Anda di halaman 1dari 18

RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

PROGRAM PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN


KEGIATAN PENINGKATAN JALAN RUAS A SAMPAI Z
PEKERJAAN PENINGKATAN STRUKTUR JALAN SULTAN AGUNG
(STA 0+000 s/d STA 1+000) (DAK)
KELURAHAN SISIR KECAMATAN BATU
TAHUN ANGGARAN 2016

I.

PEKERJAAN PERSIAPAN.
1. Pengukuran.
a. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah pekerjaan yang mencakup
pemeriksaan lapangan dan pengukuran lapangan di lokasi pekerjaan sesuai
dengan gambar rencana.
b. Pemeriksaan dan pengukuran lapangan dimaksudkan untuk melihat kondisi
terakhir lokasi pekerjaan dan kesesuaian volume lapangan dengan volume
rencana sebelum dilaksanakan pekerjaan.
c. Dalam pelaksanaan pengukuran harus dilakukan juga identifikasi utilitas umum
yang terdapat dibawah permukaan, sehingga bisa dilakukan koordinasi dengan
instansi terkait yang berhubungan dengan keberadaan utilitas umum tersebut.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan personil ahli teknik dan alat yang perlukan
untuk memperlancar pelaksanaan pengukuran/uitzet sehingga diperoleh mutu
dan dimensi sesuai yang disyaratkan dalam ketentuan.
e. Survei harus dilaksanakan dibawah pengawasan Direksi Teknis, yang harus
menjamin bahwa semua kondisi yang ada telah dicatat dengan baik dan
teliti. Formulir pelaporan kondisi tersebut harus dalam format yang dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
2. Pembersihan Lapangan.
Selama periode pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus :
a. Memelihara pekerjaan bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, kotoran dan
sampah, yang diakibatkan oleh operasi pelaksanaan.
b. Pada saat selesai pekerjaan, semua sisa bahan bangunan dan bahan-bahan tidak
terpakai, sampah, perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin harus disingkirkan.
c. Seluruh permukaan terekspos yang nampak harus dibersihkan dan proyek
diserahkan dalam kondisi siap pakai dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
3. Papan Nama.
Penyedia jasa wajib papan nama pekerjaan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan
dengan ketentuan :
a. Dipasang di tempat yang mudah terlihat dan terbaca.
b. Teknis pemasangan papan nama harus menggunakan tiang penyangga dengan
ukuran yang sesuai dengan kebutuhan serta tidak mudah untuk dilepas.
c. Tidak diperkenakan memasang papan nama di pohon sekitar lokasi pekerjaan.
d. Papan nama terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak. Tahan terhadap panas
dan air hujan.
e. Kombinasi warna papan nama harus sesuai dengan yang telah ditetapkan.
f. Dimensi dan model papan nama :

Warna dasar
kuning

PEMERINTAH KOTA BATU

DINAS PU PENGAIRAN DAN BINA MARGA

25 cm

Jalan Panglima Sudirman 507 Balai Among Tani, Gedung C Lantai 3


BATU 65325

Nama Pekerjaan
Lokasi

55 cm

Volume
Nomor Kontrak
Masa Kontrak
Biaya
Sumber Dana
Tahun Anggaran
Pelaksana
Konsultan Pengawas

: ......
: Desa/Kelurahan .
Kecamatan..
: . m2
:
: hari
: Rp. ...
: ..
: 2016
: PT/CV ..
Jalan ....
: PT/CV ..
Jalan
120 cm

Warna dasar
putih

Nama PT/CV Penyedia


Jasa berwarna merah

4. Mobilisasi Alat.
Penyedia Jasa harus memobilisasi fasilitas dan peralatan sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti
aturan perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan
Raya (DLLAJR), Kepolisian dan instansi terkait lainnya.
b. Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp alat selama pelaksanaan
pekerjaan di sekitar lokasi proyek.
c. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan
yang akan menggunakan peralatan tersebut sesuai kontrak.
d. Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan
digunakan lagi, maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
II. PEKERJAAN SALURAN DAN PASANGAN.
1. Galian Tanah Biasa Sedalam 1 m.
a. Galian tanah biasa ini mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam gambar rencana. Galian ini hanya
terbatas untuk galian persiapan tanah dasar untuk pekerjaan saluran.
b. Sementara belum dapat dilakukan pembuangan, maka setiap penempatan material
hasil galian harus diatur sedemikian rupa agar tidak menganggu lalu lintas yang
ada.
c. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang
(barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke
dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi
bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum (atau
yang sejenis) yang dicat putih beserta lampu merah atau kuning guna
menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan
Direksi Teknis.
2. Urugan Kembali.
a. Pekerjaan ini mencakup penghamparan dan pemadatan tanah dari material bekas
galian untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian,
dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
b. Material bekas galian tersebut terlebih dahulu harus dibersihkan dari sisa bahan
organik dan bahan lain atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik.
c. Penghamparan dilakukan dengan ketentuan setiap lapisan tidak lebih dari 20 cm
untuk selanjutnya dipadatkan secukupnya dengan atau tidak menggunakan alat
sampai mencapai kepadatan yang cukup.
2

