Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN PROPOSAL

QUICK RESPONSE TIME POLICE CARA UNTUK MEMPERBAIKI


CITRA POLRI
Penulis tergelitik dengan tulisan dua orang Purnawirawan Polri dalam Milis Polri,
yang dituliskan sebagai berikut :
Ada judul Polisi 110 dan TMC tanpa jawaban di forum Surat kepada Redaksi
di koran Kompas pagi ini tercantum 'public complain' (keluhan masyarakat),
tentang lambannya bahkan 'No Response' terhadap laporan masyarakat atas
terjadinya suatu Laka Lantas. NTMC atau TMC PMJ yang dibangga-banggakan
dan hampir tiap hari ditayangkan di layar TV ternyata tidak diimbangi dengan
kurangnya 'quick response' pada kejadian sebenarnya di lapangan, inilah tulisan
seorang purnawirawan Polisi berpangkat BJP dalam Milis Polri.
Dari tulisan ini hanya beberapa orang anggota Milis yang mengomentari tulisan tersebut
diatas, tidak seperti beberapa issue hangat yang dikomentari oleh banyak anggota
Milis. Padahal Milis Polri ini diikuti oleh lebih dari seribu orang anggota Polri dan
Purnawirawan Polri, dan diantaranya itu ada yang menjabat sebagai Kapolda; Kapolres;
Kapolsek, para Direktur serta para staff, mulai dari tingkat Mabes sampai Polsek tidak
ketinggalan juga para Perwira diluar struktur Polri dalam dan luar negeri.
Tulisan kedua berbunyi sebagai berikut :
Saya tadi lewat jalan Radio Dalam dan sampai di simpang tiga Haji Nawi Jakarta
Selatan, arus lalu lintas cukup padat, ternyata yang saya temukan hanya
Polantas Non Combatan, inilah tulisan seorang purnawirawan Polisi berpangkat
Komjen dalam Milis Polri.
Penulis merenungkan dan membayangkan bahwa kedua tulisan ini mewakili suara
jutaan masyarakat di Indonesia, yang mana pada intinya dapat disimpulkan adalah
masyarakat meminta kecepatan Polisi untuk melayani masyarakat.

Kecepatan Polisi merespon masyarakat yang meminta bantuan kepolisian dalam


rumusan ilmu kepolisian di sebut quick respons police time dan ini merupakan salah
satu strategi kepolisian dalam melakukan pencegahan kejahatan. Sebagaimana yang
dituliskan oleh John Graham dalam bukunya yang berjudul Crime Prevention Strategis
in Europe and North America menjelaskan mengenai strategi pencegahan kejahatan
sebagai : Sesuatu usaha yang meliputi segala tindakan yang mempunyai tujuan yang
khusus untuk memperkecil luas lingkup dan kekerasan suatu pelanggaran, baik melalui
pengurangan kesempatan-kesempatan untuk melakukan kejahatan atau pun melalui
usaha-usaha pemberian pengaruh kepada orang-orang yang secara potensial dapat
menjadi pelanggar serta kepada masyarakat umum lainnya. Untuk itu Strategi
Pencegahan Kejahatan dalam masyarakat harus lebih mengharuskan kepedulian dan
tingkat pro aktif pihak kepolisian yang lebih besar, yang mana pihak kepolisian telah
mempunyai nilai keprofesionalan dalam melakukan pencegahan kejahatan, salah
satunya dengan kecepatan merespons masyarakat yang memerlukan bantuan
kepolisian.
Sebenarnya Polri sudah memiliki beberapa sasaran Strategis yang dapat
mendukung dalam rangka merespon masyarakat yang memerlukan bantuan kepolisian,
sebagaimana yang penulis kutip dibawah ini :
a. Terbangunnya sistem komunikasi Polri berbasis teknologi untuk kecepatan
merespon setiap panggilan dan permintaan bantuan dari masyarakat, komunikasi
persuasif, sampai pengendalian peristiwa kejahatan, perlindungan dan pengayoman
masyarakat.
b. Tersebarnya pelayanan Polri kepada masyarakat dengan memperkuat Polsek,
sebagai ujung tombak pelayanan keamanan dan Polres sebagai Kesatuan
Operasional Dasar terutama dalam hal perlindungan dan pengayoman.
c. Terpenuhinya hak hak tersangka yang berlandaskan pada asas Praduga tak
bersalah sehingga secara berkala menyajikan informasi kepada tersangka tentang
perkembangan hasil penyidikan.
d. Terlaksananya penerimaan anggota Polri dilaksanakan secara transparan dengan
membangun sistem yang dilengkapi akses transparansi kepada publik.
e. Tergelarnya pengamanan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar berpenghuni
dan berpenduduk (khususnya Selat Malaka).

f. Meningkatnya pelayanan masyarakat melalui perizinan.


