Anda di halaman 1dari 34

BAB I

STATUS PASIEN
I. Identitas
I. 1. Identitas Pasien
Nama

: An. M. S.

Jenis kelamin

: Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir

: Jakarta, 29 November 2010

Umur

: 5 Tahun 4 Bulan

Alamat

: Jalan Keramat Pulo, Jakarta Pusat

Pendidikan

: Belum Sekolah

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

No. rekam medis

: 36-27-92

Tanggal masuk rumah sakit

: 15 Maret 2016

Datang sendiri/ rujukan

: Datang sendiri

I. 2. Identitas Orang Tua


Ayah (Tn. IM)
Usia
33
Pernikahan ke
1
Usia saat menikah
25
Pendidikan
SMK
Pekerjaan
Honorer
Agama
Islam
Suku Bangsa
Jawa
Riwayat Penyakit
Konsanguinitas
Hubungan pasien dengan orang tua adalah anak kandung.

Ibu (Ny. E)
30
1
22
SMA
Ibu Rumah Tangga
Islam
Sunda
-

II. Anamnesis
Dilakukan

anamnesis

secara

autoanamnesa

dengan

pasien

dan

alloanamanesa dengan ayah pasien pada tanggal 15 Maret 2016 pukul 14.30
WIB.

Keluhan utama

: Demam

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang dengan keluhan demam sejak pagi hari. Demam naik

dan turun. Demam tidak disertai menggigil. Sebelum timbul demam pasien
mengeluhkan batuk-batuk terlebih dahulu, batuk berdahak, dahak kental,
warna putih kekuningan, tidak bercampur dengan darah. Pasien juga
mengeluhkan mual. Pasien juga sempat muntah 1 kali, muntah diawali
dengan rasa mual terlebih dahulu, muntah tidak terlalu banyak, dan
bercampur makanan. Sakit tenggorokan juga dirasakan sejak demam, sakit
tenggorokan dirasakan hilang timbul. Pasien mengeluhkan tenggorokan terasa
ada yang mengganjal. Pasien mengeluhkan rasa sakit saat menelan makanan,
namun tidak mengalami kesulitan dalam menelan makanan (padat/lunak).
Karena rasa sakit saat menelan, pasien mengaku nafsu makannya juga
menurun. Tidak terjadi penurunan berat badan pada pasien. Pasien tidak
mengalami kesulitan dalam membuka mulut. Pasien tidak mengeluhkan pilek.
Pasien tidak mengeluhkan suaranya serak ataupun hilang. Pasien tidak sesak
nafas. Menurut cerita dari ibu pasien, pasien mengorok saat tidur.
Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan di kedua telinganya.
Pasien juga tidak mengeluhkan hidung tersumbat, sering bersin dipagi hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
Orang tua mengatakan pasien 1 tahun yang lalu pasien pernah
mengalami kesulitan bernafas dan batuk-batuk. Karena keluhan tersebut,
pasien dibawa ke rumah sakit dan dikatakan terdapat perdangan pada
parunya. pasien menyangkal memiliki riwayat alergi dan asma. Tidak ada
riwayat kecelakaan ataupun operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita


Penyakit
Diare
Otitis
Radang paru
Tuberkulosis
Kejang

Usia
+
-

Penyakit
Morbili
Parotitis
Demam berdarah
Demam tifoid
Cacingan

Usia
-

Ginjal
Jantung
Darah
Difteri
Asma
Penyakit kuning
Batuk berulang

Alergi
Pertusis
Varicella
Biduran
Kecelakaan
Operasi
Thalassemia

Riwayat Penyakit keluarga


Ayah, ibu dan anggota keluarga lain tidak memiliki penyakit yang sama

dengan yang dialami pasien. Riwayat kanker dalam keluarga disangkal.


Diagram Pedigree
Tn.IM

Ny.E

An.M

Keterangan
o

= An. MS, merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara

Riwayat Kehamilan Ibu


Status obstetri ibu pasien dengan P2A0. Pasien merupakan anak pertama

dari 2 bersaudara, selama kehamilan ibu tidak pernah sakit berat, tidak pernah
menkonsumsi obat-obatan selain vitamin kehamilan, tidak pernah merokok
dan minum-minuman alkohol. Ibu juga rutin melakukan pemeriksaan
antenatal. Kontrol kehamilan teratur setiap bulan pada Trimester I, setiap 2
minggu sekali pada Trimester II dan III di bidan.

Riwayat Kelahiran
Tempat bersalin

: Rumah Sakit

Penolong

: Dokter

Cara persalinan

: SC

Berat lahir

: 3300 gram (berat lahir cukup)

Panjang lahir

: 48 cm

Masa gestasi

: Cukup bulan

Keadaan bayi setelah lahir : Langsung menangis, bergerak aktif, pucat (-),
biru (-)
Nilai APGAR

: Tidak diketahui

Kelainan bawaan

: Tidak ada

Kesan

: Bayi lahir spontan cukup bulan dengan BBL

normal

Riwayat Tumbuh Kembang


Motorik kasar
o
o
o
o
o
o

Menegakkan kepala: 3 bulan.


