Anda di halaman 1dari 49

1

I. JUDUL
MODIFIKASI LARUTAN PENGENCER UNTUK MENGHITUNG
JUMLAH LEUKOSIT.

II. LATAR BELAKANG


Pemeriksaan

laboratorium

merupakan

pemeriksaan

penunjang

yang

diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu


pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah atau
disebut juga pemeriksaan hematologi. Hasil pemeriksaan hematologi secara tidak
langsung dapat memantau keadaan dalam tubuh (Brown, 1993).
Hematologi adalah ilmu tentang darah dan jaringan pembentuk darah,
merupakan salah satu sistem yang terbesar oleh tubuh. Darah membentuk 6 8 %
dari berat tubuh total, terdiri dari sel-sel darah yang tersuspensi di dalam suatu cairan
yang disebut plasma (Sacher, R.A. dan Mcpherson, R.A., 2004).
Brown (1993) menyatakan pemeriksaan hematologi secara umum dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan hematologi lengkap.
Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari hemoglobin, hematokrit, hitung jumlah
eritrosit, hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, hitung jumlah trombosit, dan
nilai rata-rata eritrosit. Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count)
terdiri dari pemeriksaan darah rutin ditambah pemeriksaan morfologi sel (ukuran,
kandungan hemoglobin, anisositosis, poikilositosis, polikromasi). Pemeriksaan

hematologi lengkap penting untuk mengetahui morfologi dan fungsi dari berbagai sel
yang ada di dalam darah, contohnya sel darah putih yang berperan dalam imunitas
tubuh.
Pemeriksaan hitung jumlah leukosit merupakan salah satu pemeriksaan rutin,
saat ini pemeriksaan untuk menghitung jumlah leukosit sudah menggunakan metoda
otomatis dengan menggunakan alat hematologi analyzer, akan tetapi metoda manual
masih digunakan di laboratorium klinik sederhana, terutama sebagai pembanding atau
rujukan jika hasil yang diperoleh dengan alat otomatis terjadi keraguan atau
kesalahan pemeriksaan. Selain itu metoda manual juga digunakan untuk pemeriksaan
yang hanya meminta pemeriksaan tunggal sehingga biaya yang dibebankan kepada
pasien relatif murah (Depkes, 1998).
Metoda manual pada pemeriksaan jumlah leukosit yaitu menggunakan larutan
turk yang terdiri dari lerutan asam asetat glasial 2% ditambah dengan larutan gentian
violet 1 % dan aquadest 100 ml. Asam asetat glasial berfungsi untuk melisiskan sel
lain selain leukosit dan gentian violet berfungsi untuk memberi warna pada inti dan
granula leukosit (Gandosoebrata, R., 2010).
Pada laboratorium klinik sederhana, ketersediaan reagen turk untuk
menghitung jumlah leukosit seringkali tidak tersedia atau reagen tersedia tetapi
kadaluarsa, untuk mengantisipasi kondisi tersebut dilakukan penelitian untuk mencari
alternatif pengganti reagen yaitu menggunakan modifikasi I (tidak menggunakan
pewarna di dalam larutan pengencer untuk menghitung jumlah leukosit) dan

modifikasi II (menggunakan pewarna fuchsin di dalam larutan pengencer untuk


menghitung jumlah leukosit). Penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi alternatif
yang efisien untuk mengganti zat perwarna didalam larutan pengencer pada
pemeriksaan leukosit jika zat pewarna gentian violet tidak tersedia.
Agar memperoleh bentuk sel leukosit yang tidak berwarna, maka larutan
pengencer diberi zat pewarna sehingga sel leukosit tampak lebih jelas, fuchsin
memiliki sifat basa yang sama dengan gentian violet berfungsi sebagai pewarna inti
dan granula leukosit yang bersifat asam. Reaksi yang terjadi apabila asam asetat
glasial ditambah dengan zat pewarna adalah reaksi absorpsi oleh sel dan terjadi reaksi
asam basa dimana zat pewarna akan mewarnai granula dan inti leukosit sehingga
dapat terlihat jelas saat perhitungan , tetapi pemeriksaan jumlah leukosit masih dapat
dilakukan tanpa adanya zat pewarna yang terkandung didalam larutan pengencer,
namun hasil yang terlihat kurang jelas.
Penelitian yang akan dilakukan adalah modifikasi pewarna didalam larutan
pengencer yaitu modifikasi satu (larutan asam asetat glasial 2% ditambah pewarna
fuchsin 1 %) dan modifikasi dua (larutan asam asetat glasial 2%) dan larutan turk
(larutan asam asetat glasial 2% ditambah pewarna gentian violet 1%) sebagai larutan
pengencer standar. Dalam penelitian mengamati jumlah leukosit dengan berbagai
modifikasi larutan pengencer tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Modifikasi Larutan Pengencer untuk Menghitung Jumlah Leukosit.

III. RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang tersebut maka timbul masalah yaitu apakah terdapat
perbedaan jumlah leukosit yang dihitung tanpa menggunakan zat pewarna didalam
larutan pengencer dan apakah terdapat perbedaan jumlah leukosit yang dihitung
dengan menggunakan fuchsin didalam larutan pengencer.
IV. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran apakah terdapat
perbedaan jumlah leukosit yang dihitung tanpa menggunakan zat pewarna didalam
larutan pengencer dan apakah terdapat perbedaan jumlah leukosit yang dihitung
dengan menggunakan fuchsin didalam larutan pengencer serta dapatkah penelitian ini
menjadi alternatif untuk pemeriksaan leukosit dengan metode direc counting

V. MANFAAT PENELITIAN

Bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang


pemeriksaan leukosit pada bidang studi hematologi, serta menambah
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan di Laboratorium.

Bagi Akademik untuk menambah sumber pustaka dan referensi bagi Sekolah
Tinggi Analis Bakti Asih Bandung khususnya tentang leukosit.

Menambah informasi pada mahasiswa tentang alternatif pengenceran untuk


pemeriksaan leukosit darah.