3. Pengangkutan Tanah Keluar Proyek.


a. Pekerjaan pengangkutan tanah ini mencakup pekerjaan pembuangan tanah bekas
galian penyiapan tanah dasar untuk pekerjaan saluran.
b. Pengangkutan tanah ini menggunakan alat pengangkut atau kendaraan
pengangkut (pick up atau dump truck).
c. Tanah bekas galian yang akan diangkut dinaikkan ke kendaraan pengangkut
dengan menggunakan tenaga manusia (manual).
d. Tanah bekas galian harus segera dibuang keluar lokasi proyek. Tidak diperkenankan
terjadinya penumpukan tanah bekas galian yang terlalu besar sehingga berpotensi
untuk menghambat kelancaran pengguna jalan.
4. Pemasangan Pelaluran Air (Pabrikasi) 40x40.
a. Pekerjaan pemasangan pelaluran air ini mencakup pengadaan, penurunan dan
pemasangan pelaluran dalam batasan dimensi dan lokasi sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
b. Penyedia Jasa harus menjamin ketersediaan bahan dan ketepatan waktu pengiriman
berkaitan dengan proses galian tanah untuk saluran, sehingga lokasi penggalian
yang ada tidak terlalu lama dibiarkan terbuka.
c. Mutu beton untuk pelaluran air/box culvert ini adalah K350, dengan ketentuan
sebagai berikut :
(1) Umum.
(a) Paling sedikit 30 hari sebelum penyedia jasa melaksanakan pekerjaan
pemasangan box culvert, penyedia jasa harus menyerahkan kepada
Direksi Teknis secara tertulis spesifikasi pelaluran air/box culvert yang
akan didatangkan yang berisi :
Mutu beton yang digunakan.
Hasil uji kuat tekan atas campuran yang digunakan.
Mutu baja tulangan.
Gambar detail dimensi ukuran pelaluran air/box culvert dan
penulangan.
(b) Penyedia jasa harus menyediakan peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan di lapangan untuk mengangkut, menurunkan dan memasang
box culvert/pelaluran air.
(c) Paling sedikit 7 hari sebelum pelaksanaan pemasangan, pneyedia jasa
harus memberitahukan kepada instansi yang berwenang sehubungan
dengan rencana penutupan arus lalu lintas apabila diperlukan.
(2) Persyaratan Bahan.
(a) Semen.
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-2004.
Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Teknis.
(b) Air.
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organik.
(c) Agregat.
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan atau dipersyaratkan.

Ketentuan Gradasi Agregat Untuk Mutu K350


Ukuran Saringan

Persen Berat Yang Lolos


Untuk Agregat

Inci
(in)

Standar
(mm)

Halus

2
1
1

3/8
#4
#8
#16
#50
#100

50,8
38,1
25,4
19
12,7
9,5
4,75
2,36
1,18
0,300
0,150

100
95-100
80-100
50-85
10-30
2-10

Kasar
Ukuran
maksimum
25 mm
(K350)
100
95-100
25-60
0-10
0-5
-

Catatan: Apabila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, melalui campuran percobaan, gradasi agregat
kasar yang berada diluar Tabel 12.1 boleh digunakan.
Sumber : ASTM C33 93

(d) Sifat-sifat Agregat.


Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika
perlu) kerikil dan pasir sungai.
Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran
organik dalam pasir untuk campuran mortar dan beton, dan harus
memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel Sifat-sifat
Agregat bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur
yang berhubungan.
Sifat-sifat Agregat

Sifat-sifat

Metode
Pengujian

Batas Maksimum yang diizinkan untuk


Agregat
Halus

Kasar

25% untuk beton


mutu tinggi, 40%
Untuk
mutu
sedang
dan beton mutu
rendah

10% -n atrium

12% - natrium

15% - magnesium

18% - magnesium

Gumpalan lempung SNI 03-4141dan partikel yang 1996


mudah pecah

3%

2%

Bahan yang lolos SNI 03-4142saringan No.200.


1996

3%

1%

Keausan agregat
dengan mesin Los
Angeles

SNI 03-24171991

Kekekalan
bentuk SNI 03-3407agregat
terhadap 1994
larutan
natrium
atau
magnesium
sulfat

(3) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat
tekan yang disyaratkan dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3, atau yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian
sesuai dengan SNI 03-1974-1990 tentang Metode pengujian kuat tekan
4

beton, SNI 03-4810-1998 tentang Metode pembuatan dan perawatan


benda uji beton di lapangan, SNI 03-2493-1991 tentang Metode
pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium, SNI 03-24581991 tentang Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
Tabel 3.2. Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Silinder.

Mutu Beton
Jenis beton

Kuat Tekan Minimum


Rerata
Benda Uji Silinder (MPa)
Diameter (150 300) mm

fc
(MPa)

3 hari

7 hari

28 hari

Mutu tinggi

50
45
35

34
31
25

42
39
31

60
55
44

Mutu
Sedang

30
25
20

22
17
13

27
25
20

39
34
27

15

15

22

10

11

17

Mutu rendah

Tabel 3.3. Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Kubus.


