PENDAHULUAN
Air merupakan kandungan penting dalam
bahan pangan termasuk makanan,semua
bahan makanan mengandung air dalam
jumlah yang berbeda-beda baik itu bahan
makanan hewani maupun nabati. Sebagai
media
reaksi
yang
menstabilkan
pembentukan berrpolimer dan sebagainya.
Sedangkan kadar air merupakan banyaknya
air yang terkandung dalam bahan pangan
yang dinyatakan dalam persen. Kadar air
juga salah satu karakteristik yang sangat
penting dalam bahan pangan, karena air
dapat mempengaruhi kenampakan tekstur
dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air
dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut.
Kadar
air
yang
tinggi
menyebabkan mudahnya bakteri, kapang,
dan khamir untuk berkembang biak,
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Pengujian kadar air metode
Thermogravimetri menggunakan peralatan
yaitu, cawan alumunium, desikator,
krustang, neraca analitik dan oven. Pegujian
kadar air metode thermovolumetri alat yang
digunakan diantaranya, alat aufhauser, batu
didih, heating mantle, kondensor, labu
didih, neraca analitik. Sedangkan pada
pengujian kadar abu alat yang digunakan
berupa cawan porselen, desikator, krustang,
neraca analitik dan tanur listrik.
Bahan yang digunakan pada
pengujian kadar air menggunakan metode
gravimetri yaitu pisang dan tepung pisang.
Pengujian kadar air menggunakan metode
thermovolumetri bahan yang digunakan
yaitu susu kental manis dan pelarut toluen.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk
penentuan kadar abu yaitu nugget dan
tepung terigu.
Analisis Kadar Air Menggunakan
Metode Thermogravimetri
Penyiapan cawan alumunium,
kemudian dikonstankan, pemasukan sampel
Sampe
l
Tepun
g
Pisang
Pisang
Tepun
g
Air
Metode
81
1,
61
19,5
19,960
02
,1
622
8
48
1
Dokumentasi Pribadi, 2016
% Kadar air
157
,1
38,90
W1
100
W
Keterangan :
W = berat sampel sebelum dikeringkan
W1= kehilangan berat setelah dikeringkan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan
terlihat perbedaan persentase kadar air basis
basah (%wet basis) dan basis kering (%dry
basis) pada suatu bahan. Rata-rata kadar air
berdasarkan basis basah (%wet basis) pada
sampel pisang 61,365%, sedangkan
persentase basis kering (%dry basis)
158,83%, kadar air berdasarkan basis basah
(%wet basis) pada sampel tepung pisang
7,2%, sedangkan persentase basis kering
(%dry basis) 7,76%.
Hasil persentase kadar air berat
basah (%wb) memiliki nilai persentase
yang lebih kecil dibandingkan dengan berat
kering (%db), karena kadar air basis basah
merupakan kandungan air yang terdapat
pada bahan pangan sebelum dilakukan
pengurangan kadar air, sedangkan kadar air
basis kering merupakan kandungan air pada
bahan setelah mengalami pemanasan atau
pengeringan dalam waktu tertentu. Hasil
penghitungan diatas, sesuai dengan teori
menurut Syarif dan Halid tahun 1993 yang
menyatakan kadar air berat basah
mempunyai batas maksimum teoritis
sebesar 100 persen, sedangkan kadar air
berdasarkan berat kering dapat lebih dari
100 persen.