Membalik badan: 6 bulan.
Duduk:7 bulan.
Merangkak: 9 bulan.
Berdiri: 9 bulan.
Berjalan: 13 bulan.

Bahasa
o Bicara: 12 bulan
Motor halus dan kognitif
o
o
o
o

Menulis
: 5 tahun
Membaca
: 5 tahun
Prestasi belajar
: cukup
Gangguan perkembangan mental dan tumbuh kembang: tidak ada

Kesan: tumbuh kembang anak sesuai umur.

Riwayat Nutrisi
Usia
( bulan )

ASI / PASI

Buah /
Biskuit

Bubur Susu

Nasi Tim

02

ASI

-/-

25

ASI

-/-

Bubur Susu

56

ASI

-/-

Bubur Susu

68

ASI + Susu

Ya

Bubur Susu

Ya

formula
ASI + Susu

8 10

formula
ASI + Susu

10 12

formula

Ya

Bubur Susu

Ya

Ya

Bubur Susu

Ya

Kesan : Pemberian makanan sampai usia 1 tahun cukup

Di atas usia 1 tahun :

Makanan biasa

Frekuensi

Nasi

3 kali sehari @ 1- 2 centong nasi

Sayur

3 kali sehari @ 3 sendok

Daging Ayam

3 kali seminggu ,3 potong sehari @1 potong

Telur

5 kali seminggu, 3 butir sehari @1 butir

Ikan

2 kali seminggu, 3 potong sehari @1potong

Tahu

3 potong

Tempe

3 potong

Susu

Kesulitan makanan

: tidak ada

Kesan kualitas makanan

: kualitas makanan cukup

Kesan kuantitas makanan

: kuantitas makanan baik

Riwayat Imunisasi

Jenis
Imunisasi

II

III

BCG

DPT

Polio

Hepatitis B

Campak

IV

VI

Kesan Imunisasi dasar : Imunisasi dasar lengkap.

Riwayat keluarga
Tanggal

Jenis

lahir
29-11-2010

Kelamin
Laki-laki

30-6-2013

Laki-laki

No

Hidup

Lahir

Ya

Mati
-

Ya

Abortus

Mati

Ket

(sebab)
-

Sakit

(pasien)
Sehat

Corak reproduksi : P2A0, Pasien merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara,


tidak ada anggota keluarga lain yang mempunyai penyakit yang sama
dengan pasien.
Anggota keluarga lain yang serumah : Adik
Masalah dalam keluarga
o Rumah milik
o Keadaan rumah
cukup baik.
o Daerah Lingkungan

: Tidak ada
: Sendiri
: Bersih, ventilasi baik, pencahayaan
: Rumah padat penduduk.

Pembungan sampah rutin setiap hari. Sumber air yang digunakan


adalah air tanah. Air yang keluar jernih, tidak lengket dan tidak
berbau.

Riwayat Pengobatan yang sudah diberikan :


Amoxicillin Syr 250 mg/5ml, dan Tempra Syr.

III. Pemeriksaan Fisik


III. 1. Pemeriksaan Umum
Dilakukan pada tanggal 15 Maret 2016, pukul 14.30 WIB

Keadaan umum
Kesadaran

Tanda vital

: Tampak sakit ringan.


: GCS : E4M6V5
Tenang, compos mentis.

Tekanan darah

: 110/80 mmHg.

Frekuensi nadi

: 120 kali per menit, reguler, isi cukup.

Frekuensi nafas

: 28 kali per menit, regular.

Suhu tubuh

: 37,9 oC axilla

Data antropometri
Berat badan

: 18 kg

Tinggi badan

: 108 cm

Berat badan ideal menurut nilai median

Panjang badan ideal menurut nilai median : 109 cm

Status Gizi (menurut tabel Standart Antropometri CDC) :


BB/U
TB/U

: 18 kg

= 18 x 100 % = 100 %
18
= 108 x 100% = 99%
109

Kesan: Gizi baik.


III. 2. Status Generalis
Pemeriksaan dilakukan pada hari pertama perawatan
dibangsal perawatan infeksi IKA lantai 2 (15 Maret 2016
pukul 14.30 WIB).

Kepala
Bentuk kepala pasien normocephal. Rambut berwarna hitam dengan
distribusi merata dan tidak mudah dicabut.

Wajah
Simetris, kulit wajah pasien tidak nampak adanya kelainan,

warna sawo

matang, nyeri tekan sinus tidak ada, ruam tidak ada.


Mata

Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,


kornea dan lensa jernih, pupil bulat dan isokor dengan diameter 2 mm,
refleks cahaya langsung dan tidak langsung positif, bola mata normal dan

mata tidak tampak cekung.


Telinga
Normotia, simetris kanan dan kiri, liang telinga lapang, tidak ada serumen,
tidak ada sekret, tidak ada darah, dan gendang telinga sulit dinilai.

