Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STENOSIS DUODENUM
DI RUANG BEDAH ANAK RSU dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun oleh :
RETNO SUSANTI N
2015.04.015
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun
lobularis / bronchopneumonia.( Jan Tambayong 2010)
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan
adanya konsolidasi akibat
Fugate, 2011)
Pneumonia adalah Suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Huddak Gallo 2008 ).
Pneumonia adalah Suatu radang paru-paru yang ditandai oleh adanya
konsolidasi exudat yang mengisi alveoli dan bronchiolus ( Barbara C.Long 2009 )
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacammacam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. (Guyton 2010)
B. Etiologi
1. Virus Influenza
2. Virus Synsitical respiratorik
3. Adenovirus
4. Rhinovirus
5. Rubella
6. Varisella
7. Micoplasma (pada anak yang relatif besar)
8. Pneumococcus
9. Streptococcus
10. Staphilococcus
D. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, dibagi atas;
1. Bakteri
Basil
gram
negatif
seperti
Hemiphilus
influensa,
Pneumokokus
aureginosa, Tubberculosa.
1. Virus
Virus
respiratory
syncytial,
virus
influensa,
virus
adeno,
virus
sistomegalik.
2. Aspirasi
2. Pneumonia hipostatik
3. Jamur
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas akut bagian
atas selama beberapa hari dengan gejala sesak nafas, takipnea, sakit kepala
kemudian diikuti dengan demam, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40 derajat C,
sakit tenggorok, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk dengan sputum purulen,
kadang-kadang berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian sakit tertinggal waktu bernafas
didapatkan ronchi basah halus, yang kemudian menjadi ronchi basah kasar pada
stadium resolusi.
G. PATHWAY
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae
Kontaminasi peralatan RS
Kuman berlebih di
Kuman terbawa di
bronkus
saluran pencernaan
Proses peradangan
Infeksi saluran
pencernaan
Akumulasi sekret
Peningkatan flora
di bronkus
MK:Bersihan
jalan nafas tidak
Mukus bronkus
Peningkatan peristaltik
meningkat
usus
Malabsorbrsi
efektif
sedap
Anoreksia
alveoli
Septikimia
masuk alveoli
Gangguan difusi
dalam plasma
MK:Gangguan
pertukaran gas
Diare
Edema kapiler
Iritasi PMN
eritrosit pecah
Peningkatan
Edema paru
metabolisme
Evaporasi
Pengerasan
meningkat
dinding paru
Penurunan
compliance paru
Intake kurang
MK:Nutrisi kurang
MK:Gangguan
Suplai O2
keseimbangan cairan
menurun
dan eletrolit
Hipoksia
dari kebutuhan
Hiperventilasi
Metabolisme anaeraob
Dispneu
Retraksi dada /
meningkat
Akumulasi asam laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue
MK: Gangguan
pertukaran gas
Intoleransi
aktivitas
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit,
biasanya > 10.000/l kadang mencapai 30.000 jika disebabkan virus atau
mikoplasma jumlah leucosit dapat normal, atau menurun dan pada hitung jenis
leucosit terdapat pergeseran kekiri juga terjadi peningkatan LED. Kultur darah
dapat positif pada 20 25 pada penderita yang tidak diobatai. Kadang
didapatkan peningkatan ureum darah, akan tetapi kteatinin masih dalah batas
normal. Analisis gas darah menunjukan hypoksemia dan hypercardia, pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Pemeriksaan kultur sputum
untuk mengetahui organisme penyebab.
2. Gambaran Radiologi
Foto toraks merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat penting.
Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi. Gambaran konsolidasi
dengan air bronchogram (pneumonia lobaris), tersering disebabkan oleh
streptococcus pneumonia. Gambaran radiologis pada pneumonia yang
disebabkan clebsibella sering menunjukan adanya konsolidasi yang terjadi
pada lobus atas kanan, kadang dapat mengenai beberapa lobus. Gambaran
lainya dapat berupa bercak daan cavitas. Kelainan radiologis lain yang khas
yaitu penebalan (bulging) fisura inter lobar. Pneumonia yang disebabkan
kuman pseudomonas sering memperlihatkan adanya infiltrasi bilateral atau
gambaran bronchopneumonia. Virus dan mycoplasma sering menyebabkan
pneumonia interstisial terutama radang sptum alveola. Pada pemeriksaan
radiologis terlihat gambaran retikuler yang difus.
I.
Penatalaksanaan
1. Koreksi kelainan yang mendasari.
2. Tirah baring.
3. Obat-obat simptomatis seperti: parasetamol, steroid (dexametason)
4. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan batuan infus, dekstrose
5%,normal salin atau RL.
5. Pemilihan obat-obat anti infeksi: tergantung kuman penyebab.
6. Pertahankan jalan nafas
7. oksigenasi
J.
: nama klien
: Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding
dewasa, Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar
e. Pengkajian sekunder
1. Symptom (S ) : sesak, pernafasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju
pernafasan meningkat
2. Alergi (A) : adanya riwayat alergi yang dimiliki oleh klien (alergi obat,
makanan dll)
3. Medication (M) : obat-obatan yang dikonsumsi oleh klien misalnya
antibiotik, obat-obat bronkodilator, obat-obat steroid
4. Past illness (P) : adanya riwayat penyakit ISPA, penyakit influenza yg
berkepanjangan
5. Last meal (L) : makan dan minum terakhir yang dikonsumsi klien
Event (E) : sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam
tinggi.
6. Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung dan abdomen.
: menurun/normal
: Natrium/kalsium menurun/normal
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
Gangguan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit
5.
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan :
a. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas
b. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
c. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
d. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
e. Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels
dan ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan
dengan adanya bunyi nafas adventisius
b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut.
Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
dibanding inspirasi.
c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas
Intervensi :
i.
ii.
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu
kebersihan mulut.
Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat
menurunkan mual
iii.
iv.
v.
Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau
makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali
vi.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Engram (2008), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jilid I,
Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.