Kuat Tekan Minimum
Rerata
Benda Uji ubus
(Kg/cm)

Mutu Beton

3
150 x 150 x 150 mm

Jenis beton
bk
(Kg/cm2)

3 hari

7 hari

28 hari

Mutu
Tinggi

K600
K500
K400

392
336
272

490
420
340

670
570
470

Mutu
sedang

K350
K300
K250

244
189
164

305
281
245

420
370
320

K175

103

167

245

K125

78

131

195

Mutu rendah

5. Saluran Beton Precast/Box Culvert (Pabrikasi).


a. Pekerjaan Saluran Beton Precast/Box Culvert ini mencakup pengadaan, penurunan
dan pemasangan pelaluran dalam batasan dimensi dan lokasi sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
b. Penyedia Jasa harus menjamin ketersediaan bahan dan ketepatan waktu pengiriman
berkaitan dengan proses galian tanah untuk saluran, sehingga lokasi penggalian
yang ada tidak terlalu lama dibiarkan terbuka.
c. Mutu beton yang dipergunakan sebagaimana dijelaskan dalam Sub Bab 4 Point C
tentang mutu Beton K350.
6. Pemasangan Box Tangkapan Air.
a. Pekerjaan Saluran Beton Precast/Box Culvert ini mencakup pengadaan, penurunan
dan pemasangan pelaluran dalam batasan dimensi dan lokasi sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
5

b. Penyedia Jasa harus menjamin ketersediaan bahan dan ketepatan waktu pengiriman
berkaitan dengan proses galian tanah untuk saluran, sehingga lokasi penggalian
yang ada tidak terlalu lama dibiarkan terbuka.
c. Mutu beton yang dipergunakan sebagaimana dijelaskan dalam Sub Bab 4 Point C
tentang mutu Beton K350.
7. Grill Tangkapan Air (Pabrikasi).
a. Pekerjaan Grill Tangkapan Air ini ini mencakup pengadaan, penurunan dan
pemasangan pelaluran dalam batasan dimensi dan lokasi sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
b. Penyedia Jasa harus menjamin ketersediaan bahan dan ketepatan waktu pengiriman
berkaitan dengan proses galian tanah untuk saluran, sehingga lokasi penggalian
yang ada tidak terlalu lama dibiarkan terbuka.
c. Mutu beton yang dipergunakan sebagaimana dijelaskan dalam Sub Bab 4 Point C
tentang mutu Beton K350.
8. Lantai Kerja Beton.
a. Pekerjaan lantai kerja beton ini meliputi pekerjaan penghamparan lapisan beton
dengan mutu K125 untuk lantai dasar pemasangan pelaluran air dan box culvert.
b. Secara umum spesifikasi mutu beton K125 sebagimana dijelaskan dalam Sub Bab 4
Point C kecuali untuk ukuran agregat maksimum dimana beton K125 adalah 19
mm.
c. Apabila beton K125 diperoleh Penyedia Jasa melalui Batching Plan, maka selambatlambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pengecoran Penyedia Jasa harus
menyerahkan kepada Direksi Teknis data tertulis spesifikasi campuran untuk Beton
K125.
III. PEKERJAAN LAPISAN KEDAP.
1. Dinding Turap Baja.
a. Pekerjaan dinding turap baja ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penurunan
dan pemasangan dinding turap baja dengan dimensi panjang, tinggi dan tebal
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknis.
b. Turap baja berupa profil baja yang harus sesuai dengan AASHTO M202-02.
IV. PEKERJAAN ASPAL DAN PERKERASAN JALAN.
1. Penggalian Tanah dengan Alat Berat.
a. Pekerjaan galian ini mencakup penggalian, pemuatan dan pengangkutan
sesuai gambar rencana atau petunjuk direksi pekerjaan.
b. Semua daerah galian di dalam maupun di luar Rumija harus digali sesuai
dengan gambar kerja atau shop drawing yang diajukan oleh Penyedia Jasa dan
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis.
c. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan membayar setiap izin atau
kewenangan lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang
diperlukan dalam kontrak.
d. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi
setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran
bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan harus
memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi kegiatannya.
e. Elevasi akhir tanah dasar untuk perkerasan jalan tidak boleh berbeda lebih dari
20 mm dari yang ditentukan dalam gambar rencana dan toleransi kerataan
kurang dari 10 mm, yang diukur dengan mistar 3 m atau yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan pada setiap titik. Sedangkan untuk galian perkerasan tidak
boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan. Toleransi kelandaian galian
tidak boleh bervariasi lebih 10 cm dari garis profil yang ditentukan.
f. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang
(barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke
dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun
lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa
drum (atau yang sejenis) yang dicat putih beserta lampu merah atau kuning
6

guna menjamin keselamatan


diperintahkan Direksi Teknis.