Hidung
Bentuk dan posisi normal, tidak ada napas cuping hidung, tidak ada sekret
dan tidak ada epistaksis.
Mulut
Tidak sianosis, mukosa bibir lembab, lidah tidak kotor. Faring hiperemis,
tonsil T2-T2 hiperemis.
Leher
Bentuk normal, kulit kering, pergerakan ke segala arah, trakea ditengah
tidak terdapat deviasi, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan
JVP tidak meningkat.

Thoraks
Bentuk dada pasien normochest, tidak ada retraksi, dinding dada simetris,
tulang-tulang iga intak dan sela iga dalam batas normal.
Paru
o Inspeksi
: Gerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi
dinding dada,
tidak ada bagian yang tertinggal, dan tidak ada jejas.
o Palpasi : Tidak teraba massa, vokal fremitus sama
o Perkusi

kanan dan kiri.


: Sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi
:
Suara napas vesikuler pada
kedua lapangan paru kiri sama dengan kanan, tidak

ada ronkhi dan tidak ada wheezing


Jantung
o Inspeksi

: Iktus cordis tidak tampak


o Palpasi :
Iktus cordis teraba
o Perkusi :
Batas jantung atas di ICS II garis
parasternal sinistra
Batas Jantung kanan di ICS V linea parasternal
dekstra
8

Batas Jantung kiri di ICS V linea midclavicula


sinistra
Batas Pinggang Jantung di ICS III linea parasternal
sinistra
o Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur,

tidak ada gallop.


Abdomen
o Inspeksi
: Tampak datar, tidak ada sikatriks
o Auskultasi
: Bising usus positif normal.
o Perkusi
: Timpani pada seluruh lapang abdomen
o Palpasi : Lien dan hepar tidak teraba membesar
Alat kelamin
Tidak ada kelainan bentuk, rambut pubis belum tumbuh.

Ekstremitas
o Massa otot dan jaringan lemak dibawah kulit dalam batas normal,
tonus baik, akral hangat. Tidak ada sianosis. Panjang simetris, tidak
ada edema dan tidak ada paralisis maupun paresis. CRT < 2 detik.

Rumple leed negatif,


Refleks :
o Refleks Fisiologis :
Refleks biseps
: +/+
Refleks triseps
: +/+
o Refleks Patologis :
Refleks babinski : -/ Refleks Chaddoks : -/ Laseque
: -/o Rangsang Meningeal :
Kaku kuduk
: Brudzinsky I
:-

Refleks patella
Refleks Achilles

: +/+
: +/+

Refleks Oppenheim
Refleks Gordon

: -/: -/-

Brudzinsky II
Kernig

::-

IV. Pemeriksaan Penunjang


Hasil pemeriksaan laboratorium selama perawatan (15-03-16 jam 08:20 di
IGD)

Jenis

Hasil

Nilai Rujukan

Hemoglobin

12.2

13-18 g/dl

Hematokrit

36

40-52 %

Eritrosit

4.8

4,3 6,0 Juta/L

Leukosit

10.770

4.800-10.800/L

Trombosit

238000

150.000-400.000/L

MCV

74

80-96 Fl

MCH

25

27-32 pq

MCHC

34

32-36 g/dl

Pemeriksaan

V. Resume
Pasien seorang anak laki-laki berusia 5 tahun 4 bulan datang ke
RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan demam sejak pagi hari. Demam sejak
pagi hari. Demam naik dan turun. Demam tidak disertai menggigil. Pasien
mengeluhkan batuk-batuk terlebih dahulu, batuk berdahak, dahak kental,
warna putih kekuningan, tidak bercampur dengan darah. Pasien juga
mengeluhkan mual. Pasien juga sempat muntah 1 kali, muntah tidak terlalu
banyak, dan bercampur makanan. Sakit tenggorokan juga dirasakan, hilang
timbul. Pasien mengeluhkan tenggorokan terasa ada yang mengganjal. Pasien
mengeluhkan rasa sakit saat menelan makanan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 120 kali per
menit, teratur, isi cukup. Pernapasan 28 kali per menit, teratur. Suhu axilla
37,90 C. Hasil pemeriksaan THT, Tonsil T2-T2 hiperemis, dan faring
hiperemis. Pemeriksaan jantung, paru, dan abdomen masih dalam batas
normal. Ekstremitas didapatkan akral hangat, tidak adanya edema ataupun
sianosis. CRT kurang dari 2 detik.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil adanya penurunan
sedikit kadar hemoglobin, hematokrit, MCV dan MCH. Sedangkan kadar
leukosit batas atas normal dan trombosit normal. MCHC pasien masih dalam
batas normal..

10

VI. Diagnosis Banding

Tonsilofaringitis Akut
Abses Peritonsilar
Laringitis

VII. Diagnosis Kerja


Tonsilofaringitis Akut
VIII. Rencana Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap
Kultur swab tenggorok
ASTO

IX. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa

Tirah baring

Medikamentosa

volume cairan kristaloid perhari yang diperlukan untuk BB 18 kg


Jumlah cairan = 1000 + { 50 x BB }
= 1000 + { 50 x 8 }= 1000 + 400 = 1400 cc / 24 jam
Paracetamol 3x200 mg IV
Cefotaxim 3x500 mg IV
Ambroxol syrup 3x2 cth

X. Prognosis
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

XI. Follow Up Harian


Tanggal
16-03-16

Subjektif
Demam sudah

Objektif
KU : tampak sakit ringan

Assesment
Tonsilofarin

Planning
- IVFD

tidak ada, batuk

KS : CM

gitis Akut

1400cc/24

dan nyeri

N : 100x/menit

menelan masih

RR : 21x/menit

ada.

