2007
Tim Penyusun:
Nur Salam AS (PMI Pusat)
Didi Suardi (PMI Pusat)
Gede Sudiartha (PMI Daerah Bali)
Mesdiono (PMI Daerah Kalimantan Timur)
Putu Suryawan (TSR PMI Pusat)
Dinihari Puspita (ICRC)
Fachry Singka (IFRC)
Kontributor:
Joni Mahmoedi
DR. Heru Ariyadi
Arifin MH (PMI Pusat)
Juliati Susilo (PMI Pusat)
Aswi Nugroho (PMI Pusat)
Andreanne Tampubolon (PMI Pusat)
Eka Wulan Cahyasari (PMI Pusat)
Fitriana Sidikah (PMI Pusat)
Fajar Sumirat (PMI Pusat)
Ummi Alfiah (PMI Pusat)
Benny O (PMI Pusat)
Akbar (PMI Pusat)
Asti (ICRC)
Estherina (ICRC)
Panjitresna (ICRC)
Ria Bratawinata (ICRC)
Annisa Marezqa (ICRC)
Dewi Siska (IFRC)
Daftar Isi:
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Umum
1.2 Maksud
1.3 Tujuan
1.4 Sasaran Pembaca
1
1
1
1
1
Bab 2
2.1
2.2
2.3
Dasar-Dasar Assessment
2
Siklus Proyek
2
Tujuan Assessment
2
Periode Assessment
2
2.3.1 Saat Pra Bencana/Konflik
3
3.3.1.1 Pengumpulan Data Awal
3
3.3.1.2 HVCA (Hazard Vulnerability and Capacity Assessment
3
3.3.1.3 Baseline Survey
4
2.3.2 Saat Situasi Tanggap Darurat Bencana/Konflik
6
3.3.2.1 Rapid Assessment
6
3.3.2.2Detail Assessment
7
3.3.2.3 Continual Assessment (Lanjutan)
7
2.3.3 Saat Paska Bencana/Konflik
8
3.3.3.1 Assessment Sektoral
8
Bab 3
3.1
Proses Assessment
9
Langkah 1: Sebelum ke Lapangan
10
3.1.1 Mengulas Informasi Sekunder
10
3.1.2 Apakah Asessment Dibutuhkan?
10
3.1.3 Persiapan Assessment
10
3.1.3.1 Tentukan Objektif dan Kerangka Acuan
11
3.1.3.2 Tentukan Jenis Assessment
11
3.1.3.3 Putuskan Apakah Perlu Melibatkan Mitra Luar Atau Tidak 11
3.1.3.4 Kesimpulan Berkenaan Data Sekunder
12
3.1.3.5 Daftar Informasi Yang Dibutuhkan
13
3.1.3.6 Identifikasi Area Yang Akan Dikunjungi & Populasi Target 13
3.1.3.7 Mengorganisir Data Yang Ada
16
3.1.3.8 Mengumpulkan Sumber Daya
16
Langkah 2: Saat Di Lapangan
19
3.2.1 Prinsip-Prinsip Kerja Di Lapangan
19
3.2.2 Bekerja Di Lapangan: Kegiatan
19
Langkah 3: Setelah Dari Lapangan
21
3.3.1 Analisa
21
3.3.2 Ketidaktepatan Informasi
21
3.3.3 Pelaporan
23
3.3.3.1 Laporan Assessment
23
3.3.3.2 Kerangka Kerja Laporan
23
3.3.3.3 Proposal Program
25
3.2
3.3
Bab 4
4.1
4.2
4.3
Tools Assessment
Pengamatan
Wawancara
4.2.1 Tentukan Dengan Siapa Ingin Bicara
4.2.2 Pilih Tipe Wawancara Yang Akan Dilakukan
4.2.3 Bagaimana Melakukan Wawancara
4.2.3.1 Wawancara Semi Struktur
4.2.3.2 Perilaku Selama Wawancara
4.2.3.3 Tips Wawancara
4.2.3.4 Seni Bertanya
4.2.3.5 Seni Mendengarkan
PRA (Participatory Rural Appraisal)
4.3.1 Alat Ukur Proporsional (Proportional Piling)
4.3.2 Penggolongan Berpasangan (Paired Ranking)
4.3.3 Spot Mapping
4.3.4 Transect Mapping
4.3.5 Jadwal Rutinitas Harian (Daily Routine Schedule)
4.3.6 Kalender Musiman (Seasonal Calendar)
4.3.7 Urutan Kronologis Peristiwa (Historical Timeline)
4.3.8 Pemetaan Kelembagaan (Institutional Mapping)
Bab 5
Pendekatan Ekonomi Keluarga (HEA)
5.1 Pengertian HEA
5.2 Kerangka HEA
5.3 Hasil Yang Diharapkan
5.4 Langkah-Langkah Pengumpulan Data HEA
5.4.1 Zona Ekonomi Pangan (Food Economy Zone/FEZ)
5.4.2 Kelompok Ekonomi/Kelompok Makmur
5.4.3 Akses Keluarga Terhadap Pangan, Pendapatan & Pola Pengeluaran
5.4.4 Dasar Pekerjaan Sosial/Jaringan Sosial
5.4.5 Efek Bencana/Guncangan
5.4.6 Mekanisme Penanggulangan (coping mechanism)
5.4.7 Identifikasi Kemungkinan Intervensi
Lampiran:
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
1:
2:
3:
4:
5:
6:
27
27
27
27
28
30
30
30
31
31
32
33
34
35
35
36
37
37
38
39
40
40
40
40
41
41
41
42
46
46
46
46
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Umum
Assessment merupakan elemen penting dalam proses penyusunan perencanaan
program yang berkaitan dengan pengembangan program Kesiapsiagaan bencana dan
Tanggap darurat bencana.
Assessment akan memberikan informasi informasi dasar dari sebuah keputusan yang
akan diambil. Kadangkala informasi yang baik belum tentu menghasilkan program yang
baik apalagi jika informasi yang tersedia sangat terbatas, hampir dipastikan akan
menghasilkan program yang tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Jadi assessment adalah langkah-langkah strategis pertama yang harus dilakukan
sebelum mendisain sebuah program.
1.2. Maksud
Maksud disusunnya Panduan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dibidang
Assesment bagi para staf dan relawan PMI yang akan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan dalam melaksanakan manajemen.
Panduan ini banyak mengacu pada buku IFRC "Assessment Guidelines for Emergencies".
1.3. Tujuan
- Meningkatkan kapasitas staf dan relawan PMI dalam bidang assessment yang
terfokus pada pengembangan program Kesiapsiagaan Bencana dan operasi Tanggap
Darurat Bencana.
- Meningkatkan kualitas pelayanan Kepalangmerahan umumnya dan pelayanan pada
Tanggap Darurat Bencana
1.4. Sasaran pembaca
- Relawan PMI (KSR, TSR)
- Staff PMI
- Pengurus PMI
- Mitra kerja PMI
Bab 2
Dasar-dasar assesment
2.1.
Siklus Proyek
REVIEW /
EVALUASI
ASSESSMENT
MONITORING
PERENCANAAN
IMPLEMENTASI
Pra-Bencana/
Konflik
Saat Bencana/
Konflik
Paska Bencana/
Konflik
Assessment
Assessment
Assessment
Situasi
Normal
Situasi
Bencana/Konflik
Situasi PaskaBencana/Konflik
DARURAT
RAPID
ASSESSMENT
CONTINUAL
ASSESSMENT
DETAIL
ASSESSMENT
Rapid assessment
Detail assessment
Waktu
Akses ke
sumber
informasi
Terbatas
Tidak cukup waktu untuk
mengunjungi seluruh
lokasi dan berbicara
dengan seluruh sumber
informasi
Atau
Keamanan dan
Memungkinkan untuk
mengunjungi seluruh
lokasi dan melakukan
wawancara seluruh
sumber informasi
Assessment
lanjutan
Informasi
dikumpulkan
secara reguler
melalui periode
operasi
Seluruh akses
dapat dilalui
Jenis dan
sumber
informasi
Asumsi yang
digunakan
Tim
assessment
keselamatan membatasi
gerakan dan akses ke
masyarakat
Data sekunder,
pelayanan lokal
(kesehatan, air dll) NGO,
pemerintah, masyarakat
yang terkena
dampak/kunjungan
keluarga (contoh kecil)
Tinggi.
Keterbatasan waktu
untuk mengumpulkan
informasi. Harus
menggunakan asumsi
berdasarkan pengalaman
sebelumnya
Generalis / non spesialis
yang
berpengalaman,
dengan
pengalaman
sebelumnya dari jenis
bencana yang sama
Data sekunder,
seluruh informasi
Data sekunder,
sumber informasi
tertentu, indikator,
relawan dan staff
Palang Merah Bulan
Sabit Merah
Rendah.
Waktu yang cukup
untuk wawancara
kepada seluruh
sumber informasi
Sedang.
Asumsi berdasarkan
indikator dan
sumber informasi,
tetapi dapat
diverifikasi dari
sumber lain
Generalis
/
non Staff Palang Merah
spesialis,
Bulan Sabit Merah
memungkinkan
(generalist) yang
didukung
dengan melaksanakan
spesialis
aktivitas normal.
Spesialis menggunakan informasi untuk menilai keburukan dari situasi dan menilai
apakah masih membutuhkan detail assesment dari sektor tersebut (dalam kondisi
yang ekstrim, memungkinkan untuk memulai program berdasarkan informasi dari
sektor yang berkaitan, tetapi hal ini seharusnya dibarengi dengan assessment
sektor secara keseluruhan).
Catatan pada checklist sektor
Checklist ini disusun oleh para spesialis yang memahami bidangnya, yang berasal
dari ICRC dan IFRC. Sebagian besar check list ini diperoleh dari buku panduan
Sphere. (Lihat Lampiran: Checklist Sektor)
Bab 3
Proses Assessment
---------------------- LANGKAH 1: SEBELUM KE LAPANGAN-----------------------1. Pengumpulan Informasi Awal
Lihat 3.1.1
Jika TIDAK:
Proses dihentikan
Observasi
(gunakan panca
indera)
Lihat 3.2.2
lihat 3.2.2
------------ LANGKAH
SETELAH
DARI LAPANGAN------------
10
11
12
Kata kunci:
Bersiaplah selalu untuk menghadapi kenyataan yang berbeda dari apa yang telah
direncanakan dan waspadalah akan hal yang tidak terduga.
3.1.3.5. Daftar informasi yang dibutuhkan
Ini bergantung pada informasi yang telah ada (yang dapat dipercaya) dan obyektif dari
assessment
3.1.3.6. Identifikasi area yang akan dikunjungi & populasi target
Wilayah
Area
Lokasi
Sangat jarang kemungkinan untuk bisa mendatangi seluruh wilayah yang terkena
dampak bencana dalam kondisi darurat. Seharusnya memilih daerah yang bisa
mewakili dari lokasi yang terkena bencana. Metode statistik untuk melakukan ini
biasanya tidak layak karena alasan waktu dan akses. Selanjutnya gunakan data
sekunder untuk mengidentifikasi area dan poplulasi yang cocok dengan kriteria
dibawah.