para pengguna jalan,

sesuai dengan yang

2. Urugan Pilihan.
a. Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan bahan tanah urugan yang disetujui untuk pembuatan timbunan yang
diperlukan guna membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis kelandaian
dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
b. Toleransi Dimensi.
(1) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari
2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
(2) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
3. Lapisan Geotekstil.
a. Persyaratan Umum.
Serat (fiber) yang digunakan untuk membuat geotekstil dan tali (thread) yang
digunakan untuk menyambung geotekstil dengan cara dijahit, harus terdiri dari
polimer sintetik rantai panjang yang terbentuk dari sekurangkurangnya 95%
berat poliolefin atau poliester. Serat dan tali harus dibentuk menjadi suatu
jejaring stabil sedemikian rupa sehingga filamen (serat menerus) atau untaian
serat (yarn) dapat mempertahankan stabilitas dimensinya relatif terhadap yang
lainnya, termasuk selvage (bagian tepi teranyam dari suatu lembar geotekstil
yang sejajar dengan arah memanjang geotekstil). Geotekstil harus bebas dari
kerusakan atau robek. Geotekstil harus memenuhi syarat sifat-sifat minimum
untuk Kelas 1 pada AASHTO M-288, Geotextile Specification for Highway
Applications.
b. Persyaratan Khusus.
(1) Geotekstil untuk perkuatan timbunan harus memenuhi syarat yang
tercantum pada tabel di bawah.
(2) Benang yang digunakan harus benang polipropilena, poliester atau kevlar
dengan kekuatan tinggi. Tali nilon tidak diperbolehkan.
(3) Seluruh nilai pada Tabel 12.1, kecuali Ukuran Pori-pori Geotekstil (Apparent
Opening Size, AOS), menunjukkan Nilai Gulungan Rata-rata Minimum pada
arah utama terlemah. Nilai Ukuran Pori-pori Geotekstil menunjukkan nilai
gulungan rata-rata maksimum.
Tabel 12.1 Syarat Geotekstil Kekuatan Tinggi untuk Perkuatan Timbunan.

c.

Pelaksanaan.
(1) Umum.
Setelah penggelaran geotekstil, geotekstil tidak boleh terekspos unsur-unsur
atmosfer lebih dari 14 hari untuk mengurangi potensi kerusakan.
(2) Penyambungan.
(a) Jika sambungan keliman akan digunakan untuk menyambung
geotekstil, maka tali (thread) yang digunakan harus terbuat dari
polipropilena atau poliester dengan kekuatan tinggi. Tali dari nilon
tidak boleh digunakan. Tali harus mempunyai warna yang kontras
terhadap geotekstil yang akan disambung.
(b) Untuk sambungan yang dikelim di lapangan, Penyedia Jasa harus
menyediakan sekurang-kurangnya 2 meter panjang sambungan
keliman untuk diuji oleh Direksi Teknis sebelum geotekstil dipasang.
Untuk sambungan yang dikelim pabrik, Direksi Teknis harus
mengambil contoh untuk diuji dari sambungan pabrik secara acak dari
setiap gulungan geotekstil yang akan digunakan dilapangan.
(3) Lokasi pemasangan geotekstil harus diratakan dengan cara membersihkan,
memangkas dan menggali atau menimbun sesuai dengan elevasi rencana.
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mengupas tanah penutup permukaan
dan memangkas rerumputan.
(4) Geotekstil harus digelarkan secara lepas tanpa kerutan atau lipatan pada
tanah dasar yang disiapkan searah dengan lalu lintas alat berat. Tepi dari
gulungan-gulungan geotekstil yang bersebelahan harus ditumpang
tindihkan (overlap, dijahit atau digabungkan sesuai dengan gambar
rencana. Tumpang tindih harus dibuat arah yang sesuai dengan gambar
rencana. Tabel dibawah ini menunjukkan ketentuan tumpang tindih
berdasarkan nilai CBR tanah dasar.
Tabel Ketentuan Tumpang Tindih (Overlap)

(5) Pada bagian lengkungan, geotekstil dapat dilipat atau dipotong untuk
menyesuaikan lengkungan. Lipatan atau tumpang tindih harus searah
dengan lalu lintas alat berat dan ditahan dengan jepit, staples atau
gundukan tanah atau batu.
(6) Sebelum penimbunan, geotekstil harus diperiksa untuk memastikan bahwa
geotekstil tidak mengalami kerusakan (misalnya berlubang, robek atau
terkoyak) selama pemasangan. Jika dalam pemeriksaan ditemukan
kerusakan, maka Penyedia Jasa harus memperbaiki dengan tambalan
geotekstil dimana lebar tambalan harus melebihi daerah yang rusak.
4. Lapis Pondasi Agregat Kelas B dan Lapis Pondasi Agregat Kelas A.
a. Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pengadaan, pemasokan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi di
atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai persyaratan dan
detail yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai dengan perintah
Direksi Teknis, dan memelihara lapis pondasi agregat yang telah selesai sesuai
yang disyaratkan.
b. Pengadaan, mencakup pemecahan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya
yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan pada
seksi ini. Lapis pondasi agregat pada seksi ini mencakup lapis pondasi bawah
dan lapis pondasi.
c. Ketebalan Lapis Pondasi Agregat.

Bahan dan Lapisan Pondasi


Agregat

Toleransi Tinggi
Permukaan

Agregat kelas B atau kelas A


digunakan untuk lapis pondasi
jalan yang akan ditutup dengan
Lapis Resap Pengikat atau
pelaburan

+ 1 cm
- 0 cm

Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan atau kelas B tidak boleh
kurang dari tebal yang disyaratkan.
d. Bahan.
(1) Bahan lapis pondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui Direksi
Teknis.
(2) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Teknis 50 kg contoh
agregat yang akan digunakan untuk dijadikan rujukan selama pelaksanaan
pekerjaan.
(3) Fraksi Agregat Kasar.
(a) Agregat kasar (tertahan pada saringan 4,75 mm) harus terdiri atas
partikel yang keras dan awet.
(b) Agregat kasar kelas A yang berasal dari batu kali harus 100%
mempunyai paling sedikit dua bidang pecah.
(c) Agregat kasar kelas B yang berasal dari batu kali harus 65% mempunyai
paling sedikit satu bidang pecah.
e. Fraksi Agregat Halus.
Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel pasir atau
batu pecah halus dengan atau tanpa clay.
f. Sifat-sifat Bahan yang Disyaratkan.
Agregat untuk lapis pondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus memenuhi
ketentuan gradasi yang diberikan dalam Tabel 4.1-1 dan memenuhi sifat-sifat
yang diberikan dalam Tabel 4.1-2.
Tabel 4.1-1. Gradasi Lapis Pondasi Agregat.
Ukuran Saringan
ASTM
3
2
1
1
3/8
No.4
No.10
No.40
No.200