T : 36,5C

jam
- Paracetamol

11

Kepala : normocepal, tidak ada

3x200 mg IV

jejas
Mata : konjungtiva tidak pucat,

- Cefotaxim

sklera tidak ikterik

3x500mg IV

THT : Faring hiperemis, tonsil


T2-T2 hiperemis berkurang.

- Ambroxol

Leher : pembesaran KGB tidak

syrup 3x2

ada

cth

Mulut : mukosa lembab,


sianosis tidak ada
Thoraks : pergerakan dinding
dada simetris, retraksi
intercostal tidak ada
Cor : BJI-II reguler, murmur
dan gallop tidak ada
Pulmo : SN vesikuler, ronkhi
dan wheezing tidak ada
Abdomen : supel, cembung,
BU positif, hepar dan lien
tidak teraba membesar,
Ekstremitas : akral hangat,
CRT < 2 detik, sianosis dan
oedem tidak ada
17-3-16

Batuk dan nyeri

KU : tampak sakit ringan

Tonsilofarin

- IVFD

menelan sudah

KS : CM

gitis Akut

1400cc/24

berkurang.

N : 110x/menit

Demam tidak

RR : 22x/menit

ada.

T : 36,6C

- Paracetamol

Kepala : normocepal, tidak ada

3x200 mg IV

jam

jejas
Mata : konjungtiva tidak pucat,

- Cefotaxim

sklera tidak ikterik

3x500mg IV

THT : Faring hiperemis, tonsil


T2-T2 hiperemis berkurang.

- Ambroxol

12

Leher : pembesaran KGB tidak

syrup 3x2

ada

cth

Mulut : mukosa lembab,


sianosis tidak ada
Thoraks : pergerakan dinding
dada simetris, retraksi
intercostal tidak ada
Cor : BJI-II reguler, murmur
dan gallop tidak ada
Pulmo : SN vesikuler, ronkhi
dan wheezing tidak ada
Abdomen : supel, cembung,
BU positif, hepar dan lien
tidak teraba membesar,
Ekstremitas : akral hangat,
CRT < 2 detik, sianosis dan
oedem tidak ada

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FARING
ANATOMI
Faring adalah suatu kantung fibromuskular yang berbentuk seperti corong
dibagian atas dan sempit dibagian bawah, dari dasar tengkorak menyambung ke

13

esofagus setinggi S-6. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar): selaput
lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, sebagian besar bukofaringeal. 1
Batas-batas faring :
O Atas

: rongga hidung melalui koana

O Bawah

: esofagus melalui aditus laring

O Depan

: rongga mulut melalui ismus orofaring

O Belakang

: vertebra servikalis

Secara histologis faring terdiri dari :


-

Mukosa
-

Nasofaring : mukosa bersilia, epitel torak berlapis yang


mengandung sel goblet

Orofaring & laringofaring : epitel gepeng berlapis dan tidak


bersilia

Palut lendir (Mukous blanket) :


Daerah nasofaring dilalui udara respirasi yang temperaturnya
berbeda-beda (bagian atas nasofaring ditutupi oleh palut lender yang
terletak di atas silia dan bergerak kea rah belakang. Berfungsi menangkap
partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap, dan sebagai proteksi
(enzim lysozyme).

Muskularis : sirkular (melingkar) & longitudinal (memanjang)

VASKULARISASI
-

Cabang a. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial) 1

Cabang a.maksila interna (cabang palatine superior)

INERVASI
-

Persarafan motorik dan sensorik berasal dari pleksus faring yang dibentuk
oleh: cabang faring dari n.vagus (n.x), cabang n,glosofaring (n.ix), serabut
simpatis. 1

SISTEM LIMFATIK

14

Superior : mengalir ke KGB retrofaring dan KGB servikal dalam atas

Media : mengalir ke KGB jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam


atas

Inferior : mengalir ke KGB servikal dalam bawah

PEMBAGIAN FARING

Gambar 1. Faring
1. NASOFARING
Batasan
Batas atas : sinus sphenoid
Batas bawah : palatum mole
Batas depan : rongga hidung
Batas belakang : vertebra servikal I
Bangunan penting yang terdapat didalamnya adalah :

Adenoid

Fossa Rosenmuler

Kantong Rathke

Torus tubarius

Koana

Foramen jugulare

Bagian petrosus os temporalis

Foramen laserum

Muara tuba eustachius

15

2.OROFARING
Batasan
Batas atas : palatum mole
Batas bawah : tepi atas epiglotis
Batas depan : rongga mulut
Batas belakang : vertebra cervical
Struktur yang terdapat dalam orofaring adalah :
Dinding posterior faring
Tonsil palatina
Fosa tonsil
Uvula
Tonsil lingual
Foramen sekum
3. LARINGOFARING (HIPOFARING)
- Batasan
Superior: tepi atas epiglottis
Anterior: laring
Inferior: bagian anterior: cartilage krikoidea dan bagian posterior: porta
esophagus
Posterior: vertebra servikalis IV-VI
-

Struktur:
Epiglottis
Valekula (2 buah cekungan yang dibentuk oleh lig.glosoepiglotika medial
dan lateral)
Sinus piriformis (bagian lateral laringofaring dan di bawah dasarnya
berjalan n.laring superior dan a.carotis).

