Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN PASTA GIGI DENGAN KANDUNGAN

EKSTRAK DAUN SIRIH DENGAN FLUOR TERHADAP KARIES GIGI

SKRIPSI

RATRI RESWITADEWI
NPM 160110100013

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
JATINANGOR
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada kondisi saat ini karies masih merupakan masalah utama dalam pemeliharaan
kesehatan gigi. Berdasarkan hasil Survei Keseatan Rumah Tangga departemen Kesehatan
RI taun 2004, prevalensi karies di Indonesia menunjukkan angka yang sangat tinggi yaitu
mencapai hingga 90,05% dan menempati peringkat ke-enam sebagai penyakit yang
paling banyak diderita. Masalah ini harus segera di antisipasi oleh masing-masing
individu. Upaya paling mudah untuk mencegah terbentuknya karies tentu saja dengan
menyikat gigi minimal dua kali sehari menggunakan pasta gigi yang tepat.
Terdapat pasta gigi yang beraneka ragam merek beredar di pasaran dan hampir
semuanya dipromosikan dengan lebih dari satu bahan aktif yang memberikan berbagai
keuntungan bagi konsumen. Pasta gigi dengan ekstrak daun sirih merupakan salah satu
dari keaneka ragaman tersebut. Daun sirih merupakan bahan tradisional yang sering
digunakan di Indonesia dalam memelihara higenitas rongga mulut. Hal ini disebabkan
oleh sifat kimia sifat kimia dan efek farmakologis yang dimiliki oleh daun siri tersebut
yaitu rasa hangat, pedas, menghentikan batuk, mengurangi peradangan, menghilangkan
gatal dan menghilangkan bau mulut. Ekstrak daun sirih mengandung bahan kimia seperti;
minyak

atsiri,

hydroksikavikol,

kavibetol,

allypyrokatekol

karvakol,

eugenol,

eugenolmethylester. Ekstrak daun sirih juga mengandung asam lemak (asam stearat dan
palmitat ) dan asam lemak hidroksi ester (ester hidroksi dari stearat, palmitat dan asam
miristat).
Ekstrak daun sirih diketahui mempunyai

kandungan

minyak atsiri dengan

komponen fenol yang mempunyai daya antiseptik yang sangat kuat, hydroksikavikol
memiliki efek antibakteri (bakterisid) lima kali lebih kuat daripada fenol biasa. Asam
lemak

dalam ekstrak daun sirih bersifat sebagai desinfektan dan anti jamur sehingga

dapat digunakan sebagai antiseptik. Komponen-komponen ekstrak daun sirih inilah yang
sangat berperan

dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans yang telah

dikenal dalam kedokteran gigi sebagai penyebab utama terbentuknya karies pada gigi

dengan kemampuannya untuk berubah menjadi pathogen bila terjadi peningkatan jumlah
koloni yang berlebihan.
Ada banyak bahan kimia yang dijadikan sebagai bahan antibakteri dalam pasta gigi,
salah satunya adalah fluor yang telah terbukti dapat menghambat karies dengan cara
menghambat aktivitas metabolisme bakteri kariogenik dalam memetabolisme karbohidrat
untuk menghasilkan asam dan polisakarida adhesif yang diperlukan untuk berkolonisasi
pada permukaan gigi. Selain itu, fluor dapat menguatkan gigi dengan meningkatkan
proses remineralisasi sehingga enamel resisten terhadap asam yang dihasilkan oleh
bakteri. Namun di beberapa negara seperti Malaysia dan Amerika, fluor sudah jarang
ditambahkan dalam pasta gigi karena kelebihan fluor dalam jangka panjang dapat
menyebabkan fluorosis.
Karena efek antibakteri dari daun sirih ini penulis tertarik melakukan penelitian
tentang khasiat ekstrak daun sirih dalam bentuk sediaan pasta gigi untuk melihat daya
hambat pasta gigi tersebut terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans apabila
dibandingkan dengan pasta gigi yang mengandung fluor.

1.1Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada efek antibakteri pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans?
2. Apakah ada efek antibakteri pasta gigi yang mengandung fluor terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans?
3. Apakah ada perbedaan efek antibakteri pasta gigi yang mengandung ekstrak daun
sirih dibandingkan dengan pasta gigi yang mengandung fluor?

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui adanya efek antibakteri pasta gigi yang mengandung ekstrak

daun sirih terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.


2. Untuk mengetahui adanya efek antibakteri pasta gigi yang mengandung fluor

terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.


3. Untuk mengetahui perbedaan efek antibakteri pasta gigi yang mengandung

ekstrak daun sirih dibandingkan dengan pasta gigi yang mengandung fluor.

1.3 Manfaat Penelitian


1. Dapat diketahui efek antibakteri pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih
dan fluor terhadap Streptococcus mutans sebagai bakteri utama penyebab karies.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih selektif
dalam memilih pasta gigi sehingga pencegahan karies menjadi lebih efektif.
3. Sebagai data dan informasi dalam menunjang perkembangan Ilmu Kedokteran
Gigi khususnya dalam bidang Biologi Oral dalam hal efek antibakteri ekstrak
daun sirih dan fluor dalam pasta gigi.