Jika dilihat perbandingannya antara
sampel pisang dan tepung pisang kadar air
yang terkandung baik dalam bentuk basis
basah (%wb) maupun basis kering (%db)
memiliki persentase yang lebih besar
karena masih dalam bentuk mentah,
sedangkan ketika diubah menjadi bentuk
kering seperti tepung, maka sudah tentu
Susu
kenta
l
Manis
9,00
2,2
24,44
9,03
2,2
24,36
% Kadar air
V
100
W
Keterangan :
V = volume air yang tertampung (ml)
W= berat sampel (g)
Berdasarkan hasil pengamatan
kadar air pada sampel susu kental manis
memiliki persentase rata-rata 24,4% jika
dibandingkan dengan standar nasional
kadar air pada sampel tidak melebihi kadar
maksimal yaitu 20-30%. Perbedaan berat
sampel awal akan mempengaruhi kadar air
susu kental manis walaupun dengan volume
yang sama. Semakin berat sampel awal,
maka semakin berkurang kadar air nya,
karena jika sampel semakin banyak, maka
kandungan non-air seperti gula, protein dan
yang lainnya akan lebih banyak pula.
Susu kental manis dan toluen
(C6H5CH3)
yang dipanaskan hingga
mendidih mengalami penguapan karena
titik didih organik, yaitu toluen (110,6 0C)
lebih besar dari air (1000C). Uap air dan
toluen tersebut mengalami kondensasi. Bila
kita amati di dalam kondensor uap panas
tersebut mengalami pendinginan agar tidak
terjadi pengembunan yang dapat berakibat
terhadap penambahan volume yang tidak
diharapkan. Setelah itu pada tabung
penampung cairan tersebut menjadi terpisah
menjadi dua bagian dimana volume toluen
berada diatas sedangkan volume airnya
terdapat dibawah. Hal ini terjadi karena
berat jenis toluen (0,87 kg/m3) lebih kecil
dibanding dengan berat jenis air (1 kg/ m3).
Susu kental manis memiliki
granula-granula
dalam
komponen
penyusunya yang terdiri dari komponen air
dan non-air seperti lemak, protein dan
vitamin. Toluen (C6H5CH3) bekerja masuk
ke dalam granula SKM mengikat bagian air
untuk diuapkan, karena toluen mempunyai
sifat semi polar dengan gugus hidrofil dan
hidrofob. Gugus hidrofil ini dapat mengikat
arsehingga dapat mengikat dan menarik air
yang bersifat polar keluar dari bahan.
Penetuan kadar air dengan cara
destilasi lebih cepat dan akurat daripada
Samp
el
Tepun
g
terigu
Nugg
et
W
cawa
n
koson
g (g)
W
bahan
(g)
12,05
98
11,76
87
12,05
16
11,90
31
1,038
7
1,017
3
1,020
7
1,014
0
W
cawa
n+ba
han
kering
(g)
12,06
56
11,77
47
12,07
37
11,92
52
Kadar
Abu
(%)
0,558
4
0,589
7
2,165
1
2,179
W 1W 2
100
W
Keterangan :
W = berat sampel sebelum diabukan
W1= berat sampel + cawan setelah diabukan
(g)
W2= berat cawan kosong
Berdasarkan hasil pengamatan pada
tabel diatas diketahui bahwa persentase
kadar abu yang dilakukan secara duplo
pada sampel yaitu 0,5584% dan 0,5897%
memiliki persentase rata-rata 0,57405%
yang menunjukan bahwa kadar abu yang
terdapat pada sampel tepung terigu tidak
melebihi standar mutu nasional tahun 2009
yaitu sekitar 0,7%. Kadar abu ketika
dilakukan pengujian lebih kecil kadar
abunya jika dibandingkan yang tertera pada
nutrition
pact
hal
tersebut
dapat
SARAN
Saran dari praktikum analisis kadar
air dan kadar abu ini adalah praktikan
sebaiknya memahami prosedur dan
karakteristik bahan pangan yang akan
dianalisis, sehingga memudahkan dalam
proses pelaksanaan dan hasil analisis akan
akurat dan sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijosepputro. D . 1994 . Dasar-dasar
mikrobiologi . Djambatan . Jakarta.
Irawati. 2008 . MODUL PENGUJIAN
MUTU 1 . Diploma IV PDPPTK
VEDCA . Cianjur.
Syarif
dan Halid.
Pengolahan
Denpasar.
1993. Teknologi
Pangan.
Arcan,