TONSIL
ANATOMI1

16

Gambar 2. Anatomi Tonsil


Tonsil adalah massa yang terdiri jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya terdapat 3 macam tonsil, yaitu :
1

Tonsil faringal (adenoid)

Tonsil palatine

Tonsil lingual

Membentuk cincin Waldeyer

Gambar 3. Cincin Waldeyer


Permukaan tonsil palatine (tonsil) bentuknya beraneka ragam dan
mempunyai celah disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel
skuamosa. Di dalam kriptus ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas,
bakteri dan sisa makanan disebut dengan detritus. Permukaan lateral melekat pada
fasia faring kapsul tonsil.
Vaskularisasi diperoleh dari:
a

a. Palatina minor

a. Palatina asendens

Cabang tonsil a.maksila eksterna

a. Faring ascendens

17

a. Lingualis dorsal
-

a. Maksilaris eksterna (a.fasialis): a.tonsilaris dan a.palatina ascenden

a. Maksilaris interna: a. palatine descendes

a. Lingualis: a.lingualis dorsal

a. Pharyngeal ascendes
Tonsil Lingua terletak di dasar lidah dibagi menjadi 2 oleh ligamentum

glosoepiglotika. Di garis tengah, di anterior massa foramen sekum pada apeks


sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata

Inferior

: dorsal a.palatina ascendens

Anterior

: a.lingualis dorsal

Superior

: a.faringeal ascendens dan a.palatina descenden

TONSILOFARINGITIS
DEFINISI

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Tonsilofaringitis akut adalah peradangan pada tonsil dan faring


yang masih bersifat ringan. Radang faring pada anak hampir selalu
Penyebaran limfogen

melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga


mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. 1,2
Faring & tonsil

Tonsilofaringitis akut merupakan faringitis akut dan tonsilitis akut


yang ditemukan bersama sama.
Proses inflamasi

Tonsilofaringitis akut

Edema faring & tonsil

hipertermi

Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan

Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum

Kurangnya pendengaran

Infeksi sekunder

PATHWAYS
Resiko perubahanstatus nutrisi < dari kebutuhan tubuh

Otitis media

18

Gangguan persepsi sensori : pendengaran


Intoleransi
aktifitas
kelemahan

TONSILITIS
Definisi

19

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari


cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral
band dinding faring atau Gerlachs tonsil). 1,2
Epidemiologi
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5-10
tahun , dan pada dewasa muda berusia 15-25 tahun. Penyebaran infeksi melalui
udara (air borne droplets) dan tangan melalui alat makan dan makanan. 1,2
Etiologi
Tonsilitis disebabkan oleh adanya infeksi virus atau bakteri. Penyebab
Infeksi virus yang paling sering adalah Epstein Barr Virus (EBV). Sedangkan
bakteri penyebab tonsillitis antara lain kuman Streptokokus beta hemolitikus grup
A, Pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes, Stafilokokus,
Hemophilus influenza, namun terkadang ditemukan bakteri golongan gram
negatif. 1,2
Patofisiologi
Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa
tonsil yang terfiksasi oleh jaringn ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan
limfoid yang disebut folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang
ujungnya bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita
berupa lubang yang disebut kripta. 1,2
Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan
membentuk eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan
mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini
disebut detritus. Detritus terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri
yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsillitis akut dengan detritus yang

20

jelas disebut Tonsilitis Folikularis. Tonsillitis akut dengan detritus yang menyatu
lalu membentuk kanal-kanal disebut Tonsilitis Lakunaris. 1,2

Gambar 4. Patofisiologi tonsillitis akut


Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripti tonsil .Karena proses
radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada
proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut. Jaringan ini
akan mengerut sehingga kripti akan melebar, ruang antara kelompok melebar
yang akan diisi oleh detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati
dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan).
Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar submandibula. 1,2

Tonsillitis akut

21

Gambar 12. Tonsilitis akut


Dibagi lagi menjadi 2, yaitu : 1,3
a Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta
hemoliticus

yang

dikenal

sebagai

strept

throat,

pneumococcus,

streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Infiltrasi bakteri pada


lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus . Detritus
merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
Tonsilitis Folikularis : Adalah tonsillitis akut dengan detritus yang
jelas
Tonsilitis Lakunaris : Bila bercak detritus ini memjadi satu
membentuk alur- alur .