VI. HIPOTESIS PENELITIAN


Hasil pemeriksaan leukosit tanpa pewarnaan didalam larutan pengencer dan
pemeriksaan menggunakan pewarna fuchsin didalam larutan pengencer tidak berbeda
nyata dengan pewarnaan menggunakan gentian violet yang terdapat didalam larutan
pengencer turk.

VII. TINJAUAN PUSTAKA


7.1 DARAH
Dalam sistem sirkulasi, darah merupakan bagian penting dari sistem transport
dan merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu
proses fisiologis. Darah terdiri dari bagian padat dan cair , bagian padat terdiri dari sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit),
bagian cair terdiri dari plasma darah dan serum (Depkes RI, 1989).
Darah pada tubuh manusia terdiri dari 45% komponen sel dan 55% plasma,
volume darah manusia 7% - 10% berat badan normal yaitu berjumlah sekitar 5 liter.
Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada usia,
pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah (Handayani, W dan Haribowo ,
A,S 2008).
Darah merupakan cairan yang sangat penting bagi manusia. Secara umum
darah berfungsi mengangkut zat makanan dan oksigen ke seluruh tubuh dan
mengangkut sisa-sisa metabolisme ke organ yang berfungsi untuk pembuangan,

mempertahankan tubuh dari serangan bibit penyakit, mengedarkan hormon-hormon


untuk membantu proses fisiologis, menjaga stabilitas suhu tubuh, dan menjaga
kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan ( Aryulina,
D., dkk. 2004).

7.2 PEMBENTUKAN SEL DARAH


Pembentukan sel dan perkembangan semua jenis sel darah disebut
hematopoiesis. Selama perkembangan masa janin, hematopoiesis pertama kali terjadi
di yolk sac kemudian pindah ke hati, limpa dan akhirnya ke tulang. Dari masa bayi
sampai dewasa terjadi perubahan progresif dalam sumsum tulang produktif untuk
menempati kerangka bagian sentral terutama sternum, iga, korpus vertebra, tulang
panggul, dan bagian proksimal tulang-tulang panjang (Sacher, R.A. dan McPheron,
R.A, 2004).

7.3 PLASMA DARAH

Plasma darah adalah bagian darah yang cair. Plasma darah tersusun dari
91,5% air dan 8,5% zat-zat terlarut. Dalam plasma terlarut molekul-molekul dan
berbagai ion yang meliputi glukosa dan asam amino, ion yang terdapat dalam plasma

darah adalah natrium dan klor. 7% plasma darah terdiri dari molekul-molekul protein
yaitu serum albumin 4%, serum globulin 2,7%, dan fibrinogen 0,3% (Aryulina,D.,
dkk. 2004).

Gambar 7.1 Plasma Darah (http://febiol.blogspot.com)

7.4 SEL-SEL DARAH


7.4.1 Eritrosit
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf dengan garis tengah 7,2 m dan tidak
memiliki inti. Konsentrasi normal eritrosit dalam darah sekitar 4,5 5 juta sel darah

merah per mikroliter darah pada wanita dan 5 juta sel darah merah per mikroliter
pada pria ( Junqueira, L.C. dan Carneiro, J. 1989).
Setiap butir eritrosit mengandung hemoglobin. Hemoglobin adalah protein
pigmen yang memberi warna merah pada darah yang berfungsi mengangkut oksigen
dari paru-paru membentuk oksihemoglobin, hemoglobin juga mengangkut karbon
dioksida dari jaringan ke paru-paru, serta berperan dalam menjaga keseimbangan
asam basa (Aryulina,D. dkk. 2004).

Gambar 7.2 Eritrosit (http://febiol.blogspot.com)

7.4.2 Trombosit
Trombosit merupakan sel tidak berinti, berbentuk cakram dengan garis tengah
2 5 m. Trombosit berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak megakariosit
yang terdapat dalam sum-sum tulang (Junqueira, L.C. dan Carneiro, J. 1989).

Menurut Junqueira, L.C. dan Carneiro, J (1989) Kecenderungan trombosit


mengadakan aglutinasi dalam kelompokan maka hitungan trombosit sulit dilakukan,
akibatnya konsentrasi normal yang dilaporkan dalam darah manusia sangat berbeda.

Hitung normal berkisar 150 300 ribu per mikro liter darah. Setelah masuk kedalam
aliran darah, trombosit mempunyai masa hidup sekitar 8 hari. Fungsi utama trombosit
adalah pembentukan sumbatan mekanis selama respon haemostatik normal terhadap
luka vaskuler

Gambar 7.3 Trombosit (http://febiol.blogspot.com)

7.4.3 Leukosit
Leukosit merupan sel berinti memiliki diameter sekitar 10 m. berdasarkan
granula spesifik pada sitoplasmanya, leukosit dapat digolongkan dalam dua kelompok
yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit mempunyai inti tidak teratur, dalam
sitoplasma terdapat granula spesifik yang dinamakan neutrofil, eosinofil, basofil.
Agranulosit mempunyai inti dengan bentuk teratur, sitoplasma tidak mempunyai

10

granula spesifik, tergantung pada bentuk intinya dan sifat pewarnaan sitoplasma,
agranulosit dinamakan limfosit dan monosit ( Junqueira, L.C. dan Carneiro, J. 1989).
Leukosit berperan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap
zat-zat asing. Jumlah normal leukosit pada orang dewasa 4 11 ribu, saat lahir
jumlahnya berkisar antara 15 25 ribu, dan menjelang hari ke empat jumlanya
menurun hingga 12 ribu. Pada usia 4 tahun, jumlah rata-rata sekitar 8 ribu dengan
batas maksimal normal pada sekitar usia 12 tahun (Junqueira, L.C. dan Carneiro, J.
1989).
Depkes RI (1989) menyatakan fungsi leukosit dibagi menjadi dua garis besar
yaitu fungsi defensif dan fungsi refaratif. Fungsi defensif adalah fungsi mempertahan
kan tubuh terhadap benda-benda asing termasuk kuman penyebab penyakit infeksi,
leukosit yang berperan dalam hal ini adalah monosit yang memakan benda asing
berukuran besar, netrofil yang memakan benda asing berikuran kecil dan limfosit
yang membentuk antibody disamping plasma sel. Fungsi refaratif adalah fungsi yang
memperbaiki dan mencegah terjadinya kerusakan, terutama kerusakan vaskuler.
Leukosit yang berperan dalam hal ini adalah basofil yang akan menghasilkan heparin
sehingga pembentukan thrombus pembuluh-pembuluh darah dapat dicegah dan
eosinofil yang belum diketahui fungsinya dengan pasti.