13
14
Keluarga 3
Rumah
Keluarga 2
Keluarga 1
Pusat lokasi
15
16
Manfaat
Tim dapat berkumpul dengan
cepat (karena tidak
membutuhkan orang-orang yang
memiliki pengetahuan
khusus).Oleh karena itu sangat
berguna untuk rapid
assessment.
Memberikan gambaran analisis
umum situasi dengan baik.
Dapat dilakukan setiap orang,
sangat pas untuk asessment
lanjutan.
Spesialis
Multi-disiplin
Kelemahan
Kekurangan orangorang yang
memiliki pengetahuan khusus
yang berarti membutuhkan
asessment lanjutan apabila ada
masalah teknis yang
terindentifikasi.
Masalah teknis mungkin diabaikan
Dalam situasi yang gawat, tim
assessment memungkinkan
memberikan bantuan pula
(seperti halnya dalam kondisi
konflik)
Bisa jadi hanya fokus pada isu
yang diketahuinya saja sehingga
mengabaikan hal lain secara
umum.
Sulit untuk mengumpulkan orangorangnya; sebab itu assessment
tidak sering dilakukan dengan
susunan tim ini.
Mungkin tidak membutuhkan
banyak spesialis.
Sulit untuk mengkoordinir tim
(penggunaan metodelogi yang
kurang sesuai, kebutuhan logisitik
yang sulit dll)
Tim yang besar dapat
menghadirkan ancaman dari segi
keamanan dan dapat
mengintimidasi komunitas kecil.
Pilihlah formasi tim yang sesuai berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di lapangan,
terutama jenis informasi apa yang ingin dikumpulkan. Setelah itu, pikirkan hal berikut:
Jika memungkinkan, libatkan orang yang mampu berbahasa setempat. Libatkan satu
orang penterjemah untuk setiap anggota tim yang tidak dapat berbahasa setempat.
Usahakan untuk melibatkan pria dan wanita di dalam tim.
Teradang sangat berguna jika melibatkan wakil dari populasi yang berasal dari area
yang terkena dampak.
Semua orang bias; persepsi mereka berdasarkan latar belakang budaya, pengalaman,
pelatihan profesional dan banyak lagi faktor lainnya. Waspada akan hal ini dan cobalah
untuk meyakinkan perspektif tiap individu dalam tim untuk berimbang.
Apabila memungkinkan, sangatlah baik untuk melibatkan staf yang berasal dari kantor
setempat, di area yang akan diassessment. Ini berarti bahwa assessment dapat
17
18
19
20
3.3.1. Analisa
Analisa merupakan sebuah proses dimana seluruh informasi yang diperoleh dari segala
sumber yang berbeda disatukan dan dipelajari, hal ini dilakukan untuk memungkinkan
anda menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam assessment:
Apa masalah utamanya?
Siapa yang terkena dampaknya?
Apa kapasitas dari masyarakat yang terkena dampaknya? Bagaimana mereka
mengatasi masalahnya?
Apakah ada bantuan yang tersedia?
Apakah memerlukan intervensi Palang Merah Bulan Sabit Merah? Jika ya, intervensi
seperti apa yang diminta?
Catatan Kunci
Anda harus menganalisa informasi secara terus menerus dari hasil assessment. Jangan
tinggalkan analisa sampai assessment selesai.
Satu pengecualian pada hal penting diatas, perhatikan analisa informasi pada sektorsektor tertentu. Jika sebuah tim assessment tidak memiliki seorang spesialis, informasi
yang ada dianalisa setelah assessment selesai oleh seorang spesialis. Generalis / Non
spesialis seharusnya tidak mencoba menganalisa informasi yang spesifik selama di
lapangan, karena akan berakibatkan kesalahan yang nyata dalam pemberian informasi.
Pada bagian ini memberikan saran pada:
Memperbaiki kesalahan pada informasi yang diperoleh.
Ringkasan dari informasi.
Menyatukan informasi dari berbagai sumber untuk mencapai suatu kesimpulan.
Membuat proposal untuk program.
3.3.2. Ketidaktepatan informasi
Dalam setiap assessment anda akan menghadapi permasalahan akan ketidaktepatan
informasi. Ini terjadi manakala pemberi informasi memberikan beragam jawaban
terhadap pertanyaan yang sama. Sebagai contoh:
Seseorang mengatakan kepada anda bahwa sumber air kering selama dua bulan
dalam tahun ini, sedangkan orang lain mengatakan tidak pernah kering.
Seseorang mengatakan kepada anda bahwa ternak di desa mati. Orang lain
mengatakan sebagian ternak masih hidup dan mencari rumput ditempat yang jauh.
Bagian ini memberikan langkah-langkah yang harus dilalui agar supaya dapat
mengurangi informasi yang tidak tepat.
Langkah pertama adalah pikirkanlah informasi yang anda peroleh. Ini akan
mengidentifikasi kesalahan. Tanyakan pada diri anda pertanyaan berikut:
Apakah informasi terbaru mendukung atau bertentangan dengan data sekunder?
Apakah informasi yang diperoleh dari sebuah sumber itu mendukung atau
bertentangan dengan yang lain?
21
Apakah informasi yang diperoleh dari anggota tim assessment yang berbeda?
Apakah informasi tersebut masuk akal? Sebagai contoh, jika seseorang
mengatakan kepada anda bahwa hasil panen gagal, sementara anda melihat
dengan jelas jagung hasil panen di desa, ini adalah kesalahan.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi menuntun anda untuk memikirkan pertanyaanpertanyaan baru untuk dijawab atau mencari sumber informasi yang lain untuk
mengklarifikasi situasi. Pengamatan seringkali sangat dibutuhkan (lihat bagian 5.1).
Kata Kunci
Sebagai panduan umum, cobalah memeriksa informasi yang penting dengan
membandingkan masukan dari sekurang-kurangnya tiga sumber yang berbeda.
Sumber-sumber ini seharusnya berbeda satu sama lain. Jika beberapa sumber yang
berbeda memberikan informasi yang sama, berarti informasi kemungkinan benar.
Langkah kedua adalah diskusikan temuan secara reguler dengan anggota tim:
Selama dilapangan. Bicarakanlah sekurang-kurangnya sekali selama ada di
lapangan (biasanya malam hari). Bandingkan informasi yang ada, diskusikan yang
salah dan sepakat merubah jadwal wawancara.
Setiap hari setelah kerja. Setelah kerja dilapangan, diskusikan informasi yang ada
dan berikan kesimpulan.
Setelah bekerja di lapangan. Tim bertemu untuk meyepakati kesimpulan akhir.
Langkah ketiga adalah memperhatikan alasan dari ketidaktepatan. Ada tiga hal yang
biasa yang memungkinan ini terjadi:
Persepsi. Selalu tidak ada jawaban yang benar. Interprestasi orang-orang pada
suatu kejadian tergantung pada kondisi yang dialaminya.
Akses mendapatkan informasi. Beberapa orang lebih paham tentang satu hal
ketimbang orang lain.
Kesalahpahaman. Terkadang orang sengaja memberikan informasi yang tidak
sesuai.
Tentukan apakah ketidaktepatan informasi akan berdampak pada kesimpulan
assessment dan proposal untuk program-program selanjutnya. Jika ketidaktepatan
bukan hal yang kritis untuk program-program selanjutnya, cobalah untuk
memperbaikinya tetapi jangan membuang waktu yang terlalu lama. Jika anda tidak
dapat memperbaikinya, anda seharusnya menempatkan sebuah catatan penjelasan
pada laporan akhir.
Jika ketidaktepatan informasi ini tidak berdampak yang signifikan terhadap kesimpulan
akhir, cobalah putuskan dengan:
Memutuskan dari tiga alasan yang ada ( atau kombinasikan alasan) yang berkaitan.
Memperhatikan kenapa terdapat perbedaan informasi.
Bandingkan keyakinan anda pada setiap sumber, mungkin salah satu sumber lebih
memiliki kredibilitas dari yang lainnya.
Cek informasi. Entah itu tanyakan lagi kepada sumber informasi dimana informasi
diterima atau identifikasi sumber yang baru yang mungkin bisa diklarifikasi.
Jika langkah-langkah tersebut tidak menyelesaikan perbedaan, anda harus membuat
sebuah keputusan. Dalam hal ini tim leader membuat keputusan, dengan
22
23
24
Cara mengatasi
Bantuan
Apakah
upaya
dan
bantuan yang
dilakukan
memenuhi
kebutuhan
Persentase
kebutuhan
yang
diberikan
dengan
upaya yang
dilakukan?
(A)
Persentase
kebutuhan
yang
diberikan
dengan
bantuan?
(B)
Persentase
kekurang
yang
ada
dalam
memenuhi
kebutuhan?
(100-A-B)
25
26
Bab 4
Tools ASSESSMENT
4.1. Pengamatan
Pengamatan seringkali digolongkan hanya sebagai sumber informasi. Banyak informasi
yang dapat diperoleh dengan cepat melalui pengamatan. Pentingnya, ini memberikan
rasa dari sebuah situasi-suara dan aroma dan kesan yang dilihat. Hal-hal tersebut
yang menjadi alasan untuk turun ke lapangan.
Ide yang baik untuk memulai assessment adalah dengan berjalan di seputar lokasi.
Selama assessment, lakukanlah pengamatan sebanyak mungkin. Apabila anda
mendiskusikan air, lihatlah sumber air yang ada. Apabila masyarakat menjelaskan
makanan yang anda tidak tahu, tanyalah dan (cicipilah!). Anda dapat belajar
banyak dengan meluangkan waktu di tempat masyarakat berkumpul (warung,dll).
Lihat sekitar anda dan berbicaralah dengan masyarakat.
Pengamatan sangat berguna untuk pengecekan ulang. Sebagai contoh, anda
diberitahukan bahwa semua stok pangan telah hilang karena kemarau. Kemudian
anda melihat sekumpulan besar kambing. Hal ini tidak sepenuhnya berlawanan
dengan informasi sebelumnya - banyak penjelasan yang memungkinkan - tetapi ini
memberikan dasar untuk pertanyaan berikutnya: Siapa yang memiliki kambingkambing tersebut?, Bagaimana mereka bisa bertahan di masa kemarau? dan
selanjutnya.
Melakukan kunjungan ke lokasi bersama masyarakat setempat, memudahkan untuk
berdiskusi. Kondisinya tidak formal dan dapat segera bertanya manakala melihat
sesuatu. Hal ini lebih alamiah ketimbang menggunakan check list pertanyaan.
Sangatlah penting, berjalan serta melakukan pengamatan adalah cara terbaik
untuk mendapatkan informasi yang tidak terduga. (masalah tidak dapat diprediksi).