22

Gambar 5. Perbedaan tonsillitis bakteri dan viral

Gambar 6. Dari kiri ke kanan, tonsillitis folikularis dan tonsillitis lakunaris

FARINGITIS
FARINGITIS AKUT
23

Gambar 7. Faringitis Akut


FARINGITIS VIRAL
Virus merupakan penyebab tersering faringitis akut . Rinovirus
menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan
faringitis. 4,5
Gejala
Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan dan konjungtivitis.
Pemeriksaan fisik
Tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan
cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan
lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa muculopapular rash. Epstain Bar
virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring
yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa diseluruh tubuh terutama
retroservikal dan hepatosplenomegali. 4,5
Terapi
Istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat,tidak
dianjurkan memberilan obat kumur antiseptic tidak dianjurkan, analgetik jika
perlu. Anti virus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes
simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari
pada orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam
4-6 kali pemberian/hari. 4,5

FARINGITIS BAKTERIAL

24

Faringitis streptococcus grup A dominan terjadi pada masa remaja. 50%


pasien dari umur 5-15 tahun. Puncak insiden yaitu selama beberapa tahun pertama
sekolah. Streptococcus grup A merupakan bakteri pathogen yang paling
seringpada pasien diatas umur 3 tahun. . Faringitis streptococcus grup A jarang
pada anak < 3 tahun.2 Infeksi grup A Streptococcus hemoliticus merupakan
penyebab Faringitis terbanyak pada dewasa dan anak-anak. Streptococcus Bhemolitikus grup A atau yang dikenal dengan piogen streptococcus, satu-satunya
pathogen yang memerlukan pemberian antibiotik. 4,5
Penularan
Streptococcus grup A menyebar ketika seseorang yang telah terinfeksi
batuk atau bersin yang berisikan droplet infektif ke udara yang kemudian
berkontak dengan membrane mukosa orang lain. Tempat-tampat umum
meningkatkan kemungkinan terinfeksi. 4,5
Masa inkubasi 1-4 hari, dengan resiko paling tinggi penularan terjadi selama fase
aktif. Tingkat penularan streptococcus grup A pada pasien yang tidak diobati
berkisar 35% pada kontak erat seperti anggota keluarga/ sekolah. 6
Gejala dan tanda
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan
suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Streptococcus mempunyai masa inkubasi
1-4 hari, setelah onset nyeri tenggorok dan odinofagia dengan demam, malaise
dan gejala gastrointestinal seperti nyeri perut dan muntah
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tosil hiperemis dan
terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar,
kenyal, dan nyeri pada penekanan. 4,5
4 gejala klasik infeksi streptococcus grup A:
-

Eksudat Faring/tonsil
Pembengkakan nodus servikal anterior
Riwayat demam >38 C
Tidak ada batuk

Diagnosis
25

Penelitian yang telah dilakukan menyatakan tidak mungkin untuk


memisahkan gejala streptococcus grup A dengan viral hanya dengan berdasarkan
anamnesis dan penemuan klinis. Tanda klinis dan gejala tidak spesifik. Diagnosis
harus ditegakkan dengan swab tenggorok. 4,5
Swab tenggorok: standar diagnostic untuk faringitis bakteri. sensitivitasnya 9095%. Walaupun begitu, terkadang dibutuhkan swab ulangan pada hasil (-) untuk
pasien yang tidak diobati. 6
Rapid Antigen Tes: sebagian besar tes memiliki spesifitas tinggi tapi sensitivitas
rendah. Hasil negative belum bisa menyingkirkan infeksi streptococcus grup A.
karena itu dibutuhkan pemeriksaan swab tenggorok karena spesifitas yang rendah
dan karena pengobatan antibiotic untuk faringits streptococcus grup A bisa saja
ditunda, pemeriksaan ini tidak direkomendasikan. 4,5
Terapi
- Terapi antibiotik empiris tidak disarankan tapi clinical praktis Gurdeline
menyatakan bila pada kondisi tertentu (akses labor terbatas, pasien tidak
follow up, adanya efek toksik) pasien sudak menunjukkan 4 gejala klasik
a

bisa diberikan antibiotic secara empiric. 6


Disarankan pemberian antibiotic 10 hari untuk mencegah demam rematik
akut.
Antibiotik
Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A
streptococcus hemoliticus. Penisilin G Banzatin 50.000 u/kgBB, IM
dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari
selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau

eritromisin 4x500mg/hari.
Kortikosteroid : dexametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08-0,3

mg/kgBB, 1 kali
c Analgetika
d Kumur dengan air hangat atau antiseptic
Manajemen pada pasien yang tidak respon terhadap antibiotic yang masih
menunjukkan gejala setelah 72 jam diterapi, pasien sebaiknya dievakuasi kembali
faktor-faktor seperti:
- Komplikasi akut faringitis, streptococcus grup A (contohnya abses
peritonsil)

26

- Infeksi virus yang terjadi secara bersamaan


- Kepatuhan minum obat
Manajemen pada kasus relaps:
- Terapi penisilin bisa gagal dikarenakan produksi -laktamase oleh anaerob
-

oral
Bila timbul gejala akut pada hari ke2- ke 7 setelah diterapi tuntas dengan

antibiotic, swab tenggorok ulang perlu dilakukan


Jika hasil kultur (+) untuk streptococcus grup A, pertimbambangan untuk
memberikan inhibitor seperti agen B-laktan/ Blaktamase. Amoxicillin,
klawlanat, atau antibiotic non- laktan seperti klindamisin/ eritromisin
(jika tidak diberikan terapi lini pertama) 4,5