11

Gambar 7.4 Leukosit (http://febiol.blogspot.com)

7.5 JENIS-JENIS SEL LEUKOSIT (Sloane, E. 2004)


7.5.1 Granulosit
Granulosit yaitu sel yang memiliki granula sitoplasma.
1. Neutrofil
Neutrofil mencapai 60% dari jumlah sel darah putih, memiliki granula kecil
berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nucleus memiliki tiga sampai lima
lobus yang terhubung dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9m
12 m. Neutrofil sangat fagositik dan aktif, sel-sel sampai dijaringan terinfeksi untuk
menyerang dan menghancurkan bakteri, virus, dan penyebab cedera lainnya.

12

Gambar 7.5 Neutrofil (http://id.wikipedia.org)

2. Eosinofil
Eosinofil mencapai 1 % 3 % dari jumlah sel darah putih, memiliki granula
sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini
memiliki nucleus berlobus dua, dan berdiameter 12m- 15m. Eosinofil bersifat
fagositik lemah, jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit,
tetapi akan berkuran pada stress berkepanjangan.
Sel ini berfungsi dalam detoksikasi histamine yang diproduksi sel mast dan
jaringan yang cedera saat inflamasi berlangsung. Eosinofil mengandung peroksidase
dan fosfate yaitu enzim yang mampu menguraikan sel.

13

Gambar 7.6 Eosinofil (http://id.wikipedia.org)

3. Basofil
Dalam keadaan normal basofil kurang dari 1% dari jumlah sel darah putih,
memilki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan
berwarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nucleus berbentuk huruf S.
Diameter basofil sekitar 12 m - 15m.
Fungsi sebenarnya dari basofil belum diketahui namun menyerupai funsi sel
mast. Sel ini mengandung histamine untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan
yang cedera, dan juga antikoagulan heparin, untuk membantu mencegah
penggumpalan darah intavaskular.

14

Gambar 7.7 Basofil (http://id.wikipedia.org)

7.5.2 Agranulosit
Agranulosit yaitu sel tanpa granula sitoplasma.
1. Limfosit
Limfosit mencapai 30% dari jumlah total leukosit dalam darah, sebagian besar
limfosit dalam tubuh ditemukan di jaringan limfatik, memiliki rentang hudup
mencapai beberapa tahun. Limfosit mengandung nucleus bulat berwarna biru gelap
yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma, memiliki ukuran bervariasi, ukuran terkecil
5m - 8m dan ukuran terbesar 15m.

15

Limfosit berasal dari sel-sel batang sumsum tulang merah, lalu melanjutkan
diferensiasi dan proliferasinya dalam organ lain, sel ini berfungsi dalam reaksi
imunologis.

Gambar 7.8 Limfosit (http://id.wikipedia.org)

2. Monosit
Monosit mencapai 3% - 8 % dari jumlah total leukosit yang merupakan sel
darah terbesar, memiliki diameter rata-rata berukuran 12 m - 18m. nucleus monosit
besar, berbentuk seperti telur atau ginjal yang dikelilingi sitoplasma berwarna biru
keabuan pucat.
Monosit bersifat fagositik dan sangat aktif, sel ini siap bermigrasi melalui
pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi
histiosit jaringan (makrofag tetap).

16

Gambar 7.9 Monosit (http://id.wikipedia.org)

7.6 PEMERIKSAAN JUMLAH LEUKOSIT


7.6.1 Pemeriksaan jumlah leukosit
Kumala, F.D (2010) menyatakan bahwa pemeriksaan jumlah leukosit
merupakan pemeriksaan rutin berintensitas tinggi. Terdapat dua metode yang
digunakan dalam pemeriksaan hitung jumlah leukosit, yaitu cara otomatis dengan
menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology Analyzer) dan manual
menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.
Dalam pemeriksaan hitung jumlah leukosit metode manual digunakan larutan
turk, yang komposisinya terdiri dari asam asetat glacial bersifat asam lemah yang
mampu menghancurkan sel eritrosit dan trombosit, gentian violet yang berfungsi

17

memberi warna pada inti sel leukosit, dan aquades sebagai pengencer (Kumala, F.D,
2010).
Turk merupakan larutan yang terdiri dari campuran asam asetat glacial 2%
dan gentian violet 1 %, apabila bereaksi dengan leukosit maka leukosit akan
mengabsorbsi larutan tersebut dimana asam asetat akan melisiskan sel selain leukosit
dan gentian violet akan mewarnai inti dan granula leukosit.
Asam asetat glasial memiliki rumus molekul CH3COOH dan memiliki rumus
bangun seperti gambar dibawah ini :

Gambar 7.10 Struktur Asam Asetat (http://id.wikipedia.org)

Asam asetat murni disebut asam asetat glasial adalah senyawa kimia asam
organik, merupakan cairan higroskopis tidak berwarna dan asam karboksilat paling
sederhana yang memiliki titik beku 16,7o C, asam asetat merupakan pereaksi kimia
dan bahan baku industri yang penting. Larutan asam dalam air merupakan sebuah
asam lemah, selain digunakan sebagai pelunak air, asam lemah berfungsi untuk
melisiskan sel.