(mm)
75
50
37,5
25,0
9,50
4,75
2,0
0,425
0,075

Persen berat yang lolos, %


lolos
Kelas A
Kelas B

100
79 85
44 58
27 44
17 30
7 17
28

100
88 95
70 85
30 65
25 55
15 40
8 20
2-8

Tabel 4.1-2. Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat.


Sifat sifat

Kelas A

Kelas B

mak. 40%

mak. 40%

Indek Plastis (SNI-03-1966-1990 dan SNI-031967-1990).

mak. 6

mak. 6

Hasil kali Indek Plastisitas dengan % Lolos


Saringan No.200.

mak. 25

--

Batas Cair (SNI 03-1967-1990).

mak. 25

mak. 25

0%

mak. 1%

CBR (SNI 03-1744-1989).

min. 90%

min. 65%

Perbandingan persen lolos #200 dan #40.

mak. 2/3

mak. 2/3

Abrasi dari Agregat kasar (SNI 03-2417-1990)

Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah


Pecah dalam Agregat (SNI- 03-4141-1996).

g.

Pemadatan.
(1) Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis
harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan
memadai dan disetujui oleh Direksi Teknis, hingga kepadatan akhir
mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum modifikasi
(modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
(2) Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat
beroda karet untuk pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan
butiran yang lebih baik dan stabil. Alat pemadat roda besi berpenggetar
hanya digunakan untuk pemadatan awal.
(3) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 2% di bawah kadar air optimum sampai 2% di atas kadar
air optimum, kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan
oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
(4) Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah
dan bergerak ke sisi tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian
juga di daerah super-elevasi.
(5) Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan
lajur lainnya selebar tebal lapisan.
(6) Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat
yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris
mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui Direksi Teknis.
h. Pengendalian Mutu.
(1) Paling sedikit 21 (dua puluh satu) hari sebelum jadwal pelaksanaan
penghamparan agregat kelas B dan A, penyedia jasa harus menyerahkan
secara tertulis hasil uji laboratorium atas kualitas bahan agregat kelas B dan
A dari laboratorium independen yang bersertifikat KAN (Komisi Akreditasi
Nasional).
(2) Bahan baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis atas mutu bahan lapis fondasi agregat yang diusulkan, bila
menurut pendapat Direksi Teknis terdapat perubahan mutu bahan atau
metode produksinya maka seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi
lagi.
(3) Segera setelah proses pemadatan selesai dilaksanakan, lapis pondasi agregat
harus diuji tingkat kepadatannya untuk dibandingkan dengan hasil uji
10

kepadatan di laboratorium dengan menggunakan metode sand cone sesuai


dengan ketentuan yang ada dalam SNI 03-2828-1992.
(4) Pengambilan titik dan contoh bahan agregat di lapangan dilakukan
minimal 3 titik untuk masing-masing jenis agregat.
(5) Apabila hasil uji sand cone belum memenuhi dengan yang dipersyaratkan,
maka harus dilakukan pemadatan ulang dan dilakukan pengujian lagi
dengan metode yang sama.
(6) Penyedia jasa tidak diperkenankan untuk melakukan pekerjaan berikutnya
(perkerasan aspal atau rigid) sebelum hasil uji kepadatan lapangan
diserahkan ke direksi teknis dan mendapatkan persetujuan atas hasil uji
tersebut.
5. Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) dan Lapis Perekat (Tack Coat).
a. Bahan Lapis Resap Pengikat.
(1) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau rekasi lambat (slow setting)
yang memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi yang
menunjukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi tanapa pengikat yang
disetujui. Aspal emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak
bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang dari 60% dan mempunyai penetrasi
aspal tidak kurang dari 80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 air bersih
dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(2) Aspal semen Pen. 80/100 atau Pen. 60/70, memenuhi AASHTO M20,
diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang
digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan setelah
dilakukan percobaan.
b. Bahan Lapis Perekat.
(1) Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 036392-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian
air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk
mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(2) Aspal semen Pen. 60/70 atau 80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO
M20, diencerkan dengan 25 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal
(25 pph 30 pph).
Tabel 4.1-1. Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Tack Coat

c.

Takaran dan Temperatur Pemakaian Aspal.