g. Terwujudnya komunitas samapta di desa dan kawasan sebagai bentuk peran serta
aktif dalam rangka menjaga keamanan.
h. Terwujudnya pelayanan secara mudah, responsif dan tidak diskriminasi khususnya
terhadap korban akibat tindak kejahatan agar proses penegakan hukum dapat
berjalan secara obyektif.
i. Terwujudnya kemitraan antara Polri dengan Kementerian / Lembaga lainnya baik
dalam maupun luar negeri dalam rangka sinergi keamanan yang berorientasi pada
tindakan proaktif daripada tindakan reaktif.
j. Terlaksananya peran serta media massa dalam rangka pencitraan Polri atas hal-hal
yang telah dicapai Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya selaku pelindung,
pengayom dan pelayanan masyarakat, memelihara kamtibmas dan penegakan
hukum.
k. Tergelarnya peralatan Polri berbasis teknologi dalam menghadapi berbagai trend
kejahatan yang berkembang dengan semakin canggihnya kejahatan, bahkan
kejahatan sudah merambah pada dunia maya, sehingga memerlukan suatu
kemampuan peralatan yang sebanding dalam melakukan deteksi terhadap
kejahatan berdimensi baru tersebut.
l. Terpenuhinya jumlah personel untuk mengisi sebaran pelayanan di tengah
masyarakat.
m. Tergelarnya personel Polri yang profesional sehingga pada Renstra Polri 2010-2014
memasuki era kualitas melalui pendidikan kejuruan di SPN SPN dan pendidikan
D3 / S1 khususnya pengemban diskresi, bekerja sama dengan Perguruan Tinggi
setempat (in service training) maupun Universitas Terbuka.
n. Terwujudnya suatu Sistem Hukum Kepolisian yang kokoh dalam rangka
akuntabilitas, legalitas dan legitimasi sistem Kepolisian Indonesia dalam kehidupan
masyarakat bangsa dan negara berdasarkan UUD 1945.
Namun pada kenyataanya seperti tulisan para purnawirawan Polri diatas tadi, hal ini
bak pepatah mengatakan jauh panggang dari api yang artinya apa yang direncanakan
tidak sesuai dengan kenyataannya. Sehingga hal ini menimbulkan ketidak percayaan
masyarakat terhadap institusi Polri, yang mengakibatkan citra Polri semakin terpuruk.
Di semua institusi Kepolisian di seluruh dunia, kecepatan merespons menjadi
focus utama, apalagi di Negara-negara yang sudah memiliki kepolisian modern.

Dengan kecepatan merespons setiap panggilan masyarakat, angka kejahatan di kota


tersebut semakin menurun, selain itu perasaan aman tentram yang didambakan oleh
masyarakat kota itu menjadi terwujud.
Dalam rangka meningkatkan citra Polri, penulis menyarankan kepada Kapolda
Metrojaya, dimana Polda Metrojaya merupakan barometer institusi kepolisian di
Indonesia, untuk mengambil langkah dengan mencanangkan program unggulan :
Cepat dan Tanggap melayani bantuan kepolisian dimana program ini adalah
pengejawantahan dari pelaksanaan Quick Response Time Police. Melalui program ini
penulis yakin citra Polri akan semakin baik dan dicintai serta dipercaya masyarakat.
Polda Metrojaya harus memiliki standar kecepatan dalam merespons bantuan
kepolisian. Penulis mengusulkannya seperti beberapa kepolisian metropolitan di
Amerika menurut American Police Beat, waktu respon rata-rata untuk panggilan darurat
adalah 10 menit. Atlanta memiliki waktu respon terburuk dengan 11 sampai 12 menit
dan Nashville datang dengan kecepatan kilat dalam 9 menit. Polda Metrojaya sendiri
pernah memiliki kecepatan merespon bantuan kepolisian dalam waktu 15 menit.
Pada suatu kesempatan Penulis diundang oleh Kapolda Sulut (waktu itu Bekto
Suprapto) untuk menyaksikan keberhasilan Quick Response Time Police yang
dilaksanakan di Poltabes Manado Polda Sulawesi Utara, dimana rekor kecepatan
merespons berdasarkan Rekor MURI aalah 5 menit. Dari Quick Response tersebut
banyak pujian dan sumbangan berupa sepeda motor dari berbagai kalangan
masyarakat yang disumbangkan kepada Polda Sulut untuk dipakai memperluas
pelaksanaan Quick Response di jajaran Polres-Polres sepolda Sulawesi Utara.
Kemudian dengan didukung oleh ulasan dan reportase dari para Media Massa maka
pelaksanaan Quick Response Police dapat mendongkrak citra Polri .
Penulis pernah menghububungi penggagas Quick Response di Polda Sulawesi
Utara yang menjadi pemegang rekor MURI, yaitu Bekto Suprapto dan para
pelaksananya yaitu Bambang Sugeng dan Yehu Wangsajaya untuk meminta kesediaan
mereka memberikan pencerahan bagaimana kiat-kiat mewujudkan keberhasilan
tersebut. Pada prinsipnya mereka dengan antusias bersedia untuk membagikan ilmu
dan menjadi konsultan untuk mewujudkan Quick Response dimanapun juga.

Bagi penulis tidak ada kata terlambat untuk segera membangun sistem Quick
Respon asal ada kemauan dari para Pimpinan Polri untuk melaksanakannya. Ada
empat elemen dasar nantinya yang harus disiapkan yaitu:
a. Satu nomor Telepon panggilan Polisi yang dikenal masyarakat di seluruh
Indonesia
b. Jaringan Komunikasi Radio HT yang dapat menjangkau dalam jarak
optimal
c. Sarana transportasi (dan dukungan bahan bakar serta perawatan) yang
tersebar disetiap Polda, Polres dan Polsek.
d. Manusia-manusia Polri yang mempunyai "mindset" pelayanan; Responsif,
tuntas, tulus.

Sumber :

http://yehu.or.id/new/Dunia-Kepolisian/pos-polisi-sebagai-strategi-

pencegahan-kejahatan.html
http://polmas.wordpress.com/2010/06/18/renstra-polri-2010-2014/
www.self-defense-mind-body-spirit.com/average-police-response-

time.html

Anda mungkin juga menyukai