18

Gentian violet memiliki rumus molekul C25H30CIN3 dan memiliki rumus


bangun seperti gambar dibawah ini :

Gambar 7.11 Struktur Gentian violet (http://id.wikipedia.org)

Fuchsin memiliki rumus molekul C20H20CIN3 dan memiliki rumus bangun


seperti gambar dibawah ini :

Gambar 7.12 Struktur Fuchsin (http://id.wikipedia.org)

19

7.6.2 Antikoagulan
EDTA (ethylene diamine tetra acetate) sebagai garam natrium atau kaliumnya,
garam-garam tersebut akan mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk bukan
ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap bentuk leukosit, karena itulan EDTA sangat
baik dipakai sebagai antikoagulans. EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan 10%
digunakan 10 ul untuk 1 ml darah.
Untuk menghindari terjadi pengenceran darah, maka zat kering boleh
digunakan, tiap 1 mg EDTA dapat digunakan untuk 1 ml darah, akan tetapi darah
harus dihomogenkan selama 1-2 menit karena EDTA kering lambat melarut.
Pemeriksaan dengan menggunakan darah EDTA sebaiknya dilakukan segera namun
dapat disimpan dalam suhu 4oC, 1 kali 24 jam tanpa mendatangkan penyimpangan
bermakna.

20

7.6.3 Kamar Hitung Improved Neubauer

Gambar 7.13 Kamar Hitung Neubauer Improved (http://id.wikipedia.org)

Luas seluruh bidang yang dibagi adalah 3 x 3 mm2 = 9 mm 2. Tiap bidang


luasnya 1 mm2. Tiap bidang besar yang sebelah pinggir, masing-masing dibagi
menjadi 16 bidang sedang, masing-masing luasnya x mm 2 = 1/16 mm2. Leukosit
dihitung dalam keempat bidang besar yaitu bidang L1 , L2, L3, L4 = 4 mm2.

21

Gambar 7.14 Hemositometer Improved Neubauer (http://id.wikipedia.org)

7.7 KESALAHAN DALAM MENGHITUNG SEL DARAH


7.7.1 Kesalahan Teknik
Kesalahan teknik hanya dapat diperkecil dan tidak mungkin untuk dihilangkan
secara keseluruhan. Kesalahan teknik terbagi menjadi dua macam yaitu

a. Kesalahan acak ( Random Error )


Jenis kesalahan ini menunjukkan tingkat ketelitian (presisi) pemeriksaan.
memiliki hasil bervariasi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya, Kesalahan
ini akan tampak pada pemeriksaan yang dilakukan berulang pada specimen yang
sama, penyebabnya dari kesalahan instrument, sumber daya manusia, reagen dan
metoda yang digunakan.

b. Kesalahan sistematik ( Systematic Error )

22

Jenis kesalahan ini menunjukkan tingkat ketepatan (akurasi) pemeriksaan.


Kesalahan ini menjurus satu arah, hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu
lebih kecil dari nilai sebenarnya, penyebabnya yaitu penyimpangan dari kurva
westgard quality control harian.
7.7.2 Kesalahan Non Teknik
Kesalahan yang terjadi diluar tahap analitik pemeriksaan. Jenis kesalahan ini
dijumpai pada tahap pra analitik dan pasca analitik. Kesalahan non teknik terbagi
menjadi dua macam yaitu

a. Kesalahan pengambilan sampel ( Sampling Error )

Persiapan pasien
Pemberian identitas specimen
Pengambilan dan penampungan specimen
Pengolahan dan penyimpanan specimen
Transport specimen

b. Kesalahan perhitungan dan pencatatan hasil ( Clarical Error )


ketelitian (presisi) dan ketepatan (akurasi) dari suatu pemeriksaan harus
diperhatikan saat berkerja dilaboratorium. ketelitian diartikan kesesuaian hasil
pemeriksaan laboratorium yang diperoleh apabila pemeriksaan dilakukan berulang.
Ketepatan diartikan kesesuaian hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai yang
seharusnya.
7.8 KERANGKA PIKIR
Penelitian yang akan dilakukan adalah modifikasi pewarna didalam larutan
pengencer yaitu modifikasi satu (larutan asam asetat glasial 2% ditambah pewarna

23

fuchsin 1 %) dan modifikasi dua (larutan asam asetat glasial 2%) dan larutan turk
(larutan asam asetat glasial 2% ditambah pewarna gentian violet 1%) sebagai larutan
pengencer standar. Dalam penelitian mengamati jumlah leukosit dengan berbagai
modifikasi larutan pengencer tersebut.

24

Gambar 7.15 Kerangka Pikir

VIII. METODOLOGI PENELITIAN


8.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan
tertentu.

8.2 Desain Penelitian

25

Desain penelitian menggunakan perbandingan kelompok statis ( Statie group


comparison)

yaitu

membandingkan

pemeriksaan

hitung

jumlah

leukosit

menggunakan larutan standar (Turk), pemeriksaan hitung jumlah leukosit


menggunakan larutan pengencer modifikasi I dan larutan pengencer modifikasi II
sebagai larutan pengencer alternatif. Kemudian dilakukan uji statistik yaitu uji T
berpasangan.
Untuk mengetahui banyaknya pengulangan yang dilakukan maka dapat
digunakan rumus Gomes yaitu

Keterangan :
r adalah pengulangan
t adalah jumlah perlakuan
Jumlah perlakuan dalam penelitian ini sebanyak 3 perlakuan , maka :
( r 1 ) ( t 1 ) 15
( r 1 ) ( 3 1 ) 15
( r 1 ) 2 15
2r 2 15
2r 15 + 2
r 17/2
r 8,5 = 9
Maka dapat disimpulkan bahwa pengulangan berdasarkan jumlah perlakuan
adalah sebanyak sembilan kali.
JML LEUKOSIT
(sel/mm3)
NO

PENGULANG
AN

1
2

I
II

LARUTAN TURK
(STANDAR)

MODIFIKASI I
(FUCHSIN 1%)

LARUTAN
MODIFIKASI II
(TANPA
PEWARNAAN)

26

3
4
5
6
7
8
9
10

III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
Rata-rata

Table 8.1 Desain Penelitian

8.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah darah dengan jumlah leukosit normal dengan
antikoagulan EDTA 10%.
8.4 Waktu dan Tempat Penelitian
8.4.1. Waktu Penelitian
Tanggal 3 6 Februari 2014.
8.4.2. Tempat Penelitian
Politeknik Kesehatan Bandung.
8.5 Variabel Penelitian
8.5.1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah larutan pengencer leukosit.
8.5.2. Variabel Terikat
Variable terikat dalam penelitian ini adalah jumlah leukosit pada
perlakuan tertentu.
8.6 Alat, Bahan dan Cara Kerja
8.6.1 Alat
a.