(1) Takaran Lapis Resap Pengikat adalah 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi
untuk Lapis Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat.
(2) Penyedia Jasa harus melakukan percobaan lapangan di bawah
pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran
yang tepat (liter per meter persegi) dan percobaan tersebut dapat
diulangi sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknis, bila jenis
11

permukaan yang akan disemprot atau jenis dari aspal berubah. Takaran
untuk lapis perekat ditunjukkan pada Tabel 4.1-2.
Tabel 4.1-2. Takaran Pemakaian Lapis Perekat

(3) Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabel 4 . 1 -2, kecuali


diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Temperatur penyemprotan
untuk aspal cair yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang
ditentukan dalam daftar ini, temperaturnya dapat diperoleh dengan cara
interpolasi.
Tabel 4.1-3. Temperatur Penyemprotan

6. Laston Lapis Pondasi (AC Base), Laston Lapis Aus Perata (AC-WC L) dan Laston Lapis
Aus (AC-WC).
a. Laston Lapis Pondasi (AC Base) mempunyai ukuran agregat maksimum 37,5 mm.
b. Laston Lapis Aus (AC-WC) dan Laston Lapis Aus Perata (AC-WCL) mempunyai
ukuran agregat maksimum 19 mm.
c. Tebal lapisan dan toleransi.
(1) Tebal Laston Lapis Pondasi (AC-Base) dan Laston Lapis Aus (AC-WC) harus
diperiksa dengan benda uji inti (core) perkerasan yang diambil oleh
penyedia jasa sesuai petunjuk direksi teknis. Benda uji inti harus diambil
paling sedikit dua titik pengujian per penampang melintang per lajur
dengan jarak memanjang antar penampang melintang yang diperiksa tidak
lebih dari 100 meter.
(2) Tebal aktual hamparan lapis beraspal setiap segmen, didefinisikan sebagai
tebal rata-rata yang memenuhi syarat toleransi yang ditunjukkan pada pasal
4.2.b.(6) dari semua benda uji yang diambil dari segmen tersebut.
(3) Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi
AMP (Asphalt Mixing Plant).
(4) Tebal aktual Laston Lapis Pondasi (AC Base) dan Laston Lapis Aus (AC-WC)
harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan yang ditentukan atau
ditunjukkan dalam gambar rencana. Bila tebal lapisan dalam satu segmen
terdapat benda uji inti yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
disebutkan diatas maka sub-segmen yang tidak memenuhi persyaratan
harus dibongkar atau dilapis kembali dengan tebal nominal minimum yang
dipersyaratkan.
(5) Tebal aktual Laston Lapis Aus Perata (AC-WCL) dapat kurang atau lebih
tebal dari tebal perkiraan yang ditunjukkan dalam gambar rencana karena
adanya perbaikan bentuk.
(6) Tebal aktual Laston Lapis Aus Perata (AC-WCL) dapat kurang atau lebih
tebal dari tebal perkiraan yang ditunjukkan dalam gambar rencana karena
adanya perbaikan bentuk.
12

(7) Tebal toleransi untuk Laston Lapis Pondasi (AC Base) tidak lebih dari 5 mm
dan untuk Laston Lapis Aus (AC-WC) tidak lebih dari 3,00 mm.
(8) Tebal nominal minimum :
Laston Lapis Pondasi (AC Base) : 6,0 cm
Laston Lapis Aus (AC-WC)
: 4,0 cm
d. Persyaratan Bahan.
(1) Umum.
(a) Dalam pemilihan sumber agregat Penyedia Jasa dianggap sudah
memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal
sebagai akibat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima
sebagai alasan untuk melakukan negosiasi kembali harga satuan dari
campuran beraspal.
(b) Penyerapan air oleh agregat adalah 3%.
(c) Berat jenis (bulk specific gravity) agregat kasar dan halus
minimum 2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2.
(2) Agregat Kasar.
(a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan saringan
No.8 (2,36 mm) dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung
atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan
yang diberikan dalam Tabel 4.2-3.
(b) Fraksi agregat kasar harus batu pecah dan harus disiapkan dalam
ukuran nominal. Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah
satu saringan yang lebih besar dari ukuran nominal
maksimum
(nominal maximum size). Ukuran nominal maksimum adalah
satu saringan yang lebih kecil dari saringan pertama (teratas)
dengan bahan tertahan kurang dari 10%.
Tabel 4.2-3. Ketentuan Agregat Kasar.

Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau
lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

Tabel 4.2-4. Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin Untuk


Campuran Aspal.

13

(3) Agregat Halus.


(a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
penyaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan No.4
(4,75 mm).
(b) Agregrat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya
Tabel 4.2-5. Ketentuan Agregat Halus.

(4) Bahan Pengisi (Filler).


Bahan pengisi yang ditambahkan harus dari semen portland, bahan
tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki dan tidak
menggumpal. Debu batu (stonedust) dan bahan pengisi yang ditambahkan
harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
penyaringan sesuai SNI 03-4142-1996 harus mengandung bahan yang
lolos saringan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75% dari yang lolos
saringan No.30 (600 micron) dan mempunyai sifat non plastis.
(5) Gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal, ditunjukkan dalam
Tabel 5.3-3. Gradasi agregat gabungan Laston harus berada di dalam batasbatas titik kontrol (control point) dan harus berada di luar daerah yang
dihindari dan sebagaimana yang diberikan dalam Tabel 4.2-6.
Tabel 4.2-6. Gradasi Agregat Gabungan

Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan
nomor 30 (0,600 mm), lihat Tabel 12.11.B. sebagai contoh batas-batas Bahan Bergradasi
Senjang dimana bahan yang lolos nomor 8 (2,36 mm) dan tertahan pada ayakan nomor 30
(0,600 mm).
2. Untuk semua jenis campuran, lihat Tabel 12.9.B untuk ukuran agregat nominal maksimum pada
tumpukan bahan pemasok dingin.
3. Apabila tidak ditetapkan dalam gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai dengan petunjuk
direksi pekerjaan dengan mengacu pada ketentuan dalam spesifikasi ini.

