BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Provider
Peran provider dalam membantu proses pelayanan pasien yaitu
sebagai berikut:
1. Mengentry data ke dalam software INA-CBGs dilakukan oleh
perawat di ruangan dan poliklinik, jika software INA-CBGs telah
diinstal di server rumah sakit dan aplikasi sudah bisa diakses.
Dimana software INA-CBGs kependekan dari Indonesia Case Base
Groups, yaitu cara pembayaran perawat pasien berdasarkan
diagnosis diagnosis atau kasus kasus yang relatif sama.
Aplikasi tersebut biasanya digunakan sebagai aplikasi pengajuan
klaim rumah sakit, puskesmas dan semua Penyedia Pelayanan
Kesehatan (PPK) bagi masyarakat miskin Indonesia.
Adapun manfaat dari INA-CBGs bagi provider, yaitu:
a) Dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran
pembiayaan kesehatan.
b) Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap
masyarakat luas akan terjangkau.
c) Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik
sehingga
meningkatkan
kepuasan
pasien
dan
provider/pemerintah.
d) Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan berdasarkan
kepada biaya yang sebenarnya.
B. Peran Regulator
1. Peran regulator dalam Dinas Kesehatan, yaitu:
a) Kepala Dinas : bertanggung jawab dalam pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional di wilayah Kabupaten.
b) Ketua TIM :
1) Mengorganisasi masing masing tugas dan wewenang
masing masing bidang.
2) Memantau jalannya kegiatan,
monitoring
evaluasi,
pendampingan
kepada
FKTP
pemberi
2. Tarif Premi
Tarif premi dalam JKN bagi peserta perorangan akan
membayar iuran sebesar kemampuan dan kebutuhannya. Untuk saat ini
sudah ditetapkan bahwa:
a) Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per
orang per bulan.
b) Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per
orang per bulan.
c) Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per
orang per bulan.
Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10
setiap bulan dan apabila ada keterlambatan dikenakan denda
administratif sebesar 2% dari total iuran yang tertunggak paling
banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran iuran Jaminan
Kesehatan ditinjau paling lama dua tahun sekali yang ditetapkan
dengan Peraturan Presiden.
3. Denda Telat Membayar (Peraturan Presiden)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak
lagi melonggarkan sanksi bagi peserta jaminan kesehatan nasional
(JKN) yang nakal atau berulah. Mereka yang enggan mengiur pasca
memanfaatkan program asuransi sosial bakal didenda 2,5% dari biaya
pelayanan kesehatan. Denda akan dikenakan setelah kembali aktif.
Aturan tersebut tercantum dalam pasal 17 Ayat 1 Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 19 Tahun 2016. Perpres tersebut mengatur tentang
Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan. Pada Perpres tersebut telah dijelaskan, jika terlambat
membayar iuran jaminan kesehatan lebih dari sebulan, penjaminan
peserta diberhentikan sementara. Dengan kata lain, biaya pengobatan
peserta saat sakit tidak lagi ditanggung BPJS Kesehatan. Peraturan itu
bulan
tertunggak.
Meski
demikian,
pemerintah
masih
akan
memperhatikan
jumlah
bulan
tertunggak.
oleh
lembaga
yang
menyelenggarakan
urusan
Kesehatan
melalui
Surat
Edaran
Nomor
terdaftar
dalam
keikutsertaan
program
BPJS
Kesehatan.
1) Bagi pekerja dengan gaji minimal Rp 2.2 juta, jumlah premi adalah
5 persen dari total gaji. Empat persen dari total premi dibayarkan
oleh pengusaha dan satu persen dibayarkan oleh pekerja.
2) Iuran bagi pekerja informal sebesar Rp 25.500 per bulan untuk
mendapatkan layanan rawat inap kelas III, Rp 42.500 untuk kelas
II, dan Rp 59.500 untuk kelas I.