Pengamatan merupakan cara yang paling mudah dilakukan untuk menilai
infrastruktur dan logistik. Berkendara disepanjang jalan juga merupakan cara
untuk mendapatkan informasi apabila akses dapat dilalui (tetapi untuk daerah
konflik, berhati-hatilah dengan ranjau atau kondisi keamanan lainnya).
Akhirnya, satu pesan untuk mengetahui seluruh hal: Cari tahulah!
Kata kunci:
Pengamatan tidak hanya melibatkan indera penglihatan tapi juga melibatkan
indera pendengar, pencium, perasa dan peraba.
4.2. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan menggali informasi dari seseorang atau sekelompok orang
melalui sebuah proses komunikasi dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Wawancara merupakan pendukung utama dalam melakukan assessment lapangan.
Setiap informasi yang ingin kita dapatkan hendaknya dilihat dari berbagai aspek:
Kepada siapa yang sebaiknya saya menanyakan informasi yang diinginkan?
Apakah saya harus bicara dengan perorangan atau dengan kelompok?
Bagaimana saya melakukankan wawancara?
27
28
29
Jangan Lakukan
Jangan membawa buku catatan yang
tebal atau map yang terlihat resmi
Jangan menyela narasumber, hindari
pertanyaan tertutup
Jangan menerima jawaban pertama
begitu saja
Jangan bantu menjawab jika
narasumber ragu-ragu. Bersabarlah
Jangan menghakimi atau
memperlihatkan ketidakpercayaan
30
CONTOH
Mengapa anda mengungsi
ke tempat ini?
Bagaimana Anda bisa
sampai kesini?
Apa ruang kelas itu cukup
menampung semua
pengungsi?
31
PERTANYAAN CERMIN
(MIRROR QUESTION)
Mengembalikan sebuah
pernyataan kepada
narasumber.
PERTANYAAN TERKAIT
(RELATED QUESTION)
32
"Active listening"
(mendengarkan secara aktif)
Memberikan perhatian penuh pada
keseluruhan perilaku narasumber,
karena pesan sebenarnya yang
dikatakan oleh seseorang kadang
tersembunyi di balik kata-kata yang
diucapkan.
Memperlihatkan empati, tetapi tetap
berkepala dingin dan obyektif,
mampu memahami perasaan orang
lain tanpa terpengaruh oleh perasaan
yang sama.
Membiarkan narasumber
mengekspresikan dirinya dengan
bebas dan jangan mencap seseorang
atas apa yang dikatakannya.
Memperlihatkan minat Anda dengan
mendengarkan, membuat catatan,
mengulang kembali hal penting, dan
bertanya.
33
Keberlanjutan
Tanya
Jawab
: 1. Dimakan
2. Bibit
3. Dijual
4. Barter
Keluarga petani mungkin susah untuk memberikan jumlah yang tepat atas
keempat jawaban di atas.
Gambarlah lingkaran dan buatlah garis potongan sesuai dengan jumlah
jawaban. Kemudian tuliskan jawaban di atas bidang yang tersedia:
Dimakan
Bibit
Barter
Dijual
Kemudian ambil 100 biji-bijian dan mintalah si Petani untuk meletakkan bijibijian tersebut sesuai tempatnya. Kita mengibaratkan 100 biji-bijian tersebut
= jumlah 1 kali hasil panen.
45
Dimakan
5
Bibit
Barter
30
Dijual
20
34
Tanya
Jawab
Makanan
Pakaian
Obat-obatan
Hygiene
Makanan
Pakaian
M
Obat-obatan
O
O
Hygiene
M
H
O
35
36
37
Contoh :
38
Kronologi
Terjadi penjarahan besar
besaran
Banjir
Pertikaian antar kampung A
&B
Contoh:
39
Bab 5
Pendekatan Ekonomi Keluarga
(Household Economic Approach / HEA)
Bagian ini difokuskan pada isi dari assessment dan ditujukan untuk menyediakan lebih
banyak informasi tentang elemen-elemen yang harus diperhatikan sehingga agar dapat
lebih mengerti situasi. Hal ini berarti memahami bagaimana masyarakat bertahan
setelah krisis (atau guncangan), memahami krisisnya (atau guncangan), aktor-aktor
yang terlibat, masalah yang dihadapi oleh populasi baik secara langsung maupun tidak
langsung diakibatkan oleh krisis (atau guncangan) dan juga strategi yang mereka
jalankan dilapangan dalam merespon krisis.
5.1. Pengertian HEA
HEA adalah kumpulan cara-cara dimana keluarga berusaha untuk memenuhi
(mengakses/menguatkan/memelihara) kebutuhan pokoknya (makanan, pendapatan
dan aset seperti tabungan, ternak, tanah dll).
HEA dapat menggambarkan:
- Bagaimana kehidupan beragam keluarga
- Resiko apa yang dapat menyebabkan kerentanan
- Bagaimana mereka mengatasi "guncangan"
- Aset dan sumber daya apa yang dapat diakses oleh ragam keluarga,
- Bagaimana sumber daya itu dapat dimanfaatkan agar dapat memenuhi kebutuhan
harian, musiman dan jangka panjang.
5.2. Kerangka HEA
HEA terdiri dari 2 elemen: 1. Kerangka dasar untuk menjawab pertanyaan spesifik dan
2. metode kerja di lapangan untuk mendapatkan informasi secara cepat dengan sedikit
dokumentasi atau pengambilan informasi yang dikumpulkan dari mata pencaharian.
HEA dibuat berdasarkan perbandingan antara tahun normal (tahun yang
menggambarkan kondisi biasa / kondisi orang hidup secara normal dimana populasi
dapat memenuhi kebutuhan pokoknya) dengan tahun sekarang, terutama pada saat
setelah guncangan. Dengan membuat perbandingan seperti ini, kita dimungkinkan
untuk menentukan apakah keadaan suatu populasi saat ini lebih buruk/sama/lebih
baik dibanding masa lampau.
Agar dapat memahami strategi adaptasi yang telah dibentuk oleh suatu keluarga,
empat elemen harus dipelajari:
1. Akses terhadap pangan
2. Akes terhadap pendapatan
3. Pengeluaran/kewajiban
4. Aset
5.3. Hasil Yang Diharapkan
HEA menunjukkan pada kita apakah suatu populasi berada pada keadaan ekonomi
tidak aman dan saat ini membutuhkan bantuan. Hal ini juga dapat digunakan untuk
mereview hasil dari suatu intervensi terhadap ekonomi rumah tangga. Lebih jauh lagi,
dapat memberikan gambaran bagaimana ekonomi pedesaan/perkotaan berjalan.
40
41
KAYA
SEDANG
MISKIN
PEKERJAAN
Pedagang, petani
skala-besar
Atap genteng,
dinding bata, lantai
keramik
3-5 hektar
Petani skala-kecil,
pembuat gula
Atap seng, dinding
papan, lantai semen
1.5 2 hektar
3-5
4-6
4-6
1-3
2-4
2-4
Tidak ada
0-2
0-1
1-2
1
Kepala keluarga:
kasur pegas, lainnya:
kasur busa.
Kursi dan meja kayu
mahal.
2 wajan besar, 2
wajan kecil mutu
bagus, 2-3 panci
PAM & Sumur Bor
Nasi, Ayam, telur,
sayur
Kebanyakan: sampai
sekolah lanjutan
1
0-1
Kepala keluarga: kasur
busa, lainnya: kasur
kapuk.
Kursi dan meja kayu
murah
1 wajan besar, 1-2
wajan kecil mutu
jelek, 1-2 panci
PAM
Nasi, Ikan, tempe,
sayur
Kebanyakan: sekolah
dasar, sedikit: sekolah
lanjutan
0
0
Semua keluarga:
kasur kapuk.
RUMAH
AKSES LAHAN
TERNAK:
SAPI
KAMBING
UNGGAS
ASSET:
SEPEDA
KULKAS
TEMPAT TIDUR
PERABOTAN
ALAT MASAK
SUMBER AIR
MAKANAN:
PENDIDIKAN
42
Hasil Tanam
Ternak Milik
5%
45%
50%
Hasil Tanam
25%
Ternak Milik
25%
50%
43
Produk Ternak
Kayu Api
20%
50%
10%
5%
15%
Produk Ternak
Kayu Api
25%
35%
5%
5%
30%
44
POLA PENGELUARAN:
Ternak
BBM
Kesehatan
Tabung
Sekolah
25%
30%
10%
10%
15%
5%
5%
Ternak
BBM
Kesehatan
Tabung
Sekolah
22%
44%
22%
1%
5%
5% 1%
45
46
47
LAMPIRAN 1
Karakteristik Bencana
1. Bencana Alam
Bencana adalah kejadian luar biasa yang disebabkan oleh fenomena
alam atau ulah manusia, yang dampaknya melampaui "kemampuan mengatasi" dari
masyarakat yang terpengaruh.
Ditinjau dari aspek Geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yakni lempeng benua Asia, Australia, Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik. Bagian selatan dan Timur Indonesia terbentang sabuk
vulkanik yang memanjang dari Pulau Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi
yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian
didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi ini sangat berpotensi menimbulkan bencana gunung
meletus, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi
didunia, yakni lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan diAmerika Serikat.
Wilayah Indonesia juga terletak didaerah iklim tropis dengan dua musim yang berbeda
yakni musim panas dan hujan. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi
topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi,
menghasilkan tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi ini dapat menimbulkan beberapa
akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana Hidrometeorologi seperti banjir
dan tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Bencana jenis Hidrometeorologi
juga dipacu oleh semakin meningkatnya aktivitas manusia serta kemajuan tekhnologi
moderen. Kerusakan hutan yang sengaja dibabat mengurangi serapan air secara alami
dan membuka struktur tanah lebih longgar akibatnya sangat mudah bergerak menjadi
labil.
Sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 telah terjadi 1.429 kali bencana alam yang
disebabkan oleh beberapa faktor dan faktor Hidrometeorologi menepati rangking
pertama yakni banjir dan tanah longsor sampai mencapai 53,3 persen.
Masing-masing wilayah di Indonesia juga memiliki risiko hazard yang berbeda-beda
namun ada beberapa emiliki ncaman yang sama seperti, Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara sampai Sulawesi sama-sama memeiliki hazard gunung berapi artinya daerah
tersebut juga terancam dengan gempa tektonik. Pesisir utara Sumatra dan selatan
adalah ancaman tsunami, demikian pula selatan Pulau Jawa dan selatan Bali. Banjir
dan Tanah longsor acapkali terjadi didaerah Sumatra dan Jawa. Sedangkan bagian
utara garis khatulistiwa masih sangat rawan terhadap gempa bumi sampai ke timur
Papua.
2. Konflik
Konflik adalah perseteruan antara dua pihak atau lebih dengan intensitas yang
bervariasi, yang dapat mengganggu aktivitas dan stabilitas kehidupan manusia.