Pengambilan darah vena


Kapas kering

27

Kapas alkohol 70%


Torniquet
Spuit injeksi 3cc
Tabung serologis
Rak tabung serologis
b.

Pemeriksaan leukosit
Mikropipet 10 ul
Mikropipet 190 ul
Tip mikropipet berwarna kuning
Tabung serologis
Rak tabung serologis
Bilik hitung improved neubauer yang dilengkapi kaca penutup yang
khusus digunakan untuk bilik hitung
Tisu
Mikroskop

c.

Pembuatan Reagensia
Mikropipet 200 ul
Mikropipet 100 ul
Pipet volumetrik 10 ml
Tip Mikropipet berwarna kuning
Tabung dan rak tabung reaksi

28

8.6.2 Bahan
Asam asetat glacial 100%
Gention violet 1%
Basic fuchsin 1%
EDTA 10%
8.6.3 Cara Kerja
8.6.3.1 Pembuatan Larutan Pengencer
1. Larutan turk
Terdiri dari 200 ul asam asetat glacial 100%, ditambah 100 ul larutan
gentian violet 1% dan aquadest 10 ml.
2. Larutan modifikasi I
Terdiri dari 200 ul asam asetat glacial 100%, ditambah 100 ul larutan
fuchsin 1% dan aquadest 10 ml.
3. Larutan modifikasi II
Terdiri dari 200 ul asam asetat glacial 100%, ditambah aquadest 10
ml.
8.6.3.2 Pengambilan darah vena
1. Alat-alat dan bahan yang akan dipergunakan disiapkan.
2. Tabung serologis yang bersih, diberi etiket dan letakkan pada rak
tabung.
3. Vena yang akan ditusuk didesinfeksi dengan kapas alkohol 70% dan
dibiarkan kering.
4. Torniquet dipasang 2-3 cm diatas vena yang akan dipunksi.
5. Punksi vena dilakukan dengan spuit injeksi dan darah dihisap
sebanyak 3 ml.

29

6. Kapas kering diletakkan pada tempat tusukan, buka tourniquet yang


sudah dipasang tadi, kemudian spuit injeksi dikeluarkan.
7. Darah didalam spuit injeksi dimasukkan ke dalam tabung yang telah
di berikan antikoagulan dengan cara dialirkan secara perlahan pada
dinding tabung.
8.6.3.3 Pengolahan sampel
Darah yang telah dialirkan secara perlahan pada dinding tabung di
homogenkan sebelum digunakan dalam pemeriksaan.
8.6.3.4 Pemeriksaan sampel
a. Pengenceran darah 20 kali
1. Alat-alat dan bahan yang akan dipergunakan disiapkan.
2. Dengan mikropipet larutan pengencer dihisap 190 ul.
3. Larutan pengencer dimasukan kedalam tabung serologis.
4. Dengan mikropipet darah dihisap 10 ul.
5. Darah dimasukkan kedalam tabung serologis yang telah diisi
larutan pengencer.
6. Darah yang terdapat didalam Tip mikropipet dibilas sebanyak 3
kali.
7. Homogenkan selama 15-30 detik.
b. Mengisi kamar hitung
1. Bilik hitung disiapkan ,dibasahi sedikit dengan air pada bagian
pinggir agar kaca penutup agar dapat tertempel dengan kuat.

30

2. Bilik hitung ditutup dengan kaca penutup.


3. Dengan mikropipet larutan dihisap, kemudian ujung Tip
mikropipet dengan sudut 30o diletakkan pada bilik hitung
dengan menyinggung pinggir kaca penutup dan kamar hitung
akan terisi cairan dengan daya kapilaritasnya.
4. Bilik hitung dibiarkan selama 2-3 menit agar leukosit
mengendap. Jika tidak segera dihitung ,bilik hitung disimpan
dalam cawan petri yang diisi segumpal kapas atau tissu basah
dan ditutup.
c. Menghitung jumlah sel
1. Bilik hitung diletakkan pada meja preparat mikroskop dengan
posisi mendatar.
2. Pemeriksaan hitung jumlah sel leukosit dilakukan dengan
lensa 10 x 10 dengan kondensor diturunkan dan iris
diagfrahma ditutup.
3. Sel leukosit dihitung pada keempat bidang besar lekosit pada
sudut-sudut kamar hitung. Menghitung dimulai dari sudut kiri
atas, terus mendatar kekanan lalu turun kebawah terus
mendatar kekiri, kemudian turun kebawah terus mendatar
kekanan, demikian seterusnya, cara seperti ini dilakukan pada
keempat bidang besar leukosit.
4. Sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas
dihitung, sedangkan sel-sel yang menyinggung garis batas
sebelah kanan dan bawah tidak dihitung.
Perhitungan :

31

a.

Pengenceran pada pipet leukosit

b.

Luas bidang besar leukosit


= 1 x 1 mm2
Luas keempat bidang besar leukosit = 4 x 1 mm2

c.
d.

Tinggi kamar hitung

e.

