Abstrak
Kalau dilihat perkembangan dunia struktur di Indonesia semakin meningkat pesat dan
diimbangi dengan bahan bangunan yang memiliki keunggulan-keunggulan, salah satu
diantaranya yaitu struktur beton. Disini yang mempengaruhi kuat tekan beton salah satunya
agregat kasar yang digunakan, yang mana agregat kasar terdiri dari batu pecah dan batu bulat
(kerikil). Batu pecah bentuk permukaan butirannya relatif kasar dan sangat baik untuk mutu
beton tinggi sedangkan kerikil butirannya relatif halus tidak cocok untuk mutu beton tinggi,
maka dari itu dicoba melakukan penelitian mencampurkan dua agregat tersebut untuk
mencapai kuat tekan beton tinggi. Metode pencampuran beton (mix design) menggunakan
mix design standar SK SNI T-15-1990-03.
Penelitian yang dilakukan disini menggunakan 5 (lima) variasi campuran yaitu, 10% kerikil
90% batu pecah, 30% 70%, 50% 50%, 70% 30% dan 90% 10%. Hasil dari penelitian
tersebut kuat tekan yang dicapai yaitu, untuk campuran 10% 90% kuat tekan yaitu 38,53
MPa, 30% 70% = 38,25 MPa, 50% 50% = 35,41 MPa, 70% 30% = 35,07 MPa dan
90% 10% kuat tekan yang dicapai 32,92 MPa. Kuat tekan beton cenderung bertambah
seiring dengan penambahan prosentase batu pecah kuat, dengan campuran optimum 100%
batu pecah dan 0% krikil menunjukkan kekuatan maksimum sebesar 43,41 Mpa.
Kata-kata Kunci: variasi campuran, beton, agregat, batu bulat, batu pecah dan uji kuat
tekan.
If seen [by] structure world growth in Indonesia progressively mount fast and made
balance to with construction material owning excellence, one of [the] among others
that is concrete structure. Here influencing strength depress concrete one of them
used harsh aggregate, which harsh aggregate consist of stone break and circular stone
( gravel). Stone break form surface [of] its item [is] harsh relative and very good to
quality of high concrete while its item gravel relative incompatible refinement to
quality of high concrete, hence from that tried to [do/conduct] research mix two the
aggregate to reach strength depress high concrete. method Mixing [of] concrete
( design mix) using SK SNI T-15-1990-03 standard design mix
[done/conducted] Research here use 5 ( mixture variation [of] lima) that is, 10%
gravel 90% stone break, 30 - 70%, 50 - 50%, 70 - 30% and 90 - 10%. Result from the
research [of] strength depress reached that is, for the mixture of 10 - 90% strength
depress that is 38,53 MPA, 30 - 70 = 38,25 MPA, 50 - 50 = 35,41 MPA, 70 - 30 =
35,07 MPA and 90 - 10% strength depress reached 32,92 MPA. Strong depress
concrete tend to to increase along with addition of[is percentage of stone break
strength, with optimum mixture 100% stone break and 0% krikil show maximum
strength equal to 43,41 Mpa
1. PENDAHULUAN
Beton dipakai secara luas sebagai bahan bangunan dalam dunia konstruksi, terutama
karena nilai ekonominya yang baik. Sebagai salah satu material utama dalam konstruksi,
beton senantiasa dikembangkan, mulai dari penelitian dan percobaan-percobaan yang telah
dilakukan. Tujuan dari pengembangan ekonomi beton ialah untuk mendapatkan sifat
mekanis yang optimal dengan harga yang relatif murah. Salah satu cara untuk mendapatkan
sifat mekanis beton yang baik ialah dengan cara mengoptimalkan bahan-bahan pembentuk
campuran beton tersebut.
