TINJAUAN PUSTAKA
e : 2,718
Perbedaan struktur tanah mempengaruhi infiltrasi konstan (fc), yang pada
persamaan model infiltrasi Horton direfleksikan nilai konduktivitas hidraulik
jenuh tanah (K), semakin tinggi porositas efektif tanah maka nilai K akan semakin
meningkat. Dalam persamaan model infiltrasi Horton, nilai K merupakan faktor
pengontrol terhadap penurunan laju infiltrasi.
Wilson (1974) menyatakan bahwa nilai K merupakan fungsi pengelolaan
lahan. Tanah yang bervagetasi nilai K nya kecil, sedangkan tanah terbuka nilai K
akan semakin besar. Sedangkan nilai infiltrasi konstan (fc) merupkan fungsi jenis
tanah, vegetasi, kadar air tanah, lereng, dan intensitas hujan.
Pengujian model infiltrasi Horton ternyata mempunyai tingkat ketepatan
model terbaik bila dibandingkan dengan model infiltrasi lainnya, selain itu
modifikasi infiltrasi model Horton ini dapat dipergunakan untuk menggambarkan
hubungan antara infiltrasi dengan energi tetesan air hujan, yang selanjutnya
bermanfaat untuk memprediksi lempasan permukaan. (Nugroho, 2011)
2. Model infiltrasi Philip
Berdasarkan hukum Darcy dan konsep potensial kapiler telah menurunkan
persamaan diferensial parsial untuk menggambarkan pergerakan air tanah.
Persamaan tersebut kemudian ditulis kembalai sebagai suatu persamaan difusi non
linear yang tergantung pada kandungan lengas tanah dan difusitas air tanah, yang
didefinisikan sebagai hasil kali konduktivitas hidraulik dengan kapasitas lengas
tanah. Untuk perhitungan infiltrasi dihitung berdasarkan persamaan aliran vertikal
1 (satu) dimensi dalam tanah.
diisi air yang tingginya harus dipertahankan tetap selama pengukuran. Besarnya
infiltrasi dihitung berdasarkan banyaknya air yang ditambahkan ke ring dalam,
hingga penurunan permukaan airnya mencapai konstan.
2. Test Plot
Test plot hanya untuk mendapatkan data pada area yang lebih luas. Test plot
dibuat pada sebidang tanah yang datar dan dikelilingi tanggul yang kedap air, agar
tidak terjadi rembesan ke samping. Besarnya infiltrasi juga berdasarkan jumlah air
yang ditambahkan pada waktu tertentu hingga penurunan permukaan airnya
mencapai konstan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dari gangguan air
hujan, ditepinya perlu dipasang alat pengukur hujan (rain gauge).
3. Rain simulator
Alat yang digunakan berupa sprinkler (semprotan) untuk membuat hujan
tiruan, dengan cara disemprotkan berputar ke udara di dalam model plot
berukuran 1,85 m x 3,66 m. Hujan tiruan tersebut disemprotkan merata ke dalam
model plot hingga kecepatan infiltrasinya mencapai konstan.
4. Analisis Hidrograf
Terjadinya variasi intensitas hujan lebat yang menghasilkan aliran pada
waktu yang bersamaan, dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik infiltrasi
pada daerah aliran sungai dapat dicakup. Ada beberapa cara yang digunakan untuk
menghitung infiltrasi pada daerah aliran sungai yaitu f-curve untuk basin kecil, fcurve untuk basin luas, dan indek infiltrasi. (Nugroho, 2011)