pematangan telur dan perubahan tingkah laku seksual pada mamalia (Yatim,
1994).
Pada fase estrus terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikan oleh
sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase
estrus, lapisan kornifikasi tampak sloughed off invasi leukosit terjadi. Selama
diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus terjadi dengan pengaruh
hormone gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar.
Fase metestrus, selama fase ini di mana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus
dipengaruhi oleh progesterone dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas
dan mungkin berakhir 1-5 hari. Fase diestrus dikarakteristikan oleh aktivitas
corpus luteum di mana dalam memproduksi progesteron (Hill, 2006 dalam
Iman, 2011).
Pada siklus estrus ini dikenal adanya empat fase yaitu, fase proestrus,
estrus, metaestrus, dan diestrus. Semua fase ini memiliki ciri-ciri tersendiri
dan dapat dilihat dengan membuat apusan vaginanya.
1. Fase proestrus
Fase proestrus dapat diketahui dengan mengamati tanda-tanda yang
terjadi, sevara anatomi fase proestrus akan mengakibatkan perkembangan
dari folikel dengan awal sekresi Estrogen dan sekresi yang lemah dari
Progesteron. Pada fase ini terjadi multipikasi sel epitel yang akan terlihat
jelas bila diamati melalui mikroskop sel-sel epitelnya. Pada saat proestrus,
estrogen diproduksi seiring dengan perkembangan folikel di ovarium.
Karena aktivitas estrogen menyebabkan proliferasi sel-sel epitel vagina,
maka gambaran ulasan vagina pada fase ini ditandai dengan keberadaan
sel-sel epitel berinti.
2. Fase estrus
Fase estrus ditandai dengan adanya perkembangan folikel dengan sekresi
yang kuat dari hormon estrogen, dan sangat sedikit Progesteron. Namun
pada fase estrus ini akan
pembentukan sel telur pada ovarium. Pada fase ini juga terjadi keratinisasi
sel epithel atau epithel degenerasi. Sel epitel yang mengalami degenerasi
ini akan terjadi pembentukan folikel yang baru untuk persiapan pasca
terjadinya ovulasi.
3. Fase metestrus
istirahat, tenang, yang disebut diestrus. Beberapa siklus estrus memiliki masa
metestrus atau anestrus. Ini adalah perpanjangan masa diestrus, yang setelah
selesai satu daur estrus tak segera dimulai dengan proestrus baru daur
berikutnya. Masa istirahat atau masa non-fertil ini berlangsung 1-2 hari,
berminggu, atau sampai berbulan. Tikus 1-2 hari, manusia 10-15 hari, dan
anjing 40-50 hari (Yatim, 1994).
Pemantauan siklus estrus berperan penting pada keberhasilan
fertilisasi dan reproduksi untuk meningkatkan jumlah populasi hewan,
khususnya hewan-hewan dengan status konservasi terancam punah. Dengan
diketahui saat masa subur yang umum terjadi di pertengahan siklus, hewan
betina dapat dikawinkan secara alami di penangkaran (Sjahfirdi et all, 2013).
D. Metodologi
1. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Kamis/ 6 April 2016
Pukul
: 10.00 WIB-11.30 WIB
Tempat
: Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan
2. Alat dan Bahan
Alat:
a.
b.
c.
d.
e.
Bahan:
a. Hamster Syrian (betina dan jantan)
b. NaCl fisiologis 0,9%
c. Metilen blue 1%
d. Aquades
3. Cara Kerja
a. Hamster betina diambil, kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu
dan telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal.
b. Badan dan ekor dipegang dengan jari tengah, jari manis, dan
kelingking.
c. Bagian vagina disemprotkan NaCl 0,9% menggunakan pipet yang
tumpul, kemudian dihisap 3 sampai 4 kali dengan hati-hati dan
perlahan-lahan.
Keterangan
1. Sel leukosit
2
Gambar Literatur
Keterangan
1. Sel leukosit
2. Pembahasan
kondisi
hiperglikemik
juga
mengakibatkan
F. Kesimpulan
1. Siklus reproduksi pada hamster terdiri atas 4 yakni proestrus, estrus,
metestrus dan diestrus.
2. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
a. Proestrus: terdapat sel epitel biasa
b. Estrus: terdapat sel menanduk (cornified)
c. Diestrus: terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit
(http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKH/article/view/562/471)
H. Lampiran
Gambar Pengamatan
Keterangan
1. Sel leukosit
Gambar Literatur
Keterangan
1. Sel leukosit