Beton yang baik adalah beton yang memenuhi syarat suatu peraturan beton
Indonesia dan menjamin bangunan tersebut akan tahan lama, sesuai target yang diinginkan,
tinggi rendahnya nilai kekuatan beton sangat tergantung dari kualitas bahan-bahan
pembentuk beton yaitu air, semen dan agregat. Disamping itu kekuatan tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi atau pencampuran beton dalam konstruksi karena apabila dalam
pelaksanaan ternyata mengalami kesukaran dalam pencampuran maka akibatnya nilai
kekuatan beton akan menurun.
Kemajuan pengetahuan tentang teknologi beton telah dapat memenuhi berbagai
tuntutan tertentu, misalnya pemakaian bahan lokal yang dapat diperoleh disuatu daerah
tertentu dengan mengubah perbandingan bahan dasar yang sesuai, maupun cara pengerjaan
yang cocok dengan kemampuan pekerja, serta kebutuhan penampilan yang sesuai. Saat ini
pengetahuan cara pembuatan beton tampaknya lebih populer daripada pengetahuan tentang
bahan dasarnya (Tjokrodimuljo, 1997: 1).
Dari keterangan diatas maka dicoba melakukan pencampuran dua agregat yang
berbeda yaitu batu bulat dan batu pecah untuk mencapai kuat tekan maksimum dari beton
tersebut.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan tentang hubungan rencana
campuran dengan kuat tekan beton menunjukkan hasil anatara lain sebagai berikut ini.
Rusdi (2004) melakukan penelitian tentang Perancangan Campuran Beberapa Mutu
Beton Dengan Menggunakan Agregat Asal Sungai Batang Kuantan (untuk fc=17,5 Mpa
dan untuk fc=22,5 Mpa), dengan mix design Standar SK SNI T-15-1990-03. Dari hasil
penelitian menunjukkan mutu beton yang menggunakan material kerikil (alami)
menghasilkan mutu beton yang direncanakan, tetapi untuk beton mutu tinggi tidak tercapai,
berarti agregat asal Sungai Batang Kuantan tidak bisa digunakan untuk beton mutu tinggi
tanpa adanya zat tambahan aditif lainnya.
Indartha (2002) melakukan penelitian
tentang Pembuatan Beton Dengan
Menggunakan Bahan Campuran Batu Granit metode yang digunakan SK SNI T-15-199103. Hasil penelitian menunjukkan mutu beton yang menggunakan material batu granit (fc=
278,86 kg/cm2) lebih baik dari mutu beton yang menggunakan kerikil biasa (fc= 185,906
kg/cm2) dengan memakai cara pembuatan beton yang sama, yaitu memakai volume 1:2:3
dimana Volume wadahnya adalah 14,5241.
3. LANDASAN TEORI
Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar dan halus
yang dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat dan pengisi antara agregat
kasar dan halus, kadang-kadang ditambahkan addictif atau admixture bila diperlukan
(Subakti, 1999: 1). Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton
ialah kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. Permukaan yang halus pada
kerikil dan kasar pada batu pecah berpengaruh pada lekatan dan besar tegangan saat
retak-retak beton mulai mulai terbentuk. Oleh karena itu kekasaran permukaan ini
berpengaruh terhadap kurva tegangan-regangan tekan beton, dan terhadap kekuatan
betonnya. Akan tetapi bila adukan beton didasarkan pada nilai slump yang sama
besar, pengaruh tersebut tidak tampak karena agregat yang permukaannya halus
memerlukan air yang lebih sedikit, berarti faktor air semennya rendah yang
menghasilkan kuat tekan beton yang lebih tinggi.
4. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan dilaboratorium beton Fakultas Teknik Univesitas Islam Riau,
laboratorium dipakai untuk melakukan pemeriksaan material, mix design, pembuatan benda
uji, pengujian slump, pengujian berat isi dan pengujian kuat tekan. Bahan-bahan yang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) material yaitu
agregat halus dan agregat kasar, yaitu batu kerikil dan batu pecah, yang mana hasil
pemeriksaannya dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3 berikut ini.