Sebagai pengetahuan umum, berikut adalah beberapa tipe konflik menurut ICRC:
-
Konflik Bersenjata Internasional adalah ketika angkatan bersenjata dari 2 atau lebih
negara saling berhadapan, meskipun salah satu dari mereka mungkin tidak
mengakui adanya keadaan perang.
LAMPIRAN 1
Contoh: Konflik antara Irak - Amerika, Inggris, dan sekutu. Konflik antara Pakistan India. Perjuangan kemerdekaan RI melawan Belanda.
-
Gangguan Internal adalah bentrokan kekerasan dalam intensitas dan priode tertentu
yang terjadi dalam satu negara akibat perseteruan antar kelompok. Pemerintah
terkait dapat meminta polisi atau bahkan tentara untuk memulihkan hukum dan
ketertiban. Gangguan internal dapat merupakan awal ataupun akibat dari konflik
bersenjata non-internasional.
Contoh: Konflik etnis Dayak - Madura di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Konflik agama Islam - Kristen di Poso, Maluku & Maluku Utara. Konflik etnis Hutu Tutsi di Rwanda.
Batas antara ketegangan internal dan gangguan internal tidaklah mudah ditentukan
karena perbedaannya berkaitan dengan tingkat keseriusannya.
Karakteristik bencana dan konflik dikaji dari aspek Lingkungan, Penerimaan bantuan,
Kebutuhan dan Respons bantuan, dapat dijelaskan dengan matrik sebagai berikut :
ASPEK KAJIAN
Lingkungan
PERSAMAAN
PERBEDAAN
Menimbulkan konsekuensi
humaniter yang parah dan
mengancam kehidupan
LAMPIRAN 1
Penerimaan Bantuan
Kebutuhan
Kebutuhannya akan
bantuan serupa
Kebutuhan akan dukungan
psikologi
LAMPIRAN 1
Bantuan
Bantuan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membatasi dampak suatu konflik
pada populasi yang terkena pengaruh; memelihara atau memulihkan kehidupan
korban; dan memastikan agar korban dapat memperoleh kembali atau memelihara
akses terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi pokok.
Sumber bantuan bisa didapatkan dari berbagai kalangan seperti: Pemerintah,
Gerakan Palang Merah, LSM, PBB, Masyarakat, dll.
Ada banyak jenis bantuan yang bisa dilakukan untuk membantu korban akibat
konflik. Beberapa diantaranya adalah distribusi pangan, distribusi uang, proyek yang
memberikan penghasilan, food for work (proyek yang upahnya adalah makanan),
cash for work (proyek yang upahnya adalah uang). Palang Merah harus mencoba
memberikan bantuan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Jangan
memberikan bantuan semata-mata berdasarkan stok yang ada di dalam gudang kita.
1. Manajemen Bantuan
Manajemen bantuan memegang peranan yang sangat penting dalam suatu kegiatan
pemberian bantuan. PMI Pusat telah membuat suatu panduan Manajemen Bantuan
untuk memudahkan PMI melaksanakan kegiatan pemberian bantuan.
Pada prinsipnya, bantuan PMI harus didistribusikan secara langsung oleh petugas
PMI kepada korban konflik. Bantuan itu harus dilengkapi dengan logo PMI (pada
kemasan barang maupun pada lokasi distribusi).
Prosedur Distribusi Bantuan PMI:
Sebelum distribusi
Meregistrasi ulang para penerima
bantuan
Menyiapkan keperluan administrasi
(formulir logistik)
Mempersiapkan transportasi untuk
distribusi
Mengatur personil PMI di lokasi
distribusi
Menentukan tempat pendistribusian
Setelah distribusi
Rekapitulasi/
review kegiatan
pendistribusian
Monitoring
dan evaluasi
LAMPIRAN 1
Tepat Sasaran: barang bantuan diberikan kepada penerima bantuan sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan hasil assessment. Prioritas diberikan kepada yang paling
rentan.
Tepat Jumlah: barang bantuan yang didistribusi harus sesuai dengan jumlah
penerima bantuan berdasarkan hasil assessment.
Tepat Kualitas: mutu barang bantuan yang didistribusi harus diperhatikan. Pastikan
bahwa barang tersebut dalam kondisi yang baik dan tidak kadaluarsa.
Sebelum memulai distribusi, hendaknya memilih tempat pendistribusian yang mudah
di akses, baik oleh penerima bantuan maupun oleh petugas distribusi dan logistik.
Tempat tersebut harus cukup luas sehingga dapat menampung semua penerima
bantuan. Barang bantuan harus aman dari gangguan hujan dan panas, demikian
pula halnya dengan petugas distribusi dan penerima bantuan.
2. Efek Samping Distribusi Pangan
Sangat penting untuk menentukan apakah risiko yang timbul akibat distribusi
seimbang dengan risiko tidak mendistribusikan bantuan. Berikut ini adalah beberapa
contoh resiko-resiko yang patut dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian
bantuan pangan:
Terkumpulnya penerima bantuan dalam jumlah yang besar di satu titik distribusi
dapat menimbulkan risiko penyakit epidemis (misal: TBC dan penyakit kulit).
Pihak logistik akan menjadi kewalahan dalam menyiapkan bantuan.
Penerima bantuan dan petugas distribusi dapat mengalami penjarahan
(penerima bantuan saat kembali dari titik distribusi, demikian pula halnya dengan
petugas distribusi saat menuju ke titik distribusi).
Distribusi pangan dapat menyebabkan ketergantungan korban akan bantuan dari
luar sehingga korban menjadi tertahan dalam situasi krisis.
Kelompok-kelompok bersenjata dan pendukungnya terdorong untuk tetap
meneruskan krisis yang ada (eksploitasi bantuan secara politik/finansial).
Pertanian lokal (produsen makanan) tersaingi dengan masuknya bahan pangan
dari luar.
3. Penerima Bantuan
Penerima bantuan adalah korban konflik (orang/rumah tangga/kelompok) yang
menderita secara mental/fisik dan tak mampu mengatasi keadaan tersebut, serta
membutuhkan dukungan/bantuan langsung maupun tak langsung.
Agar bantuan yang diberikan tepat sasaran, maka analisa penerima bantuan perlu
dilakukan. Analisa penerima bantuan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menyeleksi orang-orang yang pantas menerima bantuan berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu seperti:
Yang paling rentan dalam komunitas yang terkena dampak (ibu hamil, anakanak, lansia, janda, dll)
Yang kehilangan alat-alat produksi dan aset (alat pertanian, lahan pertanian,
peralatan nelayan, mesin jahit, warung, dll)
Orang-orang yang mengungsi
Yang kehilangan anggota keluarga
LAMPIRAN 2
PEDOMAN PERILAKU
bagi
GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT
MERAH INTERNASIONAL
dan
LEMBAGA-LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM)
dalam
Operasi Bantuan Bencana
LAMPIRAN 2
Tujuan
Pedoman Perilaku ini bermaksud menjaga standar perilaku kita. Pedoman ini bukan menyangkut
teknis operasi, misalnya bagaimana cara menghitung persediaan makanan atau cara mendirikan kamp
pengungsi. Namun, pedoman ini berusaha mempertahankan standar yang tinggi menyangkut
kemandirian, efektififitas, dan hasil yang ingin dicapai oleh LSM yang bergerak di bidang respons
bencana dan oleh Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Pedoman ini adalah
pedoman suka rela, yang berarti bahwa pedoman ini dijalankan atas dasar keinginan organisasi yang
menerimanya dengan maksud mempertahankan standar-standar yang tercantum dalam pedoman ini.
Dalam kasus konflik bersenjata, Pedoman Perilaku ini perlu ditafsirkan dan diterapkan sesuai dengan
Hukum Humaniter Internasional.
Pedoman Perilaku ini akan disajikan terlebih dulu. Setelah itu ada tiga lampiran yang menggambarkan
lingkungan kerja yang kita inginkan akan diciptakan oleh Pemerintah Tuan Rumah, Pemerintah
Donor, dan organisasi antarpemerintah dalam rangka memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan
secara efektif.
Definisi
Ornop atau LSM: Ornop atau LSM (Organisasi Non-pemerintah atau Lembaga Swadaya
Masyarakat) di sini mengacu pada organisasi, baik nasional maupun internasional, yang dibentuk
terpisah dari pemerintah negara tempat organisasi itu didirikan.
NGHA (Non-Governmental Humanitarian Agencies): Dalam teks ini, istilah Non-Governmental
Humanitarian Agencies (Organisasi Kemanusiaan Non-pemerintah) mengacu pada komponenkomponen Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yaitu: Komite Internasional
Palang Merah (ICRC), Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), dan
Perhimpunan-perhimpunan Nasional serta LSM-LSM seperti dimaksud di atas. Pedoman Perilaku
ini mengacu khusus pada NGHA yang bergerak di bidang respons bencana.
IGO: IGO (Inter-Governmental Organization/Organisasi Antarpemerintah) ialah organisasi yang
terdiri dari dua pemerintah atau lebih. Dengan demikian, termasuk di dalamnya adalah badan-badan
PBB dan organisasi-organisasi regional.
Bencana: Bencana adalah kejadian buruk yang menyebabkan kematian, penderitaan manusia yang
berat, dan kerugian materi dalam skala besar.
LAMPIRAN 2
Pedoman Perilaku
Prinsip-prinsip Perilaku bagi Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dan
LSM-LSM dalam Program Respons Bencana
1:
Hak untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan dan untuk memberikan bantuan semacam itu
merupakan prinsip kemanusiaan dasar yang dimiliki semua warga negara di semua negara. Sebagai
bagian dari masyarakat internasional, kita mengakui kewajiban kita untuk memberikan bantuan
kemanusiaan di manapun diperlukan. Karena itulah kita memerlukan akses tanpa hambatan terhadap
populasi yang terkena bencana, yang merupakan hal yang sangat penting bagi kita untuk dapat
melaksanakan kewajiban tersebut.
Motivasi utama dari tindakan kita memberikan respons terhadap bencana adalah untuk mengurangi
penderitaan yang dialami oleh kelompok-kelompok yang paling tidak mampu mengatasi dampak
bencana.
Bilamana kita memberikan bantuan kemanusiaan, hal itu bukanlah suatu tindakan partisan atau
tindakan politis sehingga tidak boleh dipandang sebagai tindakan semacam itu.
2:
Bantuan diberikan tanpa mempertimbangkan ras, kepercayaan ataupun kebangsaan
penerima bantuan dan tanpa pembeda-bedaan yang merugikan dalam bentuk apapun. Prioritas
bantuan ditentukan semata-mata berdasarkan kebutuhan.
Bilamana mungkin, bentuk bantuan perlu kita tentukan berdasarkan hasil asesmen yang komprehensif
atas kebutuhan yang dihadapi korban bencana dan atas kemampuan yang sudah ada pada masyarakat
setempat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Keseluruhan program kita perlu mencerminkan pertimbangan asas proporsionalitas. Penderitaan
manusia di manapun juga harus dikurangi; jiwa adalah hal yang sangat berharga di manapun juga.