FARINGITIS FUNGAL
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. C.albicans
merupakan komensal normal dalam rongga mulut, biasanya tidak menimbulakan
gejala . Faringitis jamur bisa terjadi pada semua umur biasnya pada pasien dengan
sistem imun yang turun seperti pada pasien HIV dan pasien yang menggunakan
steroid dalam jangka waktu yang panjang. Infeksi jamur ini merupakan infeksi
opurtunistik. 4,5
Gejala dan tanda
Nyeri tenggorokdan, nyeri menelan, rasa seperti terbakar . Pada
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
Jika dilakukan pemeriksaan dengan KOH akan ditemukan pseudo hifa. 4,5

27

Gambar 8. Tonsilitis Fungal


Terapi
Nystasin 100.000 400.000 2 kali/hari. Analgetik
FARINGITIS GONORE
Kasus ini faringitis Gonorea jarang terjad, ,mungkin hanya terdapat
<1%, .terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital. 4,5
Gejala
Pasien datang dengan keluhan tonsilitis , termasuk sakit tenggorokan
,disfagia . odynophagia . dan gatal tenggorokan. 6

Gambar 9. Faringitis Gonorea

28

Pada pemeriksaan dapat ditemukan trauma orofaringeal . eritematosa


faringitis , dan eksudat keputihan - kuning
Terapi
Sefalosporin generasi ke-3, ceftriakson 250 mg, IM.

BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien seorang anak laki-laki berusia 5 tahun 4 bulan dengan
diagnosis

tonsilofaringitis

akut

ditegakkan

berdasarkan

anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :


Dari anamnesis didapatkan demam sejak pagi hari. Demam naik dan
turun. Demam tidak disertai rasa menggigil. Pasien mengeluhkan batuk-batuk
terlebih dahulu, batuk berdahak, dahak kental, warna putih kekuningan, tidak
bercampur dengan darah. Pasien juga mengeluhkan mual semenjak demam.
Pasien juga sempat muntah 1 kali, muntah diawali dengan rasa mual terlebih
29

dahulu, muntah tidak terlalu banyak, dan bercampur makanan. Sakit


tenggorokan juga dirasakan sejak demam, sakit tenggorokan dirasakan hilang
timbul. Pasien mengeluhkan tenggorokan terasa ada yang mengganjal. Pasien
mengeluhkan rasa sakit saat menelan makanan. Nafsu makan pasien
menurun. Pasien mengorok saat tidur.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 120 kali per
menit, teratur, isi cukup. Pernapasan 28 kali per menit, teratur. Suhu axilla
37,90 C. Hasil pemeriksaan THT, Tonsil T2-T2 hiperemis, dan faring
hiperemis. Pemeriksaan jantung, paru, dan abdomen masih dalam batas
normal. Ekstremitas didapatkan akral hangat, tidak adanya edema ataupun
sianosis. CRT kurang dari 2 detik.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil adanya penurunan
sedikit kadar hemoglobin, hematokrit, MCV dan MCH. Sedangkan kadar
leukosit batas atas normal dan trombosit normal. MCHC pasien masih dalam
batas normal.
Sesuai dengan diagnosis tonsilofaringitis akut itu adalah peradangan
pada tonsil dan faring. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan
organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil
sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa
yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba
Eustachius (lateral band dinding faring atau Gerlachs tonsil).
Tonsilitis disebabkan oleh adanya infeksi virus atau bakteri. Penyebab
Infeksi virus yang paling sering adalah Epstein Barr Virus (EBV). Sedangkan
bakteri penyebab tonsillitis antara lain kuman Streptokokus beta hemolitikus
grup A, Pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes,
Stafilokokus, Hemophilus influenza, namun terkadang ditemukan bakteri
golongan gram negatif.

30

Tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok. Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
Tonsolitis bacterial adalah radang akut tonsil dapat disebabkan kuman
grup A stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat,
pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Infiltrasi
bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang
berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus .
Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
Tonsilitis Folikularis : Adalah tonsillitis akut dengan detritus yang
jelas.
Tonsilitis Lakunaris : Bila bercak detritus ini memjadi satu
membentuk alur- alur.
Faringitis merupakan peradangan pada faring. Virus merupakan
penyebab tersering faringitis akut . Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan
beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. Demam disertai
rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan dan konjungtivitis. Tampak
faring

dan

tonsil

cytomegalovirus

hiperemis.

tidak

Virus

menghasilkan

influenza,
eksudat.

coxsachievirus
Coxsachievirus

dan
dapat

menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa muculopapular


rash. Epstain Bar virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi
eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa
diseluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali
Faringitis juga sering di sebabkan oleh bakteri. Nyeri kepala yang
hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi,
jarang disertai batuk. Streptococcus mempunyai masa inkubasi 1-4 hari,
setelah onset nyeri tenggorok dan odinofagia dengan demam, malaise dan
gejala gastrointestinal seperti nyeri perut dan muntah
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tosil hiperemis
dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar,
kenyal, dan nyeri pada penekanan.
4 gejala klasik infeksi streptococcus grup A:
-

