angka kejadian penyakit diare di


Wilayah kerja puskesmas pekauman per tahun cukup bervariasi dan masih
dibawah perkiraann target nasional yaitu 26.928 Kasus.
3.3.1.2

Kusta

Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan


masalah tidak saja dari aspek medis tetapi juga dari segi sosial ekonomi,
budaya dan juga aspek psikolgis. Penyakit kusta hingga saat ini masih
ditakuti oleh keluarga dan masyarakat dikarenakan kurangnya pengetahuan
dan pemahaman yang keliru terhadap penyakit kusta dan akibat yang
ditimbulkan.
Meskipun Indonesia telah mengadopsi resolusi tentang eliminasi kusta
yang dikeluarkan oleh World Health Assembly (WHA) pada tahun 2000,
keadaan penyakit kusta belum menunjukan adanya penurunan yang
bermakna. Sedangkan tujuan jangka panjang pemberantasan penyakit kusta
di Indonesia adalah sebagai berikut :
- Menurunkan transmisi penyakit kusta pada tingkat tertentu sehingga
kusta tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
- Mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang
ditemukan
melalui pengobatan dan perawatan yang benar.
- Menghilangkan stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah
paham masyarakat terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan secara
intensif.

Strategi penemuan penderita kusta dilakukan secara aktif maupun


secara pasif. Penemuan secara aktif dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan Kontak (Kontak Survey Kusta). kegiatan ini selalu dilakukan
terutama pada lingkungan tempat tinggal penderita kusta (index case).
Penemuan penderita penyakit kusta secara pasif dilakukan berdasarkan pada
orang yang datang mencari pengobatan ke sarana kesehatan atas kemauan
sendiri maupun atas saran orang lain, keadaan seperti ini biasanya pasien
dalam kondisi yang cukup parah penyakitnya.
Kegiatan Program P2 Kusta di Puskesmas Pekauman yang telah
dilaksanakan, yaitu:
- Penemuan kasus baik secara aktif melaluli kontak survey oleh pengelola
P2 Kusta Puskesmas, maupun secara fasif(penderita datang sendiri ke
sarana pelayanan kesehatan).
- Penentuan jenis klasifikasi kusta (Diagnosis kasus) yang dilakukan oleh
pengelola P2 Kusta Puskesmas dan Wasor Diskes Kota.
- Pengobatan penderita baru yang ditemukan sesuai klasifikasinya.
- Pemantauan terjadinya kasus reaksi kusta menggunakan format
pencegahan cacat (POD) oleh pengelola P2 Kusta Puskesmas setiap
bulannya ketika pasien datang mengambil obat/MDT.
- Mengajarkan cara perawatan diri untuk mencegah cacat dan
meminimalisir kecacatan kepada pasien yang sudah cacat tingkat 2
yang dilakukan oleh Wasor Diskes Kota dan pengelola P2 Kusta
Puskesmas.
- On the Job Training oleh wasor Diskes Kota kepada pengelola P2 Kusta
baru di Puskesmas (belum mendapat pelatihan).
- Pengelolaan Logistik (Ketersediaan obat program). Dilakukan
pengambilan logistik ke Dinas Kesehatan Propinsi oleh pengelola P2
Kusta Diskes Kota,
- Pencatatan dan Pelaporan Berjenjang.
- Bimbingan Teknis/supervisi oleh Wasor Kota ke Pengelola P2 Kusta di
Puskesmas
- Kontak Survey dan Scholl Survey.
Hasil kegiatan penanggulangan Kusta di wilayah kerja puskesmas pekauman
selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Grafik 3.12 Kasus Kusta Tahun 2010 - 2016

25
20
15
KASUS

10
5
0

TH.2010

TH.2011

TH.2012

TH.2013

TH.2014

Dari grafik diatas menunjukkan angka kejadian dan pengobatan


penyakit kusta di Wilayah kerja puskesmas pekauman per tahun cukup
bervariasi dan pada tahun 2016 jumlah kasus baru kusta semuanya jenis MB.