4. Sebagai bagian informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut

1.4 Metode Penelitian


Penelitian yang bersifat analitis ini akan dilaksanakan dengan metode secara in vitro
dengan mengamati perkembangan bakteri Streptococcus mutans terhadap pasta gigi
dengan estrak daun sirih dengan yang mengandung Fluor.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran, Jatinangor dan membutuhkan waktu sekitar 3 bulan dari bulan
Oktober-Desember 2010.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor
etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat
pula terjadi pada anak. Karies gigi adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu
email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu
karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada
jaringan karies gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini menyebabkan
terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke
jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.
Masalah gigi berlubang atau karies dialami oleh sekitar 85 persen anak usia di bawah
lima tahun di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan minum susu botol
pada usia akhir balita. Sejauh ini, karies gigi masih menjadi masalah kesehatan anak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyatakan, angka kejadian karies pada
anak 60-90 persen.
Karies adalah suatu proses kronis regresif yang disebabkan oleh terganggunya
keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut. Walaupun terdapat
komponen genetik terhadap pembentukan karies, namun faktor hereditas hanya
memainkan peran kecil. Karies gigi secara garis besar adalah penyakit yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus berinteraksi secara terus menerus
untuk menciptakan lesi karies. Faktor-faktor tersebut adalah gigi yang rentan, plak,
substrat dan waktu.

2.1.1 Penyebab Karies


Karies gigi terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja tetapi disebabkan
serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Plak adalah suatu lapisan
lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak

memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak tidak hanya
dapat menyebabkan karies yang baru, namun dapat memperluas lesi karies yang sudah
ada jika tidak dibersihkan dari permukaan gigi.
Keyes dan Jordan menyatakan bahwa karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu
adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor
utama yang memegang peranan yaitu :
a. Faktor host atau tuan rumah
Faktor host ini meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur
enamel, faktor kimia dan kristalografis.
b. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan
gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies.
c. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.
d. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48
bulan.

2.1.2 Tanda-tanda Awal Karies


Tanda-tanda awal karies secara umum adalah timbulnya white spot pada permukaan
gigi. White spot merupakan bercak-bercak putih pada permukaan gigi yang merupakan
awal terbentuknya karies. Faktor perilaku orang tua menjadi faktor pendukung terjadinya

masalah ini, terutama karena kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi
yang benar.

2.2 Faktor Risiko


Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah :
a. Penggunaan Fluor
Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang
penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya

karies oleh karena dapat

meningkatkan remineralisasi.
b. Oral Higiene
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah
plak. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan penggunaan
alat pembersih interdental yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur.
c. Jumlah Bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri.
Jumlah bakteri patogen yang banyak di dalam mulut akan mempermudah terjadinya
karies gigi.
d. Saliva
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa
makanan di dalam mulut. Jika pH saliva terlalu rendah, maka keadaan di dalam rongga
mulut akan menjadi asam sehingga memudahkan terjadinya karies pada gigi.
e. Pola makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik,
terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Karies atau lubang gigi memiliki
kedalaman dan besar yang berbeda-beda.

Derajat keparahannya dikelompokkan menjadi :

1. Lubang pada email.


Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang berasal dari
makanan atau minuman yang dingin terasa linu. Apabila rasa linu sudah muncul
hendaknya segera ke dokter gigi agar dapat dilakukan penambalan.
2. Lubang sampai dentin.
Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan. Apabila makanan
diangkat maka akan berkurang rasa sakitnya.
3. Lubang sampai syaraf gigi.
Gigi terasa sakit terus-menerus sifatnya tiba-tiba atau muncul dengan sendirinya. Rasa
sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit. Hendaknya segera
datang ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan syaraf gigi. Perawatan syaraf gigi
membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya infeksi dan setelah perawatan
syaraf selesai baru dilakukan penambalan.
4. Tipe karies rampan.
Pemberian susu botol di malam hari (di sela-sela waktu tidur) dan pemberian yang
melebihi usia 12 bulan sering menimbulkan gigi berlubang. Tandatanda gigi yang terkena
adalah terlihat pada bagian depan gigi depan atas, terlihat warna kecoklatan sampai hitam
dan dapat meluas sampai ke gigi belakang. Karies botol dapat dicegah dengan cara tidak
memberikan air susu di tengah tidur malam dan selalu bilas dengan air putih,
membiasakan anak minum susu di gelas sejak anak berulang tahun kesatu, pemberian jus
buah-buahan hendaknya menggunakan gelas, serta memperhatikan kebersihan rongga
mulut.

BAB III
METODE PENELITIAN
1.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan bersifat analitik dengan metode penelitian secara in
vitro.

1.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah biakan murni Streptococcus mutans yang berasal dari
aboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

1.3 Variabel
Pada penelitian ini, terdapat variable terikat dan variable bebas yang sangat penting untuk
diperhatikan dan dikontrol demi keakuratan data perolehan.
a. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

Media untuk pertumbuhan Streptococcus mutans

Suhu inkubasi

Waktu inkubasi

Tipe Streptococcus mutans

Sterilisasi alat, bahan dan media

Waktu pengamatan

Keterampilan Operator

Takaran masing-masing pasta gigi

Merek pasta gigi (Pepsodent)

b. Variabel Bebas yang digunakan dalam penelitian ini berupa

Pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih

Pasta gigi yang mengandung Fluor

Pasta gigi placebo sebagai kontrol (tidak mengandung bahan aktif)

Anda mungkin juga menyukai