14

Tabel 4.2-7. Contoh Batas-batas Bahan Bergradasi Senjang.

(6) Bahan Aspal.


Bahan aspal berikut yang sesuai dengan Tabel 4.2-7 dapat digunakan
bahan pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan
campuran beraspal sebagaimana mestinya sesuai dengan yang
dipersyaratkan, sebagaimana yang disebutkan dalam gambar atau
diperintahkan oleh Direksi Teknis.
Tabel 4.2-7. Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras.

Catatan :
1. Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat (bitumen) yang diekstraksi dengan
menggunakan Metode SNI 2490 : 2008. Sedangkan untuk pengujian kelarutan dan gradasi
mineral dilaksanakan pada seluruh bahan pengikat termasuk kandungan mineralnya.
2. Pabrik pembuat bahan pengikat tipe II dapat mengajukan metode pengujian alternatif untuk
viskositas, bilamana sifat-sifat elastomerik atau lainnya didapati berpengaruh terhadap akurasi
pengujian penetrasi, titik lembek atau standar lainnya.
3. Viskositas juga diuji pada temperatur 1000 C dan 1600 C untuk tipe I dan untuk tipe II pada
temperatur 1000 C dan 1700 C.

(7) Aspal Modifikasi.


Aspal yang dimodifikasi haruslah jenis aspal asbuton dan elastomerik
latex atau sintetis memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Tabel 12.12.A.
Proses pembuatan aspal modifikasi tidak diperbolehkan kecuali ada
lisensi dari pabrik pembuat aspal modifikasi dan pabrik pembuatnya
15

menyediakan instalasi pencampur yang setara dengan yang digunakan


di pabrik asalnya.
Aspal modifikasi harus dikirim dalam tangki yang dilengkapi dengan alat
pembakar gas atau minyak yang dikendalikan secara termostatis.
Pembakaran langsung dengan bahan bakar padat atau cair didalam
tabung tangki tidak diperkenankan dalam kondisi apapun. Pengiriman
dalam tangki harus dilengkapi dengan sistem segel yang disetujui untuk
mencegah kontaminasi yang terjadi apakah dari pabrik pembuatnya atau
dari pengirimannya.
e. Formula Campuran Rancangan (Design Mix Formula/DMF ).
Paling sedikit 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal,
Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis kepada Direksi Teknis, usulan
Formula Campuran Rancangan (DMF) untuk campuran yang akan
digunakan dalam pekerjaan yang mencakup :
(a) Ukuran nominal maksimum partikel.
(b) Sumber-sumber agregat.
(c) Persentase setiap fraksi agregat yang akan digunakan Penyedia Jasa,
pada penampung dingin dan penampung panas.
(d) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan
dalam Tabel 4.2-6.
(e) Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran.
(f) Temperatur pencampuran.
Penyedia Jasa harus menyediakan data dan grafik campuran percobaan
laboratorium untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua
kriteria sesuai jenis campuran yang direncanakan dalam Tabel 4.2-8. Sifat-sifat
benda uji yang sudah dipadatkan harus dihitung menggunakan metode dan
rumus yang ditunjukkan dalam RSNI M-01-2003 dan RSNI M-06-2004.
Tabel 4.2-8. Ketentuan Sifat Campuran Laston.
Sifat-sifat Campuran

Laston (AC)
Lapis
Lapis Aus
Antara
(AC WC)
(AC BC)

Lapis
Pondasi
(AC Base)

75

112 (1)

Jumlah tumbukan per bidang


Rasio partikel lolos ayakan 0,075
mm dengan kadar aspal efektif

Rongga dalam campuran (%)(2)

Min

1,0

Maks

1,4

Min

3,0

Maks

5,0

Rongga dalam agregat (VMA) (%)

Min

15

14

13

Rongga terisi aspal (%)


Stabilitas Marshal (Kg)

Min
Min
Min
Maks

65

65

65
1800 (1)
3
6 (1)

Pelelehan (mm)

800
2
4

Stabilitas Marshal sisa (%) setelah


perendaman 24 jam 600 C (3)

Min

90

Rongga dalam campuran (%) pada


kepadatan membal (refusal) (4)

Min

Dalam 7 (tujuh) hari Direksi Teknis akan:


(a) Menerima
usulan
tersebut
jika
memenuhi
spesifikasi
dan
mengizinkan Penyedia Jasa untuk melakukan percobaan pelaksanaan.
(b) Menolak usulan tersebut jika tidak memenuhi spesifikasi. Dan selanjutnya
Penyedia Jasa harus melakukan percobaan campuran baru dengan biaya
sendiri untuk memperoleh suatu campuran rancangan yang memenuhi
spesifikasi. Direksi Teknis, dapat memberikan saran kepada Penyedia Jasa
16

untuk memodifikasi sebagian rumus rancangannya atau mencoba agregat


lainnya.
Bagaimanapun juga pembuatan suatu rumus campuran rancangan yang
memenuhi ketentuan merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.
f. Penerapan Formula Rancangan Kerja dan Toleransi yang Diijinkan.
Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan
formula campuran kerja, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam
Tabel 5.3-9 di bawah ini.
Tabel 5.3-9. Toleransi Campuran.
Uraian