Untuk
Kondisi
Banyaknya
Bahan
Semen
(Kg)
Agregat
Halus (Kg)
Agregat
Kasar (Kg)
Air
(Liter)
(1)
(2)
SSD
10%-90%
Lapangan
SSD
30%-70%
Lapangan
(3)
Untuk 1 m
Perbandingan
Tiap 1 sak
semen
Untuk 1 m
Perbandingan
Tiap 1 sak
semen
Untuk 1 m
Perbandingan
Tiap 1 sak
semen
Untuk 1 m
Perbandingan
Tiap 1 sak
semen
(4)
368
1
(5)
456,5
1,239
(6)
1369,5
3,721
(7)
184
0,5
50
61,95
186,05
25
368
1
455,04
1,24
1360,74
3,70
194,22
0,53
50
62
185
26,5
368
1
456,25
1,240
1368,75
3,719
184
0,5
50
62
185,95
25
368
1
454,79
1,24
1359,99
3,69
194,22
0,53
50
62
184,5
26,5
(3)
Untuk 1 m
Perbandingan
(4)
368
1
(5)
455,75
1,238
(6)
1367,25
3,715
(7)
184
0,5
Tiap 1
semen
50
61,9
185,75
25
Untuk 1 m
Perbandingan
368
1
454,29
1,23
1358,50
3,68
194,21
0,53
Tiap 1
semen
50
61,5
184
26,5
Untuk 1 m
Perbandingan
368
1
455,5
1,24
1366,5
3,63
184
0,5
Tiap 1
semen
50
62
181,85
25
Untuk 1 m
Perbandingan
368
1
454,04
1,23
1357,75
3,68
194,21
0,53
Tiap 1
semen
50
61,5
184
26,5
Untuk 1 m
Perbandingan
368
1
444,75
1,21
1354,25
3,68
184
0,5
Tiap 1
semen
50
60,5
184
25
Untuk 1 m
Perbandingan
368
1
443,33
1,20
1345,58
3,65
194,09
0,53
Tiap 1
semen
50
60
182,5
26,3
Untuk 1 m
Perbandingan
Tiap 1 sak
semen
368
1
50
455,5
1,238
61,95
1366,5
3,713
185,65
184
0,5
25
Untuk 1 m
368
454,04
1357,75
194,21
Tabel 6 (Lanjutan)
(1)
(2)
SSD
50%-50%
Lapangan
SSD
70%-30%
Lapangan
SSD
90%-10%
Lapangan
100%
(Kerikil)
SSD
Lapangan
sak
sak
sak
sak
sak
sak
100%
(BPC)
SSD
Lapangan
Perbandingan
Tiap 1 sak
semen
1
50
1,23
61,5
3,68
184
0,53
26,5
Untuk 1 m
Perbandingan
368
1
456,5
1,239
1369,5
3,721
184
0,5
Tiap 1
semen
50
61,95
186,05
25
368
455,04
1360,74
194,22
Perbandingan
1,23
3,69
0,53
Tiap 1
semen
50
61,5
184,5
26,5
sak
Untuk 1 m
sak
K6
27,65
37,63
37,17
37,85
35,08
K7
44,42
42,16
41,71
45,33
43,41
Dari Tabel 9 dan 10 dapat dilihat hasil dari pengujian kuat tekan beton mengalami
peningkatan seiring bertambahnya penggunaan batu pecah (agregat Bangkinang), dalam hal
ini kuat tekan beton optimum yaitu dengan agregat kasar campuran 10% agregat Batang
Kuantan, 90% agregat Bangkinang, kuat tekan yang dicapai 38,53 Mpa, peningkatan kuat
tekan ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4 Perkembangan kuat tekan beton dengan beberapa persen campuran yang
berbeda antara agregat Batang Kuantan dan agregat Bangkinang
Hubungan kuat tekan beton terhadap berat isi beton dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut
ini.