Oleh karenanya, bantuan yang kita berikan perlu mencerminkan tingkat penderitaan yang akan diatasi.
Dalam melaksanakan pendekatan tersebut, kita mengakui sangat pentingnya peran kaum perempuan di
masyarakat-masyarakat yang rawan bencana, dan kita perlu memastikan agar peran ini didukung, tidak
dihilangkan, oleh program bantuan kita.
Pelaksanaan kebijakan yang bersifat semesta (universal), tidak memihak (impartial), dan mandiri
(independent) seperti itu hanya dapat berjalan efektif apabila kita dan mitra kita mempunyai akses
terhadap sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memberikan bantuan yang pantas serta
mempunyai akses yang sama terhadap semua korban bencana.
3:
Bantuan kemanusiaan harus diberikan berdasarkan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
Walaupun NGHA mempunyai hak untuk memegang suatu opini keagamaan atau politik tertentu, kita
menegaskan bahwa pemberian bantuan sama sekali tidak boleh tergantung pada apakah si penerima
bantuan juga memegang opini keagamaan atau politik yang sama.
Kita tidak boleh mengaitkan janji, penyerahan, ataupun distribusi bantuan kita dengan apakah si
penerima bantuan menganut atau menerima suatu keyakinan politik atau keagamaan tertentu.
Translation ICRC Jakarta
08 April 2007
LAMPIRAN 2
4:
Kita hendaknya berusaha untuk tidak menjadi alat kebijakan luar negeri pemerintah
NGHA adalah lembaga yang bekerja secara mandiri dari pemerintah. Karena itulah kita merumuskan
kebijakan kita sendiri beserta strategi pelaksanaannya, dan kita tidak menjalankan kebijakan
pemerintah manapun juga, kecuali sejauh kebijakan pemerintah yang bersangkutan sejalan dengan
kebijakan kita sendiri.
Kita sekali-kali tidak boleh dengan sengaja ataupun karena kelalaian membiarkan diri kita atau staf
kita dimanfaatkan sebagai alat untuk mengumpulkan informasi yang sensitif dari segi politik, militer
ataupun ekonomi bagi pemerintah ataupun lembaga lain yang mungkin mempunyai tujuan di luar
kepentingan kemanusiaan. Demikian pula, kita tidak boleh bertindak sebagai alat kebijakan luar
negeri dari pemerintah donor.
Bantuan yang kita terima harus kita pergunakan untuk menanggapi kebutuhan korban, dan bantuan
yang kita terima itu tidak boleh diberikan kepada kita karena pihak donor perlu membuang kelebihan
komoditasnya atau karena pihak donor mempunyai kepentingan politik tertentu.
Kita menghargai dan mendorong pemberian bantuan tenaga dan keuangan secara sukarela oleh
perorangan demi mendukung kerja kita, dan kita mengakui kemandirian tindakan yang didorong oleh
motivasi suka rela semacam itu. Demi menjaga kemandirian kita, kita harus menghindari
ketergantungan terhadap satu sumber dana saja.
5:
Kita harus berusaha menghargai budaya, tatanan, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat dan
negara tempat kita bekerja.
6:
Semua orang dan masyarakat memiliki kemampuan maupun kerentanan, pun pada saat bencana.
Bilamana mungkin, kita harus memperkuat kemampuan ini dengan cara mempekerjakan staf lokal,
membeli barang lokal, dan berhubungan bisnis dengan perusahaan setempat. Bilamana mungkin, kita
harus bekerja melalui NGHA lokal sebagai mitra dalam perencanaan dan pelaksanaan, dan bekerja
sama dengan badan-badan pemerintah lokal bilamana sesuai.
Koordinasi yang tepat atas respons bencana perlu kita beri prioritas yang tinggi. Hal ini dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya di negara yang bersangkutan oleh pihak-pihak yang paling terlibat
dalam operasi bantuan itu, dan seyogyanya wakil dari badan-badan PBB yang relevan perlu
dilibatkan.
7:
Perlu dicari cara untuk melibatkan para penerima bantuan dalam proses manajemen
bantuan
Bantuan bencana jangan sekali-kali dipaksakan pada penerima bantuan. Pemberian bantuan secara
efektif dan proses rehabilitasi yang berkesinambungan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya apabila
penerima bantuan turut dilibatkan dalam perancangan, manajemen, dan pelaksanaan program bantuan
yang bersangkutan. Kita harus berusaha agar masyarakat berpartisipasi sepenuhnya dalam programprogram bantuan dan rehabilitasi yang kita jalankan.
LAMPIRAN 2
8:
Pemberian bantuan harus bertujuan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana di
kemudian hari, selain untuk memenuhi kebutuhan pokok
Semua kegiatan bantuan berpengaruh terhadap prospek pembangunan jangka panjang, dan pengaruh
ini bisa positif atau negatif. Karena itu, kita perlu berusaha untuk menjalankan program bantuan yang
dapat secara aktif mengurangi kerentanan para penerima bantuan terhadap bencana di kemudian hari
sehingga membantu menciptakan gaya hidup yang sifatnya berkelanjutan. Perlu kita berikan perhatian
secara khusus terhadap masalah-masalah lingkungan dalam proses perencanaan dan manajemen
program bantuan. Kita juga harus berusaha untuk memperkecil dampak negatif dari bantuan
kemanusiaan yang kita berikan, yaitu dengan berupaya menghindari terciptanya ketergantungan
jangka panjang para penerima bantuan pada bantuan dari luar.
9:
Kita bertanggung jawab kepada pihak yang kita bantu maupun kepada pihak yang memberi
kita sumber daya
Kita sering bertindak sebagai institusi penghubung dalam kemitraan antara pihak yang ingin
membantu dan pihak yang membutuhkan bantuan di kala bencana. Karena itulah kita harus
bertanggung jawab kepada kedua belah pihak.
Semua transaksi kita dengan donor dan penerima bantuan harus mencerminkan sikap keterbukaan dan
transparansi.
Kita mengakui perlunya membuat laporan kegiatan, baik dari segi keuangan maupun dari segi
keefektifan.
Kita mengakui kewajiban untuk melakukan pemantauan secara semestinya atas pelaksanaan distribusi
bantuan dan untuk melakukan asesmen secara reguler atas dampak bantuan bencana.
Kita juga harus berusaha melaporkan, secara terbuka, dampak dari kegiatan kita dan faktor-faktor apa
yang memperkecil ataupun yang memperbesar dampak tersebut.
Program-program kita perlu didasarkan pada standar profesionalisme dan keahlian yang tinggi, dengan
tujuan memperkecil kemungkinan terbuangnya sumber daya yang berharga secara sia-sia.
10:
Dalam kegiatan informasi, publisitas, dan promosi yang kita lakukan, kita harus
memandang korban bencana sebagai manusia yang bermartabat, bukan sebagai objek belas
kasihan
Respek terhadap korban bencana sebagai mitra sejajar dalam bekerja tidak boleh hilang dari diri kita.
Dalam memberikan informasi kepada publik, kita harus menyajikan gambaran yang objektif tentang
situasi bencana yang bersangkutan, yaitu dengan menjelaskan pula kemampuan dan aspirasi yang
dimiliki para korban, bukan hanya kerentanan dan kekhawatiran yang ada pada mereka.
Walaupun kita perlu bekerja sama dengan media demi meningkatkan respons masyarakat, kita tidak
boleh membiarkan keinginan pihak-pihak luar ataupun pihak-pihak dalam akan publisitas menjadi hal
yang lebih penting daripada prinsip 'memaksimalkan keseluruhan bantuan bencana' itu sendiri.
Kita perlu menghindari kompetisi memperoleh liputan media dengan lembaga-lembaga bantuan
bencana lainnya pada situasi di mana liputan media bisa merugikan pelayanan yang kita berikan
kepada penerima bantuan atau merugikan keamanan staf kita sendiri atau merugikan keamanan para
penerima bantuan.
LAMPIRAN 2
Lingkungan Kerja
Setelah secara unilateral setuju untuk berusaha mematuhi Pedoman Perilaku sebagaimana diuraikan di
atas, di bawah ini kami sajikan sejumlah petunjuk umum (rekomendasi) mengenai lingkungan kerja
seperti apa yang kita inginkan agar diciptakan oleh pemerintah donor, pemerintah tuan rumah, dan
organisasi-organisasi antarpemerintah khususnya badan-badan PBB dalam rangka memfasilitasi
partisipasi yang efektif dari NGHA dalam kegiatan respons bencana.
Petunjuk-petunjuk umum ini disajikan di sini sebagai pedoman. Petunjuk-petunjuk ini tidaklah
mengikat secara hukum, dan kami juga tidak mengharapkan agar pemerintah dan lembaga
antarpemerintah menyatakan persetujuan mereka atas pedoman ini dengan menandatangani suatu
dokumen tertentu, meskipun penandatanganan dokumen semacam itu mungkin bisa diupayakan di
masa mendatang. Petunjuk-petunjuk ini disajikan di sini dalam semangat keterbukaan dan kerja sama,
dengan tujuan agar para mitra kita mengetahui hubungan ideal seperti apakah yang ingin kita jalin
dengan mereka.
LAMPIRAN 2
Lampiran I: Rekomendasi bagi pemerintah negara yang terkena bencana
1:
Pemerintah-pemerintah perlu mengakui dan menghormati kegiatan-kegiatan kemanusiaan
yang mandiri dan tidak memihak yang dilakukan oleh NGHA
NGHA adalah organisasi yang mandiri (independen). Kemandirian dan ketidakmemihakan ini perlu
dihormati oleh pemerintah tuan rumah.
2:
Pemerintah tuan rumah perlu memfasilitasi akses cepat terhadap korban bencana bagi
NGHA
Supaya organisasi-organisasi kemanusiaan non-pemerintah (NGHA) dapat bertindak secara
sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan mereka, mereka perlu memperoleh akses yang
cepat dan tidak memihak terhadap korban bencana dengan tujuan memberikan bantuan kemanusiaan.
Adalah kewajiban pemerintah tuan rumah, sebagai bagian dari pelaksanaan tanggung jawabnya secara
berdaulat, untuk tidak menghalangi pemberian bantuan kemanusiaan dan untuk menyetujui tindakan
tidak memihak serta tidak bersifat politis yang dilakukan oleh NGHA.
Pemerintah tuan rumah perlu memfasilitasi agar staf bantuan dapat masuk secara cepat, terutama
dengan mengecualikan mereka dari keharusan memperoleh visa jalan, visa masuk, dan visa keluar
atau dengan memberikan visa-visa tersebut secara cepat.
Pemerintah-pemerintah perlu memberikan izin lintas udara dan izin mendarat bagi pesawat terbang
yang mengangkut pasokan dan personil bantuan internasional selama tahap darurat bencana.