Toleransi

Agregat Gabungan Lolos Saringan


- Sama atau lebih besar dari 2,36 mm

5% berat total agregat

- 2,36 mm sampai No.50

3% berat total agregat

- No.100 dan tertahan No.200


- No.200
Kadar aspal

2% berat total agregat

Temperatur Campuran keluar dari pugmill

10C

1% berat total agregat


0,3% berat total campuran

Catatan:
1. Apabila setiap bahan memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Formula Campuran
Kerja (JMF) dan toleransi yang diizinkan, tetapi menunjukkan perubahan atau tidak
konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber
setiap bahan berubah, maka harus dibuat suatu Formula Campuran Kerja (JMF) baru atas
biaya Penyedia Jasa dan harus diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas untuk
disetujui, sebelum campuran beraspal baru dihampar di lapangan.
2. Interpretasi Toleransi yang Diizinkan
Batas-batas absolut yang ditentukan oleh formula campuran kerja maupun toleransi
yang diizinkan menunjukkan bahwa Penyedia Jasa harus bekerja dalam batas-batas
yang digariskan pada setiap saat. Adanya batas-batas toleransi tidak berarti gradasi
pelaksanaan boleh keluar dari titik-titik kontrol dan memotong daerah yang dihindari
(restricted zone).

g. Ketentuan Kepadatan.
(a) Kepadatan yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam SNI 036757-2002, tidak boleh kurang dari 98% kepadatan standar kerja (job
standard density).
(b) Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam
memadatkan campuran beraspal apabila kepadatan lapisan yang telah
dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai- nilai yang diberikan Tabel 5.310. Apabila rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan
dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang
diukur untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut
harus diganti dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.
Tabel 5.3-10. Ketentuan Kepadatan.
Kepadatan yang
disyaratkan (%
JSD)
98

97

Jumlah benda
uji per
pengujian

Kepadatan Minimum
Rata-rata (% JSD)

34
5
6
3-4
5
6

98,1
98,3
98,5
97,1
97,3
97,5

Nilai minimum
setiap pengujian
tunggal
(% JSD)
95
94,9
94,8
94
93,9
93,8

h. Pengambilan Benda Uji Inti Lapisan Beraspal.


(a) Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor uji inti (core) yang mampu
memotong benda uji inti berdiameter 4 inci maupun atau 6 inci tergantung
dari ukuran butir maksimum campuran pada lapisan beraspal yang telah
17

selesai dikerjakan. Biaya dan benda uji inti untuk pengendalian proses
harus sudah termasuk ke dalam harga satuan Penyedia Jasa untuk
pelaksanaan perkerasan lapis beraspal dan tidak dibayar secara terpisah.
(b) Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau
lainnya harus segera ditutup kembali dengan bahan campuran beraspal
oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan dengan energi pemadatan sesuai
dengan penumbukan Marshall 4 inci dan 6 inci (RSNI M-01-2003 dan RSNI
M-06-2004).
V. PEKERJAAN LAIN-LAIN.
1. Marka Jalan Thermoplastik.
a. Bahan yang digunakan untuk Marka Jalan Termoplastik mengacu pada SNI 064826-1998.
b. Sebelum penandaan marka jalan, Penyedia Jasa harus menjamin bahwa
permukaan perkerasan jalan yang akan diberi marka harus bersih, kering dan
bebas dari bahan berminyak dan berdebu. Penyedia Jasa harus menghilangkan
dengan grit blasting (pengausan dengan bahan berbutir halus) setiap marka jalan
lama baik termoplastis maupun bukan, yang akan menghalangi kelekatan lapisan
marka baru.
c. Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur, garis tepi
dan zebra cross dengan bantuan sebuah mesin mekanis yang disetujui, bergerak
dengan mesin sendiri, jenis penyemprotan atau penghamparan otomatis dengan
katup mekanis yang mampu membuat garis putus-putus dalam pengoperasian
yang menerus (tanpa berhenti dan mulai berjalan lagi) dengan hasil yang dapat
diterima Direksi Teknis. Mesian yang digunakan tersebut harus menghasilkan
suatu laisan yang rata dan seragam dengan tebal basah minimum 1,50 mm
belum termasuk butiran kaca (glass bead) yang juga ditaburkan secara mekanis
dengan garis tepi yang bersih (tidak bergerigi) pada lebar rancangan yang sesuai.
Bilamana tidak disyaratkan oleh pabrik pembuatnya, maka cat termoplastik harus
dilaksanakan pada temperatur 204 218 oC.
d. Bilamana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka Direksi Teknis dapat
mengijinkan pengecatan marka jalan dengan cara manual, dikuas, disemprot dan
dicetak dengan sesuai konfigurasi marka jalan dan jenis cat yang disetujui untuk
penggunaannya.
e. Butiran kaca (glass bead) harus ditaburkan di atas permukaan cat segera setelah
pelaksanaan penyemprotan atau penghamparan cat. Butiran kaca (glass bead)
harus ditaburkan dengan kadar 450 gram/m2 untuk semua jenis cat.
f. Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan memenuhi
ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa tas
biayanya sendiri.
2. Biopori.
a. Pekerjaan pemasangan biopori ini mencakup pengadaan, pengangkutan dan
pemasangan biopori dengan dimensi sebagaimana ditunjukkan dalam gambar
rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
b. Bahan-bahan pembuatan biopori harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam
gambar rencana.

18

Anda mungkin juga menyukai