Jumlah leukosit per mm3 darah yaitu

20x
= 1 mm2
= 4 mm2

mm

P =Jumlah
Pengeceran
20(koreksi
kali
leukosit = P=x KV
volume) x N (jumlah sel)
V = volume

p x l x t x jumlah kotak
xx

x 64

4/10 mm3 = 1/2,5 mm3


KV

2,5 mm3

Jumlah sel 4 kotak besar

8.6.3.5 Interpretasi Hasil


Nilai normal = 4000 11.000 sel/mm3 darah.

8.7 Analisa Data


8.7.1 Pengertian Uji T Berpasangan ( Paired sample T test )
Untuk memperoleh penyajian data yang berarti dan kesimpulan yang benar
diperlukan data dalam bentuk uji statistik yaitu dengan menggunakan uji T
berpasangan (Riwidikdo, H. 2009)

32

Uji T berpasangan bisa disebut juga uji dua kelompok berhubungan (Paired
sample T test), uji ini digunakan apabila data yang dikumpulkan dari sampel yang
berhubungan. Penggunaan uji ini yaitu untuk menguji efektifitas suatu perlakuan
terhadap suatu besaran variabel yang ingin ditentukan (Riwidikdo, H. 2009).
Paired sample T test atau lebih dikenal dengan pre post design adalah analisis
dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh
atau perlakuan tertentu, apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka
perbedaan rata-rata adalah nol ( Trihendradi, C. 2005).
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah berdistribusi
normal atau mendekati normal. Jika data tidak mengikuti pola sebaran distribusi
normal, maka akan diperoleh taksiran yang bias. Pengujian normalitas dilakukan
melalui tes Shapiro wilk koreksi Lilliefors (Kurniawan, D. 2008)

8.7.2 Cara Kerja Analisis Data Statistik SPSS 13


1. Data dimasukkan ke SPSS 13

33

Gambar 8.1 Kotak Data Hasil Penelitian

2. Menu Analyze Compare Means Paired-Samples T test

Gambar 8.2 Menu analyze

Dilayar akan tampak kotak dialog Paired T test

34

Gambar 8.3 Kotak Dialog Paired T Test (1)

Pengisian

a. Klik mouse pada Standar 1 dan modifikasi 1, klik tanda maka akan
terlihat data yang akan dipasangkan pada kotak Paired Variables dan
Variable 1 dan 2 pada kotak Current Selections.

Gambar 8.4 Kotak Dialog Paired T Test (2)

35

b. Diterapkan untuk semua data yang akan dianalisa.

Gambar 8.5 Kotak Dialog Paired T Test (3)

c. Untuk kolom Options, akan tampak dilayar :

36

Gambar 8.6 Kotak Dialog Options

Pengisian

:
a. Untuk Confidance Interval atau tingkat kepercayaan, SPSS
menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 100%
- 95% = 5%.
b. Untuk Missing Values atau data yang hilang, karena dalam kasus
semua tidak didapatkan data yang kosong maka bagian ini akan
diabaikan namun sebagai standar SPSS tetap pada Exclude Cases
Analysis By Analysis.
c. Tekan tombol Continue jika pengisian dianggap selesai.
d. SPSS akan kembali pada kotak dialog utama Paired T test.
e. Tekan tombol OK untuk mengakhiri pengisian prosedur analisis dan
proses data dimulai.

8.8 Jadwal Penelitian


NO

Jenis Kegiatan

1
2
3
4
5
6
7
8

Studi Pustaka
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Penelitian
Pengolahan Data
Ujian Hasil
Penyusunan Skripsi
Ujian Sidang Akhir

Bulan ( 2013-2014 )
JuliAgst

Sept
Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

37

Table 8.2 Jadwal Penelitian

8.9 Biaya Penelitian


No
1
2
3
4

Rincian Biaya Penelitian


Pembuatan Proposal Skripsi
Sewa Ruang Laboratorium
Alat dan Reagen
Pembuatan Skripsi

Nominal (Rp.)
Rp. 200.000
Rp. 350.000
Rp. 32.000
Rp. 200.000

Total

Rp. 782.000

Table 8.3 Biaya Penelitian

IX. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


9.1 Hasil Pemeriksaan Jumlah Leukosit
Pemeriksaan jumlah leukosit menggunakan larutan pengencer standar (turk),
larutan pengencer alternatif ( larutan pengencer modifikasi I dan modifikasi II yang
dapat diperlihatkan seperti pada table dibawah ini

NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

PENGULANGAN

I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
Rata-rata

LARUTAN TURK
(STANDAR)

MODIFIKASI I
(FUCHSIN 1%)

JML LEUKOSIT
(sel/mm3)
7200
6450
6950
7000
6550
7000
7150
7050
6550
6750
6865

JML LEUKOSIT
(sel/mm3)
6850
6900
6350
6500
6350
6700
6800
6950
7300
6050
6675

MODIFIKASI II
(TANPA
PEWARNAAN)
JML LEUKOSIT
(sel/mm3)
6100
5550
7200
5850
6250
7350
6700
6150
6200
7300
6465

38

Table 9.1 Hasil Pemeriksaan Jumlah Leukosit

9.2. Analisis Data


9.2.1 Statistik Deskriptif
Descriptives Output
Larutan Pengencer
Standar 1
Jumlah Leukosit Sampel 1

Modifikasi 1
Modifikasi 2
Standar 2

Jumlah Leukosit Sampel 2

Modifikasi 1
Modifikasi 2

Mean
Std.Deviation
Mean
Std.Deviation
Mean
Std.Deviation
Mean
Std.Deviation
Mean
Std.Deviation
Mean
Std.Deviation

Statistic
6865
269.825
6675
364.577
6465
635.981
7845
460.947
7650
586.42
7870
496.767

Table 9.2 Hasil Output Statistik Deskriptif

Disajikan diatas yaitu tabel output deskriptif dari proses statistic


menggunakan program SPSS 13, setelah dilakukan penelitian terhadap jumlah lekosit

39

dengan menggunakan modifikasi metoda dengan cara memodifikasi salah satu


komponen larutan pengencer yang dilakukan dengan 2 perlakuan ( standar ,
modifikasi 1 dan modifikasi 2). Mean atau rata-rata jumlah leukosit/mm 3 darah yang
diperiksa menggunakan standar 1, modifikasi 1 dan modifikasi 2 dan standar 2
modifikasi 1 dan modifikasi 2 masing- masing adalah 6865, 6675, 6465 untuk sampel
1 dan 7845, 7650, 7870 untuk sampel 2.
Pada sampel 1, pemeriksaan jumlah leukosit dengan menggunakan larutan
pengencer standar 1 memiliki simpangan baku terkecil yaitu 269.825 . Pada sampel 2
pemeriksaan jumlah leukosit dengan menggunakan larutan pengencer standar 2 juga
memiliki simpangan baku terkecil yaitu 460.947. hal ini berarti reagen standar asam
asetat dengan gentian violet menunjukkan kestabilan presisi pemeriksaan.