Grafik 3.13 Penemuan Kasus Baru Kusta Tahun 2010 - 2016


0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
TH.2010

TH.2011

TH.2012

TH.2013

TH.2014

Dari grafik diatas menunjukkan angka CDR (Penemuan Kasus Baru


Kusta) masih dibawah 0,5 per 10.000 penduduk , hal ini dikarenakan
wilayah kerja puskesmas pekauman merupakan daerah endemis rendah.
3.3.1.3

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya pengendalian penyakit


demam berdarah Dengue di Wilayah kerja puskesmas pekauman, antara lain
kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan mulai Tingkat Kecamatan, Tingkat
Kelurahan sampai tingkat RT, selain itu juga dilaksanakan penyuluhan siaran
keliling(kerjasama dengan seksi promosi). Kegiatan ini terutama dilakukan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas lingkungan yang sehat serta
pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengendalian Vektor terutama PSN
dengan Gerakan 3M. Upaya pengendalian vektor ini juga dilakukan dengan
kegiatan Larvasidasi (pembagian bubuk abate), serta pemberantasan
nyamuk dewasa melalui fogging. Kegiatan fogging dilaksanakan meliputi
foging sebelum masa penularan dan fogging fokus pada kasus DBD yang
ditemukan.
Hasil kegiatan penanggulangan DBD di Wilayah kerja puskesmas
pekauman selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Grafik 3.14 Kasus DBD Tahun 2010 - 2016


500
450
400
350
300

JUMLAH

250
200
150
100
50
0

Th.2010

Th.2011

Th.2012

Th.2013

Th.2014

Dari grafik di atas menunjukkan angka kejadian kasus DBD dan DD


dari tahun ke tahun cukup bervariasi. Peningkatan kasus DBD ini
dipengaruhi oleh kondisi musim di daerah tropis dimana sedang terjadi
musin hujan. Curah hujan yang tinggi akan menunjang perkembangan
populasi nyamuk yang merupakan vektor penyakit DBD.
Grafik 3.15 Angka Insiden Rate Kasus DBD Tahun 2010 - 2016

12.0
10.0

10.5

9.9

8.0
6.0

5.1

3.9

4.0
2.0

1.7

0.0

Th.2010

Th.2011

Th.2012

Th.2013

Th.2014

Grafik diatas menunjukkan angka insiden rate kasus DBD per 100.000
penduduk di Wilayah kerja puskesmas pekauman dari tahun 2010 s.d 2016
masih dibawah perkiraan target nasional yaitu 52/100.000 penduduk.
3.3.1.4

Malaria

Penyakit malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan tingkat


endemisitas yang berbeda-beda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah
P.vivax dan P.falciparum. Penularan malaria terjadi melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina yang mengandung Sporozoit.
Pengobatan kasus malaria yang ditemukan secara PCD (Pasif Case Detection)
di Puskesmas dengan konfirmasi laboratorium positif malaria mengunakan obat ACT
(Artemisinin Combination Therapy). Hal ini tidak terlepas dari kuantitas maupun
kualitas dokter, perawat yang sudah dilatih, serta alat dan bahan laboratorium
malaria.
Hasil kegiatan penanggulangan Malaria di Wilayah kerja puskesmas pekauman
selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Grafik 3.16 Kasus Malaria Tahun 2010 2016

180

171
155

160
140
120
100

102

100
84

80

Positif
#REF!

53

60
40

Diperiksa

82

40
24

31

20
0
Th.2010

Th.2011

Th.2012

Th.2013

Th.2014

Dari grafik diatas menunjukkan angka kejadian malaria di Wilayah kerja


puskesmas pekauman selama lima tahun terakhir cukup bervariasi dan Kasus yang
terjadi merupakan kasus impor dari daerah di luar Wilayah kerja puskesmas
pekauman atau datang dari daerah endemis malaria.
3.3.1.5

Filaria

Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria


yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing
penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori (1).
Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis
di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi (2). Cacing tersebut hidup di kelenjar
dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik
yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa peradangan
kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal
paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah lain. Gejala kronis terjadi akibat
penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang sama dengan terjadinya
peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis), dan
hidrokel.
Untuk mencapai eliminasi, di Indonesia ditetapkan dua pilar yang akan
dilaksanakan yaitu: 1).Memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat
massal pencegahan filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis; dan 2).Mencegah
dan membatasi kecacatan karena filariasis.
Hasil kegiatan penanggulangan Filaria di Wilayah kerja puskesmas pekauman
selama Tahun 2010 s.d Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Grafik 3.17 Kasus Filaria Tahun 2010 - 2016

2.5
2
1.5
KASUS

1
0.5
0

TH.2010

TH.2011

TH.2012

TH.2013

TH.2014

Dari grafik diatas menunjukkan, tidak ditemukan kejadian penyakit


filariasis di Wilayah kerja puskesmas pekauman pada tahun 2011-2016. hal ini
disebabkan karena Wilayah kerja puskesmas pekauman merupakan daerah Non
Endemik

Anda mungkin juga menyukai