3:
Pemerintah-pemerintah perlu memfasilitasi agar barang-barang dan informasi bantuan
dapat masuk secara tepat waktu pada masa bencana
Pasokan dan perlengkapan bantuan dibawa masuk ke sebuah negara semata-mata untuk tujuan
meringankan penderitaan manusia, bukan untuk memperoleh keuntungan komersial. Pasokan
semacam itu lazimnya perlu diberi izin untuk melakukan perjalanan secara bebas dan tanpa hambatan
dan tidak boleh dikenai persyaratan mengenai dokumen asal-usul atau faktur dari konsulat,
persyaratan mengenai izin impor dan/atau ekspor, atau persyaratan-persyaratan lainnya ataupun
dikenai pajak impor, biaya mendarat, atau biaya pelabuhan.
Masuknya untuk sementara waktu perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan bagi pemberian
bantuan, termasuk kendaraan, pesawat terbang ringan, dan peralatan telekomunikasi, perlu difasilitasi
oleh pemerintah tuan rumah yang menerima bantuan tersebut, yaitu dengan cara untuk sementara
waktu tidak memberlakukan persyaratan menyangkut perijinan ataupun pendaftaran terhadap
perlengkapan-perlengkapan tersebut.
Demikian pula, pemerintah-pemerintah hendaknya tidak
memberlakukan pembatasan mengenai pengeluaran (re-ekspor) perlengkapan-perlengkapan bantuan
tersebut ketika operasi pemberian bantuan telah selesai.
Untuk memfasilitasi komunikasi di masa bencana, pemerintah tuan rumah perlu mengalokasikan
frekuensi radio tertentu yang boleh digunakan oleh organisasi-organisasi bantuan untuk melakukan
komunikasi di dalam wilayah negaranya maupun komunikasi internasional dalam rangka komuniksi
bencana dan perlu mengumumkan frekuensi radio tersebut kepada komunitas respons bencana
sebelum terjadinya bencana.
LAMPIRAN 2
4:
Pemerintah-pemerintah perlu berupaya menyediakan pelayanan informasi
perencanaan bencana (disaster information and planning service) secara terkoordinasi
dan
Pada akhirnya, tanggung jawab atas keseluruhan perencanaan dan koordinasi terhadap kegiatan
bantuan terletak di tangan pemerintah tuan rumah. Perencanaan dan koordinasi tersebut akan berjalan
dengan jauh lebih baik jika NGHA diberi informasi mengenai bantuan yang dibutuhkan, mengenai
instansi-instansi yang melakukan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan bantuan, dan mengenai risiko
keamanan yang mungkin dihadapi oleh NGHA. Pemerintah-pemerintah didorong untuk memberikan
informasi semacam itu kepada NGHA.
Agar kegiatan bantuan dapat terkoordinasi secara efektif dan terlaksana secara efisien, pemerintah
tuan rumah didorong untuk menunjuk sebuah pihak tertentu sebagai penghubung tunggal antara
NGHA-NGHA yang datang dan pihak berwenang nasional.
5:
Di masa konflik bersenjata, kegiatan bantuan diatur oleh ketentuan-ketentuan Hukum Humaniter
Internasional yang relevan.
LAMPIRAN 2
Lampiran II: Rekomendasi bagi pemerintah donor
1:
Pemerintah donor perlu mengakui dan menghormati kegiatan kemanusiaan yang mandiri
(independen) dan tidak memihak yang dilakukan oleh NGHA
NGHA adalah organisasi mandiri yang kemandirian serta ketidakmemihakannya perlu dihormati oleh
pemerintah donor. Pemerintah donor tidak boleh memanfaatkan NGHA untuk mencapai tujuan politis
atau ideologis apapun.
2:
NGHA menerima bantuan dana dan materi dari pemerintah donor dengan semangat yang sama seperti
ketika memberikan bantuan kepada korban bencana: yaitu semangat kemanusiaan dan semangat
kemandirian bertindak. Pelaksanaan kegiatan bantuan pada akhirnya merupakan tanggung jawab
NGHA sehingga perlu berjalan sesuai dengan kebijakan NGHA.
3:
Pemerintah donor perlu menggunakan jasa baiknya untuk membantu NGHA memperoleh
akses terhadap korban bencana
Pemerintah donor perlu mengakui pentingnya menerima tanggung jawab sampai tingkat tertentu untuk
mengupayakan agar staf NGHA memperoleh akses yang aman dan bebas ke lokasi bencana.
Pemerintah donor hendaknya siap untuk melakukan diplomasi dengan pemerintah tuan rumah
mengenai permasalahan akses tersebut bilamana diperlukan.
LAMPIRAN 2
Lampiran III: Rekomendasi bagi organisasi antarpemerintah
1:
Organisasi antarpemerintah perlu mengakui NGHA, baik yang nasional maupun yang
internasional, sebagai mitra yang berharga
NGHA bersedia bekerja dengan badan-badan PBB dan organisasi-organisasi antarpemerintah lainnya
demi meningkatkan respons bencana. NGHA melakukan hal itu dengan semangat kemitraan yang
menghormati integritas serta kemandirian semua mitra.
Organisasi antarpemerintah harus
menghormati kemandirian dan ketidakmemihakan NGHA. NGHA perlu diajak bicara oleh badanbadan PBB dalam penyusunan rencana bantuan.
2.
Organisasi antarpemerintah perlu membantu pemerintah tuan rumah dalam menyediakan
sebuah kerangka koordinasi yang menyeluruh bagi operasi bantuan bencana internasional
maupun nasional
NGHA pada umumnya tidak mempunyai mandat untuk menyediakan kerangka koordinasi yang
menyeluruh bagi bencana yang memerlukan respons internasional. Tanggung jawab tersebut jatuh ke
tangan pemerintah tuan rumah dan badan-badan PBB yang relevan. Karena itu, pemerintah tuan
rumah dan badan-badan PBB yang relevan didorong untuk menyediakan kerangka koordinasi
semacam itu secara tepat waktu dan efektif dalam rangka melayani negara yang terkena bencana dan
masyarakat respons bencana nasional maupun internasional. Akan tetapi, NGHA bagaimanapun juga
perlu melakukan segala upaya untuk memastikan koordinasi yang efektif atas kegiatan-kegiatan
mereka sendiri.
3.
Organisasi antarpemerintah perlu memberikan perlindungan keamanan kepada NGHA
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan bagi badan-badan PBB.
Bilamana pelayanan keamanan perlu disediakan oleh organisasi antarpemerintah sesuai ketentuan
yang ada, maka pelayanan tersebut perlu diberikan kepada NGHA sebagai mitra operasional mereka
bilamana NGHA memintanya.
4.
Organisasi antarpemerintah perlu memberi NGHA akses yang sama terhadap informasi
yang relevan seperti yang diberikan kepada badan-badan PBB
Organisasi antarpemerintah didorong untuk memberikan kepada NGHA yang menjadi mitra
operasional mereka seluruh informasi yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan bantuan
bencana yang efektif.
LAMPIRAN 2
Formulir Registrasi
Organisasi-organisasi antarpemerintah yang ingin mendaftarkan dukungan atas Pedoman Perilaku ini
serta kesediaan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip dari Pedoman Perilaku ini ke dalam kegiatan
mereka perlu mengisi formulir di bawah ini dan mengirimkannya kepada:
Disaster Policy Management,
International Federation of Red Cross
and Red Crescent Societies,
PO Box 372
1211 Geneva 19
Switzerland.
Tel +41 (022) 7304222
Fax +41 (022) 7330395
Kami ingin mendaftarkan dukungan atas Pedoman Perilaku ini dan akan berusaha mengintegrasikan
prinsip-prinsip dari Pedoman Perilaku ini ke dalam kegiatan kami.
Nama
organisasi
Alamat
Telepon
Fax
Tanda tangan
Posisi dalam
organisasi
Tanggal
10
LAMPIRAN 3
Safer Access
Safer access (akses yang lebih aman) adalah suatu konsep / kerangka kerja yang disusun agar PMI
dapat:
memiliki akses yang lebih baik terhadap masyarakat yang terkena dampak konflik
melakukan operasinya dengan lebih aman dalam situasi konflik
Kerangka kerja ini berisi pedoman operasional bagi PMI sebagai organisasi maupun individu-individu
di dalamnya agar dapat melakukan aktifitasnya dengan lebih aman dalam situasi konflik.
Secara umum, pokok bahasan Safer Access ini dibagi ke dalam 3 topik, yaitu 1. Keamanan PMI
dalam konflik; 2. Dasar hukum dan kebijakan gerakan (palang merah); 3. 7 pilar.
1. Keamanan PMI dalam Konflik
Setiap petugas palang merah haruslah paham bahwa di daerah konflik ada resiko-resiko tertentu
yang tidak dapat dihilangkan maupun dikurangi lagi. Oleh karena itu:
keterlibatan seseorang dalam pekerjaan palang merah haruslah bersifat sukarela, dengan
menyadari segala resiko dan konsekuensinya. Orang itu berhak untuk menolak melakukan
suatu tugas apabila ia merasa takut bahwa keamanan dirinya terancam.
diperlukan pedoman langkah-langkah keamanan untuk membatasi resiko-resiko yang ada,
sampai ke tingkat yang tidak terhindarkan lagi (di luar kemampuan kita).
Di samping melakukan persiapan antisipasi konflik, secara spesifik PMI juga perlu untuk dapat
memahami situasi konflik yang sedang terjadi. Mengetahui tipe-tipe konflik & hubungannya
dengan tugas PMI, mengetahui dasar hukum yang dipakai oleh PMI untuk bertindak dalam situasi
konflik, pemahaman akan hak, kewajiban dan keterbatasan PMI di saat konflik dan relevansi
penerapan instrumen HPI / HAM sebagai dasar pemberian bantuan dan perlindungan.
Pemahaman akan situasi konflik tersebut, sekali lagi akan semakin meningkatkan keamanan PMI
dalam bertugas. Berikut adalah poin-poin penting yang harus dipahami dalam suatu konflik:
Aktor, pemicu, sumber, karakteristik, serta tahapan-tahapannya
Persamaan dan perbedaan dalam hal respon pada saat bencana non-konflik dan pada saat
konflik
Siapa yang terkena dampak konflik, dengan cara bagaimana, dan apa pengaruhnya bagi
bantuan kemanusiaan dan perlindungan yang diberikan PMI?