Eksudat Faring/tonsil
Pembengkakan nodus servikal anterior
Riwayat demam >38 C

31

Tidak ada batuk


Untuk diagnosis banding laringitis akut dapat disingkirkan karena

pada pasien tidak terdapat gejala suara serak maupun afonia, bisa juga ada
sesak nafas. Dari hasil pemeriksaan fisik biasanya ditemukan mukosa laring
yang hiperemis dan pita suara yang menebal dengan bentuk ireguler, atau
bahkan ditutupi oleh mucus. Tana radang akut di hidung, sinus paranasal atau
paru juga dapat menyertainya. Untuk pemeriksaan tambahan laryngitis, bila
didapatkan eksudat pada daerah orofaring bisa dilakukan apus tenggorok dan
kultur untuk menentukan antibiotik yang masih sensitive.
Untuk diagnosa banding abses peritonsilar dapat disingkirkan karena
dari hasil anamnesis tidak didapatkan gejala seperti perubahan suara menjadi
bergumam (hot potato voice/muffled voice), bau mulut, trismus, dan nyeri
telinga ipsilateral. Dari hasil pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan
pembengkakan palatum mole dan menonjol ke depan dan pada perabaan
terdapat

fluktuasi.

Tonsil

tampak

membengkak,

hiperemis,

terjadi

pendorongan ke arah inferior medial, serta pendorongan uvula ke sisi


kontralateral yang khas pada abses peritonsilar. Dapat juga teraba pembesaran
KGB submandibular dan servikal dengan nyeri tekan. Untuk pemeriksaan
tambahan dapat dilakukan USG dengan meletakkan transuden di permukaan
kelenjar submandibular. Abses akan tampak sebagai suatu lingkaran dengan
gambaran echo tree cavity.
Untuk Penatalaksanaanya pasien diberikan :
Non medikamentosa:
Tirah baring : Dianjurkan istirahat mutlak selama 1-2 hari untuk memberi
kesempatan pada kondisi badan yang lemah untuk membaik.
Medikamentosa :
IFVD RL 1400 cc/24 jam : ringer laktat memiliki elektrolit dan
konsentrasinya yang serupadengan cairan di dalam tubuh. Elektrolit yang
berada di dalam RL seperti natrium dan kalium dibutuhkan untuk
menggantikan kehilangan cairan pada pasien. Jumlah cairan = 1000 + { 19
x BB } = 1000 + { 20 x 8 } = 1500 + 400 = 1400 cc / 24 jam

32

Paracetamol 3x200 mg IV (prn) : Parasetamol diberikan untuk antipiretik


dan analgetik. Dosis paracetamol untuk pasien ini dengan BB 18 kg = 1015 mg/kgBB/hari = 180-270 mg/hari
Pemberian antibiotik dengan modifikasi skor centor dan pedoman
pemeriksaan kultur
Kriteria
Temperatur >38 Derajat Celcius
Tidak ada batuk
Pembesaran kelenjar leher anterior
Pembengkangkan/Eksudat Tonsil
Usia :
3-14 tahun
15-44 tahun
>44 tahun

Point
1
1
1
1
1
0
-1

Pada pasien ini mendapatkan skor centor yaitu 3 (Temperatur diatas 38


derajat celcius, pembesaran tonsil, dan usia pasien 5 tahun) : kultur perlu
dilakukan, dan pemberian antibiotika jika kultur (+)
Cefotaxim 3x500mg IV : Cefotaxim merupakan antimikroba golongan
sefalosporin generasi III. Sefalosporin merupakan golongan Betalaktam,
mekanisme kerja antibiotic ini ialah dengan menghambat sintesis dinding
sel mikroba. Dosis = 50 200 mg/kgBB/hari
Ambroxol syrup 3x2 cth : Ambroxol merupakan golongan mukolitik
yang berfungsi sebagai pengencer dahak. Dengan dosis 1.5 mg/kgBB/hari.
BB 18 kg = 18x1.5 = 24 mg. Dengan sediaan syrup 15/5ml = 24/15 = 1.6
ml sehingga 2 cth

33

DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 2007.
2. Grevers G. Pharynx and esophagus. Dalam: Basic orthorhinolaryngology.
New york: Thieme. 2006.
3. Georgalas CC, Tolley NS, Narula PA. Tonsilitis. Clin Evid (Online).
2014:2014.
4. Ferguson M, Aydin M, Mlckel J. Halitosis and the tonsils: a review of
management. Otoralyngol Head Neck Surg. 2014.
5. Iro H. Waldfahrer F. Larynx an trachea. Dalam: Basic orhinolaryngology.
Newyork: Tieme. 2006.
6. Chobby BA. Diagnosis and treatment of streptococcal pharyngitis. Am
Farm Physician. 2007;79(5):393-90.

34

Anda mungkin juga menyukai