9.2.2 Uji Normalitas

Table 9.3 Tabel Normalitas Sampel 1

Pada table Kolmogorov-Smirnov Standar 1 memiliki nilai Sig (0,170 >


0,05) maka distribusi normal, modifikasi 1 memiliki nilai Sig (0,200 > 0,05) maka

40

distribusi normal, modifikasi 2 memiliki nilai Sig (0,134 > 0,05) maka distribusi
normal.
Uji normalitas dilakukan terhadap data jumlah leukosit pada sampel 1 dengan
variasi jumlah sel leukosit dalam batas normal. Data jumlah leukosit yang diperiksa
dengan standar 1, modifikasi 1 dan modifikasi 2 menunjukkan distribusi normal.

Table 9.4 Tabel Normalitas Sampel 2

Pada table Kolmogorov-Smirnov Standar 2 memiliki nilai Sig (0,200 >


0,05) maka distribusi normal, modifikasi 1 memiliki nilai Sig (0,200 > 0,05) maka
distribusi normal, modifikasi 2 memiliki nilai Sig (0,200 > 0,05) maka distribusi
normal.
Uji normalitas dilakukan terhadap data jumlah leukosit pada sampel 2 dengan
variasi jumlah sel leukosit dalam batas normal. Data jumlah leukosit yang diperiksa
dengan standar 2, modifikasi 1 dan modifikasi 2 menunjukkan distribusi normal.

9.2.3 Output SPSS dan Analisis

41

Table 9.5 Paired Samples Statistics (sampel 1)

Pada tabel Paired Samples statistic (sampel 1) terlihat rangkaian statistic dari
standar dan ke dua modifikasi . Untuk standar 1 memiliki rata-rata 6865, modifikasi 1
memiliki rata-rata 6675, dan modifikasi 2 memiliki rata-rata 6465.

Table 9.6 Paired Samples Statistics (sampel 2)

Pada tabel Paired Samples statistic (sampel 2) terlihat rangkaian statistic dari
standar dan ke dua modifikasi . Untuk standar 2 memiliki rata-rata 7845, modifikasi 1
memiliki rata-rata 7650, dan modifikasi 2 memiliki rata-rata 7870.

42

Table 9.7 Paired Samples Correlations (sampel 1)

Pada tabel Paired Samples Correlations hasil korelasi standar 1 dan modifikasi
1 menghasilkan angka -0,021 dengan nilai probabilitas pada kolom sig. yaitu 0,954 >
0,05, dan standar 1 dan modifikasi 2 menghasilkan angka 0,272 dengan nilai
probabilitas pada kolom sig. yaitu 0,447 > 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi
antara standar 1 dan modifikasi 1 dan standar 1 dan modifikasi 2 adalah tidak berbeda
secara signifikan.

Table 9.8 Paired Samples Correlations (sampel 2)

Pada tabel Paired Samples Correlations hasil korelasi standar 2 dan modifikasi
1 menghasilkan angka -0,127 dengan nilai probabilitas pada kolom sig. yaitu 0,726 >
0,05, dan standar 2 dan modifikasi 2 menghasilkan angka -0,610 dengan nilai
probabilitas pada kolom sig. yaitu 0,061 > 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi
antara standar 2 dan modifikasi 1 dan standar 2 dan modifikasi 2 adalah tidak berbeda
secara signifikan.

43

Table 9.9 Paired Samples Test (sampel 1)

Table 9.10 Paired Samples Test (sampel 2)

Hipotesis
Ho

:
: Hasil pemeriksaan leukosit tanpa pewarnaan didalam larutan
pengencer dan pemeriksaan menggunakan pewarna fuchsin didalam
larutan pengencer tidak berbeda nyata dengan pewarnaan
menggunakan gentian violet yang terdapat didalam larutan
pengencer turk.

Hi

: Hasil pemeriksaan leukosit tanpa pewarnaan didalam larutan


pengencer dan pemeriksaan menggunakan pewarna fuchsin didalam

44

larutan pengencer berbeda nyata dengan pewarnaan menggunakan


gentian violet yang terdapat didalam larutan pengencer turk.
Pengambilan Keputusan

Dasar pengambilan keputusan


a. Berdasar perbandingan t hitung dengan t tabel
Jika Statistic Hitung (angka t output) > Statistic Tabel (tabel t), maka Ho
ditolak.
Jika Statistic Hitung (angka t output) < Statistic Tabel (tabel t), maka Ho
diterima.
t hitung dari output standar 1 dan modifikasi 1 yaitu (1,311), t hitung dari
output standar 1 dan modifikasi 2 (2,042), t hitung dari output standar 2 modifikasi 1
yaitu( 0,780), t hitung dari output standar 2 modifikasi 2 yaitu (-0,92).
Untuk statistic tabel bisa dicari pada tabel t dengan cara tingkat signifikansi
() untuk uji dua sisi yaitu 5%. Df (degree of freedom) atau derajat kebebasan dicari
dengan rumus jumlah data 1 atau 10 1 = 9.
Uji dilakukan dua sisi karena akan diketahui apakah rata-rata sebelum sama
atau tidak sama dengan sesudah adanya perlakuan tertentu, perlunya uji dua sisi bisa
diketahui pula diketahui pula dari output SPSS two tailed test.
Dari tabel t, didapat t (0,05;9) adalah 2,262.