Identifikasi dan assessment terhadap resiko-resiko yang muncul dari situasi konflik itu dan
pentingnya mencegah, menghindari atau mengurangi resiko-resiko tersebut
Pentingnya suatu analisa konflik yang mendalam, analisa tentang dampaknya terhadap
komunitas, dan analisa tentang respon nasional maupun internasional terhadap konflik itu
Penerapan prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah
Dengan demikian persiapan antisipasi konflik pada masa damai merupakan hal yang sangat
penting. Apabila persiapan ini tidak dilakukan PMI dengan baik dan langkah-langkah keamanan
tidak diperhatikan, maka pada masa konflik kemungkinan PMI tidak akan dapat melakukan segala
kegiatannya dengan lancar. Operasi bantuan tidak berjalan, bahkan bisa saja terjadi insideninsiden keamanan terhadap personil maupun properti PMI. Di berbagai belahan dunia, insideninsiden keamanan terhadap palang merah telah beberapa kali terjadi, misalnya:
Pada tahun 2002, 12 anggota Palang Merah Nepal terbunuh dalam jangka 4 bulan
Pada tahun 2003, 4 personil Palang Merah Pantai Gading terbunuh; personil Palang Merah
Kongo diserang dan terluka; 6 personil Palang Merah Uganda diserang dan terluka dalam
rangka melaksanakan tugas.
Di Indonesia, pada tahun 2001 kantor PMI Bieureun, Aceh menjadi sasaran penembakan dan
pada tahun 2003 ambulans PMI ditembak saat bertugas.
Secara umum, langkah-langkah keamanan disusun dengan maksud:
mencegah insiden besar dengan cara menghilangkan kemungkinannya untuk terjadi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan targetnya, misalnya dengan cara
menghindarkan orang-orang dari daerah yang dianggap "berbahaya," ataupun dengan
membatalkan perjalanan darat jika ada bahaya ranjau, dsb. Pencegahan dilakukan pada saat
sebelum terjadi insiden.
LAMPIRAN 3
mengurangi risiko, baik dengan cara mengambil tindakan perlindungan yang mempunyai efek
penangkalan (misalnya dengan garis pelindung, alarm, penjaga, dsb.) ataupun dengan
langkah pencegahan yang mendukung penghormatan atas tindakan, staf, dan properti Palang
Merah. Pengurangan dilakukan pada saat sebelum atau pada saat terjadi insiden.
membatasi kerusakan yang telah terjadi, misalnya dengan asuransi, evakuasi medis, dsb.
Pembatasan dilakukan pada saat terjadi atau sesudah insiden.
Lalu apa yang harus dilakukan PMI agar siap merespon situasi konflik? Persiapan antisipasi
konflik merupakan kombinasi dari persiapan-persiapan di bidang-bidang berikut ini:
Pelayanan
Dalam masa damai PMI haruslah senantiasa berlatih untuk meningkatkan kemampuannya
dalam memberikan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang, seperti:
o pertolongan pertama (PP) / evakuasi
o air / sanitasi / penampungan
o pencarian orang hilang (tracing)
o sosialisasi kepalangmerahan (diseminasi)
o manajemen bantuan darurat
Peralatan dan sumber daya manusia
Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia serta peralatan operasionalnya
Struktur manajemen bencana
Mematangkan struktur manajemen bencana sehingga dapat memberikan respon lebih cepat
dan akurat
Elemen-elemen safer access
Menerapkan prinsip-prinsip safer access, baik pada masa damai maupun konflik, untuk
memaksimalkan keamanan PMI saat bertugas
2. Dasar Hukum dan Kebijakan Gerakan (Palang Merah)
Dengan memahami dasar hukum dan kebijakan Gerakan Palang Merah, setiap anggota PMI
dapat mengerti berbagai hak, kewajiban, serta keterbatasan PMI di saat konflik agar dapat
bertindak sebaik-baiknya. Selain itu, anggota PMI pun akan dapat melakukan pendekatan
maupun negosiasi dengan berbagai pihak yang terkait, dengan mengacu pada hukum ataupun
kebijakan yang ada. Pada akhirnya, pemahaman akan hal ini juga akan membantu PMI untuk
meningkatkan keamanannya dalam menjalankan semua tugasnya.
Secara umum ada beberapa hukum dan kebijakan, baik internasional maupun nasional, yang
berkaitan dengan kegiatan kepalangmerahan, khususnya dalam hal konflik. Hukum dan kebijakan
itu antara lain adalah:
I.
Di tingkat internasional
A. Konvensi Jenewa tahun 1949
Perjanjian internasional ini secara umum mengatur tentang perlindungan bagi pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik. Konvensi ini terbagi dalam 4 bagian:
- Bagian I melindungi anggota angkatan bersenjata yang luka dan sakit dalam
pertempuran di darat.
- Bagian II melindungi anggota angkatan bersenjata yang luka, sakit, dan mengalami
kapal karam dalam pertempuran di laut
- Bagian III melindungi para tawanan perang
- Bagian IV melindungi penduduk sipil
B. Protokol Tambahan 1977
Protokol ini terbagi dalam 2 bagian, yaitu:
- Protokol Tambahan 1, memperkuat perlindungan kepada para korban konflik
bersenjata internasional
- Protokol Tambahan 2, memperkuat perlindungan kepada para korban konflik
bersenjata non-internasional
LAMPIRAN 3
II. Di tingkat nasional
A. Undang-Undang No. 59 tahun 1958
Undang-Undang ini meresmikan keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi-Konvensi
Jenewa tanggal 12 Agustus 1949
B. Keputusan Presiden RI No. 25 tahun 1950
Keppres ini berisi pengesahan dan pengakuan atas berdirinya Perhimpunan Nasional
Palang Merah Indonesia
C. Keputusan Presiden RI No. 246 tahun 1963
Keppres ini berisi tentang tugas pokok dan kegiatan PMI
D. Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Palang Merah Indonesia
E. Garis-Garis Kebijakan Palang Merah Indonesia
Kegiatan Pokok PMI sesuai visi dan misinya (AD/ART)
Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana
Pelayanan sosial dan kesehatan, termasuk Upaya Kesehatan Transfusi Darah
Penyebarluasan dan pengembangan aplikasi nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip-prinsip dasar
Gerakan PM/BSM Internasional serta HPI bagi seluruh masyarakat Indonesia
Pembinaan generasi muda dan relawan
LAMPIRAN 3
4. Komunikasi Internal
Pengarahan mengenai situasi keamanan kepada petugas PMI yang akan bertugas oleh
Penanggung Jawab.
Penyelenggaraan rapat koordinasi rutin sesuai dengan kebutuhan oleh Penanggung
Jawab.
Pelaporan setiap insiden bencana yang dinilai dapat mempengaruhi keselamatan dan
keamanan yang terjadi saat bertugas kepada Penanggung Jawab. Laporan diberikan
secara akurat dengan melakukan cek ulang dan penilaian (assessment), bukan
berdasarkan informasi semata (mencegah beredarnya isu).
Menjaga kerahasiaan (siapa perlu tahu tentang apa hingga sejauh mana; untuk
mencegah kepanikan).
Menjaga komunikasi timbal balik antar tim dan posko.
Pembuatan laporan sesuai dengan jenjang penugasan.
Menggunakan alat komunikasi sesuai dengan standar komunikasi PMI, sesuai dengan
kebutuhan tugas dan menjaga alat komunikasi yang digunakan dengan baik.
Setelah bertugas, alat komunikasi PMI harus dikembalikan ke Markas/Penanggung
Jawab.
5. Komunikasi Eksternal
Informasi yang dapat disampaikan kepada media/publik hanya fakta yang bersifat umum
(apa yang kita kerjakan dan bukan yang disaksikan, didengar atau dirasakan).
Pembagian informasi yang bersifat kebijakan dilakukan oleh Pengurus. Sedangkan
pembagian informasi yang bersifat operasional dilakukan oleh humas atau unit pelaksana
yang ditunjuk oleh Pengurus. (Detail mengenai ketentuan akan dicakup dalam SoP
Komunikasi)
Rapat koordinasi antar lintas sektoral terkait dilakukan atas sepengetahuan
Pengurus/penanggung-jawab operasi yang ditunjuk.
6. Aturan Keamanan
Pengurus/penanggung-jawab operasional memastikan situasi keamanan di lapangan
Petugas PMI harus mengetahui dan mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh otoritas
setempat (satkorlak atau penguasa perang pada saat konflik).
Kendaraan yang digunakan harus dilengkapi dengan dokumen kendaraan (STNK, SIM),
lambang PMI dan perlengkapan standar (Kotak PP, Peralatan emergency kendaraan).
Sebelum menggunakan kendaraan PMI pastikan pemeriksaan penting seperti kondisi
bahan bakar, oli dan tekanan ban telah dilakukan. Pastikan penyimpanan kunci
kendaraan yang mudah diakses.
Kendaraan PMI hanya dapat digunakan oleh Petugas PMI dan hanya untuk kepentingan
kegiatan PMI.
Apabila melalui Pos Pemeriksaan kurangi kecepatan. Lampu dalam mobil dinyalakan
(apabila berkendaraan di malam hari) dan kontrol emosi.
Dilarang menggunakan pengawalan bersenjata, kecuali pada situasi khusus tertentu dan
harus mendapatkan izin dari Pengurus PMI.
Petugas PMI dilarang membawa senjata tajam/api. Senjata tajam dikecualikan untuk
mendukung penugasan (sebagai pelengkap peralatan tanggap darurat).
Petugas PMI dilarang mengangkut siapapun yang bersenjata termasuk personil
keamanan.
Apabila terjadi pemberhentian paksa/ancaman bersenjata, maka patuhilah instruksi dari
pihak yang memberhentikan/mengancam, bersikap tenang dan berusaha untuk
bernegosiasi. Tekankan sikap dan posisi anda pada netralitas.
Apabila terjadi perampokan barang, jangan pernah mengambil resiko untuk membela
barang atau uang, nyawa Anda lebih penting dibandingkan barang atau uang.
Apabila
terjadi
penculikan,
maka
patuhilah
instruksi
dari
pihak
yang
memberhentikan/mengancam, bersikap tenang dan berusaha untuk bernegosiasi, serta
tidak melakukan tindakan yang mengancam keselamatan diri. Mengamankan pelepasan
seorang tawanan adalah tanggung jawab pihak luar, bukan tawanan.
Buatlah rencana keamanan dalam beberapa alternatif resiko sesuai dengan kondisi
lapangan (jika ... maka ...).
LAMPIRAN 3
Pembatasan waktu kerja di lapangan dibuat sesuai dengan kondisi lapangan (misalnya
jam malam, pembatasan aktifitas malam hari, dsb.).
7. Tindakan Perlindungan
Setiap Petugas PMI memiliki rencana perlindungan/penyelamatan diri pribadi maupun tim
(misalnya rencana A, B, C ).
Pada keadaan darurat konflik, Petugas PMI memilih tempat berlindung yang bersifat
netral (tidak memilih tempat yang identik dengan salah satu pihak).
Pada keadaan darurat bencana alam, Petugas PMI memilih tempat berlindung yang tidak
beresiko.
Petugas PMI selalu menjaga keamanan barang-barang pribadi dan operasional tanggap
darurat.
Petugas PMI wajib diberikan jaminan asuransi saat bertugas.
Petugas PMI wajib mengenakan perlengkapan keamanan standar sesuai dengan
kebutuhan.