Keterangan :
90%-10%, dimana beton dengan campuran 10%-90% memiliki kuat tekan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan persen campuran lainnya.
3.12. Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Regresi
Dari hasil kuat tekan didapat persentase kuat tekan beton dari campuran 10% kerikil,
90% batu pecah, 30%-70%, 50%-50%, 70%-30% dan 90%-10%, dapat dilihat pada Gambar
7 dibawah ini.
Gambar 7 Grafik kuat tekan beton dengan persentase batu pecah terhadap kerikil pada umur
28 hari
Dari Gambar 7 di atas dapat dijelaskan bahwa beton dengan mencampurkan
beberapa persen campuran mempunyai kolerasi R 2 = 0,847 yang hampir mendekati satu, ini
membuktikan bahwa beton yang dicampurkan dengan dua agregat yang berbeda mempunyai
mutu yang bagus, yang mana dari gambar di atas kuat tekan rata-ratanya di atas 30 Mpa jauh
dari kuat tekan yang direncanakan yaitu 25 Mpa.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelunnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Semakin banyak menggunakan batu pecah maka semakin tinggi kuat tekan yang dicapai,
dimana 10% kerikil, 90% batu pecah kuat tekan yang dicapai sebesar 38,53 Mpa,
sedangkan 30%-70% kuat tekan yang dicapai sebesar 38,25 Mpa, 50%-50% kuat
tekannya sebesar 35,41 Mpa, 70%-30% kuat tekan yang dicapai yaitu 35,07 Mpa dan
untuk campuran 90%-10% kuat tekan yang dicapai yaitu 32,92 Mpa, mencapai kuat
tekan rencana yaitu 25 Mpa, disini peneliti mengambil umur 28 hari saja.
2. Dengan mencampurkan kerikil Batang Kuantan dan batu pecah Bangkinang kuat tekan
optimumnya yaitu pada pencampuran 10% kerikil Batang Kuantan 90% batu pecah
Bangkinang, kuat tekan yang dicapai yaitu 38,53 Mpa.
3. Semakin besar berat isi beton maka semakin tinggi kuat tekan yang dicapai, dimana kuat
tekan 32,92 Mpa berat isi beton yaitu 2,44 kg/cm3, kuat tekan 35,07 Mpa berat isi yaitu
2,49 kg/cm3, kuat tekan 35,41 Mpa berat isi 2,54 kg/cm3, kuat tekan 38,25 Mpa berat isi
2,58 kg/cm3 dan kuat tekan 38,53 Mpa berat isi betonnya 2,62 kg/cm3.
Saran
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka campuran kerikil Batang Kuantan dan batu
pecah Bangkinang sebaiknya digunakan untuk bangunan dengan mutu beton tinggi
(kelas III) atau kuat tekan beton dengan kuat tekan karakteristik diatas 22,5 Mpa seperti:
bangunan bertingkat, karena kuat tekan rata-rata diatas 30 Mpa.
2. Untuk Industri beton (Ready Mix), bahwa pencampuran kerikil dengan batu pecah bisa
digunakan untuk beton mutu tinggi dengan tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas dari
beton tersebut.
3. Untuk mendapatkan mutu beton yang lebih baik lagi disarankan agar memperhatikan
beberapa faktor seperti Faktor Air Semen (FAS), kualitas agregat kasar, kualitas agregat
halus, pengujian material, pengecaoran beton, serta pemadatan.
Daftar Pustaka
Dipohusodo, I., 1999, Struktur Beton Bertulang, SK SNI T-15-1991-03, Departemen
Pekerjaan Umum RI.
Mulyono, Tri., 2004, Teknologi Beton, Edisi I, Andi Yogyakarta.
Rooseno, R., 1980, Beton Bertulang, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Soetjipto, 1980, Konstruksi Beton, Edisi I Dept. DikBud, Jakarta.
Tjokrodimuljo.K., 1997, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.