45

Gambar

Gambar 9.1 Grafik standar 1 dan modifikasi 1

Gambar 9.1 Grafik standar 2 dan modifikasi 1

Gambar 9.2 Grafik standar 1 dan modifikasi 2

Gambar 9.1 Grafik standar 2 dan modifikasi 2

46

Oleh karena t hitung dari output standar 1 dan modifikasi 1 yaitu (1,311), t
hitung dari output standar 1 dan modifikasi 2 (2,042), t hitung dari output standar 2
modifikasi 1 yaitu( 0,780), t hitung dari output standar 2 modifikasi 2 yaitu (-0,92)
terletak pada daerah Ho Diterima, maka bisa disimpulkan hasil pemeriksaan leukosit
tanpa pewarnaan didalam larutan pengencer dan pemeriksaan menggunakan pewarna
fuchsin didalam larutan pengencer tidak berbeda nyata dengan pewarnaan
menggunakan gentian violet yang terdapat didalam larutan pengencer turk.
b. Berdasar Nilai Probabilitas

Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak


Unyuk uji dua sisi, setiap sisi dibagi menjasi 2

Angka probabilitas : 2 > 0,025, maka Ho diterima

Angka probabilitas : 2 < 0,025, maka Ho ditolak


Keputusan

Terlihat bahwa standar 1 dan modifikasi 1 memiliki t hitung (1,311) dengan


probabilitas (0,222) untuk uji dua sisi, angka probabilitas nya menjadi (0,111) oleh
karena 0,111 > 0,025 maka Ho diterima, standar 1 dan modifikasi 2 memiliki t hitung
(2,042) dengan probabilitas (0,072) untuk uji dua sisi, angka probabilitas nya menjadi
(0,036) oleh karena 0,036 > 0,025 maka Ho diterima, standar 2 dan modifikasi 1
memiliki t hitung (0,780) dengan probabilitas (0,456) untuk uji dua sisi, angka

47

probabilitas nya menjadi (0,228) oleh karena 0,228 > 0,025 maka Ho diterima,
standar 2 dan modifikasi 2 memiliki t hitung (-0,092) dengan probabilitas (0,929)
untuk uji dua sisi, angka probabilitas nya menjadi (0,465) oleh karena 0,465 > 0,025
maka Ho diterima.

9.2 Pembahasan
Larutan Turk (standar) merupakan larutan yang terdiri dari campuran asam
asetat glacial 2% dan gentian violet 1 %, apabila bereaksi dengan leukosit maka
leukosit akan mengabsorbsi larutan tersebut dimana asam asetat akan melisiskan sel
selain leukosit dan gentian violet akan mewarnai inti dan granula leukosit.
Berdasarkan prinsip kerja larutan turk tersebut gentian violet hanya sebagai
pemberi warna pada sel leukosit, dimana pewarna tersebut tidak berpengaruh pada
jumlah leukosit. Dengan mengganti larutan pewarna gentian violet pada larutan turk
dengan fuchsin ternyata tidak ada perbedaan hasil yang bermakna, sel leukosit masih
dapat terlihat dengan jelas pada mikroskop dan dapat dibaca dengan ketelitian tinggi.
Asam asetat dalam larutan turk memiliki peranan penting dalam perhitungan
hitung jumlah leukosit karena jika konsentrasi asam asetat > 3% menyebabkan
leukosit juga lisis, jika konsentrasi terlalu rendah maka eritrosit dan trombosit tidak
lisis sempurna.
Pemeriksaan hitung jumlah leukosit dengan hanya menggunakan asam asetat
2% ternyata dapat digunakan, dengan kualitas yang sama dengan larutan turk

48

(standar), hanya saja leukosit tidak berwarna namun masih dapat dibaca dengan
mudah teliti.
Setelah dilakukan hitung jumlah leukosit terhadap sampel 1 dengan 10 kali
pengulangan menggunakan standar 1 (larutan asam asetat glasial 2% ditambah
pewarna gentian violet 1%) diperoleh rata-rata 6865 sel/mm 3, modifikasi satu (larutan
asam asetat glasial 2% ditambah pewarna fuchsin 1 %) diperoleh rata-rata 6675
sel/mm3 dan modifikasi dua (larutan asam asetat glasial 2%) diperoleh rata-rata 6465
sel/mm3.
Perhitungan jumlah leukosit terhadap sampel 2 dengan 10 kali pengulangan
menggunakan standar 1 (larutan asam asetat glasial 2% ditambah pewarna gentian
violet 1%) diperoleh rata-rata 7845 sel/mm 3, modifikasi satu (larutan asam asetat
glasial 2% ditambah pewarna fuchsin 1 %) diperoleh rata-rata 7650 sel/mm 3 dan
modifikasi dua (larutan asam asetat glasial 2%) diperoleh rata-rata 7870 sel/mm3.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat tidak ada perbedaan yang bermakna
pemeriksaan hitung jumlah leukosit antara larutan turk (standar) dengan larutan
modifikasi satu (larutan asam asetat glasial 2% ditambah pewarna fuchsin 1 %),
antara larutan turk (standar) dengan larutan modifikasi dua (larutan asam asetat
glasial 2%).
Namun perlu diperhatikan beberapa kesalahan kesalahan yang mungkin
terjadi dalam pemeriksaan hitung jumlah leukosit baik tahan pra analitik, analitik dan

49

post analitik, agar pemeriksaan yang kita lakukan merupakan hasil yang teliti dan
dapat dipertanggung jawabkan. Sumber kesalahan tersebut adalah :
1) Pra analitik

Persiapan alat,

Persiapan bahan

Persiapan spesimen

Persiapan diri analis kesehatan

2) Analitik
pemeriksaan
3) Post analitik
Pencatatan hasil

Anda mungkin juga menyukai