Keuntungan jika dalam masa damai mempersiapkan diri menghadapi konflik
Dengan akses yang lebih baik, PMI akan mendapatkan akses yang lebih aman pula ke
penerima bantuan
PMI menjadi lebih kuat sehingga dapat menjangkau lebih banyak orang dengan lebih efektif
Lebih meningkatkan kemampuan profesional PMI
JUMLAH SUKARELAWAN DAN STAF PMI YANG MENINGGAL DAN TERLUKA AKAN
BERKURANG !!!
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL
Checklist ini disusun oleh para spesialis yang memahami bidangnya, yang berasal dari ICRC
dan IFRC. Sebagian besar check list ini diperoleh dari buku panduan Sphere.
1. Sumber informasi dari sektor kesehatan
Kementerian Kesehatan, klinik lokal, pekerja kesehatan dalam masyarakat, organisasi
kemanusiaan (lokal dan internasional), masyarakat (wanita).
Isu yang menarik
Apakah ada sebuah program pelayanan kesehatan dalam situasi bencana? Apa yang
biasa dilakukan? Bagaimana perkembangannya?
Apakah masalah utama berkaitan dengan kesehatan, fasilitas kesehatan atau akses
terhadap fasilitas kesehatan?
Apa kapasitas yang tersedia dalam melakukan respon? Siapa yang bertanggung jawab?
Apakah ada kekurangan dalam melakukan pelayanan kesehatan? Apakah ada
kebutuhan untuk melakukan intervensi?
Apakah ada kebutuhan khusus dalam kesehatan? (Emergency Response Unit, ahli
bedah dll)?
Informasi apa yang selanjutnya dibutuhkan?
Subjek
H1
Komposisi umur
(jika perbandingannya
sangat berbeda, temukan
alasannya)
H2
H3
H4
Saluran gangguan
pernapasan pada anakanak dibawah 5 tahun
Penyakit diare pada anakanak dibawah 5 tahun
H5
H6
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL
H7
H8
Antisipasi program
peningkatan imunisasi
(EPI)
H9
Pencegahan HIV
H10
TBC
H11
H12
Kesehatan dalam
reproduksi
H13
Jelaskan
H14
Assessment kesehatan
pada kejiwaan: kronis dan
beberapa kasus
H15
Assessment kesehatan
pada kejiwaan: dampak
dari bencana
H16
H17
H18
Bagaimana sistem
kesehatan nasional
dikelola?
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL
H19
H20
Daftar
Apakah obat dijual secara reguler? Apakah obatobatan ada di pasar bebas? Apa hal-hal yang
berpengaruh untuk keselamatan?
N1
Subjek
Informasi nutrisi
N2
N3
N4
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL
N5
W1
Penyakit diare
Normal/meningkat/menurun
W2
Diare berdarah
Normal/meningkat/menurun
Jika meningkat, detail kelompok umur dan lokasi.
Bantu pemerintah untuk mengisolasikan
penderita.
W3
W4
Pengiriman
penyimpanan
air
W5
Pembuangan kotoran
W6
W7
W8
Penyakit
bawaan
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL
binatang (lalat,nyamuk dan Apakah ada benda-benda di tanah? (genangan
serangga lain)
air, kotoran sampah)
W9
S1
Jenis penampungan
S2
S3
Kebutuhan akan
penampungan
S4
Barang-barang
rumah Jumlah masyarakat yang kekurangan barangtangga yang dibutuhkan
barang
rumah tangga
yang
diperlukan
(disebabkan oleh bencana / masyarakat rentan)
S5
Bahan bakar
A1
A2
Apakah
ada
masalah Kecenderungan harga produk pertanian utama.
produksi untuk beberapa Perbandingan antara produk (seperti biji-bijian
hal?
dan ternak), antara area (terkena dampak dan
yang tidak terkena) dan waktu (tahun ini dan
tahun sebelumnya)
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL
A3
A4
A5
A6
A7
M2
M3
M4
M5
produksi?
Apakah
M6
M7
M8
kira-kira
Manakala waktu dan akses terbatas, pasar dapat menjadi sumber informasi yang baik
(orang-orang datang dari berbagai penjuru desa). Analisa pedesaan berguna dalam kondisi
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL
urban dimana masyarakatnya bergantung pada pembelian kebutuhan barang-barang
rumahtangga. Pasar dapat dimonitor secara reguler.
Analisa pasar bersifat kompleks. Pendekatan yang ada bersifat sederhana. Tetapi ada halhal yang perlu diingat:
Pedagang mungkin segan memberikan infromasi untuk alasan komersil.
Pasar dapat dimanipulasi oleh pengusaha atau politikus.
Pedagang pada umumnya menaikkan harga jika ada pembeli yang kaya (seperti orang
asing). Karena itu, gunakan staff lokal untuk melakukan survey dan cross check harga
dengan masyarakat setempat (utamanya wanita).
Pedagang sangat sibuk. Bertanya langsung pada pokok permasalahan.
7. Sumber informasi dari sektor Perlindungan
Pemerintah setempat, organisasi kemanusiaan (lokal dan internasional), pemimpin agama,
pengacara, organisasi hak asasi manusia, pekerja sosial dan kesehatan, masyarakat
(utamanya wanita dan anak-anak).
Subjek
P1
P2
P3
Apakah ada
kecenderungan fisik yang
terjadi seperti diskriminasi
jender, pelecehan seksual,
intimidasi atau kondisi
yang tidak aman?
Apakah ada diskriminasi
terhadap beberapa orangorang atau kelompok?
Apakah ada masalah
P4
P5
P6
P7
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL
dengan manajemen
jenasah? Apakah ada
resiko terhadap orangorang yang dimakamkan
tanpa diidentifikasi?
Ancaman
keamanan
Keamanan
bepergian
SEC3
Komunikasi
Apakah telephone
berfungsi?
dan
radio
komunikasi
SEC4
Jaringan pendukung
SEC5
Fasilitas kesehatan
SEC6
Rencana Darurat
apabila
terjadi
LOG1
LOG2
LOG3
LOG4
Subjek
LAMPIRAN 4
CHECKLIST SEKTORAL
LOG5
Siapa
yang
akan Sebutkan dengan detail kantor Perhimpunan
menerima
dan Nasional dll
bertanggungjawab untuk
pengiriman barang?
LOG6
Barang-barang
tersedia
LOG7
LOG8
Harga
1
2
3
4
Bencana Alam
Konflik
Kecelakaan
Dan lain-lain
Tanggal
Waktu
Propinsi
Kabupaten / Kota
Kecamatan
Desa / Kelurahan
Petugas Assessment
2. INFORMASI UMUM
Jumlah korban
Pengungsi / IDP's
1
2
3
4
Meninggal dunia
Luka berat
Luka ringan
Hilang
Ada
Lokasi
Tidak Pengungsian
Jumlah
3. DAMPAK SARANA & PRASARANA
Rumah tinggal
Akses transportasi
Akses komunikasi
Sarana umum
Rusak berat
Rusak ringan
1 Jalan
2 Jembatan
Berfungsi
Berfungsi
Tidak berfungsi
Tidak berfungsi
3 Kendaraan umum
Telepon/Fax/Telex/Telegram
Telepon selular
1 RS/Fasilitas Kesehatan
2 Listrik
3 Air
4 Sekolah
5 Tempat ibadah
Berfungsi
Tidak berfungsi
Kantor Pos
Internet
Berfungsi
Tidak berfungsi
Berfungsi
Tidak berfungsi
Berfungsi
Tidak berfungsi
Berfungsi
Tidak berfungsi
Berfungsi
Tidak berfungsi
4. SITUASI KEAMANAN
6.
PMI
Pemerintah
NGO's / LSM
ORPOL / ORMAS
7. KONTAK PERSON
Nama Petugas :
Tipe Lokasi :
Lokasi kejadian
Pengungsian/ IDPs
Tempat relokasi
Kembali ke daerah asal
Penduduk lokal
Tipe Asesment :
Awal
Lanjutan :
2. Umum
Propinsi
Kabupaten/ Kota :
Kecamatan
Desa
Dusun
Nama Lokasi
Lintang :
Bujur :
Sebab Kejadian :
3. Akses Transportasi
Akses menuju lokasi :
Darat
Air (Laut/ Sungai/ Danau)
Udara
4. Data Demografi
Populasi
Laki
Jenis Kendaraan :
Perempuan
Jumlah KK
Jumlah Jiwa
Balita 0-5 thn
Anak terpisah
dari keluarga
Tanggal/ Waktu
Kejadian :
Konflik
Lainnya: ........
Lansia >60
Catatan:
Sumber data :
Nama :
Instansi/Jabatan :
Kontak ( alamat & telepon ) :
Wanita Hamil
Ibu menyusui
Perempuan
sebagai KK
Catatan :
5. Penampungan
Jenis Penampungan
Jumlah
Jiwa
Sementara
Semi permanen
Permanen
6. Pangan
Sumber makanan pada saat ini :
Ya
1. Hasil Ternakan
2. Hasil Pertanian
3. Perikanan/ hasil tangkapan
4. Tumbuhan liar
5. Bantuan/ sumbangan
Tidak
Sarana
Tenda keluarga
Tenda pleton
Terpal
Atap daun
.
Tempat
Lapangan
Sekolah
Tempat ibadah
Perkantoran
.
Catatan:
Catatan :
Catatan:
Ya
Tidak
Untuk Minum/Masak
Cukup
Tidak cukup
Mata air
Sumur
Air hujan
Sungai
Parit
PDAM (pipa/pasokan)
Lainnya: ...
Bagaimana perlakuan terhadap air sebelum
diminum:
Tidak ada
Direbus
Penyaringan
Memakai bahan kimia
Untuk Mandi/Cuci
Cukup
Tidak cukup
berwarna
Terbuka
Kualitas
berbau
berasa
Tertutup
Catatan:
Sanitasi
MCK
Tidak Ada
Temporer
Umum
Keluarga
Catatan:
Sampah
Sumber sampah :
Rumah tangga
Dapur umum
RS
Permanen
jumlah ....... unit
jumlah ....... unit
Alat pengangkut
sampah:
Tidak ada
Gerobak
Mobil
Lainnya: ....
Perlakuan terhadap
sampah :
Dikubur
Dibakar
Incinerator
Ke TPA
Lainnya:
Tempat pembuangan
sementara (TPS) :
Ada
Tidak
Tidak cukup
Catatan:
Jiwa
Luka ringan
Jiwa
Meninggal
Jiwa
Tenaga Kesehatan :
Ada tidak jumlah
1. Dokter
______
2. Perawat
______
3. Bidan
______
4. Farmasi
______
5. Ahli Kesling
______
Sarana kesehatan :
Rumah Sakit
Puskesmas
Pustu
Polindes
Klinik
RS. Lapangan
Klinik Keliling
Lainnya
2. Logistik obat-obatan
Cukup
Tidak cukup
Sumber informasi :
Catatan :
Tidak
Orang hilang:
Ya Tidak Jumlah
______
Catatan :
Catatan :